RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

(1)

RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

Oleh TRI YUNIKE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

Oleh TRI YUNIKE

Ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan ayam petelur yang

dimanfaatkan peternak sebagai penghasil daging. Pertumbuhan ayam jantan tipe medium dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu genetik 30% dan lingkungan 70%. Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan ayam jantan tipe medium adalah manajemen kandang, salah satunya kepadatan kandang.

Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga akan mengganggu fungsi fisiologis tubuh ayam.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui respon fisiologis ayam jantan tipe medium (frekuensi pernapasan, suhu rektal, dan suhu shank; (2) mengetahui respon fisiologis ayam jantan tipe medium yang terbaik pada kepadatan kandang yang berbeda.

Penelitian dilaksanakan selama 7 minggu dari 07 Februari--27 Maret 2011, di kandang ayam milik PT. Rama Jaya Lampung di Desa Jati Baru, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Ayam yang digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain MB 502.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas tiga perlakuan, dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu R1: kepadatan kandang 16 ekor m-2, R2: kepadatan kandang 19 ekor m-2, dan R3: kepadatan kandang 22 ekor m-2. Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan kandang 16, 19, dan 22 ekor m-2 tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap frekuensi pernapasan, suhu rektal, dan suhu shank ayam jantan tipe medium.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... .. iii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Ayam Jantan tipe medium ... 8

B. Respon Fisiologis Ayam Jantan Tipe Medium ... 9

1. Frekuensi pernapasan ... 10

2. Suhu rektal ... 11

3. Suhu shank ... 12

C. Kandang Panggung... 13


(6)

III. BAHAN DAN METODE ... 18

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

B. Bahan Penelitian ... 18

1. Ayam penelitian ... 18

2. Ransum ... 18

3. Air minum ... 19

4. Vaksin, antibiotik dan vitamin ... 19

C. Alat Penelitian ... 19

D. Metode Percobaan ... 20

1. Rancangan perlakuan ... 20

2. Rancangan percobaan ... 20

E. Pelaksanaan Penelitian... 21

1. Persiapan kandang ... 21

2. Tahap pelaksanaan ... 21

3. Tahap koleksi data ... 22

F. Peubah yang Diukur ... 22

1. Frekuensi pernapasan ... 22

2. Suhu rektal ... 23

3. Suhu shank ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

1. Pengaruh perlakuan terhadap frekuensi pernapasan ... 24

2. Pengaruh perlakuan terhadap suhu rektal ... 29


(7)

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 35

A Simpulan ... 35

B . Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(8)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan susu adalah bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan dan berfungsi sebagai faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan juga menjaga tingkat kecerdasan dan produktivitas manusia.

Ayam merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari masyarakat. Masyarakat semakin menyadari arti penting ternak ayam terutama daging ayam, karena selain harganya yang relatif murah jika dibandingkan dengan ternak lain, daging ayam juga mudah didapat dan memiliki kadar protein tinggi.

Salah satu ayam yang dapat menjadi alternatif sumber daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah ayam jantan tipe medium. Ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan usaha penetasan ayam petelur yang tidak diharapkan karena hanya ayam betina yang dipasarkan untuk dimanfaatkan produksi telurnya.

Keuntungan dari pemeliharaan ayam jantan tipe medium dibandingkan dengan


(9)

2

rasanya hampir sama seperti rasa daging ayam kampung sehingga banyak konsumen yang menyukai, serta hasilnya mudah dipasarkan karena dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.

Ayam jantan mempunyai bentuk badan dan kadar lemak yang rendah menyerupai ayam kampung, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang mempunyai kebiasaan lebih menyukai ayam yang kadar lemaknya rendah seperti ayam kampung (Darma,1982 dan Riyanti, 1995). Menurut Daryanti (1982), persentase lemak ayam jantan Harco umur enam minggu adalah 2,36 %, sedangkan jantan Dekalb 3,39 %.

Performans ayam jantan tipe medium dapat ditingkatkan melalui pemeliharaan yang baik dengan kepadatan yang sesuai. Tingkat kepadatan kandang dapat memengaruhi kenyamanan ayam dalam kandang dan memengaruhi

pertumbuhannya. Disamping itu, kepadatan kandang yang tinggi dapat pula menyebabkan mortalitas karena terjadinya kanibalisme pada ayam sebagai akibat dari peningkatan suhu di dalam kandang seiring dengan tingginya kepadatan kandang. Suhu yang tinggi dapat mengganggu fungsi fisiologis dari organ-organ pernapasan dan peredaran darah, hal ini dapat memengaruhi tingkat konsumsi ransum, air minum, konversi ransum, dan pertumbuhan ternak.

Kepadatan kandang yang ideal untuk pemeliharaan broiler di kandang postal sudah didapatkan kepadatan kandang ideal dalam pemeliharaannya yakni 10 ekor m-2 (Cresweell dan Hardjosworo, 1979). Pemeliharaan ayam jantan tipe medium di kandang postal bisa mencapai kepadatan kandang 16 ekor m-2


(10)

3

ayam jantan tipe medium di kandang panggung belum diketahui. Hal ini karena perkembangan pemeliharaan ayam jantan tipe medium belum sepesat

perkembangan usaha pemeliharaan broiler, padahal ayam jantan tipe medium sangat potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia.

Berdasarkan hal di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh kapadatan kandang terhadap respon fosiologis ayam jantan tipe medium di kandang panggung.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

a. mengetahui respon fisiologis ayam jantan tipe medium (frekuensi pernapasan, suhu rektal, dan suhu shank).

b. mengetahui respon fisiologis ayam jantan tipe medium yang terbaik pada kepadatan kandang berbeda.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan nyata penambahan wawasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu produksi unggas, serta memberikan informasi kepada peternak mengenai kepadatan kandang terhadap respon fisiologis yang terbaik untuk pemeliharaan ayam jantan tipe medium.


(11)

4

D. Kerangka Pemikiran

Ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan ayam petelur yang dimanfaatkan peternak sebagai hasil pedaging. Ayam yang biasa digunakan sebagai penghasil telur adalah ayam betina, sedangkan ayam yang digunakan sebagai penghasil daging adalah ayam jantan. Dalam usaha pembibitan, peluang untuk menghasilkan ayam betina dan ayam jantan setiap kali penetasan adalah 50%. Dengan demikian, kemungkinan pemanfaatan anak ayam jantan sebagai ternak penghasil daging cukup besar (Riyanti, 1995).

Pertumbuhan ayam jantan tipe medium dipengaruhi 2 faktor, yaitu 30% genetik dan 70% lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi

pertumbuhan ayam jantan tipe medium adalah manajemen kandang, salah satunya kepadatan kandang.

Tingkat kepadatan kandang ayam dinyatakan dengan luas lantai kandang yang tersedia bagi setiap ekor ayam atau jumlah ayam yang dipelihara pada satu satuan luas kandang. Luas lantai kandang untuk setiap ekor ayam antara lain tergantung pada tipe lantai, tipe ayam, jenis kelamin dan periode produksi (North and Bell, 1990). Menurut Rasyaf (2001), kepadatan kandang berpengaruh terhadap kenyamanan ternak di dalam kandang. Hal ini karena kepadatan kandang

memengaruhi suhu dan kelembaban udara dalam kandang dan pada akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan ternak.

Pada pemeliharaan broiler sudah didapatkan kepadatan kandang ideal dalam pemeliharaannya yaitu 10 ekor mˉ² (Creswell dan Hardjosworo, 1979). Menurut Rasyaf (2005), kepadatan kandang untuk fase starter ayam petelur tipe ringan


(12)

5

setiap 1 m² dapat diisi oleh 16 ekor ayam, sedangkan ayam petelur tipe medium setiap 1 m² cukup 11 ekor ayam. Hasil penelitian Imaeda (2000) menunjukkan bahwa kepadatan kandang mempengaruhi insiden sudden death syndrome (SDS) pada musim panas dan dingin. Pada kepadatan 18 ekor mˉ² kematian meningkat karena sudden death syndrome di musim panas.

Menurut Guyton (1997), kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan

menyebabkan suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga akan mengganggu fungsi fisiologis tubuh ayam. Pengaruh secara langsung terutama terhadap fungsi beberapa organ dalam seperti jantung, alat pernapasan, dan manifestasi suhu tubuh. Variabel tersebut merupakan cermin dari aktivitas metabolisme.

