15
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting karena memberikan sarana kepada kita untuk bisa merangkum serta memahami masalah
yang kita bicarakan secara lebih baik.
18
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, kerangka teori dalam suatu penelitian hukum memegang peranan yang penting guna
menjadikan dasar berpijak bagi penelitian untuk menentukan arah atau tujuan penelitian.
Teori bertujuan menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.
19
Teori hukum boleh disebut sebagai kelanjutan dari usaha mempelajari hukum positif. Pada saat orang mempelajari hukum positif, maka ia sepanjang waktu
dihadapkan pada peraturan-peraturan hukum dengan segala cabang kegiatan dan permasalahannya. Menurut Radbruch, tugas teori hukum adalah “membikin jelas
nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.”Friedmann, 1958:3.
20
18
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, Hal.259
19
J.J.J.M.Wuisman, Penyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-asas,FE UI, Jakarta ,1996, Hal.203
20
Satjipto Rahardjo, Op.cit. Hal.260
Universitas Sumatera Utara
16
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir, pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan
pegangan teoritis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak disetujuinya.
21
sedangkan tujuan dari kerangka teori menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan
dan menginterprestasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil- hasil penelitian yang terdahulu.
22
Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:
23
a. Teori tersebut berguna untuk mempertajam fakta; b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang di uji kebenarannya. Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya
mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.
Sehubungan dengan pembahasan di atas, maka penelitian ini perlu mempunyai
landasan pikir,
yaitu berupa
teori-teori hukum
yang akan
digunakan.teori-teori hukum tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Teori keadilan Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menulisnya dengan adil, yakni
dengan benar, tidak menyalahi ketentuan Allah dan perundangan yang berlaku dalam
21
M.Solly Lubis, Filsafat Imu Dan Penelitian, PT.Sofmedia, Medan, 2012, Hal.129
22
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta 1996, Hal.19
23
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, Hal.121
Universitas Sumatera Utara
17
masyarakat. Tidak juga merugikan salah satu pihak yang bermuamalah, sebagaimana dipahami dari kata adil dan di antara kamu. Dengan demikian, dibutuhkan tiga
kriteria bagi penulis, yaitu kemampuan menulis, pengetahuan tentang aturan serta tatacara menulis perjanjian, dan kejujuran.
24
Ayat ini mendahulukan penyebutan adil daripada penyebutan pengetahuan yang diajarkan oleh Allah. Ini karena keadilan, disamping menuntut adanya
pengetahuan bagi yang berlaku adil, juga karena seorang yang adil tapi tidak mengetahui, keadilannya akan mendorong dia untuk belajar. Berbeda dengan yang
mengetahui tetapi tidak adil. Ketika itu pengetahuannya akan dia gunakan untuk menutupi ketidakadilannya. Ia akan mencari celah hukum untuk membenarkan
penyelewengan dan menghindari sanksi.
25
Adil dalam bahasa arab di artikan dengan lurus, orang yang adil harus bejalan lurus dan sikapnya harus menggunakan ukuran yang sama bukan ganda.
26
Orang adil harus berjalan sesuai aturan yang ada,dalam Islam rujukan bagi setiap muslim adalah
Al Qur’an. Keadilan dalam Islam harus dilihat dari perspektif Al Qur’an. Berlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
harus di jalankan secara adil. Hak dan kewajiban juga terkait dengan amanah. Amanah harus diberikan kepada yang berhak menerimanya. Orang yang memikul
amanah haruslah orang yang berlaku adil.
27
24
Quraish Shihab,Op cit, Hal. 604
25
Quraish Shihab,Op.Cit, Hal.605
26
Hasballah Thaib Dan Zamakhsyari Hasballah, Tafsir Tematik Al Qur’an II, Pustaka Bangsa, Medan, 2007 Hal.239
27
Zamakhsyari, Teori-Teori Hukum Islam Dalam Fiqih Dan Ushul Figih, Citapustaka Media Perintis, Medan, 2013, Hal.95
Universitas Sumatera Utara
18
“Hai orang yang beriman, hendaklah kamu orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum,mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”QS Al- Maidah [5]:8
28
Keimanan dan keadilan tidak terpisahkan. Orang yang imannya benar dan berfungsi dengan baik akan selalu berlaku adil terhadap sesamanya. Ayat di atas juga
mencerminkah beberapa prinsip, pertama; berlaku amanah,seorang mukmin tidak dibenarkan
berlaku curang,
bohong dan
khianat.Kedua;berlaku adil
dalam menetapkan hukum untuk kemaslahatan manusia.
