PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C

SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh HINDARNI

Masalah penelitian ini adalah peningkatkan kemampuan menentukan unsur latar dalam cerpen memalui teknik masyarakat belajar. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Banyumas tahun pelajaran 2010-2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus kesatu, pembelajaran menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar, begitu juga pada siklus kedua dan siklus ketiga. Aspek yang diamati pada tiap siklus adalah aktivitas siswa dan guru, serta proses pembelajaran menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar.


(2)

Hindarni

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menentukan unsur latar dalam cerpen setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 49.90 dengan persentase ketuntasan 10%, siswa yang mencapai KKM 24 siswa dan yang tidak mencapai KKM 16 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa 69,60 dengan persentase ketuntasan 62,5%, siswa yang mencapi KKM 25 siswa dan yang tidak mencapai KKM 15 siswa. Pada siklus III, nilai rata-rata siswa 83,80 dengan persentase ketuntasan 87,5%, siswa yang mencapi KKM 35 siswa dan yang tidak mencapai KKM 5 siswa. Dari ketiga siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan kemampuan siswa menentukan unsur latar dalam cerpen.Peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II 19,70, peningkatan persentasenya 52,5% dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa. Peningkatan nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III sebesar 14,20 dengan

persentase 25%, dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) diketahui bahwa

kemampuan menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar yang diterapkan dapat meningkat kemampuan menentukan unsur latar dalam cerpen pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu.


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA

SISWA KELAS VII C

SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh

HINDARNI

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS LAMPUNG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSAITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C

SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh HINDARNI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSAITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

DAFTAR GAMBAR

Grafik Klasikal Teknik Masyarakat Belajar Siklus I ... ... 66 Grafik Klasikal Teknik Masyarakat Belajar Siklus II ... ... 67 Grafik Klasikal Teknik Masyarakat Belajar Siklus III ... ... 68 Grafik Nilai Rata-Rata Siswa Menentukan Unsur Latar Pada Setiap Siklus ... ... 69


(6)

DAFTAR ISI

ABSATRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Cerpen ... 7

2.1.1. Pengertian Cerpen ... 7

2.1.2. Ciri-Ciri Cerpen ... 8

2.1.3. Asal Usul Cerpen ... 8

2.1.4. Unsur-Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Cerpen ... 9

2.1.4.1. Unsur Intrinsik Cerpen ... 9

2.1.4.2. Unsur Ekstrinsik Cerpen ... 15

2.2. Masyarakat Belajar ... 16

2.2.1. Pengertian Masyarakat Belajar ... 16

2.2.2. Kelebihan Masyarakat Belajar ... 17

2.2.3. Kelemahan Masyarakat Belajar ... 18

2.2.4. Teknik Masyarakat Belajar dalam Pembelajaran Cerpen ... 19

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 21

3.2. Seting Penelitian ... 22

3.2.1. Tempat Penelitian ... 22

3.2.2. Waktu Penelitian ... 23


(7)

3.4. Indikator Kinerja ... 23

3.5. Rencana PTK ... 23

3.6. Prosedur Penelitian ... 24

3.6.1. Perencanaan Tindakan ... 24

3.6.2. Pelaksanaan Tindakan ... 24

3.6.3. Observasi ... 26

3.6.4. Refleksi ... 26

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.8. Teknik Analisis Data ... 28

3.9. Indikator Aktivitas Siswa ... 29

3.10. Instrumen Aktivitas Guru ... 30

3.11. Indikator Kemampuan Pendataan Cerpen ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Siklus I ... 36

4.1.1. Perencanaan (Planning) ... 37

4.1.2. Tindakan (Acting) ... 37

4.1.3. Observasi ... 39

4.1.4. Refleksi ... 43

4.1.2. Siklus II ... 45

4.2.1. Perencanaan (Planning) ... 46

4.2.2. Tindakan (Acting) ... 46

4.2.3. Observasi ... 48

4.2.4. Refleksi ... 54

4.1.3. Siklus III ... 56

4.3.1. Perencanaan (Planning) ... 57

4.3.2. Tindakan (Acting) ... 57

4.3.3. Observasi ... 59

4.3.4. Refleksi ... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 73

5.2. Saran ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Indikator Uji Kemampuan ... ... 29 Tabel 3.4 Indikator Aktivitas Kemampuan ... ... 30 Tabel 3.5 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan ... ... 35 Tabel 4.1 Hasil Kemampuan Siswa ... ... 40 Tabel 4.2 Presentase Menentukan Unsur Latar ... ... 42 Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Menentukan Unsur Latar ... ... 49 Tabel 4.4 Presentase Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen ... ... 51 Tabel 4.5 Hasil KEmampuan Siswa Menentukan Unsur Latar ... ... 61 Tabel 4.6 Presentase Menentukan Unsur Latar ... ... 63


(9)

MOTO

Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang adalah kenyataan yang sedang terjadi

(Aidh Abdullah Al-Qarni)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang sanggup menjadikan dirinya sebesar-besarnya manfaat di tengah-tengah masyarakat (HR. Thabrani)


(10)

MENGESAHKAN

Tim Penguji :

Ketua : 1. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. ………

: 2. Dr. Muhammad Fuad., M.Hum. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Sumarti, S.Pd., M.Hum. ………

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(11)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur atas segala rahmat dan hidayah Allah Swt, peneliti mempersembahkan laporan PTK ini kepada orang-orang terkasih dan tercinta sebagai berikut.

1. Kakak sulung yang selalu mendoakan dan memberi dorongan semangat untuk keberhasilanku.

2. Suami tercinta yang telah memberi dorongan motivasi dan semangat serta kebersamaan sehingga memberikan kedamaian, ketenangan dan keberhasilan. 3. Ketiga buah hatiku, Chardiana Ekawati, Suryaningsih, dan Hajizi Gifary, dan

cucuku Lady Prasasti Kirana yang selalu memberi dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mencapai cita-cita.

4. Para dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membantu menyelesaikan kuliahku.

5. Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Staf Tata Usaha, dan para siswa SMP Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu.


(12)

Judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANYUMAS

TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Nama Mahasiswa : HINDARNI

NPM : 1013116006

Program Studi : S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. NIP 197808092008012001

Pembimbing II

Dr. Muhammad Fuad., M.Hum. NIP 195907221986031003

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 194804211978031004


(13)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Podosari, pada tanggal 4 Juni 1964, merupakan anak ketujuh dari Bapak Mulyorejo dan Ibu Sumiyati.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti, yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 Podomoro, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun 1976. SMP Negeri 1 Pringsewu, Kabupaten Pringsewu selesai pada tahun 1980. Sekolah Menenangah Atas PGRI Pringsewu, Kabupaen Pringsewu selesai pada tahun 1983. PGSMTP selesai tahun 1985.

