PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN

SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh SRI HAYATI

Rendahnya kemampuan siswa dalam membacakan teks berita merupakan masalah dalam penelitian ini. Hal ini didasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 62,73%. Artinya nilai rata-rata tersebut belum mencapai KKM yang di- persyaratkan yaitu sebesar 65. Berdasarkan hasil tersebut, perlu diadakan peneliti-an tindakan dengan tujuan memperbaiki proses dan hasil pembelajaran membaca-kan teks berita sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena penelitian ini dilakukan oleh guru di dalam kelas. Proses pembelajaran membacakan teks berita menerapakan teknik pemodelan. Adapun alasan pemilihan teknik pemodelan dalam proses pembelajaran membacakan teks berita adalah untuk mengubah perilaku baru siswa melalui pengamatan guru (model), sehingga siswa dapat meniru perilaku yang dimodelkan atau terampil melakukan kegiatan seperti yang dimodelkan dan memotivasi siswa tentang apa yang dipelajari.

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D semester genap SMP Negeri 1 Pardasuka tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah 26 siswa. Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh seorang kolaborator bernama Dra. Dwi Ratna yang membantu selama proses pembelajaran untuk memperoleh data sebagai bahan laporan. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan hasil tes.

Penelitian sebanyak dua siklus. Setiap siklus dimulai dengan perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membacakan teks berita setiap siklus mengalami peningkatan. Sebelum pelaksanaan siklus satu, ada prasiklus. Hasil prasiklus dari 26 siswa yang tuntas 16 siswa dengan persentase 61,5% dan yang belum tuntas 10


(2)

iii Sri Hayati

siswa dengan persentase 38,4%. Selanjutnya pada siklus satu pembelajaran membacakan teks berita dengan menerapkan teknik pemodelan secara berpasangan siswa yang tuntas 18 orang dengan persentase 69,2% dan yang belum tuntas 8 orang dengan persentase 30,7%. Berdasarkan hasil siklus satu perlu dilanjutkan siklus dua dalam membacakan teks berita dengan menerapkan membacakan teks berita secara individu. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar 15,4% dari siklus satu. Siswa yang tuntas 22 orang dengan persentase 84,6% dan yang tidak tuntas 4 orang dengan persentase 15,3%.

Berdasarkan hasil penelitian membacakan teks berita dengan menerapkan teknik pemodelan secara individu dapat disimpulkan bahwa teknik pemodelan secara individu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membacakan teks berita sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA

MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN

SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh

SRI HAYATI

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA

MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN

SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh SRI HAYATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman


(6)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Persentase Nilai dan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus ………. 64 4.2 Nilai Rata-Rata Siswa pada Setiap Siklus ……… 65


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… ii

HALAMAN JUDUL ……… Iv LEMBAR PENGESAHAN ………. v

RIWAYAT HIDUP ……….. vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ………. viii

MOTTO ……… xi

DAFTAR ISI ……….... xii

DAFTAR BAGAN .………... xv

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR GRAFIK ………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………... . xviii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………. ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ………... 4

1.4 Manfaat Penelitian ……… 4

1.4.1 Manfaat Teoretis ……….. 4

1.4.2.Manfaat Praktis ……… 4

1.4.2.1 Bagi Siswa ……… 4

1.4.2.2 Bagi Guru ………... 5

1.4.2.3 Bagi Sekolah ………. 5

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Membaca ……… 6

2.2 Membaca Nyaring ………... 7

2.3 Kemampuan Membacakan Teks Berita ………. 10

2.4 Pendekatan Kontekstual ………. 15

2.4.1 Teknik Pemodelan ………. 21

2.4.2 Tujuan Teknik Pemodelan ……… 21

2.4.3 Penerapan Teknik Pemodelan pada Pembelajaran Membacakan Teks Berita ……….. 22


(8)

III. PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian … ……… 25

3.2 Setting Penelitian ...……… 26

3.2.1 Tempat Penelitian ……….. 26

3.2.2 Waktu Penelitian ………... 26

3.3 Subjek Penelitian ..………. 27

3.4 Indikator Kinerja ……… 27

3.5 Rencana Penelitian Tindakan Kelas ………... 27

3.6 Prosedur Tindakan ………. 27

3.6.1 Perencanaan Tindakan ……….. 28

3.6.2 Pelaksanaan Tindakan ...………... . 28

3.6.3 Observasi ……….. 30

3.6.4 Refleksi ……….. 30

3.7 Teknik Pengumpulan Data ...………. 30

3.7.1 Tes ...………. . 30

3.7.2 Observasi ………... 31

3.7.3 Wawancara ...……… 31

3.8 Teknik Analisis Data ….……… 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………... 38

4.1.1 Siklus Satu ...……….. 39

4.1.1.1 Perencanaan ...……….... 39

4.1.1.2 Tindakan ..……….. 39

4.1.1.3 Pengamatan ……… 42

4.1.1.4 Refleksi ……….. 49

4.1.2 Siklus Dua ………. 51

4.1.2.1 Perencanaan ……….. 52

4.1.2.2 Tindakan ………... 53

4.1.2.3 Pengamatan ..………... 55

4.1.2.4 Refleksi ..……… 63

4.2 Pembahasan ……… 66

4.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 66

4.2.2 Proses Pelaksanaan Observasi Siswa dan Guru ...……… 67

4.2.3 Pembelajaran Membacakan Teks Berita Melalui Teknik Pemodelan ... 68

4.2.4 Peningkatan Keterampilan Membacakan Teks Berita ...……….. 69

4.2.5 Kelebihan dan Keterbatasan Penerapan Teknik Pemodelan dalam Pem- belajaran Membacakan Teks Berita ………. 70

4.2.5.1 Kelebihan Teknik Pemodelan dalam Pembelajaran Membacakan Teks Berita ……… 71

4.2.5.2 Keterbatasan Teknik Pemodelan dalam Pembelajaran Membaca- kan Teks Berita ……….. 71

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………. 73


(9)

.2.1 Untuk Guru ………. 74

5.2.2 Untuk Siswa ………... 75

5.2.3 Untuk Sekolah ……… 75

DAFTAR PUSTAKA ……… 76


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membacakan Teks Berita …………... 32 3.2 Indikator Penilaian Kemampuan Membacakan Teks Berita ………... 32 3.3 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Membacakan Teks Berita ………... 37 4.1 Data Proses Pembelajaran Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D Siklus Satu ……… 42 4.2 Hasil Tes Kemampuan Membacakan Teks Berita dengan Penerapan Teknik Pemo- delan ……….. 44 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D

Siklus Satu ……… 45 4.4 Data Kemampuan Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D Secara Menyelu- ruh pada Siklus Satu ……….. 46 4.5 Rata-Rata Skor Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D Siklus Satu ………. 47 4.6 Hasil Persentase Membacakan Teks Berita pada Siswa Kelas VIII D Siklus Satu ... 48 4.7 Data Proses Pembelajaran Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D Siklus