Metabolisme basal pada suhu lingkungan tinggi menjadi naik karena

bertambahnya frekuensi pernapasan, kerja jantung dan bertambahnya sirkulasi darah perifer (Guyton, 1997) . Adanya perubahan respon fisiologis akibat suhu lingkungan yang berbeda akan berdampak pada performans produksi yang akan ditampilkan oleh ayam. Performans produksi yang akan terpengaruh karena aktifitas fisiologis diantaranya adalah konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, dan konversi ransum.

Menurut Fadillah (2005), kepadatan kandang yang terlalu tinggi mengakibatkan tingkat konsumsi ransum berkurang, tingkat pertumbuhan terhambat, efisiensi ransum berkurang, angka kematian meningkat, kasus kanibalisme meningkat, kejadian dada luka (hitam seperti koreng) meningkat dan keperluan ventilasi meningkat.


(13)

6

Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga akan mengganggu fungsi fisiologis tubuh ayam. Pengaruh secara langsung terutama terhadap fungsi beberapa organ dalam seperti jantung, alat pernafasan dan manifestasi suhu tubuh. Variabel tersebut merupakan cermin dari aktifitas metabolisme.

Kepadatan kandang yang ideal telah didapat pada pemeliharaan broiler, yaitu 10 ekor m-2 atau 12--15 kg m-2 (Creswell dan Hardjosworo, 1979). Menurut hasil penelitian Nurharitrika (2010), pada kandang sistem litter, pemeliharaan ayam jantan tipe medium bisa sampai kepadatan 16 ekor m-2. Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan pada kandang panggung agar dapat diketahui kepadatan kandang yang ideal. Pada penelitian ini akan dicoba menggunakan kepadatan kandang 16, 19, dan 22 ekor m-2. Jumlah kepadatan kandang pada kandang panggung ditambah karena pada kandang panggung udara dapat masuk dan keluar melalui ventilasi dari arah bawah dan samping karena pada kandang ini memiliki lantai berlubang.

Berdasarkan uraian di atas, maka kepadatan kandang harus ditentukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap respon fisiologis ayam jantan tipe medium umur sehari sampai 7 minggu.


(14)

7

F. Hipotesis

Hipotesis yang akan diajukan pada penelitian ini adalah 1. adanya perbedaan respon fisiologis (frekuensi pernapasan,

suhu rektal, dan suhu shank) akibat kepadatan kandang yang berbeda pada ayam jantan tipe medium,

2. adanya respon fisiologis ayam jantan tipe medium yang terbaik pada kepadatan kandang berbeda.


(15)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Jantan Tipe Medium

Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002). Pada ayam jantan, kelebihan energi digunakan untuk pertumbuhan, sedangkan pada ayam betina kelebihan energi digunakan untuk poduksi telur (Wahju, 1992).

Ayam jantan mempunyai kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam betina (Wahju, 1992). Ayam hasil persilangan antara galur Arbor Arcess menghasilkan ayam jantan dengan kandungan lemak sebesar 2,6%, sedangkan betina 2,8% (Sizemore dan Siegel, 1993).

Bobot tubuh ayam tipe medium cukup berat tetapi masih berada di antara bobot ayam tipe ringan dan broiler ( Rasyaf, 2001). Ayam tipe ringan mempunyai berat badan dewasa tidak lebih dari 1.880 g, tipe medium tidak lebih dari 2.500 g, dan tipe berat tidak lebih dari 3.500 g (Wahju, 1992).

Saat ini dikenal ada tiga tipe ayam, yaitu (1) ayam tipe ringan ( diantaranya Babcock,Hyline, dan Kimber); (2) tipe medium ( diantaranya Dekalb, Kimbrown, dan Hyline B11); dan (3) tipe berat (diantaranya Hubbard, Starbro, dan Jabro)


(16)

9

yang didasarkan atas bobot maksimum yang dapat dicapai ayam tersebut. Jenis bibit ayam yang beredar di pasaran, antara lain ayam petelur (layer), ayam pedaging (broiler) dan ayam yang mempunyai fungsi ganda (dwiguna) yaitu sebagai penghasil telur dan daging (Nataatmaja, 1982).

B. Respon Fisiologis Ayam Jantan Tipe Medium

Ayam merupakan unggas vertebrata berdarah panas dengan tingkat metabolisme tinggi. Day Old Chick (DOC) memiliki suhu tubuh 39ºC. Secara bertahap, suhu tubuh anak ayam meningkat setelah hari ke-4 sampai hari ke-10 dicapai suhu normal maksimal. Suhu tubuh ayam meningkat sampai sore, kemudian menurun sampai tengah malam (Suprijatna, 2005). Adisuwirya, dkk (2001) menyatakan bahwa suhu tubuh ayam merupakan indikator fisiologis yang mudah diperoleh yaitu dengan cara mengukur suhu tubuh pada bagian rektum karena di bagian tersebut termometer bisa dimasukkan ke dalam tubuh pada saat ternak tetap sadar dan suhu tubuh normal merupkan indikator kesehatan ternak.

Produksi panas, suhu abdominal, suhu kulit, shank dan laju pernafasan ayam meningkat secara nyata pada suhu lingkungan 36ºC dibandingkan pada suhu 28ºC dan 32 ºC (Zhou dan Yamamoto, 1997). Penelitian Kettwell dan Moran (1992) menunjukkan bahwa produksi panas menurun pada suhu 15ºC dan 25ºC, tetapi meningkat pada suhu lingkungan diatas 25ºC.

Hasil penelitian Yunus (2007) menyatakan bahwa respon fisiologis khususnya frekuensi pernapasan dan suhu rektal diduga dapat meningkat dengan


(17)

10

1. Frekuensi Pernapasan

Frekuensi pernapasan dapat digunakan sebagai ukuran respon fisiologis broiler

dengan cara menghitung pergerakan thorax selama 30 detik. Peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung merupakan mekanisme pengaturan keseimbangan panas untuk menjaga temperatur tubuh tidak ikut meningkat dan relatif konstan (Yousef, 1985).

Pada lingkungan dengan suhu nyaman, pembuangan panas sebagian besar dilakukan secara konduksi, konveksi, dan radiasi, sedangkan pada temperatur lingkungan tinggi jalur utama pembuangan panas adalah evaporasi (Mc. Dowell, 1972). Apabila temperatur lingkungan dingin, maka produksi panas akan

digunakan untuk menjaga agar temperatur tubuh tidak menurun (Yousef, 1985).

Pengaturan suhu tubuh dengan panting (megap-megap) merupakan cara yang paling utama bagi unggas. Hal ini disebabkan unggas (1) mempunyai suhu tubuh relatif lebih tinggi dari mamalia; (2) tidak mempunyai kelenjar keringat; (3) distribusi lemak tubuh yang tidak merata (Esmay,1978).

Pada kelembaban udara tinggi yaitu sekitar 80% dan pada suhu kandang 29,4ºC ayam sudah mulai panting (megap-megap). Dalam keadaan panting, ayam kehilangan banyak air dari tubuhnya sehingga konsumsi air minum meningkat untuk menghindari terjadinya dehidrasi pada tubuh (Van Kampen, 1981).

North dan Bell (1990) menyatakan kelembaban udara kandang berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan pada saat panting. Makin tinggi kelembaban udara maka frekuensi pernapasan makin tinggi. Hal ini terjadi karena kemampuan udara


(18)

11

yang lebih tinggi untuk mengabsorbsi uap air dari saluran pernapasan lebih

rendah. Peningkatan frekuensi pernapasan menyebabkan peningkatan energi yang hilang melalui saluran pernapasan sehingga pertumbuhan ayam terhambat.

Suprijatna, dkk. (2005) menyatakan frekuensi pernapasan ayam saat beristirahat adalah 15--25 kali/menit. Sedangkan hasil penelitian Yunus (2007) menunjukkan bahwa frekuensi pernapasan broiler fase finisher tidak berbeda nyata 171,68 kali/menit pada kandang panggung yang memiliki suhu 31,93ºC, dan frekuensi pernapasan rata-rata 177,61 kali/menit pada suhu 32,86ºC di kandang postal.