Pada tahun 1986 peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan SK ditetapkan pada tanggal 1 Maret 1986 yang ditempatkan di SMP Negeri 2 Kalianda, Lampung Selatan. Pada tahun 1990, penulis pindah tugas di SMP Negeri 1 Banyumas hingga sekarang.

Pada tahun 2010 sampai sekarang ini, peneliti tercatat sebagai mahasiswa S-1 Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indone-sia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni di Universitas Lampung.


(14)

SANWACANA

Assalammualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan PTK ini tepat pada waktunya. Laporan ini hasil penelitian mahasiswa S-1 kependidikan bagi guru dalam jabatan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang dilaksanakan di kelas VII C SMP Negeri 1 Banyumas Tahun Pelajaran 2010-2011.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni;

3. Dr. Edi Suyanto, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

4. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I; 5. Dr. Muhammad Fuad., M.Hum. selaku pembimbing II; 6. Sumarti, S.Pd., M.Hum. selaku penguji;

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas

Lampung. yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan;


(15)

8. Bapak Satino, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 1 Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu;

9. seluruh Dewan Guru, Karyawan, beserta Staf Tata Usaha SMP Negeri 1 Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu;

10.siswa-siswi kelas VII C SMP Negeri 1 Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu;

11.seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, dan serta hidayah kemuliaan-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita. Kritik yang bersifat membangun demi kebaikan laporan PTK ini sangat penulis mengharapkan.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya, Amin.

Pringsewu, 24 November 2011 Penulis

HINDARNI


(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mencapai keterampilan

seseorang. Keterampilan bahasa mencangkup empat aspek, yaitu (a) keterampilan mendengar, (b) keterampilan berbicara, (c) keterampilan membaca, dan (d)

keterampilan menulis. Dilihat dari urutan pemerolehannya keterampilan membaca dan menulis diperoleh dari urutan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa membaca dan menulis tidaklah mudah. Karena, dalam pembelajaran membaca cerpen pengetahuan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan baik melalui teknik masyarakat belajar.

Salah satu keterampilan berbahasa yang penting diajarkan adalah keterampilan membaca dan menulis sesuai dengan standar kompetensi (SK) mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen dan komptensi dasar (KD) menjelaskan latar dalam cerpen. Dengan indikator 14.2 mendata unsur latar dalam cepen.

Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak akan berpikir tentang sistem bahasa, tetapi berpikir tentang bagaimana menggunakan bahasa ini secara tepat sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi, secara pragmatis bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan informasi sebuah sistem ilmu. Pandangan ini


(17)

2

membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa.

Berdasarkan pengamatan awal dengan teknik mayarakat belajar terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Banyumas kelas VII C semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011, pembelajaran kemampuan mendata unsur latar dalam cerpen dengan teknik masyarakat belajar belum mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 65,00 dan siswa yang

mencapai nilai 65,00 atau lebih harus di atas 75%. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut dari jumlah 40 siswa kelas VII C hanya 40% siswa yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 62,60.

Selama proses pembelajaran, siswa tampak pasif, aktivitas hanya terbatas mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak menguasai teori mendata hubungan unsur latar dalam cerpen dengan cepat dan tepat.

Kemampuan siswa untuk mendata latar cerpen sangat rendah. Hal ini karena siswa tidak terbiasa mendata unsur latar dalam cerpen melalui teknik belajar masyarakat. Siswa mendata unsur latar dalam cerpen apabila diberi tugas oleh gurunya. Apabila tidak diberi tugas mereka tidak mau mengerjakan tugasnya. Hal ini yang membuat tingkat pemahaman dalam pendataan unsur latar cerpen rendah.


(18)

3

Beberapa hal yang menyebabkan untuk menentukan unsur latar dalam cerpen sebagai berikut.

a. siswa tidak mempunyai motivasi belajar,

b. siswa tidak terbiasa menentukan unsur latar dalam cerpen dan belum mampu menguasainya,

c. cara guru mengajar masih menggunakan metode pembelajaran yang konfesional, proses pembelajaran masih terpusat dari guru,

d. guru belum mampu menentukan materi pembelajaran dengan pengalaman siswa,

e. sistem evaluasi tidak berorientasi pada proses tetapi lebih menekankan pada hasil akhir.

Guru harus mempunyai kreativitas dalam pembelajaran keterampilan membaca terutama teknik yang digunakan. Apabila guru mampu menggunakan teknik atau metode yang tepat, proses pembelajaran di kelas tidak membosankan. Dengan demikian sedikit demi sedikit minat siswa untuk membaca meningkat. Siswa lebih percaya diri untuk terampil berbicara sehubungan dengan topik atau masalah yang ada dalam berbicara.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memilih salah satu teknik pembelajaran. Dari bermacam-macam teknik yang dibaca dari berbagai buku penunang peneliti dalam hal ini menerapkan teknik masyarakat belajar diharapkan menjadi alternatif belajar yang baru dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa dan meningkatkan kemampuan menentukan unsur


(19)

4

latar dalam cerpen. Guru harus mampu memvariasikan pembelajaran bahasa Indonesia agar lebih menarik dan menyenangkan. Masalah yang muncul dalam proses pembelajaran aspek keterampilan membaca dan menulis pada siswa adalah a. kurangnya motivasi siswa untuk belajar Bahasa Indonesia khususnya

berbicara,

b. siswa jenuh dan bosan dengan proses pembelajaran yang monoton,

c. siswa kurang terlatih untuk membaca dan menulis berbagai macam tulisan, d. siswa kurang mampu mendata unsur latar cerpen dan menentukan unsur latar

dalam cerpen.