Dua ……….. 56 4.8 Hasil Tes Kemampuan Membacakan Teks Berita dengan Penerapan Teknik Pemo- delan ………. 57 4.9 Distribusi Frekuensi Kemampuan Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D

Siklus Dua ……….... 59 4.10 Data Kemampuan Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D Secara Menyelu- ruh pada Siklus Dua ……….. 59 4.11 Rata-Rata Skor Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D Siklus Dua ………. 60 4.12 Hasil Persentase Membacakan Teks Berita pada Siswa Kelas VIII D Siklus Dua ... 61 4.13 Hasil Peningkatan Membacakan Teks Berita Siswa Kelas VIII D ……… 70


(11)

MOTTO

“Pendidikan itu adalah perhiasan di waktu senang dan tempat berlindung di waktu susah.“

“Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya.“

“Setiap orang dilahirkan sebagai juara, asalkan setiap mengalami kegagalan selalu bangkit kembali.“


(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

:

Drs. Iqbal Hilal, M.Pd.

Penguji

:

Dr. Edi Suyanto, S.Pd., M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing:

Drs. Imam Rejana, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang memiliki segala keindahan dan kesempurnaan hakiki yang telah menghantarkan cinta dan kasih sayang kepada kita. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang tercinta dan terdekatku.

1. Kedua orang tuaku dan mertuaku yang telah memberikan doa restu dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya.

2. Suami dan kedua permata hatiku Kiki Prayoga dan Ulfa Azizah yang selalu memberi semangat dan motivasi serta kebersamaan sehingga memberikan kedamaian dan keberhasilan.

3. Teman sejawat di SMP Negeri 1 Pardasuka yang telah membantuku dalam menyelesaikan karya tulis ini.

4. Teman-teman seperjuangan mahasiswa S-1 dalam Jabatan Angkatan 2010 yang

telah seiring sejalan dalam menyelesaikan kuliah ini.

5. Dosen-dosenku yang telah membantu menyelesaikan kuliahku.

Semoga Allah Swt, senantiasa melindungi kita dalam cinta dan kasih-Nya sehingga kita menjadi umat-Nya yang selalu bersyukur dan bertaqwa. Amin.


(14)

Judul PTK : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Nama Mahasiswa : Sri Hayati

NPM : 1013116018

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. Dr. Edi Suyanto, S.Pd., M.Pd. NIP 196001211988101001 NIP 196307131993111001

Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 194804211978031004


(15)

RIWAYATHIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah desa yang bernama Saribumi, Kelurahan Wates, Keca-matan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, pada tanggal 16 Juli 1968, anak keempat dari enam bersaudara, buah cinta dari pasangan Bapak Sariman dan Ibu Mardiah. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Wates Gadingrejo lulus tahun 1981, SMP Negeri 2 Pringsewu lulus tahun 1984, SMA Negeri 1 Pringsewu lulus tahun 1987, Diploma III Akta III Unila Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni lulus tahun 1990.

Tanggal 1 Maret 1993 penulis mulai tugas di SMP Negeri 3 Padang Cermin Way Ra- te, mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada tanggal 1 Maret 1997 penulis pindah tugas di SMP Negeri 1 Pardasuka, mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia hingga sekarang.

Tahun 2010 penulis mengikuti program pendidikan S-1 dalam Jabatan dari Dinas Pendidikan di FKIP Unila. Penulis sudah melaksanakan program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) atau Program Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SMP Negeri 1 Pardasuka tempat penulis mengajar, beralamat di Jalan Kompleks Lapangan Garuda Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.


(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membacakan Teks Berita Melalui Penerapan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Pardasuka Tahun Pelajaran 2010/2011”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian PTK ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran mulai dari pembuatan laporan proposal hingga penyelesaian PTK ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

2. Dr. Edi Suyanto, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dan pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswa S-1 dalam Jabatan dengan penuh ketegasan dan motivasi yang kuat sehingga kami terpacu untuk menyelesaikan


(17)

ix

PTK ini.

3. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni dan dosen pembahas yang telah memberikan arahan, masukan, kritik, dan saran demi

kesempurnaan penulisan PTK ini.

4. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila beserta stafnya.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan. 6. Seluruh staf administrasi dan karyawan Tata Usaha Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni FKIP Unila yang telah membantu dan melayani dalam menyelesaikan segala administrasi yang penulis butuhkan.

7. Drs. M. Husen selaku Kepala SMP Negeri 1 Pardasuka yang selalu memotivasi dan membantu kelancaran dalam penelitian dan penyusunan PTK ini.

8. Teman sejawat, Dra. Dwi Ratna yang telah membantu dalam proses pelaksanaan penelitian.

9. Orang tua, mertua, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan.

10.Teman-teman seperjuangan mahasiswa S-1 dalam Jabatan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Angkatan 2010/2011 yang telah memotivasi dan berpartisipasi dalam penyelesaian PTK ini.

Semoga Allah Swt membalas kebaikan dan pengorbanan Bapak, Ibu, dan teman-teman. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi


(18)

x

kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya ini bisa bermanfaat bagi semua, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Bandarlampung, September 2011 Penulis


(19)

1. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keterampilan berbahasa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP,

2006: 458) mencakup empat segi, yaitu (a) keterampilan menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan

dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya (Tarigan, 2008: 1).

Salah satu keterampilan berbahasa yang penting diajarkan kepada siswa adalah Keterampilan membaca. Membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian ketrampilan-keterampilan yang lebih kecil Broughton (dalam Tarigan, 2008: 11).

Keterampilan membaca dengan Standar Kompetensi (SK) memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring. Kompetensi Dasar (KD) membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas, dengan indikator mampu memberi tanda penjedaan dalam teks berita, mampu membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas, serta ekspresi yang sesuai dengan konteks.


(20)

2 Membacakan teks berita adalah membaca teks berita dengan bersuara nyaring, pelafalan jelas, dan intonasi yang jelas agar dapat didengar oleh orang lain. Dalam membacakan teks berita, pembaca dituntut mampu melafalkan kata secara benar dan menggunakan intonasi dengan tepat maupun volume suara jelas. Keterampilan membacakan teks berita diajarkan dengan tujuan siswa dapat membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas, serta ekspresi yang sesuai dengan konteks.

Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Pardasuka kelas VIII D semester genap tahun pelajaran 2010/2011, pembelajaran kemampuan membacakan teks berita siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Pardasuka yaitu 65. Dalam kegiatan pembelajaran membacakan teks berita, dari jumlah 26 siswa kelas VIII D, siswa yang mencapai KKM hanya 16 orang (61,5%). Siswa yang belum mencapai KKM 10 orang (38,4%).

Dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif, kurang motivasi, siswa kurang lancar dalam membaca, kurang menguasai intonasi, sering salah dalam melafalkan kata-kata, volume suara terlalu pelan. Hal ini disebabkan siswa kurang terbiasa untuk maju di depan kelas dalam kegiatan membaca khususnya membacakan teks berita, sehingga mereka tidak punya keberanian dan merasa kurang percaya diri. Selain kurang menguasai hal-hal tersebut, sebagian siswa kurang kreatif dan kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memilih salah satu teknik pembelajaran dari bermacam-macam teknik yang


(21)

3 dibaca dari berbagai buku penunjang, yaitu teknik pemodelan. Ada dua alasan yang mendasari mengapa diterapkan teknik pemodelan dalam pembelajaran membacakan teks berita. Alasan yang pertama adalah untuk mengubah perilaku baru siswa melalui pengamatan model pembelajaran yang dilatihkan adalah perlu. Dengan pengamatan guru (model) yang melakukan kegiatan membacakan teks berita, maka siswa dapat meniru perilaku (langkah-langkah) yang dimodelkan atau terampil melakukan kegiatan membacakan teks berita seperti yang dimodelkan. Alasan yang kedua adalah untuk mendorong perilaku siswa tentang membacakan teks berita.

Dengan teknik pemodelan, peneliti berharap pembelajaran membacakan teks berita akan dapat memperbaiki kekurangan siswa dalam memahami intonasi, artikulasi, volume suara, dan ekspresi dalam membacakan teks berita, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan KKM yang ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan membacakan teks berita melalui penerapan teknik pemodelan secara kelompok maupun secara individu pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII D di SMP Negeri 1 Pardasuka.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut “bagaimanakah peningkatkan kemampuan membacakan teks berita melalui penerapan teknik pemodelan siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Pardasuka tahun pelajaran 2010/2011.”


(22)

4 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

a. Memperbaiki proses pembelajaran membacakan teks berita dengan penerapan

teknik pemodelan.

b. Meningkatkan hasil pembelajaran membacakan teks berita dengan

menerapkan teknik pemodelan agar siswa mencapai KKM yang ditentukan, yakni 65.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa, dengan penerapan teknik pemodelan dalam meningkatkan kemampuan membacakan teks berita.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis meliputi tiga komponen, sebagai berikut. a. Bagi Siswa

1. Meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa dalam membacakan teks berita baik secara berpasangan maupun individu.

2. Meningkatkan keberanian siswa membacakan teks berita di depan kelas. 3. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam membacakan teks berita.


(23)

5 b. Bagi Guru

1. Memperbaiki proses pembelajaran membacakan teks berita agar tidak lagi

monoton.

2. Memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Menemukan strategi pembelajaran yang tepat yang bersifat variatif. c. Bagi Sekolah

1. Meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan sekolah. 2. Meningkatkan prestasi sekolah.


(24)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Membaca

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka rona (Tarigan, 2008: 1).

Sebagai suatu keterampilan, keterampilan membaca hanya akan dapat dicapai dengan baik jika disertai dengan upaya latihan yang sungguh-sungguh. Bentuk latihan dapat dilakukan per aspek atau per komponen keterampilan tertentu atau dapat pula secara sekaligus langsung mempraktikkannya Tarigan (dalam Kholid dan Lilis, 1998: 11).

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis Hodgson (dalam Tarigan, 2008: 7). Pendapat tersebut juga dijelaskan oleh Soedarsono (2001: 4) bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Menurut Edward L. Thorndike membaca pada hakikatnya adalah proses berpikir dan bernalar yang melibatkan aspek-aspek seperti mengingat, memahami, membeda-


(25)

7 bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan (dalam Nurhadi, 1987: 13). Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas adalah bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya Lado (dalam Tarigan, 2008: 9).

Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Dalam kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan. Oleh karena itu, dalam kegiatan membaca kita harus mengenali lambang tulis tertentu itu mewakili (melambangkan atau menyarankan) bunyi tetentu yang mengandung makna tertentu pula. Dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebagian besar perolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca.

2.2 Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami, informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Pada membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif ingatan pendengaran dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita seperti alat-alat ucap kita Moultan (dalam Tarigan, 2008: 23). Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain (dalam Kholid dan Lilis, 1998: 23).


(26)

8 Tujuan utama membaca nyaring yaitu pengkomunikasian isi bacaan. Pembaca dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa dan dituntut untuk mampu melakukan ‘proses pengolahan’ agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambang-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh pendengarnya (dalam Kholid dan Lilis, 1998: 23).

Tujuan akhir yang diharapkan dari membaca nyaring adalah kefasihan atau mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata, membaca dengan tidak terus menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas (dalam Kholid dan Lilis, 1998: 24).

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pembaca nyaring secara umum antara lain

a. harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan;

b. harus mempelajari keterampilan menafsirkan lambang-lambang tertulis, seperti

tanda pungtuasi serta tanda-tanda baca lainnya, misalnya tanda titik, koma, tanya, seru dan sejenisnya agar dirinya dapat menyusun kata-kata dengan intonasi yang sesuai dengan maksud si penulis serta ucapan-ucapan yang disampaikannya terasa hidup;

c. harus memiliki kecepatan penglihatan mata yang tinggi serta pandangan mata

yang jauh, karena dia harus melihat pada bacaan untuk memelihara kontak dengan pendengar; dan


(27)

9 nanya bagi para pendengar.

Selain keempat hal tersebut, untuk mendapatkan kefasihan dalam membaca nyaring maka seorang pembaca dituntut untuk memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik. Masalah kepercayaan diri ini merupakan hal yang penting untuk dicermati dalam membaca nyaring karena seperti yang telah dijelaskan bahwa pada hakekatnya kegiatan membaca nyaring ini diperuntukan bagi orang lain (pendengar). Dengan demikian sang pembaca, baik langsung maupun tidak langsung saat dia melakukan kegiatan membaca harus berhadapan dengan orang lain (pendengarnya). Kalau tingkat kepercayaan dirinya rapuh maka boleh jadi saat dia melakukan kegiatan membaca nyaring, dirinya akan banyak mendapat kesulitan, seperti dilanda rasa gugup.

Menurut E. Kosasih (2010: 82) teknik membaca nyaring cocok diterapkan untuk KD membacakan pengumuman, berita, naskah/teks upacara, dan membacakan puisi. Aspek yang dikembangkan dari ini adalah

a. Kejelasan suara, pemahaman atas isi naskah.

b. Penggunaan intonasi, lafal, dan tekanan.

Kegiatanya dapat dilakukan sebagai berikut

a. Guru menyajikan model membacakan naskah (misalnya berita).

b. Guru membahas isi dari berita itu, termasuk cara-cara membacakannya.

c. Para siswa diminta untuk membacakan teks berita di depan kelas secara

bergiliran.


(28)

10

2.3 Kemampuan Membacakan Teks Berita

Kemampuan Membacakan Teks Berita sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring. Kompetensi Dasar (KD) membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas. Dengan Indikator mampu membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas, serta ekspresi yang sesuai dengan konteks.

Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar (KBBI, 2002: 140). Menurut Wahono (2007: 106) berita merupakan kabar atau informasi yang disampaikan kepada orang lain. Berita dapat berarti kabar atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita dapat juga bermakna informasi yang disampaikan kepada khalayak ramai tentang suatu peristiwa (Wahono: 142). Berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat (Depdiknas, 2004: 8).

Membacakan adalah membaca nyaring (melisankan tulisan) untuk orang lain (KBBI, 2002: 83). Membacakan teks berita adalah membaca teks berita dengan bersuara nyaring, pelafalan jelas, dan intonasi yang tepat agar dapat didengar oleh orang lain (Wahono, 2007: 158). Menurut Simpati, (2010: 47) membacakan teks berita berarti membacakan teks mengenai berita kepada orang lain atau pendengar dengan melafalkan kata secara benar dan menggunakan intonasi dengan tepat maupun volume suara secara jelas.

Kemampuan artinya kesanggupan; kecakapan; kekuatan (KBBI, 2002: 707). Kemampuan membacakan teks berita diartikan sebagai kemampuan untuk


(29)

11 membaca teks berita dengan bersuara nyaring, pelafalan jelas, dan intonasi yang tepat agar dapat didengar oleh orang lain (Nurgiantoro, 2009: 249). Kemampuan membacakan teks berita adalah kemampuan menyampaikan berita kepada orang lain (Agus Suprianto, 2007: 164).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas adalah seorang siswa dikatakan mampu membacakan teks berita jika siswa tersebut memiliki kemampuan/kesanggupan untuk membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, pelafalan yang jelas, ekspresi yang sesuai dengan isi berita, dan volume suara yang nyaring agar dapat di dengar oleh orang lain (Indikator Konsep KTSP). Tujuan pengajaran membacakan teks berita biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom: aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, maka tugas yang diberikan kepada siswa pun hendaknya juga mencakup ketiga aspek tersebut. Tugas kognitif berupa kemampuan membacakan teks berita dengan intonasi tepat, pelafalan jelas, ekspresi yang sesuai dengan isi berita, volume suara yang nyaring agar dapat didengar oleh orang lain. Tugas afektif berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membacakan teks berita. Siswa harus berani dan percaya diri untuk membacakan teks berita di depan kelas, melalui mengamatan model dan latihan. Tugas psikomotor berupa aktivitas fisik siswa sewaktu membacakan teks berita. Pada waktu membacakan teks berita di depan kelas, siswa kreatif, pandangan mata tidak selalu tertuju pada teks, gerakan anggota badan mendukung isi berita yang dibacakan sehingga tidak terkesan kaku. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan (Nurgiantoro, 2009: 247).


(30)

12 Tips membacakan teks berita menurut Pardjimin (2005: 121).

sebelum kita membacakan teks berita, terlebih dahulu kita harus membaca dengan teliti sampai kita benar-benar memahaminya. Setelah itu tentukan jeda yang tepat, kapan kita berhenti sejenak membacakannya, dan kata-kata mana yang harus dibacakan dengan penekanan khusus.

Seorang pembaca berita di TV atau radio tidak langsung membacakan teks berita, tetapi ia membaca berulang-ulang dan memahami isi berita tersebut terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pembaca berita mampu membacakannya secara tepat. Sebelum membacakan teks berita, pembaca berita perlu memberi penanda tertentu pada teks berita agar mampu membacakan secara tepat (Wahono, 2007: 158).

Dalam membacakan teks berita, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

a. Intonasi, yaitu lagu kalimat atau ketetapan naik turunnya nada dalam kalimat.

Misalnya tanda koma, titik dua, titik koma digunakan untuk intonasi naik atau tinggi. Tanda titik digunakan untuk menandai intonasi turun atau berhenti. Tanda tanya digunakan untuk menandai intonasi naik.

b. Ekspresi atau mimik, yaitu perubahan raut muka ketika membacakan teks

berita. Usahakanlah raut muka bersahabat.

c. Volume suara, yaitu keras lirihnya suara. Suara harus jelas dan dengan volume

suara yang cukup. Suara harus dapat di dengar dengan jelas oleh pendengar. Jika menggunakan mikrofon, suara harus disesuaikan dengan situasi.

d. Jeda, yaitu pemberhentian sementara atau pemenggalan kalimat.


(31)

13

f. Gerak atau gestur, yaitu gerakan anggota badan terutama kepala. Seorang

pembaca berita tidak kaku menghadap ke depan atau ke arah teks terus. Ada kalanya menatap ke depan. Kadang sedikit anggukan kepala, tatapan mata, yang tujuannya berkomunikasi dengan pendengar (Wahono, 2007: 158).

Agar dapat membacakan berita dengan baik, seseorang tidak langsung membacakan teks, tetapi perlu membaca berulang-ulang terlebih dahulu dan memahami isi berita tersebut sebelum teks berita dibacakan. Hal ini bertujuan agar pembaca berita mampu membacakannya secara tepat. Sebelum dibacakan, teks berita tersebut perlu diberi penanda tertentu agar tepat membacakannya. Contoh Teks Berita

Selamat pagi, selamat bertemu kembali dalam siaran berita pagi.

Pesawat Mandala Boeing 737–200 jatuh lalu meledak saat lepas landas dari Bandara Polonia, Medan menuju Jakarta, Senin (5–9) sekitar pukul 9.40 WIB. Peristiwa tersebut menewaskan 149 orang.

Sebelum jatuh dan meledak di permukiman Padang Bulan atau berjarak 500 meter dari bandara, pesawat diperkirakan mengalami gangguan mesin sehingga tidak sempurna saat tinggal landas dari ujung landasan. Pesawat yang dikemudikan Kapten Pilot, Askar Timur masih dinyatakan laik terbang hingga 2016.

Sekian perjumpaan kita untuk pagi hari ini, saya Elly Shintia dan Dita Paramita segera undur diri dari hadapan Anda. Selamat berpisah sampai jumpa lagi pada pukul 07.30 WIB.


(32)

14 Agar berita yang akan dibacakan tersebut mudah dibaca dan dapat dipahami oleh pendengar secara baik, berita tersebut perlu diberi penanda atau penjedaan. Tanda penjedaan yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Tanda satu garis miring (/) digunakan untuk jarak satu hembusan nafas atau

satu ketukan, antarkata dalam frase. Dilagukan dengan intonasi naik.

b. Tanda dua garis miring (//) digunakan untuk tempo ucap dua ketukan,

antarfrase dalam klausa. Pembacaanya dengan intonasi naik atau meninggi.

c. Tanda silang ganda atau kres (#) digunakan antarkalimat dalam wacana.

