PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 2 WAY LIMA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

i

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII-C

SMP NEGERI 2 WAY LIMA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh PITRINA ASTI

Rendahnya kemampuan menulis dongeng siswa SMP Negeri 2 Way Lima, Pesawaran, merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti melakukan penelitian tindakan dengan cara penggunaan media komik guna meningkatkan kemampuan menulis dongeng. Untuk itu, tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan menulis dongeng

melalui penggunaan media komik, khususnya siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan ; (2) tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi . Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima tahun pelajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 32 siswa, terdiri atas 14 laki-laki dan


(2)

ii

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan prasiklus siswa dalam menulis dongeng dalam kategori kurang dengan rata-rata nilai sebesar 50.00 dari 32 siswa yang tuntas 2 siswa dengan persentase 6% dan yang belum tuntas 30 siswa dengan persentase 94%. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan penggunaan media komik kemampuan menulis dongeng pada siklus I dalam kategori cukup dengan rata-rata nialai sebesar 66,32 atau meningkat sebesar 16,32% sedangkan siswa yang tuntas 19 dari 32 siswa atau 60%. Selanjutnya kemampuan menulis kembali dongeng pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 75,20 dengan kategori baik atau mengalami peningkatan sebesar 9,72% dengan ketuntasan klasikal 29 siswa atau sebesar 90%. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media komik dapat meningkatkan kemampuan menulis dongeng.


(3)

iii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII-C

SMP NEGERI 2 WAY LIMA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh PITRINA ASTI Penelitian Tindakan Kelas

(PTK)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012


(4)

iv

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Dongeng Melalui Penggunaan Media Komik Pada Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Pitrina Asti

No. Pokok Mahasiswa : 1113106002

Program Studi S-1 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. NIP 195106141981032001 NIP 196001211988101004

Ketua Jurusan, Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 195907221986031003


(5)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Pekon Balak, Kabupaten Lampung Barat pada 26 Agustus 1979. Jenjang pendidikan peneliti dimulai dari SD Negeri 2 Sumur Batu 1993, SMP Utama 1 Bandarlampung 1996, SMA Arjuna Bandarlampung 1999, dan D-3 Bahasa dan Sastra Daerah Lampung FKIP Unila 2003.

Pada 1 September 2007 peneliti menikah dengan Diyak Uddin dan telah dikaruniai seorang putri yang bernama Dira Fani Selba Putri. Sejak 1 Januari 2010 peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada SMP Negeri 2 Way Lima, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran sampai dengan sekarang.


(7)

vii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang memiliki segala keindahan dan kesempurnaan yang hakiki yang telah menghamparkan cinta dan kasih sayang kepada kami semua. Kupersembahkan karyaku ini kepada kedua orang tuaku dan kedua mertuaku yang selalu mencurahkan cinta kepada seluruh keluarga, kepada suami dan putriku tercinta Dira Fani Selba Putri yang selalu memberi semangat dan dorongan, kepada kakak dan adikku, serta kepada teman-teman seperjuangan di S-1 dalam jabatan FKIP Unila jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, kepada guru-guru SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran, dan almamaterku tercinta Universitas Lampung. Semoga Allah seantiasa menaungi kita dengan cinta dan mengumpulkan kita di surga-Nya yang penuh cinta....Amin.


(8)

viii

SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Allah Yang Mahaagung atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Dongeng melalui Penggunaan Media Komik pada Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Solallohualaihiwasallam, beserta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Peneliti telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, peneliti mengucapkan terimakasih kepada

1. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. selaku pembimbing I dalam menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan penuh ketegasan dan memberi motivasi yang kuat, serta arahan yang membuat saya termotivasi untuk menyelesaikan PTK ini dengan segera;

2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. selaku pembimbing II dalam penyelesaian PTK ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan;


(9)

ix

3. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. sebagai pembahas yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini;

4. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia;

5. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Seni; 6. bapak dan ibu dosen Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Unila yang telah

membekali peneliti dengan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi selama mengikuti perkuliahan;

7. Dr. Bujang Rahman, M. Si. selaku Dekan FKIP Unila;

8. guru-guru SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran, terutama Zaelani, S.Pd. selaku Kepala Sekolah, Suharjo, S.Pd. selaku wakil kepala sekolah dan Maria Susanti, S.Pd. sebagai guru mitra yang telah banyak memberi motovasi dalam menyelesaikan PTK ini;

9. kedua orang tuaku, Ayahanda Hi. Arpan Idris dan Ibunda Hj. Syarifah, terima kasih atas doa dan kasih sayangnya yang tanpa batas;

10.suamiku Bripka Diyak Uddin dan putriku tercinta Dira Fani Selba Putri, atas segala doa, dorongan dan motivasi serta dukunganya;

11.kakak-kakak dan adik-adikku Komisaris Polisi Drs. Hi. Yusep Arpan, S.H., Yunada Arpan, S.E., M.M., Yuda Parera Arpan, S.E., Pitria Astuti, A.Md., Brigpol Patra Yunata Arpan, S.E., Brigpol Yuris Marika, S.E., terima kasih telah memberikan motivasi sehingga PTK ini dapat diselesaikan;

12.sahabat-sahabat terdekatku Wistriyana, Fera Isyanti, Devi Yanti kebersamaan kita selama kuliah adalah kenangan tersendiri bagiku; dan


(10)

x

13.anak-anak didikku kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 kalian memberi cerita dalam kehidupan gurumu ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, saudara, teman-teman, adik-adik serta orang-orang yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Bandar Lampung, Desember 2012 Peneliti


(11)

xi

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insirah: 6)

”Berikan yang terbaik apa yang kamu punya kepada semua orang, seperti apa yang telah kamu terima dari banyak orang”


(12)

xii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

MOTTO ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Peneliatan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Menulis Dongeng ... 8