Untuk menanggulangi masalah-masalah di atas diperlukan upaya nyata dalam pembelajaran di kelas, misalnya, dengan teknik masyarakat belajar (kelompok). Dalam teknik masyarakat belajar terjadi interaksi antarsiswa untuk terlibat dalam tukar menukar pendapat atau pengalaman. Dalam proses teknik masyarakat belajar siswa selalu aktif memecahkan masalah. Teknik masyarakat belajar bila dilaksanakan dengan baik dapat (1) mempertinggi parti-sipasi secara individual; (2) mempertinggi kegiatan di kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan; (3)

mengembangkan jiwa sosial, karena bisa saling membantu dalam menyelesaikan masalah, dan saling mendorong mengungkapkan pendapat; (4) memperluas pandangan dan pengetahuan; (5) membantu mengembangkan jiwa kepemimpinan dan mampu menemukan hal-hal penting dari bacaan cerpen dengan teknik


(20)

5

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar pada siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Tahun Pelajaran 2010/2011

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

Penggunaan teknik masyarakat belajar menciptakan siswa aktif dalam proses pembelajaran, dan Meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa dalam menentukan unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar, khususnya siswa kelas VII semester genap.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa 1) Bagi guru:

dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, untuk meningkatkan kinerja secara provesioanal karena guru mampu menilai, memfleksibelkan diri, serta memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam proses pembelajaran.


(21)

6

2) Bagi siswa:

Dapat memberikan motivasi minat belajar dengan baik dan meningkatkan pembelajaran siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperoleh hasil yang berkualitas dalam proses pembelajaran.

3) Bagi sekolah, penelitian berguna dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan yang lebih baik.


(22)

7

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Cerpen

Pengertian cerpen adalah sebagai berikut. 2.1.1 Pengertian Cerpen

Cerita pendek atau sering disebut cerpen adalah suatu bentuk bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan dengan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Pengertian cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melaikan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerpen, jika ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan

yang dituntut cerita pendek juga menambahkan bahwa ”cerita pendek adalah

wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan

permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, serta juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang terbatas.


(23)

8

Berdasarkan beberapa pendapat peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup

permasalahannya disuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal (Suharianto, 1982 : 39).

2.1.2 Ciri-Ciri Cerpen

Sebuah karya sastra dapat digolongkan ke dalam sebuah cerpen apabila memenuhi cirri-ciri sebagai berikut.

a. dapat dibaca hanya dengan sekali duduk,

b. tidak lebih dari 10.000 kata dan minimal 1.000 kata, c. beralur tunggal,

d. bertema tunggal,

e. penggambaran watak tokoh secara sederhana,

f. konflik yang terjadi tidak sampai mengubah nasib tokoh, (Robert Stanton, 2007 : 75).

2.1.3 Asal-Usul dan Jenis Cerpen

Cerita pendek berasal dari tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah cerita terkenal menurut Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Irama berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dikisahkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan


(24)

9

pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Fabel, yang umumnya cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani, Herodotus, sebagai hasil temuan

seorang budak Yunani yang bernama Aosop pada abad ke-6 SM. Fabel-fabel kuno kini dikenal sebagai Fabel Aosop. Akan tetapi ada pula yang memberikan difinisi lain terkait istilah fabel. Fabel dalam khasanah Sastra Indonesia sering kali diartikan sebagai cerita binatang. Cerita fabel yang popular misalnya kisah Si Kancil.

Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan seperti Joko Dolog. Mite cenderung pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu, contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat, seperti Banyuwangi.

2.1.4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen 2.1.4.1. Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur-unsur intrinsik pembangun cerpen meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Tema

Di dalam teori sastra pikiran atau pendapat yang ada dalam karya sastra disebut tema dan masalah. Masalah adalah berbagai persoalan yang menyangkut


(25)

10

hubungan antara manusia dengan sesamanya, dengan alam sekitarnya, dan dengan Tuhannya, yang muncul di dalam karya sastra (Faruk dan Suminto A. Sayuti, 1998 : 23).

Berdasarkan pendapat di atas, yaitu pokok pikiran yang menjiwai atau mendasari pengembangan suatu cerita. Berikut merupakan contoh untuk merinci suatu tema sebagai berikut.

Rincian Tema Lingkungan

- Erosi - Sampah - Penghijauan

- Hutan Gundul - Asap Mobil - Binatang Langka

- Banjir - Limbah - Kalpataru

- … . - … . - … .

(Wardani, 1997 : 38).

b. Alur

Tahapan-tahapan alur pada dasarnya terbagi menjadi lima tahap. 1) Situation atau pelukisan keadaan,

Pengarang mulai melukiskan keadaan, pengenalan situasi dan pengenalan para tokoh.

Tema Lingkungan

Subtema I Keadaan Lingkungan

Subtema II Pencemaran Lingkungan

Subtema III Pelestarian Lingkungan


(26)

11

2) Generating circeurstances atau peristiwa mulai bergerak,

Peristiwa mulai bergerak, yaitu peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak. 3) Rising action atau konflik mulai menegang,

Konflik mulai menegang, yaitu bagian konflik mulai muncul dan terlihat adanya pertentangan antara tokoh.

4) Climax atau klimaks,

Klimaks disebut juga puncak, yaitu peristiwa-peristiwa atau konflik mencapai puncaknya.

5) Denonemen atau peleraian.

Peleraian, yaitu bagian yang berisi klimaks mulai menurun, atau pemecahan masalah dari semua peristiwa.

Berdasarkan pendapat di atas, alur adalah jalan cerita atau peristiwa yang dilakukan tokoh dalam novel. Peristiwa-peristiwa yang dilakukan akan

menghubungkan sebab akibat, peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain sehingga terbentuk satu cerita yang menarik dan hidup (Wahono, 2006 : 173) Membedakan alur menjadi beberapa jenis, yaitu

1) Alur Maju

Alur maju, yaitu alur yang dimulai dari awal hingga akhir secara urut, misalnya dimulai dari A ke B, C, D, E. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.


(27)

12

2) Alur Mundur

Alur mundur, yaitu alur yang susunannya dimulai dari peristiwa akhir, tengah dan kembali ke awal atau dimulai dari E

diikuti peristiwa-peristiwa D, C, B, dan A.

3) Alur Gabungan

Selain kedua alur di atas, terdapat alur yang susunannya tidak urut dari awal hingga akhir atau dari akhir kembali ke awal. Alur tersebut dimulai dari tengah atau D kemudian ke-B, A, C dan E dan seterusnya. Alur semacam ini dimanakan alur gabungan.

Secara kualitatif atau menurut tingkatannya, alur dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

1) Alur Erat

Alur erat, yaitu hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya padu sekali sehingga tidak dapat dipotong-potong.

2) Alur Longgar

Alur longgar adalah hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lain tidak begitu padu.