Pembacaanya dengan intonasi turun atau titik. Contoh :

Selamat pagi/ selamat bertemu kembali// dalam siaran berita pagi#

Pesawat Mandala Boeing 737–200/ jatuh lalu meledak saat lepas landas/ dari Bandara Polonia Medan/ menuju Jakarta// Senin (5–9) sekitar pukul 9.40 WIB# Peristiwa tersebut// menewaskan 149 orang#

Sebelum jatuh dan meledak di permukiman Padang Bulan/ atau berjarak 500 meter dari bandara/ pesawat diperkirakan mengalami gangguan mesin// sehingga tidak sempurna saat tinggal landas dari ujung landasan# Pesawat yang dikemudikan Kapten Pilot Askar Timur/ masih dinyatakan laik terbang hingga 2016#

Sekian/ perjumpaan kita untuk pagi hari ini# Saya Shintia dan Dita Paramita// segera undur diri dari hadapan Anda# Selamat berpisah sampai jumpa lagi esok


(33)

15 hari pada pukul 07.30 WIB#

Berdasarkan contoh teks berita di atas tampak bahwa pemenggalan dalam melisankan berita tidak per kata, tetapi per makna. Hal ini bertujuan agar berita tersebut dengan mudah dibaca oleh pembaca berita dan dapat dipahami secara baik oleh pendengar.

Teks berita yang telah ditandai pemenggalannya di atas, dibaca dengan intonasi, ekspresi, volume suara, dan pelafalan yang tepat.

2.4 Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual,

yaitu: kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian

autentik (authentic assessment).

Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dan, selanjutnya siswa memanfaatkan kembali


(34)

16 pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok.

Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi duina nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. Ketujuh komponen utama pendekatan CTL, yaitu

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah pendekatan yang pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu PBM berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam PBM siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,


(35)

17 memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

Langkah-langkah kegiatan inquiri adalah

1. Merumuskan masalah;

2. Mengamati atau melakukan observasi;

3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya; dan

4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audiensi yang lain.

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.


(36)

18 Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis;

2. Mengecek pemahaman siswa;

3. Membangkitkan respons kepada siswa;

4. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;

5. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;

6. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;

7. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan

8. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar yang diperoleh dari sharing

antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar.

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya hiterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. Masyarak belajar bisa terjadi


(37)

19 apabila ada proses komunikasi dua arah.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Dalam pembelajaran konstektual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisihkan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa

1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu;

2. Catatan atau jurnal di buku siswa;

3. Kesan atau saran siswa mengenai pembelajaran hari itu;

4. Diskusi; dan


(38)

20

g. Penilaian Autentik (Autentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilaian autentik.

1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;

2. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif;

3. Yang diukur keterampilan dan performasi;

4. Berkesinambungan;

5. Terintegrasi; dan

6. Dapat digunakan sebagai feedback.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.


(39)

21

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.3.1 Teknik Pemodelan

Penulis memilih teknik pemodelan yang merupakan salah satu komponen dari pendekatan CTL dalam pembelajaran membacakan teks berita. Penulis memilih teknik pemodelan dalam penelitian ini karena dapat memperbaiki proses dan hasil pembelajaran membacakan teks berita.

Teknik pemodelan (modeling) adalah cara penyajian pelajaran di mana guru

menampilkan model yang bisa ditiru oleh siswanya. Siswa mengamati guru (model) yang melakukan kegiatan membacakan teks berita, kemudian siswa meniru perilaku (langkah-langkah) yang dimodelkan atau terampil melakukan kegiatan membacakan teks berita seperti yang dimodelkan (Trianto, 2010: 53).

2.3.2 Tujuan Teknik Pemodelan

Teknik pemodelan mempunyai tujuan sebagai berikut.

a. Untuk mengubah perilaku baru siswa melalui pengamatan model pembelajaran

yang dilatihkan.

b. Untuk memotivasi atau mendorong siswa tentang kegiatan membacakan teks

berita.

c. Agar siswa dapat meniru perilaku yang dimodelkan atau terampil melakukan


(40)

22

2.3.3 Penerapan Teknik Pemodelan pada Pembelajaran Membacakan Teks

Berita

Menurut Bandura (dalam Trianto, 2010: 53–54) teknik pemodelan (modeling) terdiri atas empat fase, yaitu fase atensi, fase retensi, fase produksi, dan fase motivasi. Sebuah kelas dikatakan menggunakan teknik pemodelan jika menerapkan keempat fase tersebut dalam pembelajarannya.

Fase Atensi : (1) Guru (model) memberi contoh kegiatan membacakan teks berita (demonstrasi) di depan siswa. Siswa melakukan observasi terhadap keterampilan guru dalam melakukan kegiatan membacakan teks berita menggunakan lembar observasi yang telah disediakan; (2) Guru bersama-sama siswa mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Tujuan diskusi ini adalah untuk mencari kekurangan dan kesulitan siswa dalam mengamati langkah-langkah kegiatan membacakan teks berita yang disampaikan oleh guru dan untuk melatih siswa dalam menggunakan lembar observasi.

Fase Retensi diisi dengan kegiatan guru menjelaskan struktur langkah-langkah kegiatan membacakan teks berita (demonstrasi) yang telah diamati oleh siswa. Fase Produksi, pada fase ini siswa ditugasi untuk menyiapkan langkah-langkah kegiatan membacakan teks berita (demonstrasi) sendiri sesuai dengan langkah-langkah yang telah dicontohkan, hanya dari sudut yang berbeda. Guru dan siswa memberikan refleksi sesudah KBM berlangsung.

Fase Motivasi berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan diskusi. Pada saat siswa membacakan teks berita siswa lain diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya.


(41)

23 Akhirnya guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan membacakan teks berita yang telah dilakukan.

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Pemodelan

Teknik pemodelan mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.

a. Kelebihan Teknik Pemodelan

1. Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkret.

2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

3. Proses pengajaran lebih menarik.

4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara yang

diamati dengan yang ditiru, dan mencoba melakukan sendiri.

b. Kekurangan Teknik Pemodelan

1. Teknik ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa

ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan pemodelan (demonstrasi) akan tidak efektif.

2. Fasilitas seperti peralatan dan tempat tidak selalu tersedia dengan baik.

3. Pemodelan memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping

memerlukan waktu yang cukup panjang.

Pembelajaran keterampilan membaca dengan menerapkan teknik pemodelan dalam kegiatan membacakan teks berita sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan membacakan teks berita siswa dituntut untuk terampil atau mampu membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas, serta ekspresi yang sesuai dengan konteks, maka


(42)

24 siswa perlu belajar untuk membacakan teks berita sampai mencapai keberhasilan sesuai dengan KKM yang ditetapkan.


(43)

25

III. PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009: 141). Dalam konsep PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hubungan keempatnya dipandang sebagai siklus. Untuk jelasnya siklus kegiatan dengan rancangan PTK model Kusuma adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1 Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi Tindakan

(Acting)

Perencanaan

(Planning) (Pengamatan Observating)

Refleksi (Reflecting)


(44)

26 Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang secara terus menerus. Bila pembelajaran membacakan teks berita dengan teknik pemodelan belum dapat meningkatkan kemampuan membacakan teks berita pada siklus pertama, penulis merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.

Siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam peningkatan hasil pembelajaran. Jika ada peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka siklus dapat diberhentikan meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan apabila dirasa tidak ada peningkatan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui sehingga mencapai tingkat kejenuhan.

3.2 Setting Penelitian

Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pardasuka Pringsewu, beralamat di Jalan Kompleks Lapangan Garuda Pardasuka. SMP Negeri 1 Pardasuka memiliki 20 rombongan belajar yang terdiri atas kelas IX 6 ruang, kelas VIII 7 ruang, kelas VII 7 ruang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan PTK sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian berlangsung


(45)

27 sampai mencapai indikator yang telah ditentukan.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Pardasuka dengan jumlah siswa 26 orang, terdiri atas laki-laki 12 orang dan perempuan 14 orang.

3.4 Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan PTK ini ditentukan pada aspek proses dan hasil pelaksana- an tindakan sampai pada perubahan yang dialami siswa. Dari segi proses 80% siswa aktif dalam pembelajaran. Sementara itu, dari segi hasil penelitian tindakan kelas dapat berhasil, jika siswa mendapat nilai 65 atau lebih sebanyak 75%.

3.5 Rencana PTK

Dalam PTK ini, peneliti merencanakan dalam beberapa siklus dan setiap siklusnya

terdiri atas a) rencana tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi, d) refleksi. Siklus kedua dan ketiga akan dilakukan apabila berdasarkan hasil

refleksi pada siklus satu dengan menerapkan teknik pemodelan untuk meningkatkan keterampilan membaca teks berita tidak berhasil atau tidak mencapai KKM. Dalam tindak lanjut, peneliti menganalisis hasil setiap siklus dengan berdiskusi dengan teman sejawat atau kolaborator.

3.6 Prosedur Tindakan

Pelaksanaan PTK ini dibuat dalam bentuk siklus. Secara leb1ih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklusnya sebagai berikut.


(46)

28

3.6.1 Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah a) Menyusun RPP sesuai dengan materi yang direncanakan.

b) Menyusun lembar pengamatan untuk pembelajaran keterampilan membacakan teks berita dengan menerapkan teknik pemodelan dan lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru di dalam kelas.

c) Menyiapkan lembar wawancara dengan siswa.

3.6.2 Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan (4 x 40 menit) dengan menggunakan langkah–langkah sebagai berikut.

SIKLUS I

A.Pertemuan Pertama

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengondisikan kelas.

2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

3) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menampilkan model membacakan teks berita. 2) Siswa mengamati model membacakan teks berita.

3) Guru dan siswa mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. 4) Siswa mengomentari tentang intonasi, artikulasi, dan ekspresi pembaca-


(47)

29 an teks berita.

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi

B.Pertemuan Kedua

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengondisikan kelas.

2) Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan struktur atau langkah-langkah membacakan teks berita yang telah diamati siswa.

2) Siswa menyiapkan langkah-langkah kegiatan membacakan teks berita sendiri sesuai dengan langkah-langkah yang dicontohkan hanya dari sudut yang berbeda.

3) Siswa membacakan teks berita secara individu.

4) Siswa bergantian menilai temannya dan memberi komentar. c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa mengadakan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kedua siklus satu.


(48)

30

3.6.3 Observasi

Oberservasi ini berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa maupun guru dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.

Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik pemodelan yang dilakukan oleh guru dan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

3.6.4 Refleksi

Merefleksi berarti menuangkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum terjadi atau kekeliruan dan kekurangan dalam pembelajaran, sehingga tampak hasil penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan begitu dapat dicermati hasilnya secara positif maupun negatif. Refleksi berarti mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Dengan refleksi dapat melakukan perbaikan baru, menyusun rencana baru, dan melakukan tindakan baru. Hasil analisis refleksi digunakan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.

3.7.1 Tes


(49)

31 yang digunakan adalah melakukan tes lisan yang berbentuk kegiatan membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas serta ekspresi yang sesuai dengan konteks.

3.7.1 Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan teknik pemodelan. Pedoman observasi atau pengamatan ini diisi selama pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda cek () pada setiap aspek yang diamati sesuai dengan kategori (keadaan di kelas), apakah termasuk kurang, cukup, baik, dan baik sekali. 3.7.2 Wawancara

Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran. Siswa diminta menuliskan jawaban hasil wawancara tersebut dilembar jawaban yang peneliti sediakan. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran membacakan teks berita dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran membacakan teks berita.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.


(50)

32 han akan di ikuti dengan penilaian secara bervariasi. Penilaian dilakukan dengan berpedoman pada rubrik atau pedoman penilaian yang telah disiapkan. Penilaian selama kegiatan latihan ini dikategorikan sebagai penilaian proses, pada akhir kegiatan pelatihan akan dilakukan penilaian hasil.

Penilaian proses

Selama pelatihan membacakan teks berita ini berlangsung, guru melakukan penilaian proses. Aspek yang dinilai dalam penilaian proses adalah sebagai berikut

Tabel 3.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membacakan Teks Berita

No. Aktivitas Sangat Baik Baik Cukup Kurang

1. Kerjasama 2. Kreatif 3. Berani 4. Menanggapi 5. Serius

Jumlah Penilaian hasil

Guru menilai kompetensi kinerja siswa dalam membacakan teks berita. Aspek yang dinilai dalam penilaian hasil adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Indikator Penilaian Kemampuan Membacakan Teks Berita

No Indikator Deskriptor Skor

1. Kelancaran  Pembacaanya lancar, tidak tersendat-sendat, dan pandangan mata tidak terpaku pada teks berita

 Pembacaanya lancar, tidak tersendat-sendat, tetapi pandangan mata sering tertuju pada teks berita

 Pembacaanya kurang lancar, agak tersendat-sendat, pandangan mata sering tertuju pada teks

3 2 1


(51)

33

No Indikator Deskriptor Skor

2 Intonasi  Intonasinya tepat dan jelas, pemenggalan kalimatnya sangat sesuai

 Terdapat beberapa intonasi yang kurang tepat

 Intonasinya banyak yang tidak tepat

3 2 1 3 Pelafalan  Ucapannya sangat jelas, sesuai dengan artikulasi

yang benar, dan tidak terdengar dialek kedaerahan

 Ucapannya jelas, sesuai dengan artikulasi yang benar, tetapi masih terdengar dialek kedaerahan

 Ucapannya kurang jelas, tidak sesuai dengan artikulasi yang benar, dan sering terdengar dialek kedaerahan

3 2 1 4 Ekspres/ mi-

mik  Ekspresi wajar dan sesuai dengan isi dan ragam berita yang dibacakan

 Ekspresi kurang wajar dan kurang sesuai dengan isi dan ragam berita yang dibacakan

 Ekspresi tidak wajar dan tidak sesuai dengan isi dan ragam berita yang dibacakan.