29
Kepada notaris Allah memerintahkan berlaku adil sebagaimana disebut dalam Surat Al Baqarah ayat 282
30
“Dan hendaklah ada diantara kamu seorang penulis yang adil”
31
2. Teori Kemaslahatan
Ayat sebelum ayat 282 adalah ayat tentang nasehat ilahi kepada orang memiliki piutang untuk tidak menagih siapa yang sedang dalam kesulitan, nasehat itu
dilanjutkan oleh ayat ini, kepada yang melakukan transaksi hutang-piutang, yakni bahwa demi memelihara harta serta mencegah kesalahpahaman, maka hutang-
28
Al Qur’an terjemahan DEPAG, Al Huda, Depok, 2005
29
Zamakhsyari, Op Cit, Hal.96
30
Hasballah Thaib Dan Zamakhsyari Hasballah, Op Cit, Hal. 241
31
Al Qur’an Terjemahan DEPAG, Al Huda, Depok, 2005
Universitas Sumatera Utara
19
piutang hendaknya ditulis walau jumlahnya kecil, disamping nasehat serta tuntunan lain yang berkaitan dengan hutang-piutang. Hal ini untuk mencapai
kemaslahatan
32
Pengertian kemaslahatan menurut Imam Al-Ghazali adalah mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syarak.
Apabila seseorang menjaga dan memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, maka tujuan syarak itu telah terpenuhi maslahahnya. Sebagaimana firman Allah SWT
yang artinya: “ dan dalam qishas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagi manusia” QS. Al Baqarah: 179.
33
menurut Al-Thufi sebagaimana dikutip Zamakhsyari, ayat tersebut mengandung pengertian pemeliharaan kemaslahatan manusia, yaitu jiwa,
harta dan kehormatan mereka.
34
3. Teori Sadd Al-Zari’ah
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu
untuk waktu
yang ditentukan,
hendaklah kamu
menuliskannya”. QS Al-Baqarah: 282 Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Sayuti dalam Tafsir
Jalalain, Ayat 282 Surat Al Baqarah ini menjelaskan muamalat seperti jual beli, sewa- menyewa, utang-piutang, dan lain-lain yang tidak secara tunai misalnya pinjaman
32
Quraish Shihab, Ibid, Hal.603
33
Zamakhsyari, Op Cit, Hal.149
34
Zamakhsyari, Ibid, Hal.150
Universitas Sumatera Utara
20
atau pesanan untuk waktu yang ditentukan atau diketahui, maka hendaklah dituliskan untuk pengukuhan dan menghilangkan pertikaian nantinya.
35
Kata “menghilangkan pertikaian nantinya” hal ini sesuai dengan Teori Sadd Al Zari’ah Teori Preventif
Kata Al-Zari’ah, dalam bahasa Arab, berarti jalan menuju kepada sesuatu. Zari’ah artinya washilah, atau jalan yang menyampaikan kepada tujuan.
Jalan yang menyampaikan kepada tujuan yang haram, maka hukumnyapun menjadi haram. Sedangkan jalan yang menyampaikan kepada tujuan yang halal,
maka hukumnyapun menjadi halal.
36
Dalam pandangan ulama, hukum dibagi menjadi dua bagian: 1. Maqashid tujuan, yaitu maqashid al-syari’ah yang berupa kemaslahatan.
2. Wasa’il cara dan sarana, yaitu jalan yang menuju kepada pencapaian hukum.
37
Dalam hal ini, Imam al-Qarafi menyatakan: ‘Washilah caraalat yang menyampaikan kepada tujuan yang paling utama
adalah alat yang paling utama, dan yang menyampaikan kapada tujuan yang peling buruk adalah alat yang paling buruk, dan yang menyampaikan kepada
tujuan yang tengah-tengah adalah alat yang tengah-tengah juga.”
35
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin Al-Suyuti, Tafsir Jalalain, Juz I, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2003, Hal.156-157
36
Zamakhsyari, Ibid, Hal.151
37
Zamakhsyari, Ibid, Hal.153
Universitas Sumatera Utara
21
Secara terminologis, Al-Zari’ah didefinisikan dengan sesuatu yang membawa kepada sesuatu yang dilarang, karena mengandung kemudharatan.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, ahli fiqih mazhab Hambali, mengatakan bahwa pembatasan pengertian Al-Zari’ah pada sesuatu yang dilarang saja tidak tepat,
karena ada pula Al-Zari’ah yang bertujuan yang dianjurkan. Oleh sebab itu, pengertian Al-Zari’ah bersifat umum, bisa dilarang, dan bisa pula dituntut untuk
dilaksanakan.
38
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, ahli fiqih mazhab hambali dan imam Al-Qarafi, ahli fiqih mazhab Maliki, mengatakan bahwa al-Zari’ah adakalanya dilarang, dan
disebut sadd al-Zari’ah. Dan adakalanya dianjurkan, dan disebut fath al-Zari’ah. Yang mereka maksudkan dengan fath al-Zari’ah adalah suatu perbuatan yang
dapat membawa pada sesuatu yang dianjurkan, bahkan diwajibkan syarak. Sebagai contoh, karena shalat jum’at itu hukumnya wajib, maka berusaha untuk sampai di
mesjid dengan meninggalkan segala aktivitas juga diwajibkan.