Menurut jumlahnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu 1) alur tunggal,

A B

C D

E


(28)

13

2) alur ganda,

Alur yang baik ialah alur yang dapat membantu mengungkapkan tema dan amanat dari peristiwa-peristiwa serta adanya hubungan kausalitas atau sebab akibat yang wajar antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Faktor lain yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah plot atau alur ialah adanya suspensi dan pindahan yang menyebabkan pembaca selalu bertanya tentang peristiwa berikut-nya.

Alur, yaitu jalinan peristiwa satu dengan yang lain secara kronologis, sehingga membentuk cerita. Tahapan alur, yaitu

1. pengenalan atau eksposisi,

2. penanjakan atau muncul konflik cerita, 3. klimaks atau ketegangan atau puncak cerita, 4. antiklimaks atau penurunan,

5. peleraian atau penyelesaian.

c. Perwatakan atau Penokohan

Perwatakan atau penokohan, yaitu gambaran watak tokoh dalam cerita. Cara menggambarkan watak tokoh sebagai berikut.

1. analitik atau langsung, yaitu pengarang langsung menyebut watak tokoh, 2. dramatik atau tidak langsung, yaitu pangarang mengungkapkan watak tokoh

melalui jalan pikiran dan perasaan, cara berdandan, cara berbicara, tempat tinggal, ciri fisik, dan tanggapan atau reaksi tokoh yang lain.

Macam-macam tokoh adalah sebagai berikut.


(29)

14

2. Antagonis, yaitu tokoh yang tidak disukai oleh pembaca karena berwatak tidak baik,

3. Tritagonis, yaitu tokoh yang menjadi penengah dan cenderung berwatak baik, 4. Tokoh utama, yaitu tokoh yang mendominasi cerita, ia terlibat dari awal

sampai akhir cerita,

5. Tokoh bawahan atau pembantu, yaitu yang keterlibatannya dalam cerita hanya sedikit (Wahono, 2006 : 175).

d. Latar atau setting

Latar atau seting, yaitu gambaran tempat, waktu dan sausana terjadinya peristiwa dalam cerita. Tempat merupakan areal atau letak terjadi suatu peritiwa di dalam cerita, misalnya di rumah, di jalan, di halaman, dan sebagainya. Waktu yaitu saat terjadinya suatu peritiwa cerita, misalnya tadi pagi, malam hari, pukul 5 sore, dan sebagainya. Latar suasana, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu suasana tertentu. Latar suasa terdiri dari dua macam, yaitu suasana lahir dan suasana batin. Suasana lahir misalnya suasana sepi, sunyi, seyap, romantik, hiruk-pikuk, gaduh dan lain-lain. Suasana batin misalnya perasaan gembira, sedih, tegang, cemas, marah, senang, yang dialami oleh para pelaku (Wahono, 2007 : 207).

”Latar atau setting merupakan keterangan tempat dan waktu terjadinya peristiwa

dalam cerita serta keterangan tentang keadaan sosial tokoh.” Latar tempat

berhubungan dengan letak, tempat, dan ruangan terjadinya peristiwa. Latar waktu yaitu berkaitan dengan waktu terjadinya peristiwa dapat ditunjukan dengan hari, tanggal, bulan, tahun, malam atau musim. Latar sosial yaitu menggambarkan


(30)

15

kedudukan sosial tokoh dalam cerita, pekerjaan, adat, dan religi tokoh cerita. Ketiga latar tersebut dapat menggambarkan suasana yang terjadi. Suasana dapat berupa suasana gembira, sedih, atau panik (Dewi, 2008 : 13).

e. Sudut pandang atau poin of view

Sudut pandang, yaitu gambaran kedudukan pengarang dalam cerita. Macam-macam sudut pandang sebagai berikut.

1. Akuan, yaitu pengarang sebagai tokoh utama dalam cerita, sehingga tokoh utama disebut dengan kata aku, saya, atau gue. Cerita yang dikisahkan seolah pengalaman pengarang sendiri,

2. Diaan, yaitu pengarang sebgai pencerita hanya mengisahkan pengalaman orang lain, sehingga tokoh utama disebut dengan kata dia atau nama seseorang, f. Amanat

Amanat, yaitu pesan atau nasehat pengarang kepada pembaca yang dimuat di dalam cerita, baik dismapikan secara eksplisit maupun inplisit.

g. Gaya bahasa

Gaya bahasa, yaitu pemakaian majas atau gaya bahasa dalam cerita. Gaya bahasa diperlukan untuk menghidupkan cerita supaya lebih dinamis.

2.1.4.2 Unsur Ekstrinsik Cerpen

Adapun unsur-unsur ekstrinsik cerpen sebagai berikut. a. Unsur Biografi

Unsur biografi adalah riwayat hidup atau lukisan hidup seseorang atau riwayat hidup pengarang dianggap bernilai sebagai karya sastra bila terbukti memberikan


(31)

16

masukan yang menunjang penciptaan karya sastra tersebut. b. Unsur Psikologi

Unsur psikologi adalah ilmu yang berkaitan dalam berbagai proses mental baik normal maupun abnormal, dan pengaruhnya pada prilaku. Pada karya sastra aspek psikologi baru dianggap bernilai sebagai unsur ekstrinsik bila terbukti berfungsi menambah kualitas karya sastra tersebut.

c. Unsur Sosiologi

Unsur sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu mengenai sifat, pelaku

perkembangan masyarakat. Dalam unsur ini pengarang dalam atau mungkin saja dipengaruhi oleh status, idiologi, atau politik.

d. Unsur Filsafat

Unsur filsafat adalah merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal serta hukumnya. Filsafat juga diberi makna sebagai teori yang mendasari alam pikiran. Kegiatan dapat juga untuk menyatakan pengertian tentang ilmu, logika, estetika, metafisika, dan epistomolgi. Unsur ini dianggap bernilai apabila terbukti menunjang penciptaan karya sastra tersebut (B. Rahmanto, 1999 : 234).

2.2 Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar dan pengertian masyarakat belajar adalah sebagai berikut. 2.2.1 Pengertian Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar (learning community). Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hal ini berarti


(32)

17

bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidah tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi sangar mendukung komponen learning comunity ini.

Berikut disajikan prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning comunity.

- Pada dasarnya hasil belajar, diperoleh dari kerjasama atau sharing dengan pihak lain.

- Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dansaling menerima informasi.

- Syaring terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.

- Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanafaat bagi yang lain.

- Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar. (Mansur Muslich 2011 : 46 )

2.2.2 Kelebihan Teknik Masyarakat Belajar untuk Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen

Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Peneliti menemukan beberapa kelebihan teknik masyarakat belajar untuk menentukan unsur latar dalam cerpen. Adapun kelebihannya antara lain (a) melibatkan semua siswa secara langsung dalam pembelajaran, (b) siswa dapat


(33)

18

saling bertukar pikiran, (c) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuannya, (d) menumbuhkan sikap bekerja sama dan solidaritas terhadap sesama anggota kelompok, (f) percaya diri, (g) meningkatkan kualitas moral, (h) melatih kepekaan sosial siswa, (i) mendidik siswa untuk member dan menerima, (j) menumbuhkan sikap menghormati hak orang lain, (k) mampu berkomunikasi dan menggunakan bahasa.

2.2.3 Kelemahan Teknik Masyarakat Belajar untuk Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen

Teknik masyarakat belajar mempunyai banyak kelebihan, tetapi teknik ini juga mempunyai kelemahan dan kekurangan. Dalam pelaksanaan pembelajaran mengidentifikasi latar cerpen, peneliti menemukan beberapa kelemahan, antara lain (a) tidak semua siswa aktif dikelompoknya, (b) sesama siswa saling berbicara membahas materi di luar pelajaran, bahkan ada yang melamun, pasif, bercanda, sehingga kelas menjadi ramai, (c) hasilnya kurang maksimal, karena pemerataan kerja belum baik, (d) dikuasai oleh beberapa siswa yang aktif dan kreatif, (e) memerlukan waktu yang banyak, (f) siswa kurang berani berpendapat dalam kelompoknya.


(34)

19

2.2.4 Teknik Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam Pembelajaran Cerpen

Teknik masyarakat belajar merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui kerja sama anatarsiswa. Siswa lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa atau guru, Pendekatan masyarakat belajar ini menuntut siswa untuk lebih aktif. Melalui teknik masyarakat belajar memberikan keleluasaan siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Membangun pemahaman suatu latar atau setting dalam cerpen dapat melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi dapat dilakukan dengan diskusi, saling bertanya, saling menjelaskan dalam kerja kelompok (E. Kosasih, M.Pd. 2010 : 19).

Teknik masyarakat belajar merupakan suatu pendekatan yang masih banyak menggunakan metode pembelajaran. menegaskan ”Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa dapat melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok (E. Kosasih,M.Pd. 2010 : 19).

Belajar kelompok merupakan suatu metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (sub-sub kelompok). Pembagian kelompok dibuat berdasarkan hal-hal berikut. a. perbedaan individu dalam kemampuan belajar,


(35)

20

c. pengelompokan atas dasar jenis kelamin,

d. pengelompokan atas dasr jenis pekerjaan yang akan diberikan, e. pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal,

f. pengelompokan secara random (tidak melihat faktor di atas).

Kerja kelompok bila dilihat segi kerjanya terdiri. a. kelompok jangka pendek,

b. kelompok jangka panjang.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu. a. motivasi yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota,

b. persaingan yang sehat anta kelompok, biasanya mendorong anak untuk belajar,

c. situasi yang menyenangkan sangat menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok. (E. Kosasih,M.Pd., 2010 : 65-66).


(36)

III. PROSEDUR PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), Ruang lingkupnya adalah pemebelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009 : 141).

Konsep PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan keempat tahap tersebut dipandang sebagai siklus (Kusuma, 2009:141). Untuk jelasnya siklus kegiatan dengan rancangan PTK model Kusuma adalah sebagi berikut.

Bagan 3.1

Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi Tindakan

(acting)

Perencanaan (planning)

Pengamatan (observating)

Refleksi (reflecting)


(37)

22

Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang secara terus menerus. Apabila pembelajaran menemukan unsur latar atau setting dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar meningkat pada siklus pertama, penulis

merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.

Siklus disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan hasil pembelajaran. Jika ada peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka siklus dapat

diberhentikan meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan apabila tidak ada peningkatan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui sehingga mencapai tingkat kejenuhan.

3.2 Setting Penelitian

Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Banyumas Pringsewu, beralamat di jalan veteran Banyumas kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu. SMP Negeri 1 Banyumas memiliki 19 rombongan belajar yang terdiri atas 6 ruang kelas IX, 7 ruang kelas VIII, dan 6 ruang kelas VII.


(38)

23

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang terhitung dari bulan januari sampai dengan bulan april 2011.Pelaksanaan PTK sesuai dengan jadwal pelajaran dan penelitian akan berlangsung sampai pencapaian indikator yang ditentukan.

3.3Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Banyumas dengan jumlah siswa 40 siswa,terdiri atas 22 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.4Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan PTK ini ditentukan pada aspek proses dan hasil

pelaksanaan tindakan sampai pada perubahan yang dialami siswa. Dari segi proses 80% siswa aktif dalam pembelajaran. Sementara itu, dari segi hasil, siswa

mendapat nilai 65 atau lebih sebanyak 75%.

3.5Rencana PTK

Dalam PTK ini, peneliti merencanakan dalam beberapa siklus dan setiap siklusnya terdiri atas a) rencana tindakan, b) pelaksana tindakan, c) observasi d) refleksi. Siklus kedua dan ketiga akan dilakukan apabila berdasarkan hasil refleksi pada siklus satu dengan menerapkan teknik masyarakat belajar untuk meningkatkan keterampilan membaca cerpen tidak berhasil atau tidak mencapai KKM. Dalam


(39)

24

tidak lanjut, penliti menganalisis hasil setiap siklus dengan berdiskusi dengan teman sejawat atau kolaborator.

3.6 Prosedur Tindakan

Pelaksanaan PTK ini dibuat dalam bentuk siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklusnya sebagai berikut.

3.6.1 Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah setelah. a) Menyusun RPP sesuai dengan materi yang direncanakan,

b) Menyusun lembaran pengamatan untuk pembelajaran keterampilan membaca cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan dan lembar pengamatan

aktivitas siswa dan guru di dalam kelas,

c) Menyiapkan lembar kerja untuk mendata latar cerpen.