2.1.1 Pengertian Menulis ... 8

2.1.2 Maksud dan Tujuan Menulis ... 9

2.1.3 Pengertian Dongeng ... 10

2.1.4 Jenis-Jenis Dongeng ... 10

2.1.5 Unsur-Unsur Pembangun Dongeng ... 11

2.2 Media Pembelajaran ... 14

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 14

2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran ... 15

2.2.3 Manfaat Media Pembelajaran ... 17

2.2.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 18

2.2.5 Media Komik ... 18

2.3 Aktivitas Belajar... 20

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 22

3.1 Rancangan Penelitian ... 22

3.2 Setting Penelitian ... 22


(13)

xiii

3.2.2 Tempat Penelitian... 23

3.2.3 Waktu Penelitian ... 23

3.3 Prosedur Penelitian... 23

3.3.1 Perencanaan... 24

3.3.2 Tindakan ... 24

3. 3.3 Observasi ... 26

3.3.4 Refleksi ... 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.5 Instrumen Penelitian ... 27

3.5.1 Instrumen Observasi Siswa ... 27

3.5.2 Instrumen Pembelajaran Oleh Guru ... 30

3.5.3 Instrumen Penilaian Kegiatan menulis Dongeng ... 31

3.6 Teknik Analisis Data ... 32

3.7 Indikator Keberhasilan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.2 Siklus 1 ... 34

4.2.1 Proses Pembelajaran ... 35

4.2.2 Hasil Pembelajaran ... 37

4.2.3 Refleksi ... 44

4.3 Siklus 2 ... 45

4.3.1 Proses Pembelajaran ... 45

4.3.2 Hasil Pembelajaran ... 49

4.3.3 Refleksi ... 55

4.4 Perbandingan Hasil Pembelajaran ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Klasifikasi Rentang Nilai Hasil

Ulangan Harian Menulis pada Siswa Kelas VII-C SMPN 2

Way Lima Pesawaran ... 3 3.1 Instrumen Observasi Siswa ... 28 3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru ... 30

3.3 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Dongeng Melalui

Pemanfaatan Media Komik ... 31 3.4 Tolak Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Dongeng ... 33 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus ke Siklus I ... 37 4.2 Distribusi Frekuensi Menulis Dongeng Melalui Penggunaan Media

Komik Siklus 1 ... 38 4.3 Kemampuan Siswa Menulis Dongeng Melalui Penggunaan Media

Komik Siklus I ... 38 4.4 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Judul Dongeng Siklus I ... 39 4.5 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Dongeng Melalui Penggunaan

Media Komik untuk Aspek Judul Dongeng ... 40 4.6 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Isi Dongeng Siklus I ... 40 4.7 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Dongeng Melalui Penggunaan

Media Komik untuk Aspek Isi Dongneg Siklus I ... 41 4.8 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Penyajian Bahasa Siklus I ... 41 4.9 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Dongeng Melalui Penggunaan


(15)

xv

4.10 Peningkatan Kemampuan Menulis Dongeng Per Aspek Pada prasiklus ke Siklus I ... 43 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ke Siklus II ... 48 4.12 Distribusi Frekuensi Menulis Dongeng melalui Penggunaan Media

Komik Siklus II ... 49 4.13 Kemampuan Siswa Menulis Dongeng melalui Penggunaan Media

Komik Siklus II ... 50 4.14 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Judul Siklus II ... 50 4.15 Kemampuan Siswa Menulis Dongeng melalui Penggunaan Media

Komik untuk Aspek Judul Dongeng Siklus II ... 51 4.16 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Isi Dongeng Siklus II ... 51 4.17 Kemampuan Siswa Menulis Dongeng melalui Media Komik Aspek

Isi Dongeng Siklus II ... 52 4.18 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Penyajian Bahasa Siklus II ... 52 4.19 Kemampuan Siswa Menulis Dongeng melalui Media Komik untuk

Aspek Penyajian Bahasa Siklus II ... 53 4.20 Data Rerata Hasil Kemampuan Siswa Menulis Dongeng... 54 4.21 Analisis Tingkat Kompetensi Menulis Dongeng Siswa Kelas VII-C

SMPN 2 Way Lima ... 57 4.22 Data Ketuntasan Belajar Menulis Dongeng Kelas VII-C SMP

Negeri 2 Way Lima ... 58 4.23 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 60 4.24 Data Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus, Siklus I


(16)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Peningkatsn Persentase Rata-Rata Kompetensi Menulis Siswa Per Indikator Prasiklusl ke Siklus I ... 43 4.2 Peningkatan Persentase Rata-Rata Kemampuan Menulis Siswa

Per Indikator Prasiklus, Siklus I ke Siklus II ... 54 4.3 Peningkatan Persentase Rata-Rata Kompetensi Menulis Siswa ... 57 4.4 Ketuntasan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Kelas VII


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Satu. ... 68

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Dua ... 72

3. Hasil Rata-Rata Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus Satu ... 76

4. Hasil Rata-Rata Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus Satu ... 77

5. Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus Satu ... 78

6. Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus Dua ... 80

7. Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran (IPPP) Siklus I ... 82

8. Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran (IPPP) Siklus II ... 83

9. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Prasiklus ... 84

10. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Aspek Judul Dongeng Siklus Satu ... 85

11. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Aspek Isi Dongeng Siiklus I .. 86

12. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Aspek Bahasa Penyajian Siklus I ... 87


(18)

xviii

14. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Aspek Judul Dongeng

Siklus Dua ... 89 15. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Aspek Isi Dongeng Siiklus II . 90 16. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Aspek Bahasa Penyajian

Siklus II ... 91 17. Hasil Tes Kemampuan Menulis Dongeng Siklus II ... 92 11. Contoh hasil kerja siswa menulis karangan narasi ... 93


(19)

(20)


(21)


(22)


(23)


(24)


(25)


(26)


(27)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah mencakup dua kegiatan, yakni kegiatan berbahasa dan kegiatan bersastra. Pada kedua kegiatan tersebut, di dalamnya sama-sama terdapat empat keterampilan, yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran sastra akan membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berbahasa. Pembelajaran sastra merupakan bagian penting dalam pelajaran bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran sastra, siswa diharapkan dapat memetik pengalaman hidup yang dipaparkan pengarang dalam wacana sastra karena pada dasarnya sastra merupakan hasil perenungan terhadap nilai-nilai kehidupan.