Menurut Sturkie (1979), rata-rata frekuensi pernapasan ayam pada waktu istirahat 17--27 kali per menit. Hasil penelitian Ihvan (2008) menunjukkan frekuensi pernapasan broiler strain Cobb pada kandang panggung yaitu 48,83 kali/30 detik dan 48,30 kali/30detik pada kandang litter. Hasil penelitian Sucipto (2009) menunjukkan frekuensi pernapasan ayam jantan tipe medium umur 14 hari pada kandang panggung rata-rata 40,66 kali/30 detik, sedangkan pada kandang litter

38,40 kali/30 detik dan frekuensi pernapasan ayam jantan tipe medium umur 28 hari pada kandang panggung menunjukkan bahwa rata-rata 42,96 kali/30 detik, sedangkan kandang litter 51,30/30 detik. Hasil penelitian Nurharitrika (2010) menunjukkan frekuensi pernapasan ayam jantan tipe medium pada kandang postal

rata-rata 59,90 kali/30 detik. Menurut North dan Bell (1990), kelembaban normal untuk pemeliharaan ayam 60--70%.

2. Suhu Rektal

Suhu lingkungan tinggi akan menaikkan suhu tubuh, frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Dalam kondisi ini ternak akan mengeluarkan panas melalui


(19)

12

peningkatan laju pernapasan dan berkeringat (Williamson dan Payne, 1993). Suhu tubuh merupakan indikator fisiologis yang mudah diperoleh yaitu dengan cara mengukur suhu tubuh pada bagian rektum. Sumaryadi dan Budiman (1986) menyatakan bahwa temperatur tubuh adalah manifestasi dalam usaha untuk mencapai keseimbangan antara panas yang diproduksi tubuh dan yang dibuang ke lingkungan. Antara suhu tubuh dengan suhu lingkungan terjadi suatu

keseimbangan yang memungkinkan berlangsungnya setiap reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh.

Suhu tubuh berkaitan dengan tekanan atau stres, latihan, dan suhu sekitarnya. Apabila terjadi peningkatan suhu tubuh melebihi kisaran optimal, biasanya diikuti peningkatan frekuensi nafas dan denyut jantung (Ranoharjo dan Sutedjo, 1984).

Hasil penelitian Sucipto (2009) menunjukkan bahwa suhu rektal ayam jantan tipe medium umur 14 hari pada kandang panggung rata-rata 41,57ºC, sedangkan pada kandang litter 41,64ºC dan suhu rektal ayam jantan tipe medium umur 28 hari pada kandang panggung rata-rata 41,10 ºC, sedangkan pada kandang litter

41,99ºC. Hasil penelitian Nurharitrika (2010) menunjukkan bahwa suhu rektal ayam jantan tipe medium pada kandang postal rata-rata 41,45ºC. Menurut Suprijatna (2005), suhu tubuh normal ayam dewasa 40,00--40,07ºC. Menurut Frandson (1993), suhu rektal normal ayam 40,6ºC.

3. Suhu Shank

Shank atau kaki pada ayam jantan medium merupakan bagian tubuh ayam jantan medium yang berhubungan langsung dengan lantai kandang. Aliran panas dari tubuh ayam jantan medium mengalir secara konduksi terhadap lantai kandang.


(20)

13

Perpindahan panas secara konduksi ini terjadi karena ayam yang mempunyai suhu tubuh tinggi akan berpindah ke lantai kandang yang bersuhu rendah. Perpindahan panas ini dapat mempercepat pengurangan panas tubuh sehingga suhu tubuh ayam jantan mediumakan cepat turun. Menurut Zhou dan Yamamoto (1997), panas dari lingkungan kandang terutama lantai akan berpengaruh langsung terhadap tubuh ayam jantan medium secara keseluruhan termasuk bagian shank dengan kondisidemikian ayam jantan medium yang tidak mampu beradaptasi, akan lebih panas suhu tubuhnya termasuk suhu shank.

Suhu shank juga merupakan indikator respon fisiologis karena suhu kulit shank

ayam jantan medium meningkat secara nyata pada suhu lingkungan 36ºC dibandingkan dengan suhu 28 ºC dan 32ºC (Zhou dan Yamamoto, 1997). Menurut Zhou dan Yamamoto suhu shank normal 41,00ºC.

C. Kandang Panggung

Kandang merupakan tempat pemeliharaan ternak yang mempunyai fungsi primer sebagai tempat tinggal bagi unggas agar terlindung dari pengaruh-pengaruh iklim buruk seperti hujan, panas, dan angin, serta gangguan dari binatang buas dan pencurian. Selain itu, kandang juga berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari stres (Suprijatna, dkk., 2005).

Kandang merupakan tempat hidup dan tempat berproduksi yang berfungsi sebagai berikut : melindungi ayam dari gangguan binatang buas, melindungi ayam dari cuaca yang buruk, membatasi ruang gerak ternak, menghindari resiko kehilangan ternak, serta mempermudah pengawasan dan pemeliharaan (Abidin, 2003).


(21)

14

Pemeliharaan unggas secara komersial umumnya dilakukan pada 2 tipe kandang yaitu kandang postal (kandang litter) dan kandang panggung. Kedua tipe kandang ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kandang postal merupakan kandang yang menggunakan alas lantai yang padat dan ditaburi alas litter selama

pemeliharaan ayam. Kandang tipe ini relatif lebih tinggi suhu di dalam

kandangnya karena sirkulasi udara hanya didapatkan dari atap monitor dan sisi dinding kandang terbuka. Walaupun biaya pembuatan kandang tipe ini lebih murah, tetapi kurang nyaman bagi unggas karena sudu di dalam kandang yang cenderung lebih tinggi (Suprijatna, dkk., 2005).

Tipe kandang panggung merupakan kandang lantai bercelah yang biasanya dibuat dari bambu dengan celah antara bambu sekitar 2 cm. Hal ini membuat udara bisa masuk dari celah-celah lantai dari bawah kandang. Lantai kandang panggung dibuat 1,8 m di atas permukaan tanah. Suhu kandang pada tipe panggung ini relatif rendah, karena banyaknya udara yang bisa masuk ke dalam kandang yakni dari lantai, atap monitor, dan dari semua sisi dinding kandang yang bercelah. Hal ini memungkinkan kepadatan kandang pada kandang panggung bisa lebih tinggi dibandingkan dengan kandang postal. Namun, biaya pembuatan kandang relatif lebih mahal.

Menurut Supriyatna, dkk. (2005), kandang panggung merupakan kandang yang lantainya menggunakan bahan bilah-bilah yang disusun memanjang sehingga lantai kandang bercelah-celah. Kelebihan kandang panggung adalah laju pertumbuhan ayam tinggi, efisiensi dalam panggunaan ransum, kotoran mudah dibersihkan, sirkulasi udara lebih lancar jika dbandingkan dengan kandang litter


(22)

15

dan kontaminasi kulit dengan kotoran lebih rendah sehingga penyakit jarang menghinggapi. Kekurangan kandang panggung adalah tingginya biaya peralatan dan perlengkapan, tenaga dan waktu untuk pengelolaan meningkat, ayam mudah terluka.

Menurut Fadilah (2004), kandang panggung mempunyai ventilasi yang berfungsi lebih baik karena udara bisa masuk dari bawah dan samping kandang. Oleh karena itu, pergerakan (sirkulasi) udara di dalam kandang menjadi lebih baik akibatnya temperatur di dalam kandang relatif rendah dan ayam merasa lebih nyaman. Namun, kandang panggung juga memiliki kekurangan seperti yang dinyatakan oleh Suprijatna dkk. (2005) antara lain tingginya biaya peralatan dan

perlengkapan, tenaga dan waktu untuk pengelolaan meningkat, ayam mudah terluka, dan telapak kaki mengeras (bubulen) sehingga ayam kesakitan dan stres.

D. Kepadatan Kandang

Tingkat kepadatan kandang ayam dinyatakan dengan luas lantai kandang yang tersedia bagi setiap ekor ayam atau jumlah ayam yang dipelihara pada satu satuan luas kandang. Luas kandang untuk setiap ekor ayam antara lain tergantung pada tipe lantai, tipe ayam, jenis kelamin dan priode produksi (North and Bell, 1990). Menurut Creswell dan Hardjosworo (1979), kepadatan kandang untuk broiler

adalah 10 ekor mˉ².

Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga akan menganggu fungsi fisiologis tubuh ayam. Pengaruh secara langsung terutama terhadap fungsi fisiologis seperti frekuensi pernapasan, suhu rektal dan suhu shank. Disamping itu, kepadatan kandang yang terlalu tinggi


(23)

16

dapat juga menyebabkan mortalitas meningkat sehingga terjadi kanibalisme pada ternak (Rasyaf, 2005). Apabila kepadatan rendah, maka pemborosan ruang kandang per ekor ayam karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium tidak secepat pertumbuhan broiler dan pertumbuhan ayam akan terhambat karena ayam akan banyak bergerak sehingga banyak energi yang terbuang. (Fadillah, 2005).