3.6.2 Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam belajar Bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan (4 x 40 menit) untuk satu siklus. Adapun penggunaan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

Pertemuan 1 a. Kegiatan Awal


(40)

25

2) Guru menginformasikan tujunan pembelajaran,

3) Guru mengadakan apersepasi dengan bertanya jawab kepada siswa yang behubungan dengan materi yang akan dipelajari.

a. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan pengertian latar atau seting yang merupakan unsur intrinsik dalam karya sastra dengan masyarakat belajar (kelompok),

2) Siswa membaca secara insentif untuk memperoleh sejumlah pengetahuan atau cerita dari suatu cerpen yang baru dibacanya,

3) Guru memberikan sejumlah pertanyaan yang mengarah ke latar atau setting dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar,

4) Siswa mencari jawaban tersebut didalam bacaan memahami hubungan unsur latar dalam cerpen melalui pendekatan masyarakat

belajar,

5) Dari hasil jawaban siwa tersebut, guru dan siswa menyimpulkan untuk menuju penentuan latar atau setting dari cerpen tersebut, melalui teknik masyarakat belajar,

6) Siswa menentukan latar atau setting (latar tempat, latar waktu, latar suasana) yang ditulis pada kertas satu lembar melalui teknik masyarakat belajar.

b. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi setelah melaksanakan kegiatan belajar-mengajar berlangsung.


(41)

26

3.6.3 Observasi

Observasi ini berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa maupun guru dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.

Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran melalui pendekatan masyarakat belajar yang dilakukan oleh guru dan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

3.6.4 Refleksi

Merefleksi berarti menuangkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum terjadi atau kekeliruan dan kekurangan dalam pembelajaran,sehingga tampak hasil penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan begitu dapat dicermati hasilnya secara positif maupun negatif. Refleksi berarti mengingat dan merenungkan kem-bali suatu tindakan persis seperti apa yang telah dicatat dalam observasi. Dengan refleksi dapat melakukan perbaikan baru,menyusun rencana baru,dan melakukan tindakan baru. Hasil analisis refleksi digunakan untuk melakukan siklus berikut-nya.

3.6Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.


(42)

27

1. Tes

Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil kemampuan mendata unsur latar cerpen sebelum dan sesudah menggunakan tolak ukur kemampuan melalui teknik masyarakat belajar pada siswa kelas VII C SMP Negeri I Banyumas, Kabupaten Pringsewu.

2. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar mengajar berlang-sung. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam proses pembelajaran melalui teknik masyarakat belajar. Pedoman ob-servasi atau pengamatan ini diisi selama pembelajaran berlangsung dengan cara

memberi tanda cek (√) pada setiap aspek yang diamati sesuai dengan katagori

(keadaan di kelas), apakah termasuk kurang,cukup,baik,dan baik sekali.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran. Siswa diminta menuliskan jawaban hasil wawancara tersebut di lembar jawaban yang peneliti sediakan. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang tingkat ke-berhasilan pembelajaran memahami unsur latar memahami unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran tersebut.


(43)

28

4. Diskusi

Diskusi dilakukan antara guru dengan teman sejawat untuk refleksi hasil siklus PTK.

3.8Teknik Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil kemampuan menentukan unsure latar dalam cerpen dari cerpen yang berjudul memahami unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar pada siswa kelas VII C Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011 dan kemampuan guru dalam menyajikan materi pembelajaran.

Teknik analisa data dalam kegiatan penelitian ini yaitu guru mengajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah pada penentuan latar atau setting memahami unsur latar dalam cerpen dengan melalui teknik masyarakat belajar. Siswa secara individu menuliskan jawabannya pada kertas satu lembar. Jawaban-jawaban siswa tersebut dianalisa kebe-narannya dengan pemberian rentangan skor dari katagori yang sangat mampu mendapat skor 5, mampu

mendapat skor 4, cukup mampu mendapat skor 3, ku-rang mampu, mendapat skor 2, dan tidak mampu mendapat skor 1.


(44)

29

Hasil penskoran di atas, menjadi bahan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pemebelajarran yang telah dirumuskan dalam tahap pe-rencanaan. Apabila tujuan pencapaian pembelajaran (silkus pertama) belum man-capai target yang diinginkan, maka penulis membuat suatu perencanaan kembali untuk perbaikan pembelajaran berikutnya (siklus kedua atau siklus ketiga). Tabel 3.3 Indikator Uji Kemampuan Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen Melalui Teknik Masyarakat Belajar

No Indikator Deskriptor Kriteria Skor Skor

Maks 1 Siswa

menentukan latar tempat dalam cerpen

1. Menentukan 3 latar tempat dalam cerpen

2. Menentukan 2 latar tempat dalam cerpen

3. Menentukan 1 latar tempat dalam cerpen Lengkap Kurang Lengkap Tidak lengkap 3 2 1 3

2 Siswa menentukan latar waktu dalam cerpen

1. Menentukan 3 latar waktu dalam cerpen

2. Menentukan 2 latar waktu dalam cerpen

3. Menentukan 1 latar waktu dalam cerpen Lengkap Kurang Lengkap Tidak lengkap 3 2 1 3

3 Siswa menentukan latar Suasana dalam cerpen

1. Menentukan 3 latar suasana dalam cerpen

2. Menentukan 2 latar suasana dalam cerpen

3. Menentukan 1 latar suasana dalam cerpen Lengkap Kurang Lengkap Tidak lengkap 3 2 1 3


(45)

30

Tabel 3.4 Indikator Aktivitas Kemampuan Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen Melalui Teknik Masyarakat Belajar

No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor

1 Aktivitas siswa

Perhatian siswa pada materi

pembelajaran

1. Siswa dengan sangat terfokus penuh pada materi pembelajaran

2. Siswa dengan terfokus pada materi pembelajaran

3. Siswa dengan agak terfokus pada materi pembelajaran

4. Siswa dengan kurang terfokus pada materi pembelajaran

5. Siswa dengan tidak terfokus pada materi pembelajaran 5 4 3 2 1 Kerjasama dalam masyarakat belajar

1. Siswa bekerja sama dengan sangat baik 2. Siswa bekerja sama dengan baik 3. Siswa bekerja sama dengan cukup baik 4. Siswa bekerja sama dengan kurang baik 5. Siswa bekerja sama dengan tidak baik

5 4 3 2 1 Menghargai pendapat

1. Siswa sangat menghargai pendapat temannya

2. Siswa menghargai pendapat temannya 3. Siswa agak menghargai pendapat

temannya

4. Siswa kurang menghargai pendapat temannya

5. Siswa tidak menghargai pendapat temannya 5 4 3 2 1


(46)

31

No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor

2 Aktivitas penggunaan media

Pemanfaatan media (cerpen)