3 2 1 5 Volume

suara  Volume suara terdengar jelas Volume suara kurang terdengar jelas

 Volume suara tidak terdengar jelas

3 2 1 6 Gerak/

Ges-tur  Gerakan anggota badan terutama kepala selaras dengan ucapan

 Gerakan anggota badan terutama kepala kurang selaras dengan ucapan

 Gerakan kepala tidak ada atau terlihat kaku

3 2 1

Jumlah skor 18

Dimodifikasi dari Wahono (2007: 161) 1. Indikator Kelancaran

Kelancaran seseorang dalam membacakan teks berita akan lebih memudahkan pendengar dalam menangkap isi berita yang dibacakan.

Apabila siswa dalam membacakan teks berita lancar, tidak tersendat-sendat, dan pandangan mata tidak terpaku pada teks berita, maka siswa memperoleh skor 3. Apabila siswa dalam membacakan berita lancar, tidak tersendat-sendat, tetapi pandangan mata sering tertuju pada teks berita, maka siswa memperoleh skor 2. Apabila siswa dalam membacakan teks berita kurang


(52)

34 lancar, agak tersendat-sendat, pandangan mata sering tertuju pada teks, maka siswa memperoleh skor 1.

2. Indikator Intonasi

Setiap pembaca seharusnya berusaha agar suara terdengar merdu, enak didengar, dan mudah dipahami. Kemerduan suara ini terkait dengan intonasi, yaitu keras lembutnya suara, tinggi rendahnya nada, dan cepat lambatnya pembacaan. Ketepatan penggunaan intonasi mempunyai daya tarik tersendiri dalam membaca. Dengan tinggi rendahnya dan keras lembutnya suara, tidak akan menimbulkan suatu kejenuhan pendengar. Apabila dalam membacakan berita, siswa membacakan dengan intonasi yang tepat dan jelas, pemenggalan kalimatnya sangat sesuai, maka siswa memperoleh skor 3. Apabila dalam membacakan berita, terdapat beberapa intonasi yang kurang tepat, maka siswa memperoleh skor 2. Apabila dalam membacakan berita, terdapat banyak intonasi yang tidak tepat, maka siswa memperoleh skor 1.

3. Indikator Pelafalan

Pelafalan atau pengucapan yang tepat akan menentukan kualitas suara yang dihasilkan dalam pembacaan teks. Pelafalan dan pengucapan yang tepat akan membuat pendengar “berada” dalam teks yang Anda bacakan. Pendengar akan senang menyimak apa yang Anda bacakan. Sebaliknya pelafalan yang tidak tepat akan membuat pendengar tidak senang, jemu, bahkan ada kemungkinan pendengar akan meninggalkan Anda.


(53)

35 artikulasi yang benar, dan tidak terdengar dialek kedaerahan, maka siswa memperoleh skor 3. Apabila dalam membacakan berita ucapannya jelas, sesuai dengan artikulasi yang benar, tetapi masih terdengar dialek kedaerahan, maka siswa memperoleh skor 2. Apabila dalam membacakan berita ucapannya kurang jelas, tidak sesuai dengan artikulasi yang benar, dan sering terdengar dialek kedaerahan, maka siswa memperoleh skor 1. 4. Indikator Ekspresi/ Mimik

Perubahan raut muka juga diperlukan pada wanita kita membacakan teks berita. Usahakan raut muka bersahabat. Ketetapan ekspresi atau mimik dapat menunjang keefektifan berita yang dibacakan dan dapat menghindupkan komunikasi. Berita yang dibacakan harus diekspresikan sesuai dengan konteks.

Apabila siswa membacakan berita dengan ekspresi yang wajar dan sesuai dengan isi dan ragam berita yang dibacakan, maka siswa memperoleh skor 3. Apabila siswa membacakan berita dengan ekspresi yang kurang wajar dan kurang sesuai dengan isi dan ragam berita yang dibacakan, maka siswa memperoleh skor 2. Apabila siswa membacakan berita dengan ekspresi yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan isi dan ragam berita yang dibaca- kan, maka siswa memperoleh skor 1.

5. Indikator Volume Suara

Volume suara yaitu keras pelannya suara. Pada waktu membacakan berita suara harus jelas dan dengan volume yang cukup. Jangan terlalu keras dan jangan terlalu pelan. Lihat situasi dan pendengarnya.


(54)

36 Apabila siswa membacakan berita dengan volume suara yang jelas, maka siswa memproleh skor 3. Apabila siswa membacakan berita dengan volume suara yang kurang jelas, maka siswa memperoleh skor 2. Apabila siswa membacakan berita dengan volume suara yang tidak jelas, maka siswa memperoleh skor 1.

6. Indikator Gerak/ Gestur

Gerak yang dimaksud di sini yaitu gerak anggota badan terutama kepala. Pembacaan teks berita dapat diiringi dengan gerak-gerak yang selaras dengan ucapan. Pengucapan dan gerak adalah dua hal yang saling mendukung. Ucapan yang mantap dibantu dengan gerak yang tepat akan memberikan tekanan dan penonjolan. Intensitas ucapan akan semakin baik apabila di iringi dengan gerakan yang sesuai dengan maksud ucapan. Semua gerak yang mengiringi pengucapan harus dilakukan secara wajar tidak dibuat-buat dan spontan. Hal ini berarti bahwa gerak yang dilakukan tidak melebihi dan mengurangi intensitas ucapan.

Apabila siswa membacakan berita dengan gerakan yang selaras dengan ucapan, maka siswa memperoleh skor 3. Apabila siswa membacakan berita dengan gerakan yang kurang selaras dengan ucapan, maka siswa memperoleh skor 2. Apabila siswa membacakan berita tidak dengan gerakan terlihat tegang dan kaku, maka siswa memperoleh skor 1.

b. Guru menjumlah skor keseluruhan hasil pekerjaan siswa.


(55)

37

ℎ = ℎ 100

d. Menentukan tingkat kemampuan siswa membacakan teks berita dengan penghitungan persentase berdasarkan tolok ukur dibawah ini.

Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Membacakan Teks Berita

Interval Persentase Tingkat Kemampuan Keterangan

85% - 100% 75% - 84% 60% - 74% 40% - 59% 0% - 39%

Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal


(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Pardasu-ka dapat disimpulPardasu-kan sebagai berikut.

1.Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan teknik pemodelan. Proses pembelajaran membacakan teks berita pada siklus satu menerapkan teknik pemodelan secara berpasangan, sedangkan pada siklus dua menerapkan pemodelan secara individu. Ternyata penerapan teknik pemodelan secara individu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membacakan teks berita.