Menurut Fadilah (2005), kepadatan kandang terlalu tinggi mengakibatkan tingkat konsumsi ransum berkurang, tingkat pertumbuhan yang terhambat, efisiensi ransum yang berkurang, angka kematian yang meningkat, kasus kanibalisme meningkat, keperluan ventilasi meningkat. Apabila kepadatan rendah maka pemborosan ruang kandang per ekor ayam karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium tidak secepat pertumbuhan broiler dan pertumbuhan ayam akan

terhambat karena ayam akan banyak bergerak sehingga banyak energi yang terbuang.

Kepadatan kandang optimal untuk ayam pedaging di daerah subtropis adalah 15 ekor mˉ² (Sainbury dan Sainbury, 1988), sedangkan untuk Indonesia kepadatan kandang yang optimal adalah 10 ekor mˉ². Creswell dan Hardjosworo (1979) menyarankan untuk kondisi Indonesia digunakan luas lantai kandang 0,1 ekor m²

(10 ekor mˉ²). Menurut Rasyaf (1994), untuk dataran rendah kepadatan kandang yang baik adalah 8--9 ekor mˉ², sedangkan untuk dataran tinggi 11--12 ekor mˉ².

Umur juga memengaruhi penentuan kepadatan kandang, semakin meningkatnya umur, kebutuhan luas kandang per ekor semakin meningkat. Selain itu, kelamin juga memengaruhi penentuan kebutuham kepadatan kandang. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa ayam betina membutuhkan luas kandang lebih rendah


(24)

17

dari pada ayam jantan, tetapi menurut Tarrago dan Puchal (1997), penampilan ayam betina lebih sensitif terhadap kepadatan kandang dari pada ayam jantan.

Menurut Rasyaf (2005), kepadatan kandang berpengaruh terhadap kenyaman ternak di dalam kandang. Hal ini karena kepadatan kandang memengaruhi suhu dan kelembaban udara dalam kandang dan pada akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan ternak.


(25)

18

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik PT. Rama Jaya Lampung, Desa Jati Baru, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan penelitian belangsung selama 2 bulan, yaitu pada Febuari-Maret 2011.

B. Bahan Penelitian 1. Ayam penelitian

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam jantan tipe medium umur satu hari (DOC) sampai umur 7 minggu sebanyak 342 ekor dengan strain MB 502. Ayam dipelihara secara komersial pada petak kandang sistem panggung dengan kepadatan kandang masing-masing terdiri dari 16; 19; 22 ekor mˉ².

2. Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ransum broiler komersial BBR1 (Bestfeed) produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk dengan kadar protein 22% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg. Kandungan nutrisi ransum disajikan pada Tabel 1.


(26)

19

Tabel 1. Kandungan nutrisi hasil analisis proksimat

Kandungan nutrisi BBR-1 (Bestfeed) (%)

Air 12,15

Protein 22,80

Lemak 4,00

Serat kasar 5,00

Abu 5,24

Sumber: Hasil analisis proksimat Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, 2011

3. Air Minum

Air minum yang digunakan dalam penelitian berupa air minum biasa yang diberikan secara ad libitum.

4. Vaksin, Antibiotik, dan Vitamin

Vaksin yang diberikan adalah Vaksimun H5N1 (AI), Vaksimum ND--H120 (ND--IB), IBDM (Gumboro), Vaksimum ND Lasota. Antibiotik yang diberikan adalah Agrixine. Vitamin yang diberikan Stress grin, Chickovit

C. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(a) kandang panggung yang menggunakan sekat kandang berukuran 1 m x 1 m sebanyak 18 petak dan peralatan kandang;

(b) tempat ransum, ada 2 bentuk yaitu berbentuk baki (chick feeder tray) yang digunakan untuk ayam umur 1--2 minggu dan tempat ransum yang digunakan berbentuk tabung yang digantung (hanging feeder) untuk ayam umur 3--7 minggu;


(27)

20

(c) tempat air minum, menggunakan tempat air minum yang berbentuk tabung (gallon);

(d) timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 g;

(e) timbangan kapasitas 10 kg digunakan untuk menimnbang ayam dan ransum pada minggu pertama sampai minggu ketujuh;

(f) thermohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban udara, (g) lampu untuk pemanas 18 buah;

(h) thermometer digital untuk mengukur suhu rektal dan suhu shank; (i) perlengkapan kandang (sapu, ember, sprayer dan bak air).

(J) alat tulis untuk melakukan pencatatan

(k) counter number untuk menghitung frekuensi pernapasan.

D. Metode Penelitian 1. Rancangan Perlakuan

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas tiga perlakuan tingkat kepadatan kandang, yaitu :

R1 : kepadatan kandang 16 ekor mˉ² R2 : kepadatan kandang 19 ekor mˉ² R3 : kepadatan kandang 22 ekor mˉ²

2. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan masing-masing perlakuan diulang sebanyak enam kali. Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 5%.


(28)

21

E. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Kandang

Kandang dibersihkan satu minggu sebelum DOC datang, kemudian didesinfeksi menggunakan desinfektan. Tahapannya meliputi :

(1) membuat kandang dari bambu dengan ukuran 1 m² sebanyak 18 petak; (2) mencuci lantai kandang dengan menggunakan air dan sikat;

(3) mengapur dinding, tiang, kandang dan lantai kandang; (4) menyemprot kandang dengan desinfektan;

(5) mencuci peralatan kandang (feed tray, hanging feeder dan tempat air minum); (6) setelah kandang kering, lantai kandang kemudian ditaburi dengan sekam setebal 5 cm;

(7) mengunci akses ke dalam kandang sampai DOC datang.

2. Tahap Pelaksanaan

Day Old Chick (DOC) yang telah tiba kemudian ditimbang dahulu secara acak menggunakan timbangan kapasitas 10 kg untuk mendapatkan berat tubuh awal masing-masing perlakuan, yaitu 16, 19, dan 22 ekor, kemudian dimasukkan ke dalam area brooding. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum, dan pemberiannya pada pukul 07.00 dan 18.00 WIB.

Air minum diberikan secara ad libitum pada pagi dan sore hari. Ransum juga diberikan secara ad libitum. Mengukur suhu dan kelembaban kandang setiap hari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 WIB. Suhu (ºC) dan kelembaban (%) lingkungan kandang diukur menggunakan thermo-higrometer yang diletakkan


(29)

22

pada bagian tengah kandang yang digantung sejajar dengan tinggi petak-petak kandang.

Program vaksinasi yang dilakukan adalah:

(1) vaksimum ND--H5N1 saat ayam berumur 5 hari melalui injeksi subcutan (dibawah kulit) dan Vaksimum ND--H120;

(2) vaksinasi Gumboro (IBDM) saat ayam berumur 14 hari melalui cekok mulut; (3) vaksimum ND Lasota saat ayam berumur 21 hari melalui air minum;

(4) vaksinasi Gumboro (IBDM) saat ayam berumur 24 hari melalui air minum; (6) vaksimumND Lasota saat ayam berumur 45 hari melalui air minum.

3. Tahap Koleksi Data

Pengamatan dilakukan terhadap respon fisiologis ayam jantan tipe medium yang sedang dalam posisi tenang (istirahat) pada kepadatan kandang yang berbeda meliputi frekuensi pernapasan, suhu rektal, dan suhu shank dengan sampel sebanyak 2 ekor dari jumlah ayam per petak. Data pendukung berupa suhu dan kelembaban lingkungan dilakukan setiap hari. Pengambilan sampel dimulai pada minggu ke-3 hingga minggu ke-7.

F. Peubah yang Diukur 1. Frekuensi Pernapasan

Frekuensi pernapasan, diukur pada pukul 12.00--14.00 WIB pada setiap minggunya. Pengukuran frekuensi pernapasan dihitung dengan mengamati pergerakan membuka dan menutupnya mulut atau dengan mengamati kembang kempisnya perut selama satu menit (Hartono, dkk. 2002).


(30)

23

2. Suhu Rektal

Suhu rektal diukur pada pukul 12.00--14.00 WIB pada setiap minggunya dengan menggunakan termometer digital yang dimasukan ke dalam rektum ayam jantan selama 3 menit (Hartono, dkk. 2002).