Empat keterampilan dalam kegiatan berbahasa dan bersastra diurutkan dari tahapan yang paling awal dikuasai oleh seseorang yakni menyimak, kemudian berbicara, selanjutnya membaca, dan yang terakhir adalah menulis. Berdasarkan keempat tahapan tersebut, keterampilan menulis berada pada urutan paling akhir. Hal ini memunculkan anggapan bahwa menulis adalah kegiatan berbahasa dan bersastra yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi dibandingkan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menulis merupakan suatu pekerjaan yang berat.


(28)

2

Oleh sebab itu, kebiasaan menulis harus selalu dilakukan sejak dini dan dilatih secara terus-menerus sehingga hal tersebut tidak akan menjadi sesuatu yang berat. Keterampilan menulis dapat ditingkatkan melalui pembelajaran sastra di sekolah. Melalui kegiatan menulis sastra, siswa dapat mengungkapkan ide, pikiran, perasaan, dan kemampuannya serta dapat mengembangkan daya imajinasi. Kegiatan menulis sastra di sekolah meliputi: menulis pantun, dongeng, cerpen, puisi, dan drama. Pada pernyataan di atas telah disinggung bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Begitu juga halnya dengan keterampilan menulis dongeng. Dalam keterampilan menulis dongeng siswa dituntut untuk memiliki daya imajinasi sehingga dapat menghasilkan tulisan yang menarik. Bagi siswa hal ini merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sekolah menengah pertama semester 1 kelas VII, tepatnya pembelajaran dengan standar kompetensi (SK) mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng, dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar. Dengan indikator: (1) mampu menentukan pokok-pokok dongeng, (2) mampu menulis dongeng berdasarkan urutan pokok-pokok dongeng. Dengan kompetensi ini siswa dituntut untuk memiliki keterampilan berbahasa, khususnya terampil menulis dongeng.

Kenyataan yang terjadi, kompetensi menulis kembali dongeng siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran masih rendah yaitu dengan nilai rata-rata 65,00, masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu


(29)

3

68,00.Dari 32 siswa hanya 2 siswa yang memiliki tingkat kemampuan baik, dengan persentase 6,25%, siswa memiliki tingkat kemampuan sedang dengan persentase 15,62%, 15 siswa memiliki tingkat kemampuan kurang dengan persentase 46,87%, dan 31,25% siswa memiliki tingkat kemampuan sangat kurang yang terdiri dari 10 siswa. Hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1.1 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Klasifikasi Rentang Nilai Hasil Ulangan Harian Menulis pada Siswa Kelas VII-C SMPN 2 Way Lima Pesawaran

Kategori Interval Jumlah Siswa Persentase (%)

Baik sekali ≥ 75,01 - -

Baik 65,01 – 75,00 2 6,25

Sedang 55,01 65,00 5 15,62

Kurang 40,01 – 55,00 15 46,87

Sangat Kurang < 40,00 10 31,25

Jumlah 32 100

Ada beberapa kesulitan sering dialami oleh siswa dalam menulis khususnya menulis dongeng, salah satunya, adalah kesulitan dalam menuangkan dan mengembangkan ide atau gagasan yang mereka miliki. Oleh sebab itu, siswa harus selalu melatih kemampuan menulisnya sehingga ide yang dimiliki dapat dituangkan dan dikembangkan secara kreatif.

Proses pelaksanaan pembelajaran sastra, khususnya menulis dongeng, guru harus membuat persiapan dengan penuh pertimbangan sebab keberhasilan pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra paling utama terletak pada guru. Selain berguna sebagai alat kontrol, persiapan mengajar juga berguna sebagai pegangan bagi guru sendiri. Namun, pada kenyataanya masih banyak guru yang menjejali para


(30)

4

siswanya dengan teori-teori, akibatnya pembelajaran sastra menjadi suatu kegiatan belajar- mengajar yang membosankan. Salah satu persiapan yang harus disiapkan secara matang oleh guru adalah media pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran tidak dilihat atau dinilai dari segi kemahalan suatu media, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan perencanaannya dalam membantu menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik (Djamarah, 2006: 122). Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya adalah media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan media akan membantu siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran secara maksimal.

Media yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan menulis dongeng adalah media komik. Media komik temasuk ke dalam media visual. Media komik merupakan media yang berbentuk gambar kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar (Sudjana, 2010: 64). Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Media komik ini dirancang dengan menyajikan gambar-gambar atau karakter binatang (fabel) sehingga diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menulis dongeng. Namun, komik yang digukanan akan disajikan dalam bentuk komik. Tanpa adanya teks yang terdapat dalam komik, maka diharapkan dapat memberi stimulus kepada siswa sehingga mengembangkan imajinasinya dan terjadi proses kreatif sastra dalam penulisan dongeng. Dengan demikian,


(31)

peng-5

gunaan media komik ini akan lebih efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan berbagai hal yang telah dipaparkan, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji tentang keefektifan penulisan dongeng menggunakan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran. Penelitian ini diberi judul peningkatan kemampuan menulis dongeng melalui penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran.

Peneliti memilih media komik sebagai sarana agar memudahkan siswa dalam menulis dongeng sesuai dengan karakter gambar yang sudah tersedia. Seorang siswa dalam proses menulis dongeng sering mengalami kesulitan dalam mengungkapkan isi cerita, gagasan, dan pikirannya.Para siswa hanya bermain kata-kata dalam pikiran tanpa menuliskannya, sehingga proses penulisan dongeng terasa sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Dengan pemanfaatan media ini, peneliti mengharapkan proses pembelajaran menulis dongeng akan efektif untuk meningkatkan kemahiran dalam menulis sastra serta dapat menumbuhkan minat siswa dalam menulis dongeng. Proses penulisan dongeng ini akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif serta dapat memberikan hasil yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yakni secara khusus dan secara umum. Rumusan masalah secara khusus adalah sebagai berikut “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis dongeng melalui penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013?”


