69
4.2.2 Naluri Kematian Tokoh Utama
Dalam diri Afdhal ada dorongan naluri untuk melakukan kebaikan, namun di sisi lain ada dorongan dari naluri yang menyuruh berbuat hal yang bisa
membahayakan dirinya sendiri atau menyakiti orang lain. Hal ini menunjukkan sifat Afdhal yang selain baik hati ia pun mempunyai sifat yang menganggap
bahwa dirinya di dunia ini tidak ada artinya. Ia menganggap bahwa ia juga berhak mendapatkan cinta yang semestinya di dapatkan setiap insan.
Naluri kematian adalah naluri yang menunjukkan pengrusakan pada dirinya sendiri dan orang lain. Naluri kematian ini lebih memberikan contoh yang
menggambarkan seseorang menjadi jahat dan memiliki hati yang kurang baik. Keburukan-keburukan yang di sebabkan olehnya dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain. Naluri kematian yang dimiliki oleh tokoh Afdhal dapat di tunjukkan dari beberapa sifat yang ia miliki, sifat tersebut menggambarkan kepribadiannya
yang bernilai negatif pula. Naluri kematian yang ditunjukkan oleh tokoh Afdhal yang pertama adalah
1. Rendah Diri
Waktu ia masih sekolah dasar, ia sudah merasakan yang namanya jatuh cinta. Namun perasaan jatuh cinta tersebut yang membuat ia merasa menjadi
orang yang bodoh. Merasa menjadi orang yang tidak berguna hidup di dunia ini, karena gagal mendapatkan cinta dari seorang wanita yang ia sukai dulu. Semenjak
kejadian itu ia menganggap dirinya hanyalah sebuah sampah jika di terpa angin akan terbang. Dari penjelasan ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
70
Mungkin karena tersentuh oleh pernyataan cinta yang kutulis di dalam surat itu, maka setelah membaca isi surat
tersebut si lesung pipit-ku menerima cinta Ali. Bukan main gelapnya duniaku. Hidupku tiada gairah lagi. Apa yang selama
ini kuharapakan menjadi sia-sia dan tidak berarti lagi. Aku seperti seonggok sampah yang diterbangkan angin yang setiap
kali singgah di pekarangan orang akan disapunya lagi agar menjauh. Aku seperti tak berguna. Demikian hancurnya
perasaanku sehingga aku jatuh sakit. MC, hal. 90-91
Kalimat ”Aku seperti seonggok sampah yang diterbangkan angin yang setiap kali singgah di pekarangan orang akan disapunya lagi agar menjauh.”
menyebutkan dengan jelas bahwa Afdhal adalah manusia yang mempunyai naluri kematian juga. Ia merasa sudah tidak ada artinya lagi setelah hatinya tersakiti
karena cinta. Adanya anggapan dari dalam dirinya bahwa dirinya tersebut hanyalah sampah ia merasa sudah tidah berguna lagi, oleh karena itu di pikirnya
sampai ia terjatuh sakit.
2. Memiliki Rasa Benci
Sifat benci termasuk dalam naluri kematian adalah sifat yang menunjukkan bahwa Afdhal juga memiliki rasa yang sangat membenci orang
yang suka menyakiti hati wanita. Ia geram mendengar cerita Amal yang telah di siksa oleh mantan suaminya, setelah Amal menikah dan selama menikah tersebut
Amal bukannya mendapat kebahagiaan tetapi yang di berikan namun siksaan yang sering dilakukan oleh mantan suami Amal dulu sewaktu masih berumah tangga.
Setelah mendengar cerita Amal tersebut timbullah naluri kematian dalam diri Afdhal. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan cerita berikut.
71
Mendengar cerita Amal Hayati, hatiku menjadi geram. Ingin rasanya aku membalaskan sakit hatinya kepada lelaki
biadab itu. Aku seperti tidak sanggup menerima perlakuan yang diberikan kepadanya. Iblis apa yang telah merasuki jiwa lelaki
semacam itu. MC, hal. 184
”......hatiku menjadi geram. Ingin rasanya aku membalaskan sakit hatinya kepada lelaki biadab itu........” Kalimat tersebut menujukkan rasa bencinya Afdhal
dengan seorang lelaki yang tidak mempunyai hati nurani yang sangat kejam. Tokoh Afdhal adalah tokoh utama yang memiliki rasa benci dengan tokoh
yang bernama Syamsul. Persaan benci tersebut menunjukkan bahwa sebagai manusia biasa Afdhal mempunyai perasaan yang jengkel terhadap Syamsul atas
perbuatannya yang menyakiti hati wanita. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
Sebenarnya, mendengar ceritamu membuat aku menangis akan kepedihan yang dialami Siti Zubaedah. Apalagi setelah tahu
kamu akan menikah, aku tidak bisa membayangkannya. Sungguh, kamu benar-benar berdosa, sahabatku. Seandainya
kamu dalam keadaan sehat, maka aku akan memaksamu untuk mencarinya dan bersujud di akinya, tapi karena kamu dalam
keadaan sakit, maka aku akan membantumu sampai aku bisa membawanya kemari. Kataku pada Syamsul. MC, hal. 106-107
3. Menyiksa Batinnya Sendiri Naluri kematian yang ditunjukkan oleh Afdhal adalah perasaannya yang