2. Peroses pembelajaran membacakan teks berita terlihat berhasil setelah menerapkan teknik pemodelan secara individu. Terbukti pada siklus dua teknik pemodelan secara individu dapat memotivasi siswa untuk lebih kreatif, berani, serius, percaya diri, dan tidak gugup dalam membacakan teks berita di depan kelas.

3. Hasil pembelajaran membacakan teks berita dengan menerapkan teknik pemodelan mengalami peningkatan.

Hal ini terbukti pada prasiklus, nilai rata-rata siswa 62,73, siswa yang mencapai KKM 16 orang (61,5%). Pada siklus satu nilai rata-rata siswa 67,34, siswa yang


(57)

74

mencapai KKM 18 orang (69,2%). Dengan demikian hasil pembelajaran prasiklus ke siklus satu mengalami peningkatan 7,7%. Pada siklus dua nilai rata-rata siswa 71,53, siswa yang mencapai KKM 22 orang (84,6%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus satu ke siklus dua mengalami peningkatan 15,4%. Jika nilai rata-rata siswa 62,73%, dan jumlah siswa yang mencapai KKM 16 orang sebelum tindakan, dibandingkan dengan siklus terakhir pada penelitian tindakan kelas ini, tampak bahwa terjadi peningkatan. Nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada prasiklus ke siklus dua 23%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan.

5.2.1 Untuk Guru

a. Guru sebaiknya menerapkan teknik pemodelan secara individu dalam sanakan proses pembelajaran membacakan teks berita agar hasilnya baik se- suai dengan tujuan yang diharapkan.

b. Guru sebaiknya lebih sabar membimbing siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan teknik pemodelan.

c. Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada waktu belajar.

d. Dalam proses evaluasi sebaiknya guru menentukan indikator penilaian yang tepat agar tujuan pembelajaran lebih terarah.


(58)

75 5.2.2 Untuk Siswa

a. Dalam proses pembelajaran membacakan teks berita dengan penerapan teknik

pemodelan sebaiknya terjalin kerja sama yang baik, siswa lebih kreatif, lebih berani, lebih serius, dan lebih percaya diri dalam membacakan teks berita di depan kelas.

b. Siswa harus lebih banyak berlatih untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

c. Siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

5.2.3 Untuk Sekolah

Sekolah hendaknya mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kiner- ja prestasi guru sehingga memiliki keterampilan dalam pengelolaan pembelaja- ran di kelas.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

A. Harras, Kholid dan Sulistianingsih, Lilis. 1998. Membaca 1. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Aryad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo

Brown, Douglas. 2001. Teaching by Principles. San Francisco State University:

Prentice Hall Regents.

BSNP. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata

Pelajaran SMP/MTs. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.

Kusuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung:

Universitas Lampung.

Nurgiantoro, Burhan. 2009. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/

CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Bandung: Yrama Widya.

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedarso. 2001. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.


(60)

77

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Ken-

cana.

Wahono dan Hanif Abdul. 2006. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandarlampung:


(1)

37

ℎ = ℎ 100

d. Menentukan tingkat kemampuan siswa membacakan teks berita dengan penghitungan persentase berdasarkan tolok ukur dibawah ini.

Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Membacakan Teks Berita Interval Persentase Tingkat Kemampuan Keterangan 85% - 100%

75% - 84% 60% - 74% 40% - 59% 0% - 39%

Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal Nurgiantoro (2009: 399)


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Pardasu-ka dapat disimpulPardasu-kan sebagai berikut.

1.Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan teknik pemodelan. Proses pembelajaran membacakan teks berita pada siklus satu menerapkan teknik pemodelan secara berpasangan, sedangkan pada siklus dua menerapkan pemodelan secara individu. Ternyata penerapan teknik pemodelan secara individu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membacakan teks berita.

2. Peroses pembelajaran membacakan teks berita terlihat berhasil setelah menerapkan teknik pemodelan secara individu. Terbukti pada siklus dua teknik pemodelan secara individu dapat memotivasi siswa untuk lebih kreatif, berani, serius, percaya diri, dan tidak gugup dalam membacakan teks berita di depan kelas.

3. Hasil pembelajaran membacakan teks berita dengan menerapkan teknik pemodelan mengalami peningkatan.

Hal ini terbukti pada prasiklus, nilai rata-rata siswa 62,73, siswa yang mencapai KKM 16 orang (61,5%). Pada siklus satu nilai rata-rata siswa 67,34, siswa yang


(3)

74

mencapai KKM 18 orang (69,2%). Dengan demikian hasil pembelajaran prasiklus ke siklus satu mengalami peningkatan 7,7%. Pada siklus dua nilai rata-rata siswa 71,53, siswa yang mencapai KKM 22 orang (84,6%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus satu ke siklus dua mengalami peningkatan 15,4%. Jika nilai rata-rata siswa 62,73%, dan jumlah siswa yang mencapai KKM 16 orang sebelum tindakan, dibandingkan dengan siklus terakhir pada penelitian tindakan kelas ini, tampak bahwa terjadi peningkatan. Nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada prasiklus ke siklus dua 23%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan.

5.2.1 Untuk Guru

a. Guru sebaiknya menerapkan teknik pemodelan secara individu dalam sanakan proses pembelajaran membacakan teks berita agar hasilnya baik se- suai dengan tujuan yang diharapkan.

b. Guru sebaiknya lebih sabar membimbing siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan teknik pemodelan.

c. Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada waktu belajar.

d. Dalam proses evaluasi sebaiknya guru menentukan indikator penilaian yang tepat agar tujuan pembelajaran lebih terarah.


(4)

75

5.2.2 Untuk Siswa

a. Dalam proses pembelajaran membacakan teks berita dengan penerapan teknik pemodelan sebaiknya terjalin kerja sama yang baik, siswa lebih kreatif, lebih berani, lebih serius, dan lebih percaya diri dalam membacakan teks berita di depan kelas.

b. Siswa harus lebih banyak berlatih untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

c. Siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. 5.2.3 Untuk Sekolah

Sekolah hendaknya mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kiner- ja prestasi guru sehingga memiliki keterampilan dalam pengelolaan pembelaja- ran di kelas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Harras, Kholid dan Sulistianingsih, Lilis. 1998. Membaca 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aryad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo

Brown, Douglas. 2001. Teaching by Principles. San Francisco State University: Prentice Hall Regents.

BSNP. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata

Pelajaran SMP/MTs. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers. Kusuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks. Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung:

Universitas Lampung.

Nurgiantoro, Burhan. 2009. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Bandung: Yrama Widya. Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Soedarso. 2001. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(6)

77

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Ken- cana.

Wahono dan Hanif Abdul. 2006. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandarlampung: Gita Perdana.


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MENULIS SLOGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

3 42 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

3 42 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 13 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI GISTING TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 14

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA BERDASARKAN REALITAS SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2009/2010

2 28 109

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-B SMP PGRI 4 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 99 45

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 41 108

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIII G SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 3 66