(32)

6

Selanjutnya, secara lebih rinci rumusan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah perencanaan pelaksanaan kemampuan menulis dongeng

melalui penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran?

2. Bagaimanakah pelaksanaan kemampuan menulis dongeng melalui

penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran kemampuan menulis dongeng melalui penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini dibagi dua yakni khusus dan umum. Penelitian tindakan ini tujuan khusus adalah untuk

mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis dongeng melalui penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013.

Selanjutnya tujuan secara lebih rinci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.Mendeskripsikan rencana pembelajaran kemampuan menulis dongeng melalui

penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran?

2. Mendeskripsikan pelaksanaan peningkatan kemampuan menulis dongeng melalui penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima?


(33)

7

3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis dongeng melalui

penggunaan media komik pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawa-ran?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis sebagai berikut.

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan minat keterampilan menulis dongeng sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru memanfaatkan media komik dalam menyampaikan materi menulis dongeng siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran dan sekolah lain, pada umumnya dalam meningkatkan kemampuan menulis kembali dongeng.

c. Bagi calon peneliti

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh calon peneliti untuk meneliti masalah lain yang ada kaitannya dengan menulis dalam bahasa maupun sastra Indonesia.


(34)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Menulis Dongeng

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang

kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tu-lisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya (Suparno, 2008: 1.29). Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca, dan berbicara, akan memberinya masukan berharga untuk kegiatan menulis. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian tentang menulis.

2.1.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno,2008:1.3). Menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan (Santosa, 2009: 6.14).

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang


(35)

9

lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan, 1985: 21).

Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti mengacu pada pendapat yang

mengatakan bahwa menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan (Santosa, 2009: 6.14).

2.1.2 Maksud dan Tujuan Menulis

Maksud dan tujuan menulis adalah sebagai berikut.

a) Tulisan yang bertujuan untuk membetitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

b) Tulisan yang bertujuan untuk menyakinkan atau mendesak disebut wacana pesuasif (persuasive discourse).

c) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau

literary discourse).

d) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

( D’ Angelo dalam Tarigan ,1985: 23-24).

2.1.3 Pengertian Dongeng

Dongeng termasuk dalam jenis prosa lama. Menulis dongeng juga merupakan keterampilan menulis yang tidak mudah. Dalam proses menulis dongeng, penulis memerlukan motivasi belajar, kepekaan, dan daya imajinasi. Penguasaan


(36)

10

keterampilan menulis dongeng akan membuahkan hasil yang baik bila disertai dengan membaca dongeng-dongeng yang telah ada.

Dongeng sering disebut cerita khayalan yang tidak masuk akal karena cerita dalam dongeng sebenarnya tak pernah terjadi dan tak mungkin terjadi (Kiftiawati, 2008: 1). Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (Syaefudin, 2008: 25). Dongeng ialah cerita khayal atau fantasi semata-mata, atau adakalanya yang dikaitkan dengan keadaan sebenarnya tetapi ditambah atau dibumbui dengan keanehan dan keajaiban sesuatu hal yang tidak masuk akal (Husnan, 1987: 82). Dongeng merupakan suatu cerita fantasi yang kejadian-kejadiannya tidak benar terjadi (Zulfahnur, 1998: 43).

Dari pendapat di atas, peneliti menyimpulkan pembelajaran menulis dongeng adalah kegiatan untuk menghasilkan sebuah tulisan berupa cerita khayal atau fantasi semata-mata, atau adakalanya yang dikaitkan dengan keadaan sebenarnya tetapi ditambah atau dibumbui dengan keanehan dan keajaiban sesuatu hal yang tidak masuk akal.

2.1.4 Jenis-Jenis Dongeng

Dongeng (berdasarkan isinya) dapat dibedakan atas:

a. Fabel ialah dongeng (cerita) tentang binatang yang dapat berkata-kata dan berpikir seperti manusia dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamya terdapat ajaran-ajaran hidup yang berharga (didaktis).


(37)

11

b. Legenda ialah dongeng yang dihubung-hubungkan dengan keanehan dan keajaiban alam, tetapi masyarakat menganggapnya sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi.

c. Mithe berasal dari kata “mythos” bahasa yunani yang berarti cerita, terutama

cerita tentang dewa-dewi atau pahlawan yang dipuja-puja. Jadi “mithe” ialah cerita (dongeng) tentang dewa-dewi atau pahlawan yang dikaitkan dengan kepercayaan animisme.

d. Sage berasal dari bahasa Jerman yang berarti “berkata”. Jadi, yang dimaksud dengan sage ialah cerita-cerita atau dongeng yang mengandung sedikit unsur sejarah di dalamnya. Kesaktian-kesaktian dan keajaiban-keajaiban (hal-hal fantastis tidak tertinggal dalam cerita ini).

e. Parabel ialah cerita-cerita yang berisi kiasan atau ibarat, yang di dalamya mengandung ajara-ajaran hidup yang dapat dipetik manusia.

f. Penggeli hati ialah cerita (dongeng) yang mengandung kelucuan, atau

perbuatan-perbuatan yang menggelikan, sehingga dapat menyebabkan tertawa (Husnan, 1987: 83-84)

2.1.5 Unsur-Unsur Pembangun Dongeng

Dongeng termasuk dalam ragam prosa fiksi. Suatu karya fiksi terwujud karena disusun dengan meramukan berbagai unsur. Elemen atau unsur-unsur yang membangun sebuah fiksi atau cerita rekaan terdiri tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa (Zulfahnur, 1998: 25).