3. Suhu Shank

Suhu shank diukur pada pukul 12.00--14.00 WIB pada setiap minggunya dengan menggunakan termometer digital yang ditempelkan pada shank ayam dengan isolasi (Zhou dan Yamamoto, 1997).


(31)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

(1) Kepadatan kandang 16, 19, dan 22 ekor mˉ² tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap frekuensi pernapasan, suhu rektal, dan suhu shank;

(2) Tidak adanya respon fisiologis ayam jantan tipe medium yang terbaik pada kepadatan kandang 16, 19, dan 22 ekor mˉ².

B. Saran

Dari hasil penelitian disarankan bahwa :

(1). Peternak dapat menggunakan kepadatan kandangayam jantan tipe medium sampai 22 ekor mˉ²dalam pemeliharaannyakarena belum memengaruhi

respon fisiologi ayam jantan tipemedium;

(2).Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pemeliharaan ayam jantan tipe medium pada kepadatan kandang yang lebih tinggi dari kepadatan 22 ekor mˉ², sehingga diketahui pengaruhnya terhadap respon fisiologis ayam jantan tipe medium.


(32)

36

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta

Adisuwirya. D, Soetrisno, dan S.J.A Setiawati. 2001. Dasar Fsiologis Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto.

Bligh, J and K.G. Johnson. 1985. Glosary of terms for thermal physiologi. J. Appl. Physiology, 35:941.

Creswell, D dan P.S. Hardjosworo. 1979. Bentuk Kandang Unggas dan Kepadatan untuk Daerah Tropis. Laporan Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan II, Ciawi, Bogor. Puslitbang Ternak, Bogor.

Darma. 1982. Tanggapan Ayam Jantan Pedaging terhadap Mutu Ransum Awal Pertumbuhan. Karya Ilmiah.Institut Pertanian Bogor.

Daryanti. 1982. Perbandingan Komposisi Tubuh Ayam Jantan Petelur Dekalb dan Harco dengan Ayam Jantan Broiler Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor.

Dwimargo, A. 2008. Perbandingan Respon Fisiologi dan Performans Produksi

Broiler Strain Lohman dan Strain Cobb pada Kandang Panggung. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Esmay, M. L. 1978. Principles of Animal Environment. Avi Publishing Company, INC. Wesport. Connectiout. 358 p.

Fadillah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial Cetakan ke-2. Agromedia Pustaka. Jakarta.

--- 2005. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Media Pustaka. Jakarta.

Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta


(33)

37

Guyton, A. C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Buku Ajar. Alih Bahasa ; Setiawan, I. K. A. Tengadi, A. Santoso. Penerbitan Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hartono, M., S. Suharyati, P. E. Santosa. 2002. Dasar Fisiologi Ternak. Buku

Ajar. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Ihvan. 2008. Perbedaan Respon Produksi dan Respon Fisiologis Broiler Strain

Cobb pada Kandang Panggung dan Kandang Litter. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar lampung.

Imaeda, N. 2000. Influence of Stocking Density and Rearing Season on Incidence of Sudden Death Syndrome in Broiler Chickens. Poultry Science 79: 201-204.

Kettwell, P.J.,and P. Moran. 1192. A study of heat production and heat loss in crated broiler chickens: a mathematical model for a single bird. British Poultry Science 33: 239-252.

Mc. Dowell, R. E. Perdue. 1972. The Evironment Versus Man and His Animal. In: Cole, H. H and M. Ronning (Eds). Animal Agriculture. W. H. Feeman and Company. San fransisco. Italia.

Nataatmaja, M. D. 1982. Perbandingan Pemanfaatan Strain Ayam Jantan Tipe Dwiguna dengan Strain Ayam Broiler Ditinjau dari Aspek Produksi pada Peternakan Ayam Backyard. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung.

Nesheim, M.C.,R.E.Austic and L.E. Card. 1979. Poultry Production. 12 Edition. Lea and Febiger. Philadelphia.

North, M. O. Dan D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th ed Conectitut. Avi Publishing.

Nurharitrika, A. 2010. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Respon Fisiologis Ayam Jantan Tipe Medium. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-XX. Penebar Swadaya. Jakarta.

--- 2005. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyanti. 1995. Pengaruh Berbagai Imbangan Energi Protein Ransum terhadap Performans Ayam Jantan Petelur Tipe Medium. Prosiding Seminar

Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor.


(34)

38

Ronoharjo dan Sutejo. 1984. Penuntun Kesehatan Ayam.Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

Sainbury, D. W. B and P. Sainbury. 1988. Livestock Health and Housing. 3rd ed. Bailliere Tindall. Londan.

Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum unggas yang Rasional. PT Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Sizemore, F. g. dan H. S. Siegel. 1993. Growth, Feed Convertion and Carcass Composition In Felame Of Four Broiler Croses Feed Starter Dieth With Different Energy Level and Energy Level To Protein Ration. Poultry Science 72:2216-2228. Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-10. Penebar Swadaya. Jakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrika. PT. Gramedia, Jakarta.

Sturkie, P. D. 1979. Avian Physiology. 4th ed. Springer Verlag. New York. Sucipto, H. 2009. Perbedaan Respon Fisiologis Ayam Jantan Tipe Medium Fase

Starter (1-28 Hari) pada Kandang Panggung dan Postal. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar lampung.

Sumaryadi, M. Y., dan L. Budiman. 1986. Fisiologi Guna Laksana dan Lingkungan. Diktat. Fakultas Peternakan. Unsoed. Purwokerto. Suprianto. 2002. Pengaruh Pemberian Berbagai Bakteri Dalam Air Minum

terhadap Pertumbuhan Ayam Jantan Tipe Medium.Skripsi. Fakultas Pertania. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suprijatna, E. U. Atmomarsono, dan K. Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tarrago, J. And F, Puchal. 1997. Effect Of Strain, Sex and Stocking Rate Of The Performance and Carcass Hatched Chicjs. In Energy Metabolism Of Farm Animal. Wageningen, Netherlands. Pp 291-294.

Van Kampen, M. 1981. The effect of dry and wet bulb temperature on heat production of newly hatched chicks. In energy Metabolism of Farm Animals Wageningen, Netherlamds. Pp 291-294.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Williamsom, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Edisi ke-3 Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(35)

39

Yousef, M. K. 1985. Stress Physiology in Livestock Basic Principles. Vol 1. CRC Press Inc. Boca Raton. Florida.

Yunus, M. 2007. Perbandingan Respon Fisiologis Broiler Fase Finisher pada Kandang Panggung dan Postal.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zhou, W. T. Dan S. Yanamoto. 1997. Effect Of Environmental Temperature and Beat Production Due To Food Intake On Abdominal Temperature, Shank


(36)

41

Gambar 1. Tata letak kandang penelitian

Keterangan :

K 1 : Kepadatan kandang 16 ekor m-2 K 2 : Kepadatan kandang 19 ekor m-2 K3 : Kepadatan kandang 22 ekor m-2 U1—U6 : Ulangan Ke – 1 Sampai Ke - 6

K1U5 K1U3 K3U1`

K3U5 K1U2 K2U2

K1U6 K3U2 K2U6

K1U4 K3U6 K3U3

K2U4 K2U2 K2U5

K2U1 K1U1 K3U5


(37)

42

Tabel 7. Rata-rata suhu kandang selama pemeliharaan ayam umur 3--7 minggu

Hari

ke- Tanggal

Suhu (ºC) Pukul

6:00 12:00 18:00 24:00

15 21-Feb-11 25 29 27 24 16 22-Feb-11 25 28 26 24 17 23-Feb-11 25 29 27 24 18 24-Feb-11 23 27 29 25 19 25-Feb-11 25 30 27 25 20 26-Feb-11 25 32 26 26 21 27-Feb-11 25 30 25 27 22 28-Feb-11 27 29 27 27 23 01-Mar-11 24 30 24 24 24 02-Mar-11 24 29 25 25 25 03-Mar-11 25 29 24 25 26 04-Mar-11 24 29 25 24 27 05-Mar-11 25 31 28 25 28 06-Mar-11 25 32 26 25 29 07-Mar-11 25 29 25 24 30 08-Mar-11 24 31 27 25 31 09-Mar-11 25 30 25 27 32 10-Mar-11 25 29 29 25 33 11-Mar-11 25 29 25 27 34 12-Mar-11 24 28 25 25 35 13-Mar-11 25 32 25 25 36 14-Mar-11 25 30 27 24 37 15-Mar-11 25 29 26 25 38 16-Mar-11 28 29 27 23 39 17-Mar-11 25 29 26 25 40 18-Mar-11 25 28 26 25 41 19-Mar-11 26 29 25 26 42 20-Mar-11 25 29 25 25 43 21-Mar-11 25 29 26 25 44 22-Mar-11 25 30 26 26 45 23-Mar-11 24 29 28 25 46 24-Mar-11 24 31 26 25 47 25-Mar-11 25 29 26 25 48 26-Mar-11 26 28 28 25