39
4. Teori Akhlak
Dalam kode etik notaries atau penjabaran surat al baqarah ayat 282 di isyaratkan bahwa seorang penulis dalam Surat Al Baqarah Ayat 282 ataupun notaries
yang diatur dalam kode etik notaries diwajibkan memiliki moral dan berakhlak. Akhlak secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang
38
Zamakhsyari, Loc. Cit
39
Zamakhsyari, Op Cit, Hal.151
Universitas Sumatera Utara
22
berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq, yang menciptakan, makhluq, yang diciptakan, dan khalq penciptaan. Kesamaan akar kata di ini mengisyaratkan bahwa
dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Tuhan Kholiq dengan perilaku manusia makhluq. Atau dengan kata lain kata perilaku
seseorang terhadap orang dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki apabila tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Tuhan
khaliq. Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia tetapi juga norma
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.
40
Dalam ajaran Islam, akhlak memiliki peran yang sangat strategis, bahkan akhlak dapat dikatakan sebagai ajaran Islam yang paling essensial. Nabi Muhammad
SAW juga diutus dalam rangka memperbaiki akhlak manusia. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari Muslim yang artinya:
“Hanya saja aku diutus ke permukaan bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia”. Dari sabda Rasul ini tersirat fakta bahwa ssebelum Muhammad SAW menjadi Rasul
ternyata akhlak manusia telah rusak atau setidak-tidaknya mengalami degradasi nilai dari
yang seharusnya
dikehendaki Allah
memalui wahyuNya
yang telah
diturunkanNya melalui kitab Taurat, Zabur, dan Injil yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga Allah merasa masih perlu mengirim lagi seorang Rasul untuk
memperbaiki akhlak ummat manusia.
41
40
Mukhlis Lubis dan Zulfahmi Lubis, Akhlak Islam, Pesantren Al Manar, Medan, 2009, Hal. 1
41
Syahril Sofyan, Desertasi:Standar Perjanjian Misrepresentasi Dalam Transaksi Bisnis, USU, Medan, 2011,Hal.46
Universitas Sumatera Utara
23
Akhlak adalah peri-keadaan jiwa manusia yang mampu melahirkan perbuatan- perbuatan lahiriah secara spontan. Akhlak yang baik akan melahirkan perbuatan yang
baik, sebaliknya akhlak yang buruk akan melahirkan perbuatan yang buruk juga. Dalam dimensi vertikal maupun horizontal, akhlak diatur berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits Rasulullah SAW. Selanjutnya akhlak inilah yang diharapkan dapat lebih diutamakan oleh seorang muslimdalam menggapai segala kebutuhan hidupnya
42
. Berkembang pesatnya lembaga ekonomi Islam dewasa ini juga diikuti
meningkatnya berbagai macam transaksi bisnis secara Islami dan bentuk perjanjian yang menuntut untuk menggunakan aturan Islam syariah.
Al Qur’an dan Sunnah Rasullulah SAW sebagai penuntun memiliki daya jangkau dan daya atur universal. Artinya, meliputi segenap aspek kehidupan umat
manusia dan selalu ideal untuk masa lalu, kini, dan yang akan datang.
43
Syariat telah ditetapkan dan ditegakkan pondasinya serta disempurnakan dasar-dasarnya pada masa Nabi Muhammad SAW. Hal ini terdapat dalam Firman
Allah Surat Al Maidah ayat 3 : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
44
Mengenai muamalah, Allah telah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 282 yang artinya :
42
Syahril Sofyan, Ibid,Hal.46
43
Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, Hal.1
44
Al Qur’an Terjemahan DEPAG, Al Huda, Depok, 2005
Universitas Sumatera Utara
24
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dengan
benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya.”
45
Ayat Al Qur’an tersebut menerangkan mengenai perlunya seseorang atau para pihak untuk menuliskan transaksinya sebagi bukti tertulis atas transaksi atau
perjanjian yang telah dilakukan. Menerangkan pula adanya seorang yang bertindak sebagai penulis dan saksi dalam transaksi atau perjanjian tersebut.
46
Seorang penulis tidak bisa orang sembarangan, karena penulis harus menuliskan sesuatu dengan benar pekerjaan penulis merupakan amanah yang tidak
boleh ditolak sesuai dengan penggalan kalimat dalam ayat tersebut”janganlah kamu enggan menuliskannya”,tentunya bagi pihak yang memang memiliki kapasitas atau
kemampuan dibidang menulis.
2. Konsepsi