(38)

12

a. Tema

Tema merupakan dasar (umum) cerita, dan cerita disusun dan dikembangkan berdasarkan tema. Tema “mengikat” pengembangan cerita. Atau sebaliknya, cerita yang dikisahkan haruslah mendukung penyampaian tema. Tema dalam karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya (Nurgiyantoro, 1998: 76).

Tema adalah ide sentral yang mendasari suatu cerita, tema mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai pedoman bagi pengarang dalam menggarap cerita, sasaran atau tujuan penggarapan cerita, dan mengikat peristiwa-peristiwa cerita dalam suatu alur (Zulfahnur, 1998: 25). Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau gagasan, sesuatu yang menjadi persolan bagi pengarang. Tema masih bersifat netral. Belum punya tendensi (kecenderungan) memihak (Surana, 1988: 26). b. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1998: 165). Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1998: 165).

Cerita dapat ditelusuri dan diikuti perkembangannya lewat tokoh-tokoh cerita atau penokohan cerita. Penokohan berasal dari kata tokoh yang berarti pelaku. Karena yang dilukiskan mengenai watak-watak tokoh atau pelaku cerita, maka disebut perwatakan atau penokohan. Dengan demikian perwatakan atau penokohan adalah


(39)

13

pelukisan tokoh atau pelaku melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah lakunya dalam cerita (Zulfahnur, 1998: 29).

c. Alur atau Plot

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa-peristiwa cerita yang disusun secara logis dan kausalitas (Zulfahnur, 1998: 27). Alur adalah cerita yang berisi peristiwa yang dihubungkan secara kausal (Stanton dalam Nurgiyantoro, 1998: 113). Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan hubungan sebab akibat (Akhyar dikutip Yulinar, 2009: 13).

Untuk memperoleh keutuhan sebuah cerita, sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (midle), dan tahap akhir (end). Ketiga tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah plot karya fiksi yang bersangkutan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1998: 142).

d. Latar

Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1998: 216). Latar adalah situasi tempat, ruang, dan waktu terjadinya cerita. Tercakup di dalamnya

lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan, benda-benda, dan alat-alat yang berkaitan dengan tempat terjadinya peristiwa cerita waktu, suasana dan periode sejarah (Zulfahnur, 1998: 37).


(40)

14

2.2 Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media akan sangat bermanfaat apabila media yang dipilih berdasarkan kegunaan sesuai dengan fungsi dan manfaat. Media akan memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembelajaran apabila guru dapat menggunakan media tersebut secara tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam menentukan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat memilih secara cermat, hal ini disebabkan setiap media memiliki karakteristik sendiri.

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2010: 3). Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4). Media pembelajaran adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya (Hernawan, 2010: 11.18) Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kamauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya (Wetty, 2004:55). Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2006: 121). Dari beberapa pendapat di atas, peneliti mengacu pada pendapat media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kamauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya.


(41)

15

2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media adalah sebagai berikut.

1. Menembus ruang dan waktu artinya, dengan menggunakan video rekaman, dan sebagainya siswa dapat berkenalan dengan peristiwa atau peradaban yang terjadi masa lampau, atau berada di tempat jauh.

2. Menerjemahkan pesan sebagai satuan yang esensial, artinya, dengan menggunakan sebuah diagram sebagai media, siswa dengan mudah dapat memahami suatu teori yang ruwet.

3. Memberikan pengalaman sosial emosional. Artinya, dengan suatu bentuk simulasi yang dimainkan di depan kelas, siswa dapat memperoleh

pengalaman sosial dan emosional.

4. Memberikan motivasi. Artinya, media dapat melakukan sesuatu terhadap siswa. Dengan mengetahui langsung hasil latihan komunikasi di

laboratorium bahasa, misalnya, siswa akan memperoleh motivasi yang lebih besar untuk latihan-latihan selanjutnya.

5. Memperjelas pemahaman. Artinya, suatu objek yang sulit untuk

dideskripsikan dengan kata-kata akan menjadi mudah dan sederhana bila dengan menggunakan model atau tiruannya yang diperlihatkan kepada mereka (Semi, 1989: 58).

Media pendidikan berfungsi sebagai berikut.

1. Mengubah titik berat pendidikan formal dari pendidikan yang menekankan pada pengajaran akademis, pengajaran yang hanya menekankan mengajar mata pelajaran, yang sebagian besar kurang berguna bagi kebutuhan


(42)

16

kehidupan anak beralih pada pendidikan yang mementingkan kebutuhan kehidupan anak.

2. Membangkitkan motivasi belajar pada siswa, karena

a) media pendidikan pada umumnya merupakan sesuatu yang baru pada anak, sehingga menarik perhatian anak,

b) penggunaan media pendidikan memberi kebebasan kepada anak lebih besar dibandingkan dengan cara belajar yang tradisional,

c) media pendidikan lebih konkret dan lebih mudah dipahami, d) memungkinkan anak untuk berbuat sesuatu,

e) mendorong anak untuk ingin tahu lehih banyak, dan lain-lain. 3. Memberikan kejelasan (classification)

Dengan penggunaan berbagai media anak mendapat pengalaman yang lengkap, yaitu melalui lambang, wakil dari benda yang sebenarnya, dan dengan melalui benda-benda yang sebenarnya.

4. Memberikan rangsangan (stimulation)

Penggunaan media pendidikan merangsang anak ingin tahu, keingintahuan merupakan pangkal dari ilmu pengetahuan, Karenanya rasa ingin tahu ini hendaknya kita eksploitir dalam proses belajar mengajar dengan pemakaian media pendidikan (Wetty, 2004: 61-62).

2.2.3 Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa (Hamalik dalam Arsyad,


(43)

17

2010: 15). Manfaat media pengajaran dapat membangkitkan rasa senang dan rasa gembira bagi para siswa, sehingga media dapat membantu memantapkan

pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, media pengajaran juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi (Arsyad, 2010: 16). Manfaat praktis penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut

1. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dari hasil belajar.

2. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu. 4. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya (Arsyad, 2010: 26).