49 27-Mar-11 24

Jumlah 872 1001 889 852 Rata-rata 24,91 29,44 26,15 25,06


(38)

43

Tabel 8. Rata-rata kelembaban kandang selama pemeliharaan ayam umur 3--7

minggu Hari ke- Tanggal Kelembaban (%) Pukul 6:00 12:00 18:00 24:00 15 21-Feb-11 90 51 81 90

16 22-Feb-11 93 58 80 95

17 23-Feb-11 94 60 86 91

18 24-Feb-11 94 54 66 93

19 25-Feb-11 91 68 76 90

20 26-Feb-11 93 75 79 90

21 27-Feb-11 94 85 78 94

22 28-Feb-11 94 67 75 94

23 01-Mar-11 89 65 73 91

24 02-Mar-11 79 66 74 77

25 03-Mar-11 77 70 75 90

26 04-Mar-11 81 74 75 79

27 05-Mar-11 82 77 77 80

28 06-Mar-11 84 70 76 80

29 07-Mar-11 83 77 81 77

30 08-Mar-11 86 75 78 85

31 09-Mar-11 85 75 83 80

32 10-Mar-11 87 76 76 85

33 11-Mar-11 85 76 77 81

34 12-Mar-11 85 77 76 85

35 13-Mar-11 83 71 78 85

36 14-Mar-11 84 76 78 83

37 15-Mar-11 84 73 79 80

38 16-Mar-11 81 72 77 82

39 17-Mar-11 82 72 74 80

40 18-Mar-11 81 70 78 80

41 19-Mar-11 84 74 79 81

42 20-Mar-11 85 72 78 80

43 21-Mar-11 80 70 75 80

44 22-Mar-11 80 71 79 80

45 23-Mar-11 82 72 73 81

46 24-Mar-11 80 75 79 83

47 25-Mar-11 84 77 79 83

48 26-Mar-11 85 72 77 83

49 27-Mar-11 83

Jumlah 2984 2413 2625 2868 Rata-rata 85,26 70,97 77,20 84,35


(39)

44

FREKUENSI PERNAPASAN (MENIT) PER MINGGU :

PERLAKUAN Minggu 1

Minggu

2 Jumlah

Rata-rata Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu

6 Minggu 7 Jumlah

Rata-rata

K1U1 (L) 48 80 128 64 48 50 50 72 58 278 55,6

K1U2 (H) 74 72 146 73 40 60 44 60 54 258 51,6

K1U3 (G) 46 74 120 60 44 58 46 60 56 264 52,8

KIU4 (D) 76 66 142 71 46 44 46 64 58 258 51,6

K1U5 (A) 80 58 138 69 46 62 38 56 60 262 52,4

KIU6 (C) 68 72 140 70 42 56 50 58 54 260 52,0

K2U1 (F) 54 76 130 65 46 54 46 68 48 266 53,2

K2U2 (K) 66 84 150 75 54 48 52 72 54 280 56,0

K2U3 (N) 54 86 140 70 54 54 40 54 40 240 48,0

K2U4 (E) 56 74 130 65 52 48 44 64 52 260 52,0

K2U5 (Q) 56 76 132 66 52 50 48 62 56 268 53,6

K2U6 (O) 54 84 138 69 42 46 44 64 68 264 52,8

K3U1 (M) 52 76 128 64 60 54 46 62 54 276 55,2

K3U2 (R) 64 88 152 76 44 52 52 62 60 270 54,0

K3U3 (P) 56 88 144 72 50 50 52 66 52 270 54,0

K3U4 (I) 62 70 132 66 52 48 48 60 52 260 52,0

K3U5 (B) 56 84 140 70 38 44 46 52 60 240 48,0


(40)

45

SUHU REKTAL (ºC) PER MINGGU :

PERLAKUAN Minggu 1

Minggu

2 Jumlah

Rata-rata Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu

7 Jumlah

Rata-rata K1U1 (L) 41,00 41,35 82,35 41,17 39,55 39,75 40,25 40,45 39,45 199,45 39,89 K1U2 (H) 41,15 41,40 82,55 41,27 39,50 39,70 39,60 39,55 39,70 198,05 39,61 K1U3 (G) 40.00 41,65 81,65 40,82 39,85 39,65 39.45 40,05 39.55 198,55 39,71 KIU4 (D) 41,10 41,30 82,40 41,20 39,45 39,65 40,05 40,10 39,35 198,60 39,72 K1U5 (A) 40,70 41,25 81,95 40,97 39,70 40,40 40,55 40,70 40,15 201,50 40,30 KIU6 (C) 40,60 41,05 81,65 40,82 39,95 39,95 39,45 40,40 39,50 199,25 39,85 K2U1 (F) 40,95 41,45 82,40 41,20 39,45 39,90 40,20 40,40 39,25 199,20 39,84 K2U2 (K) 40,30 41,40 81,70 40,85 40,05 39,90 39,45 40,40 39,50 199,30 39,86 K2U3 (N) 40,10 41,20 81,30 40,65 39,7 40,10 39,65 39,65 39,50 198,60 39,72 K2U4 (E) 40,55 41,45 82,00 41,00 39,85 39,90 40,20 39,95 40,00 199,90 39,98 K2U5 (Q) 41,00 41,35 82,35 41,17 39,30 39,85 40,10 40,10 39,65 199,00 39,80 K2U6 (O) 41,20 41,20 82,40 41,20 39,55 40,00 40,45 39,35 40,05 199,40 39,88 K3U1 (M) 40,95 41,10 82,05 41,02 39,70 39,95 40,00 40,00 40,00 199,65 39,93 K3U2 (R) 40,40 40,70 81,10 40,55 39,80 39,85 40,30 39,45 40,15 199,55 39,91 K3U3 (P) 40,05 40,80 80,85 40,42 39,80 39,45 40,45 39,55 39,80 199,05 39,81 K3U4 (I) 40,40 41,50 81,90 40,95 39,70 39,75 40,25 40,1 39,35 199,15 39,83 K3U5 (B) 41,00 41,20 82,20 41,10 39,95 39,95 39,90 40,45 39,85 200,10 40,02 K3U6 (J) 40,75 41,40 82,15 41,07 39,50 39,35 39,8 39,7 39,85 198,20 39,64


(41)

46

SUHU SHANK (ºC) PER MINGGU:

PERLAKUAN Minggu 1

Minggu

2 Jumlah

Rata-rata Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu

6 Minggu 7 Jumlah

Rata-rata K1U1 (L) 37,75 38,80 76,55 38,27 38,00 36,40 38,55 39,40 37,00 189,65 37,93 K1U2 (H) 36,35 38,40 74,75 37,37 37,70 37,20 37,05 38,40 37,35 187,70 37,54 K1U3 (G) 37,05 39,15 76,20 38,10 36,55 36,00 37,05 37,80 37,45 184,85 36,97 KIU4 (D) 37,30 39,05 76,35 38,17 37,30 36,80 38,40 38,75 37,60 188,85 37,77 K1U5 (A) 36,00 38,30 74,30 37,15 39,70 38,05 38,00 38,20 37,80 191,75 38,37 KIU6 (C) 36,35 38,75 75,10 37,55 37,90 36,35 37,80 37,75 37,90 187,70 37,54 K2U1 (F) 36,95 39,05 76,00 38,00 37,95 36,65 38,20 38,80 37,60 189,20 37,84 K2U2 (K) 36,65 38,55 75,20 37,60 37,75 37,25 37,30 39,45 37,35 189,10 37,82 K2U3 (N) 38,10 38,25 76,35 38,17 38,05 35,85 38,65 38,20 37,65 188,40 37,68 K2U4 (E) 37,25 39,20 76,45 38,25 38,65 35,40 37,80 38,25 38,05 188,15 37,63 K2U5 (Q) 37,95 38,50 76,45 38,25 37,30 37,45 38,80 38,00 37,80 189,35 37,87 K2U6 (O) 38,20 38,20 76,40 38,20 39,35 34,75 36,80 37,55 37,45 185,90 37,18 K3U1 (M) 38,05 37,60 75,65 37,82 37,25 35,75 38,40 38,40 38,45 188,25 37,65 K3U2 (R) 37,85 38,00 75,85 37,92 37,85 37,25 37,1 38,25 39,15 189,60 37,92 K3U3 (P) 36,90 38,40 75,30 37,65 38,15 35,60 37,75 37,90 37,25 186,65 37,33 K3U4 (I) 37,30 39,00 76,30 38,15 35,60 37,70 36,60 38,65 37,85 186,40 37,28 K3U5 (B) 36,35 38,85 75,20 37,60 39,95 38,50 34,85 38,65 37,85 189,80 37,96 K3U6 (J) 37,35 38,85 76,20 38,10 37,05 37,55 38,45 38,55 37,80 189,40 37,88