1. Siswa memanfaatkan media dengan sangat baik

2. Siswa memanfaatkan media dengan baik 3. Siswa memanfaatkan media dengan

cukup baik

4. Siswa memanfaatkan media dengan kurang baik

5. Siswa memanfaatkan media dengan tidak baik 5 4 3 2 1 Keterampilan menemukan latar cerpen

1. Siswa sangat tepat menemukan latar cerpen

2. Siswa dengan tepat menemukan latar cerpen

3. Siswa cukup tepat menemukan latar cerpen

4. Siswa kurang tepat menemukan latar cerpen

5. Siswa tidak tepat menemukan latar cerpen 5 4 3 2 1

Jumlah 30

3 Aktivitas guru

Penyajian materi

1. Penyajian materi sangat baik 2. Penyajian materi baik

3. Penyajian materi cukup baik 4. Penyajian kurang sangat baik 5. Penyajian tidak sangat baik

5 4 3 2 1 Bimbingan 1. Guru sangat aktif membimbing siswa

2. Guru dengan aktif membimbing siswa 3. Guru cukup aktif membimbing siswa 4. Guru kurang aktif membimbing siswa 5. Guru tidak membimbing siswa

5 4 3 2 1


(47)

32

3.8.1 Indikator Aktivitas Siswa

3.8.1.1Perhatian Siswa pada Materi Pembelajaran

Apabila siswa dengan sangat terfokus penuh pada materi pembelajaran mendapat skor 5. Apabila siswa dengan terfokus pada materi pembelajaran mendapat skor 4. Apabila siswa dengan agak terfokus pada materi pembelajaran mendapat skor 3. Apabila siswa dengan kurang terfokus pada materi pembalajaran mendapat skor 2. Apabila siswa dengan tidak terfokus pada materi pembelajaran mendapat skor 1.

3.8.1.2Keterampilan Membaca Cerpen

Apabila siswa sangat baik membaca cerpen mendapat skor 5. Apabila siswa dengan baik membaca cerpen mendapat skor 4. Apabila siswa cukup baik membaca cerpen mendapat skor 3. Apabila siswa kurang tbaik membaca cerpen mendapat skor 2. Apabila siswa tidak baik membaca cerpen mendapat skor 1.

3.8.1.3Keterampilan Menjawab Pertanyaan

Apabila siswa dapat menjawab sangat benar disertai dengan bukti yang logis mendapat skor 5. Apabila siswa menjawab dengan benar tidak disertai bukti mendapat nilai 4. Apabila siswa menjawab cukup benar mendapat nilai 3. Apabila siswa menjawab kurang benar mendapat nilai 2. Apabila siswa tidak dapat


(48)

33

3.8.1.4Efektivitas Penggunaan Media

3.8.1.4.1 Penggunaan Media (cerpen “Kado untuk Mak”).

Apabila siswa menggunakan media sangat baik dan cepat mendapat skor 5. Apabila siswa menggunakan median baik mendapat skor 4. Apabila siswa menggunakan media cukup baik mendapat skor 3. Apabila siswa menggunakan media kurang baik mendapat skor 2. Apabila siswa tidak dapat menggunakan media dengan baik mendapat skor 1.

3.8.1.4.2 Keterampilan menemukan latar atau setting

Apabila siswa sangat tepat menemukan latar atau setting cerpen mendapat skor 5. Apabila siswa tepat menemukan latar mendapat skor 4. Apabila siswa kurang tepat menemukan latar cukup cepat mendapat skor 3. Apabila siswa menemukan latar kurang cepat mendapat skor 2. Apabila siswa tidak tepat mmenemukan latar cerpen mendapat skor 1.

3.8.1.5Aktivitas Guru 3.8.1.5.1 Penyajian Materi

Apabila penyajian materi sangat baik dan mudah diterima oleh siswa mendapat skor 5. Apabila penyajian materi baik mendapat skor 4. Apabila penyajian materi cukup baik mendapat skor 3. Apabila penyajian materi kurang baik mendapat skor 2. Apabila penyajian materi tidak baik mendapat skor 1.


(49)

34

3.8.1.5.2 Bimbingan

Apabila guru sangat aktif membimbing siswa mendapat skor 5. Apabila guru aktif membimbing siswa mendapat skor 4. Apabila guru cukup aktif membimbing siswa mendapat skor 3. Apabila guru kurang aktif membimbing siswa mendapat skor 2. Apabila guru tidak membimbing siswa mendapat skor 1.

3.8.1.5.3 Evaluasi/Penilaian

Evaluasi yang digunakan sebagai teknik dalam mengumpulkan data adalah di-bimbing dalam menentukan latar cerpen. Hasil pekerjaan siswa dikelompokkan menurut tingkat kemampuan siswa. Tingkat kemampuan siswa dimaksud adalah tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya hasil perolehan menentukan latar cerpen siswa diolah dengan menggunakan rumus persentase di bawah ini.

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 10

Nilai Akhir = X 100%

Skor yang diperoleh Skor maksimal


(50)

35

Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mendata Unsur Latar dalam Cerpen Melalui Teknik Masyarakat Belajar

Interval persentasi tingkat kemampuan Keterangan 85% - 100%

75% - 84% 60% - 74% 40% - 59% 1% - 39%

Baik sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang (Nurgiantoro 2011:399)

3.8.1.6.Tabel Jadwal Penelitian

No Kegiatan Jan Februari Maret April

4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Persiapan √ √ √ √ √ √ √

2 Pelaksanaan Siklus I √

a. Perencanaan tindakan √

b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi

c. Analisi dan refleksi √

3 Pelaksanaan siklus II √

a. Perencanaan tindakan √

b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi

c. Analisis dan refleksi √

4 Pelaksanaan Siklus III √

a. Perencanaan tindakan √

b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi

c. Analisis dan refleksi √

5 Pembuatan laporan penelitian


(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 5.1.1 Penerapan teknik masyarakat belajar dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam mendata unsur latar cepen. Proses pembelajaran mendata latar cerpen pada setiap siklus melalui teknik penelitian secara kelompok dan dibimbing oleh peneliti.

5.1.2 Hasil penelitian pada siklus I, nilai rata-rata siswa 49,90 dan siswa yang mencapai KKM 4 siswa (10%). Pada siklus II nilai rata-rata siswa 69,60 dan siswa yang mencapai KKM 25 siswa (62,5%). Dengan demikian nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebanyak 52,5%. Pada siklus III nilai rata-rata siswa 83,80 dan siswa yang mencapai KKM 35 siswa (87,5%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 25%.