2.2.4 Kriteria Pemilihan Media Pengajaran

Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut; (1) ketepatan dengan tujuan pengajaran, media pengajaran yang dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah


(44)

18

ditetapkan, (2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan

memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidaknya mudah dibuat oleh guru, (4) keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran, (5) tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung, (6) sesuai dengan taraf berpikir siswa sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa (Sudjana dalam Djamarah, 2006: 132).

2.2.5 Media Komik

Komik merupakan salah satu jenis media. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Gambar-gambar kartun dalam komik biasanya memuat esensi pesan yang harus

disampaikan dan dituangkan dalam gambar sederhana dan menggunakan simbol serta karakter yang mudah dikenal, juga dimengerti dengan cepat. Selain itu, pemilihan media komik didasarkan pada suatu alasan bahwa tujuan mengajar di kelas bukan hanya mentransformasikan pengetahuan saja, tetapi menumbuhkan peran aktif siswa.

Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana peserta didik membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca (Rohani, 1997: 79). Sebagai media pembelajaran komik mempunyai sifat sederhana, jelas, “mudah” dan juga bersifat “personal”. Komik diterbitkan dalam rangka tujuan komersial, informatif dan edukatif (Wetty, 2004: 78).


(45)

19

Komik merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan

memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Dengan demikian, komik bersifat humor. Komik memiliki cerita yang ringkas dan menarik

perhatian, dilengkapi dengan aksi. Selain itu komik dibuat lebih hidup dan diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara bebas (Sudjana dan Rivai, 2010: 64).

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti mengacu pada pendapat komik

merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Sudjana dan Rivai, 2010: 64).

2.3 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas sebagai hasil dari belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Dalam kegiatan belajar, berpikir dan berbuat merupakan serangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan (Sardiman, 2011: 96). Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.

Aktivitas belajar menulis dongeng berdasarkan media komik diharapkan mampu membantu siswa dalam proses pembelajaran penulisan dongeng sesuai dengan karakter media komik yang tersedia. Dengan adanya media ini, peneliti


(46)

20

mengharapkan proses pembelajaran menulis dongeng aktivitas siswa akan efektif untuk meningkatkan kemahiran dalam menulis serta dapat menumbuhkan minat siswa dalam menulis dongeng. Proses penulisan dongeng ini akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif serta dapat memberikan hasil yang diharapkan. Aktivitas belajar digolongkan dalam delapan golongan dan diuraikan seperti di bawah.

1. Aktivitas visual (visual activities), seperti membaca dan memperhatikan gambar demontrasi.

2. Aktivitas lisan (oral activities), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, dan diskusi.

3. Aktivitas mendengarkan (listening activities), contohnya mendengarkan uraian, percakapan, dan diskusi.

4. Aktivitas menulis (writing activities), seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.

5. Aktivitas menggambar (drawing activities), misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

6. Aktivitas motorik (motor activities), yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Aktivitas mental (mental activities), sebagai contoh menanggapi, mengingat, memecahkan soal, dan menganalisis.

8. Aktivitas emosi (emotional activities), misalnya, menaruh minat (Sardiman, 2011: 101).


(47)

21

Berdasarkan teori di atas dalam penelitian ini peneliti mengacu aktivitas belajar siswa dalam menulis dongeng pada aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, dan aktivitas emosi. Selanjutnya, aktivitas tersebut akan dijadikan instrumen penilitian yang akan dibicarakan di bab 3.


(48)

22

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2006: 1.15).

Kegiatan pertama penelitian adalah menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan disertai dengan observasi kemudian refleksi melalui diskusi antara peneliti, teman sejawat dan siswa (jika diperlukan) sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.

3.2 Setting Penelitian

Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Way Lima Pesawaran tahun pelajaran 2012/ 2013. Dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.


(49)

23

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Way Lima Pesawaran tepatnya kelas VII-C semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/ 2013. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII-C dan berlangsung hingga mencapai indikator yang telah ditentukan.

3.3 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan daur ulang atau siklus model, setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu, perencanaan, tindakan, mengamati, refleksi (Wardani, 2006 : 2.16). Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(50)

24

3.3.1 Perencanaan

a) Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri atas dua tindakan dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

b) Menetapkan kelas penelitian, yaitu kelas VII-C Waktu penelitian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Pelaksanaan pembelajaran diamati oleh observer, refleksi dan kolaborasi dilakukan setiap selesai pemberian tindakan.

c) Menyusun rencana pembelajaran dan alokasi waktu. d) Menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa media komik. e) Instrumen penelitian

3.3.2 Tindakan

Pelaksanaan setiap siklus dilaksanakan secara umum mengikuti prosedur sebagai berikut:

a) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan.

b) Melaksanakan pengamatan terhadap siswa oleh observer.

c) Mencatat semua peristiwa selama pembelajaran dengan instrumen penelitian.

d) Mengumpulkan data hasil pengamatan dari observer.

e) Mendiskusikan temuan-temuan dalam pembelajaran dan refleksi.

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan ( 4 × 40 menit ) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.


(51)

25

SIKLUS I

A. Pertemuan Pertama a. Kegiatan Awal

1. Guru mengondisikan kelas.

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

3. Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan media pembelajaran yang akan digunakan.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelaskan tentang pengertian prosa. 2. Siswa memberi contoh jenis-jenis prosa.

3. Siswa mendengarkan penjelaskan tentang dongeng. 4. Siswa dibagi kelompok

5. Siswa mengidentifikasi peristiwa dongeng 6. Siswa berlatih menulis kembali dongeng

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran pertemuan pertama siklus kesatu.

B. Pertemuan Kedua a. Kegiatan Awal

1. Guru mengondisikan kelas.

2. Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.


(52)

26

b. Kegiatan Inti

1. Guru membacakan dongeng

2. Guru melakukan tanya jawab mengenai dongeng yang dibaca 3. Siswa melakukan tanya jawab

4. Siswa menulis dongeng berdasarkan komik yang dibaca

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa mengadakan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kedua siklus satu.