(42)

47

Tabel 9. Perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap frekuensi pernapasan ayam jantan tipe medium

Ulangan Perlakuan Jumlah

rata-rata

R1 R2 R3

---(kali/menit)---

U1 55,60 53,20 55,20 164,00 54,67

U2 51,60 56,00 54,00 161,60 53,87

U3 52,80 48,00 54,00 154,80 51,60

U4 51,60 52,00 52,00 155,60 51,87

U5 52,40 53,60 48,00 154,00 51,33

U6 52,00 52,80 59,60 164,40 54,80

Jumlah 316,00 315,60 322,80 954,40 318,13

Rata-rata 52,67 52,60 53,80 159,07 53,02

C = Y.. 2 / KP = (954,40)2 = 50604,41 18

JKT = ∑∑yij2 - C

= (55,602 + 53,202 +55,202 + 51,602 + 56,002 + 54,002 + 52,802 + 48,002 + 54,002 + 52,002 + 52,402 + 53,602 + 48,002 + 52,002 + 52,802 + 59,602) - C = 50728,32 – 50604,41

= 123,91

JKP = (1/p) ∑yi2– C

= 1 (316,002+ 315,602+322,802) - C 6

= 50609,87– 50604,41 = 5,46

JKG = JK (T) – JK (P) = 123,91 – 5,46 = 118,45

KTP = JK (P) / (p – 1) = 5,46

2 = 2,73

KTG = JK (G) / (r -1) = 118,45

15 = 7,89


(43)

48

F.hit = KT (P) / KT (G) = 2,73

7,89 = 0,35

KK = √KT (G) / y X 100 % = √7,89 x 100 % 53,02

= 5,30 %

Tabel 10. Daftar analisis ragam frekuensi pernapasan

SK Db JK KT F hitung F tabel 0,05

Perlakuan 2 5,46 2,73 0,35 tn 3,68

Galat 15 118,45 7,89

Total 17 123,91 KK = 5,30 %

Keterangan :

F hitung < F tabel maka kepadatan kandang tidak berbeda nyata terhadap frekuensi pernpasan ayam jantan tipe medium

SK : Sumber keragaman KK : Koefisien keragaman

DB : Derajat bebas KT : Kuadrat tengah

JK : Jumlah kuadrat tn : Tidak nyata

Tabel 11. Perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap suhu rektal ayam jantan tipe medium

Ulangan Perlakuan Jumlah

rata-rata

R1 R2 R3

---(ºC)---

U1 39,89 39,84 39,93 119,66 39,88

U2 39,61 39,86 39,91 119,38 39,79

U3 39,71 39,72 39,81 119,24 39,75

U4 39,72 39,98 39,83 119,53 39,84

U5 40,30 39,80 40,02 120,12 40,04

U6 39,85 39,88 39,64 119,37 39,79

Jumlah 239,08 239,08 239,14 717,30 239,10

Rata-rata 39,85 39,85 39,86 119,55 39,85

C = Y.. 2 / KP = (717,30)2 = 28584,40 18


(44)

49

JKT = ∑∑yij2 - C

= (39,892 + 39,842 + 39,932+ 39,612 + 39,862 + 39,912 + 39,712 + 39,722 + 39,812 + 39,722 + 39,982 + 39,832 + 40,302 + 39,802 + 40,022 + 39,852 + 39,882 + 39,642) - C

= 28584,82 – 28584,40 = 0,42

JKP = (1/p) ∑yi2 - C

= 1 (239,082 + 239,082 + 239,142) - C 6

= 28584,41 – 28584,40 = 0,01

JKG = JK (T) – JK (P) = 0,42 – 0,01 = 0,41

KTP = JK (P) / (p – 1) = 0,01

2 = 0,005

KTG = JK (G) / (r -1) = 0,41

15 = 0,03

F.hit = KT (P) / KT (G) = 0,005

0,03 = 0,17

KK = √KT (G) / y X 100 % = √0,33 x 100 % 39,85

= 1,44 %

Tabel 12. Daftar analisis ragam suhu rektal

SK Db JK KT F hitung F tabel 0,05

Perlakuan 2 0,01 0,005 0,35 tn 3,68

Galat 15 0,41 0,03


(45)

50

Keterangan :

F hitung < F tabel maka kepadatan kandang tidak berbeda nyata terhadap suhu rektal ayam jantan tipe medium

SK : Sumber keragaman KK : Koefisien keragaman

DB : Derajat bebas KT : Kuadrat tengah

JK : Jumlah kuadrat tn : Tidak nyata

Tabel 13. Perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap suhu shank

ayam jantan tipe medium

Ulangan Perlakuan Jumlah

rata-rata

R1 R2 R3

---(ºC)---

U1 37,93 37,84 37,65 113,42 37,81

U2 37,54 37,82 37,92 113,28 37,76

U3 36,97 37,68 37,33 111,98 37,33

U4 37,77 37,63 37,28 112,68 37,56

U5 38,37 37,87 37,96 114,20 38,07

U6 37,54 37,18 37,88 112,60 37,53

Jumlah 226,12 226,02 226,02 678,16 226,05

Rata-rata 37,69 37,67 37,67 113,03 37,67

C = Y.. 2 / KP = (678,16)2 = 25550,05 18

JKT = ∑∑yij2 - C

= (37,932 + 37,842 + 37,652 + 37,542 + 37,822 + 37,922 + 36,972 + 37,682 + 37,332 + 37,772 + 37,632 + 37,282 + 38,372 + 37,872 + 37,962 + 37,542 + 37,182 + 37,882) - C

= 25551,94 – 25550,05 = 1,89

JKP = (1/p) ∑yi2 - C

= 1 (226,122 + 226,022 + 226,022) - C 6

= 25550,06 – 25550,05 = 0,01

JKG = JK (T) – JK (P) = 1,89 – 0,01 = 1,88

KTP = JK (P) / (p – 1) = 0,01


(46)

51

2 = 0,005

KTG = JK (G) / (r -1) = 1,88

15 = 0,12

F.hit = KT (P) / KT (G) = 0,005

0,02 = 0,04

KK = √KT (G) / y X 100 % = √0,12 x 100 % 37,67

= 0,92 %

Tabel 14. Daftar analisis ragam suhu shank

SK Db JK KT F hitung F tabel 0,05

Perlakuan 2 0,01 0,005 0,35 tn 3,68

Galat 15 1,88 0,12

Total 17 1,89 KK = 0,92%

Keterangan :

F hitung < F tabel maka kepadatan kandang tidak berbeda nyata terhadap Suhu

Shank ayam jantan tipe medium

SK : Sumber keragaman KK : Koefisien keragaman

DB : Derajat bebas KT : Kuadrat tengah


(1)