5.1.3 Jika nilai rata-rata siswa 49,90 dan jumlah siswa yang mencapai KKM 4 siswa pada siklus I, dibandingkan dengan siklus akhir pada penelitian tindakan kelas ini, tampak sekali bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada siklus I ke siklus II sebesar 77,5%


(52)

74

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti sebagai berikut.

5.2.1 Untuk Guru

Pendekatan masyarakat belajar dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi siswa untuk cepat mendata unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar, guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang

menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dianjurkan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik yang bervariasi.

5.2.2 Untuk Sekolah

Sekolah sebaiknya memperbanyak masukan atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran umumnya, dan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia, memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan teknik-teknik pembelajaran, kususnya masyarakat belajar pada materi pembelajaran tertentu, membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran bahasa Indonesia, Sekolah mempermudah dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa dalam memanfaatkan buku dan perpustakaan sekolah, Sekolah melengkapi sarana belajar yang lain, seperti televisi, internet, OHP, surat kabar, majalah dan lain-lain.


(53)

75

5.2.3 Untuk Siswa

Siswa harus introspeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki, siswa harus lebih banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. 2006. Model Silabus dan Rencana Pembelajaran. Jakarta.

Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya. Faruk. 1997. Sastra opoler. Jakarta: UT.

Kesuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian TIndakan Kelas. Jakarta: PT Universitas Lampung.

Krisna. 2011. LKS Bahasa Indonesia. Lampung: CV Sumber Makmur.

Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Masnur, Muslich. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nurgiantoro, Burhan. 2009, Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogjakarta: BPFE.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bandung: Yrama Widya. Stanto, Robert. 2007. Teori Fiksi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca. Bandung: Angkasa.

Unila. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Wahono dan Abdul Hanif. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandar Lampung: CV Geta Erdana.


(1)

3.8.1.5.2 Bimbingan

Apabila guru sangat aktif membimbing siswa mendapat skor 5. Apabila guru aktif membimbing siswa mendapat skor 4. Apabila guru cukup aktif membimbing siswa mendapat skor 3. Apabila guru kurang aktif membimbing siswa mendapat skor 2. Apabila guru tidak membimbing siswa mendapat skor 1.

3.8.1.5.3 Evaluasi/Penilaian

Evaluasi yang digunakan sebagai teknik dalam mengumpulkan data adalah di-bimbing dalam menentukan latar cerpen. Hasil pekerjaan siswa dikelompokkan menurut tingkat kemampuan siswa. Tingkat kemampuan siswa dimaksud adalah tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya hasil perolehan menentukan latar cerpen siswa diolah dengan menggunakan rumus persentase di bawah ini.

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 10

Nilai Akhir = X 100%

Skor yang diperoleh Skor maksimal


(2)

35

Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mendata Unsur Latar dalam Cerpen Melalui Teknik Masyarakat Belajar

Interval persentasi tingkat kemampuan Keterangan 85% - 100%

75% - 84% 60% - 74% 40% - 59% 1% - 39%

Baik sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang (Nurgiantoro 2011:399)

3.8.1.6.Tabel Jadwal Penelitian

No Kegiatan Jan Februari Maret April

4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Persiapan √ √ √ √ √ √ √

2 Pelaksanaan Siklus I √

a. Perencanaan tindakan √

b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi

c. Analisi dan refleksi √

3 Pelaksanaan siklus II √

a. Perencanaan tindakan √

b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi

c. Analisis dan refleksi √

4 Pelaksanaan Siklus III √

a. Perencanaan tindakan √

b. Pelaksanaan tindakan dan obserfasi

c. Analisis dan refleksi √

5 Pembuatan laporan penelitian


(3)

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 5.1.1 Penerapan teknik masyarakat belajar dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam mendata unsur latar cepen. Proses pembelajaran mendata latar cerpen pada setiap siklus melalui teknik penelitian secara kelompok dan dibimbing oleh peneliti.

5.1.2 Hasil penelitian pada siklus I, nilai rata-rata siswa 49,90 dan siswa yang mencapai KKM 4 siswa (10%). Pada siklus II nilai rata-rata siswa 69,60 dan siswa yang mencapai KKM 25 siswa (62,5%). Dengan demikian nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebanyak 52,5%. Pada siklus III nilai rata-rata siswa 83,80 dan siswa yang mencapai KKM 35 siswa (87,5%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 25%.

5.1.3 Jika nilai rata-rata siswa 49,90 dan jumlah siswa yang mencapai KKM 4 siswa pada siklus I, dibandingkan dengan siklus akhir pada penelitian tindakan kelas ini, tampak sekali bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada siklus I ke siklus II sebesar 77,5%


(4)

74

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti sebagai berikut.

5.2.1 Untuk Guru

Pendekatan masyarakat belajar dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi siswa untuk cepat mendata unsur latar dalam cerpen melalui teknik masyarakat belajar, guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang

menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dianjurkan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik yang bervariasi.

5.2.2 Untuk Sekolah

Sekolah sebaiknya memperbanyak masukan atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran umumnya, dan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia, memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan teknik-teknik pembelajaran, kususnya masyarakat belajar pada materi pembelajaran tertentu, membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran bahasa Indonesia, Sekolah mempermudah dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa dalam memanfaatkan buku dan perpustakaan sekolah, Sekolah melengkapi sarana belajar yang lain, seperti televisi, internet, OHP, surat kabar, majalah dan lain-lain.


(5)

5.2.3 Untuk Siswa

Siswa harus introspeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki, siswa harus lebih banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. 2006. Model Silabus dan Rencana Pembelajaran. Jakarta.

Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan

dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.

Faruk. 1997. Sastra opoler. Jakarta: UT.

Kesuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian TIndakan Kelas. Jakarta: PT Universitas Lampung.

Krisna. 2011. LKS Bahasa Indonesia. Lampung: CV Sumber Makmur.

Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Masnur, Muslich. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nurgiantoro, Burhan. 2009, Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogjakarta: BPFE.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bandung: Yrama Widya.

Stanto, Robert. 2007. Teori Fiksi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca. Bandung: Angkasa.

Unila. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Wahono dan Abdul Hanif. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandar Lampung: CV Geta Erdana.


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI LATAR DALAM CERPEN DEMI BU CAMAT KARYA YUSRIZAL K.W. SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

6 164 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII SMP DIRGANTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 22 71

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

3 42 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 13 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERITA ANAK MELALUI TEKNIK DISCOVERY PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUKARAME TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 66

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 80

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 53 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 20 61