3.3.3 Observasi

Observasi atau pengamatan terhadap keterampilan proses yang dikembangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati yaitu kinerja siswa dalam pembelajaran dan kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran melalui media komik. Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati dilakukan selama kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan media komik yang berlangsung di sekolah.

3.3.4 Refleksi

Merefleksi berarti menuangkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum terjadi atau kekeliruan dan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran sehingga tampak hasil penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan begitu dapat dicermati hasilnya secara positif maupun negatif. Refleksi berarti mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Dengan refleksi dapat melakukan perbaikan baru, menyusun rencana


(53)

27

baru. Hasil analisis refleksi digunakan untuk melaksanakan pada siklus berikutnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan observasi aktivitas siswa dan guru. Jenis tes yang digunakan adalah tes kemampuan menulis dongeng. Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.

1. Menugasi siswa menulis setelah melihat media komik. 2. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.

3. Guru mengevaluasi pekerjaan siswa secara keseluruhan dengan menggunakan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan sifat data yang diambil, seperti: lembar observasi siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan tes hasil belajar.

3.5.1 Instrumen Observasi Siswa

Observasi siswa adalah mengamati, melihat, dan menilai aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung ini berdasarkan aktivitas belajar ( Sardiman, 2011: 101). Lembar observasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut.


(54)

28

Tabel 3.1 Instrumen Observasi Siswa

No Unsur yang

Dinilai Kriteria Penilaian Skor

Skor Maks

1. Aktivitas Visual

Semua siswa terlihat membaca serta memperhatikan.

Ada 3-5 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.

Ada 6-8 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.

Ada 9-11 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.

Ada >11 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan. 5 4 3 2 1 5

2. Aktivitas Lisan

Semua siswa terlihat bertanya dan mengeluarkan pendapat.

Ada 3-5 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.

Ada 6-8 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.

Ada 9-11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.

Ada >11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat. 5 4 3 2 1 5

3. Aktivitas Mendengarkan

Semua siswa terlihat fokus mendengarkan penjelasan guru.

Ada 3-5 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.

Ada 6-8 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.

Ada 9-11 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.

Ada >11 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru. 5 4 3 2 1 5


(55)

29

4. Aktivitas Menulis

Semua siswa terlihat mandiri dalam menulis kembali dongeng.

Ada 3-5 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.

Ada 6-8 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.

Ada 9-11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.

Ada >11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng. 5 4 3 2 1 5

5. Aktivitas Mental

Semua siswa terlihat menanggapi, setiap pertanyaan baik dari guru maupun teman. Ada 3-5 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan baik dari guru maupun teman. Ada 6-8 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan baik dari guru maupun teman. Ada 9-11 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan baik dari guru maupun teman. Ada >11 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan baik dari guru maupun teman.

5 4 3 2 1 5

6. Aktivitas Emosi

Semua siswa terlihat berminat/antusias. Ada 3-5 siswa yang tidak berminat/antusias. Ada 6-8 siswa yang tidak berminat/antusias. Ada 9-11 siswa yang tidak berminat/antusias. Ada >11 siswa yang tidak berminat/antusias.

5 4 3 2 1 5

3.5.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media komik berlangsung di sekolah.


(56)

30

Table 3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

No Aspek

Skor

1 2 3 4 5

I PRAPEMBELAJARAN

1.Mempersiapkan siswa untuk belajar 2. Melakukan kegiatan apersepsi

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A Penguasaan Materi Pembelajaran

3.Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 4.Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

5.Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa 6.Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

8.Melaksanakan pembelajaran secara runtut 9.Menguasai kelas

10.Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

11.Melaksanakan pembelajaran yang

memungkinkan tumbuhnya kebiasaan posit 12.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu yang direncanakan

C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

13.Menggunakan media secara efektif dan efesien 14.Menghasilkan pesan yang menarik

15.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

D Pembelajaran yang Memicu dan Memilihara Keterlibatan Siswa

16.Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

17.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

18.Menumbuhkan kerjasama dan antusiasme siswa dalam belajar


(57)

31

19.Memantau kemajuan belajar selama proses 20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

F Penggunaan Bahasa

21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

22.Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

III PENUTUP

23.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

24.Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan

Jumlah

3.6.2 Instrumen Penilaian Kegiatan Menulis Dongeng

Kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Dongeng Melalui Pemanfaatan Media Komik

No Komponen Kriteria Penilaian Skor Skor Mak

s.

1 Judul

a.Judul menarik, singkat, dan relevan dengan isi. 5

5 b.Judul menarik, singkat, tetapi tidak relevan

dengan isi.

4 c. Judul menarik, panjang, tetapi relevan dengan

isi.

3 d. Judul menarik, panjang, tidak relevan dengan isi. 2 e. Judul tidak menarik, panjang, dan tidak relevan

dengan isi.

1 a. Isi dongeng ditulis berdasarkan hasil pengamatan

media komik, memperlihatkan perincian tentang unsur-unsur dongeng, tokoh, alur dan latar sangat lengkap

5 5

2 Isi b. Isi dongeng ditulis berdasarkan hasil pengamatan media komik, memperlihatkan perincian tentang unsur-unsur dongeng, tokoh, alur dan latar lengkap

4

c. Isi dongeng ditulis berdasarkan hasil

pengamatan media gambar, memperlihatkan


(58)

32

Skor yang diperoleh Skor Maksimal

perincian tentang unsur-unsur dongeng, tokoh, alur dan latar cukup lengkap

d. Isi dongeng ditulis berdasarkan hasil pengamatan media komik, tidak memperlihatkan perincian tentang unsur-unsur dongeng, tokoh, alur dan latar kurang lengkap

2

e. Isi dongeng ditulis bukan berdasarkan hasil pengamatan media komik, dan tidak

memperlihatkan perincian tentang unsur-unsur dongeng, tokoh, alur, dan latar tidak lengkap