PERLAKUAN Minggu 1

Minggu

2 Jumlah

Rata-rata

Minggu 3

Minggu 4

Minggu 5

Minggu

6 Minggu 7 Jumlah

Rata-rata K1U1 (L) 37,75 38,80 76,55 38,27 38,00 36,40 38,55 39,40 37,00 189,65 37,93 K1U2 (H) 36,35 38,40 74,75 37,37 37,70 37,20 37,05 38,40 37,35 187,70 37,54 K1U3 (G) 37,05 39,15 76,20 38,10 36,55 36,00 37,05 37,80 37,45 184,85 36,97 KIU4 (D) 37,30 39,05 76,35 38,17 37,30 36,80 38,40 38,75 37,60 188,85 37,77 K1U5 (A) 36,00 38,30 74,30 37,15 39,70 38,05 38,00 38,20 37,80 191,75 38,37 KIU6 (C) 36,35 38,75 75,10 37,55 37,90 36,35 37,80 37,75 37,90 187,70 37,54 K2U1 (F) 36,95 39,05 76,00 38,00 37,95 36,65 38,20 38,80 37,60 189,20 37,84 K2U2 (K) 36,65 38,55 75,20 37,60 37,75 37,25 37,30 39,45 37,35 189,10 37,82 K2U3 (N) 38,10 38,25 76,35 38,17 38,05 35,85 38,65 38,20 37,65 188,40 37,68 K2U4 (E) 37,25 39,20 76,45 38,25 38,65 35,40 37,80 38,25 38,05 188,15 37,63 K2U5 (Q) 37,95 38,50 76,45 38,25 37,30 37,45 38,80 38,00 37,80 189,35 37,87 K2U6 (O) 38,20 38,20 76,40 38,20 39,35 34,75 36,80 37,55 37,45 185,90 37,18 K3U1 (M) 38,05 37,60 75,65 37,82 37,25 35,75 38,40 38,40 38,45 188,25 37,65 K3U2 (R) 37,85 38,00 75,85 37,92 37,85 37,25 37,1 38,25 39,15 189,60 37,92 K3U3 (P) 36,90 38,40 75,30 37,65 38,15 35,60 37,75 37,90 37,25 186,65 37,33 K3U4 (I) 37,30 39,00 76,30 38,15 35,60 37,70 36,60 38,65 37,85 186,40 37,28 K3U5 (B) 36,35 38,85 75,20 37,60 39,95 38,50 34,85 38,65 37,85 189,80 37,96 K3U6 (J) 37,35 38,85 76,20 38,10 37,05 37,55 38,45 38,55 37,80 189,40 37,88


(2)

Tabel 9. Perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap frekuensi pernapasan ayam jantan tipe medium

Ulangan Perlakuan Jumlah

rata-rata

R1 R2 R3

---(kali/menit)---

U1 55,60 53,20 55,20 164,00 54,67

U2 51,60 56,00 54,00 161,60 53,87

U3 52,80 48,00 54,00 154,80 51,60

U4 51,60 52,00 52,00 155,60 51,87

U5 52,40 53,60 48,00 154,00 51,33

U6 52,00 52,80 59,60 164,40 54,80

Jumlah 316,00 315,60 322,80 954,40 318,13

Rata-rata 52,67 52,60 53,80 159,07 53,02

C = Y.. 2 / KP = (954,40)2 = 50604,41 18

JKT = ∑∑yij2 - C

= (55,602 + 53,202 +55,202 + 51,602 + 56,002 + 54,002 + 52,802 + 48,002 + 54,002 + 52,002 + 52,402 + 53,602 + 48,002 + 52,002 + 52,802 + 59,602) - C = 50728,32 – 50604,41

= 123,91

JKP = (1/p) ∑yi2– C

= 1 (316,002+ 315,602+322,802) - C 6

= 50609,87– 50604,41 = 5,46

JKG = JK (T) – JK (P) = 123,91 – 5,46 = 118,45

KTP = JK (P) / (p – 1) = 5,46

2 = 2,73

KTG = JK (G) / (r -1) = 118,45

15 = 7,89


(3)

F.hit = KT (P) / KT (G) = 2,73

7,89 = 0,35

KK = √KT (G) / y X 100 % = √7,89 x 100 % 53,02

= 5,30 %

Tabel 10. Daftar analisis ragam frekuensi pernapasan

SK Db JK KT F hitung F tabel 0,05

Perlakuan 2 5,46 2,73 0,35 tn 3,68

Galat 15 118,45 7,89

Total 17 123,91 KK = 5,30 %

Keterangan :

F hitung < F tabel maka kepadatan kandang tidak berbeda nyata terhadap frekuensi pernpasan ayam jantan tipe medium

SK : Sumber keragaman KK : Koefisien keragaman

DB : Derajat bebas KT : Kuadrat tengah

JK : Jumlah kuadrat tn : Tidak nyata

Tabel 11. Perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap suhu rektal ayam jantan tipe medium

Ulangan Perlakuan Jumlah

rata-rata

R1 R2 R3

---(ºC)---

U1 39,89 39,84 39,93 119,66 39,88

U2 39,61 39,86 39,91 119,38 39,79

U3 39,71 39,72 39,81 119,24 39,75

U4 39,72 39,98 39,83 119,53 39,84

U5 40,30 39,80 40,02 120,12 40,04

U6 39,85 39,88 39,64 119,37 39,79

Jumlah 239,08 239,08 239,14 717,30 239,10

Rata-rata 39,85 39,85 39,86 119,55 39,85

C = Y.. 2 / KP = (717,30)2 = 28584,40 18


(4)

JKT = ∑∑yij2 - C

= (39,892 + 39,842 + 39,932+ 39,612 + 39,862 + 39,912 + 39,712 + 39,722 + 39,812 + 39,722 + 39,982 + 39,832 + 40,302 + 39,802 + 40,022 + 39,852 + 39,882 + 39,642) - C

= 28584,82 – 28584,40 = 0,42

JKP = (1/p) ∑yi2 - C

= 1 (239,082 + 239,082 + 239,142) - C 6

= 28584,41 – 28584,40 = 0,01

JKG = JK (T) – JK (P) = 0,42 – 0,01 = 0,41

KTP = JK (P) / (p – 1) = 0,01

2 = 0,005

KTG = JK (G) / (r -1) = 0,41

15 = 0,03

F.hit = KT (P) / KT (G) = 0,005

0,03 = 0,17

KK = √KT (G) / y X 100 % = √0,33 x 100 % 39,85

= 1,44 %

Tabel 12. Daftar analisis ragam suhu rektal

SK Db JK KT F hitung F tabel 0,05

Perlakuan 2 0,01 0,005 0,35 tn 3,68

Galat 15 0,41 0,03


(5)

Keterangan :

F hitung < F tabel maka kepadatan kandang tidak berbeda nyata terhadap suhu rektal ayam jantan tipe medium

SK : Sumber keragaman KK : Koefisien keragaman

DB : Derajat bebas KT : Kuadrat tengah

JK : Jumlah kuadrat tn : Tidak nyata

Tabel 13. Perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap suhu shank ayam jantan tipe medium

Ulangan Perlakuan Jumlah

rata-rata

R1 R2 R3

---(ºC)---

U1 37,93 37,84 37,65 113,42 37,81

U2 37,54 37,82 37,92 113,28 37,76

U3 36,97 37,68 37,33 111,98 37,33

U4 37,77 37,63 37,28 112,68 37,56

U5 38,37 37,87 37,96 114,20 38,07

U6 37,54 37,18 37,88 112,60 37,53

Jumlah 226,12 226,02 226,02 678,16 226,05

Rata-rata 37,69 37,67 37,67 113,03 37,67

C = Y.. 2 / KP = (678,16)2 = 25550,05 18

JKT = ∑∑yij2 - C

= (37,932 + 37,842 + 37,652 + 37,542 + 37,822 + 37,922 + 36,972 + 37,682 + 37,332 + 37,772 + 37,632 + 37,282 + 38,372 + 37,872 + 37,962 + 37,542 + 37,182 + 37,882) - C

= 25551,94 – 25550,05 = 1,89

JKP = (1/p) ∑yi2 - C

= 1 (226,122 + 226,022 + 226,022) - C 6

= 25550,06 – 25550,05 = 0,01

JKG = JK (T) – JK (P) = 1,89 – 0,01 = 1,88

KTP = JK (P) / (p – 1) = 0,01


(6)

= 0,005

KTG = JK (G) / (r -1) = 1,88

15 = 0,12

F.hit = KT (P) / KT (G) = 0,005

0,02 = 0,04

KK = √KT (G) / y X 100 % = √0,12 x 100 % 37,67

= 0,92 %

Tabel 14. Daftar analisis ragam suhu shank

SK Db JK KT F hitung F tabel 0,05

Perlakuan 2 0,01 0,005 0,35 tn 3,68

Galat 15 1,88 0,12

Total 17 1,89 KK = 0,92%

Keterangan :

F hitung < F tabel maka kepadatan kandang tidak berbeda nyata terhadap Suhu

Shank ayam jantan tipe medium

SK : Sumber keragaman KK : Koefisien keragaman

DB : Derajat bebas KT : Kuadrat tengah