1

3 Penyajian Bahasa

i. a.Terdapat 1-3 kesalahan pemakaian ejaan, diksi tepat, dan berupaya lebih dapat memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

5

5 ii. b.Terdapat 4-6 kesalahan pemakaian ejaan, diksi

kurang tepat, dan berupaya memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

4 iii. c.Terdapat 7-9 kesalahan pemakaian ejaan, diksi

kurang tepat, dan berupaya memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

3 d.Terdapat 10-12 kesalahan pemakaian ejaan,

diksi tidak tepat, dan tidak berupaya lebih dapat memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

2

e. Informasi yang dilukiskan tidak jelas, terdapat >15 kesalahan pemakaian ejaan, diksi tidak tepat, dan tidak berupaya memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

1

Skor Maksimal 15

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Membaca, menandai dan menskor setiap lembar hasil pekerjaan siswa per

aspek 1) Judul; 2) Isi dongeng; 3) Bahasa penyajian. 2. Menjumlah skor perolehan pekerjaan siswa.

3. Menentukan tingkat kemampuan siswa menulis dongeng.

4. Menghitung tingkat kemampuan menulis dongeng dengan rumus.


(59)

33

5. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolak ukur.

Tabel 3.5 Tolak Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Dongeng

No Rentang Nilai Keterangan

1 85% - 100% Baik Sekali

2 75% - 84% Baik

3 60% - 74% Cukup

4 40% - 59% Kurang

5 0% - 39% Gagal

(Nurgiyantoro, 1987: 363)

3.7 Indikator Keberhasilan

Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila kemampuan menulis dongeng yang diperoleh siswa mencapai 75% nilai 65,00. Berarti siswa tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dapat melanjutkan kemampuan dasar berikutnya.


(60)

(61)

65

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Ashar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belaja- Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan. 2011. Komik Dongeng Nusantara. Jakarta: Buku Seru.

Hernawan, Asep Herry. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Husna, Ema. 1987. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung. Kiftiawati. 2008. Ensiklopedia Sastra. Jakarta: Media Pusindo.

Nurgiyantoro, Burhan.1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Prees.

---.1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Santosa, Puji. 2009. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belaja- Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Semi, M. Atar . 1989. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandung: Angkasa Bandung.

Sudjana, Nana. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Lampung: Unila.

Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Syaefudin. 2008. Mengenal Karya Sastra Indonesi. Jakarta : Pacu Minat Baca.


(62)

66

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung.

Tim Universitas Lampung. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Lampung: Unila.

Wardani. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Zulfahnur. 1997. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.


(63)

67


(1)

Skor yang diperoleh Skor Maksimal alur dan latar cukup lengkap

d. Isi dongeng ditulis berdasarkan hasil pengamatan media komik, tidak memperlihatkan perincian tentang unsur-unsur dongeng, tokoh, alur dan latar kurang lengkap

2

e. Isi dongeng ditulis bukan berdasarkan hasil pengamatan media komik, dan tidak

memperlihatkan perincian tentang unsur-unsur dongeng, tokoh, alur, dan latar tidak lengkap

1

3 Penyajian Bahasa

i. a.Terdapat 1-3 kesalahan pemakaian ejaan, diksi tepat, dan berupaya lebih dapat memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

5

5 ii. b.Terdapat 4-6 kesalahan pemakaian ejaan, diksi

kurang tepat, dan berupaya memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

4 iii. c.Terdapat 7-9 kesalahan pemakaian ejaan, diksi

kurang tepat, dan berupaya memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

3 d.Terdapat 10-12 kesalahan pemakaian ejaan,

diksi tidak tepat, dan tidak berupaya lebih dapat memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

2

e. Informasi yang dilukiskan tidak jelas, terdapat >15 kesalahan pemakaian ejaan, diksi tidak tepat, dan tidak berupaya memperlihatkan perincian tentang komik yang dibaca.

1

Skor Maksimal 15

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Membaca, menandai dan menskor setiap lembar hasil pekerjaan siswa per

aspek 1) Judul; 2) Isi dongeng; 3) Bahasa penyajian. 2. Menjumlah skor perolehan pekerjaan siswa.

3. Menentukan tingkat kemampuan siswa menulis dongeng.

4. Menghitung tingkat kemampuan menulis dongeng dengan rumus.


(2)

5. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolak ukur.

Tabel 3.5 Tolak Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Dongeng

No Rentang Nilai Keterangan

1 85% - 100% Baik Sekali

2 75% - 84% Baik

3 60% - 74% Cukup

4 40% - 59% Kurang

5 0% - 39% Gagal

(Nurgiyantoro, 1987: 363)

3.7 Indikator Keberhasilan

Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila kemampuan menulis dongeng yang diperoleh siswa mencapai 75% nilai 65,00. Berarti siswa tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dapat melanjutkan kemampuan dasar berikutnya.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Ashar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belaja- Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan. 2011. Komik Dongeng Nusantara. Jakarta: Buku Seru.

Hernawan, Asep Herry. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Husna, Ema. 1987. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung. Kiftiawati. 2008. Ensiklopedia Sastra. Jakarta: Media Pusindo.

Nurgiyantoro, Burhan.1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Prees.

---.1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Santosa, Puji. 2009. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belaja- Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Semi, M. Atar . 1989. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.

Sudjana, Nana. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Lampung: Unila.

Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Syaefudin. 2008. Mengenal Karya Sastra Indonesi. Jakarta : Pacu Minat Baca.


(5)

Bandung: Angkasa Bandung.

Tim Universitas Lampung. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Lampung: Unila.

Wardani. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Zulfahnur. 1997. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII SMP DIRGANTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 22 71

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PENGUMUMAN MELALUI TEKNIK PELATIHAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 2 PUGUNG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 23 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 2 WAY LIMA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 63

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 12 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VII. 3 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 329

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP TRIMULYA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 7 108

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 10 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMPN 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS X MAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012/2013

0 6 64

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI STRATEGI INKUIRI PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BANDAR SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

0 0 12