Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia

(1)

iii ABSTRAK

Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering

di Bursa Efek Indonesia

Oleh Febty Gabriella

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi manajemen laba perusahaan sebelum dan sesudah IPO, serta membuktikan secara empiris pengaruh nilai penawaran saham saat IPO, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan leverage terhadap manajamen laba perusahaan sebelum IPO.

Penelitian ini mengunakan sampel seluruh perusahaan yang pada tahun 2007-2012 melakukan Initial Public Offering. Sampel diambil sebanyak 61 perusahaan yang dilakukan secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Independent Sample T Test dan regresi berganda dengan software SPSS 17.0.

Hasil penelitian menyatakan bahwa perusahaan sampel penelitian lebih banyak melakukan manajemen laba sebelum melakukan IPO dibandingkan dengan setelah melakukan IPO. Disamping itu hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap

manajemen laba, hanya variabel leverage yang berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan nilai penawaran saham, ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : Initial Public Offerings (IPO), Manajemen Laba,Nilai

Penawaran Saham, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Leverage


(2)

iii

IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

by

Febty Gabriella

This study aims to detect earnings management company before and after the IPO, and demonstrate empirically the influence of the value of the current public offering IPO, firm size, firm age, and leverage on earnings management company before the IPO.

This study uses a sample of all companies in 2007-2012 launched Initial Public Offering. Samples taken as many as 61 companies conducted by purposive sampling. Data collected through documentation. Data were analyzed using Independent Sample T-Test analysis and multiple regressions with SPSS 17.0 software.

The study states that the sample firms do more research before doing an IPO earnings management compared to after the IPO. Besides, the results of this study also showed that the independent variables of the overall expected effect on earnings management, leverage variables only affect the earnings management, while offering value, firm size and firm age has no effect on earnings

management.

Keywords: Initial Public Offerings (IPO), Earnings Management, Stock Offer Value, Firm Size, Firm Age and Leverage


(3)

(4)

(5)

(6)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan yang Melakukan Intial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc. Akt., selaku sekretaris Jurusan Akuntansi. 4. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dukungan, pelajaran, serta pengalaman yang sangat berkesan selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Basuki Wibowo, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Pendamping atas kesediannya dalam memberikan bimbingan, pengetahuan, nasihat, pengalaman serta pembelajaran diri selama proses penyelesaian skripsi ini.


(7)

6. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt., selaku Penguji Utama atas saran dan kritik, serta nasehat yang membangun baik bagi penyelesaian skripsi maupun bagi diri penulis.

7. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si.,Akt., selaku Pembimbing Akademik atas segala saran dan dukungan yang diberikan selama masa perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, atas ilmu, dan pembelajaran yang telah diberikan. 9. Kedua orang tuaku Bpk. H. A. Fikri Azka dan Ibu Hj. Silvia Mirnaningsih

terima kasih banyak karena selalu mendoakan dan mendukung setiap langkah demi mewujudkan mimpi dan cita dari penulis. Tiada kata yang dapat

menggambarkan rasa sayang dan rasa terima kasih atas segala hal yang telah diberikan.

10. Kakak-kakakku, Yolanda Fiviami, Muhammad Indrawan, Okky Mareta Putri dan Fathi Jauhari Roni yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan. Terima kasih untuk selalu menyemangati, mendukung, dan mendoakan setiap saat.

11. Keluarga besar, keponakan-keponakanku, dan saudara-saudaraku, terima kasih atas segala curahan doa.

12. Fachreza Muhammad Ilham, terima kasih untuk selalu membantu,

menyemangati, mendukung, membimbing dan mendoakan setiap saat, terima kasih karena telah melengkapi diri penulis.

13. Teman-temanku, Irnita Riska, Amilia Mayang, Adinda Putri, Almuqarrom Natapradja, (Alm) Kemas Yogi Mahendra, Tedi Fanizar, Septian Ardiansyah, A. Fariz Ramadhan, Allfisyah, Ponco Prayoga Kesuma, Deki Pranata


(8)

Aqielah, Try Eliza, Robertus Gilang, Fikram Khan, Fadillah Ramadhan, Ade Sandra, Ettfinda Kurniawan, Ivana Siregar, Dwiyana Nurul Fajar dan (Alm) A. Fadhilah Akrabi, atas segala tawa, tangis, cerita, kesenangan, kesedihan dan kebersamaan selama empat tahun terakhir.

15. Teman-teman Akuntansi 2009, Tirta, Ade, Elisabeth, Ria, Ridwan, Nuel, Ervina serta nama lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk saling memberi informasi dan menyemangati.

16. Terima kasih kepada Mas Bari, senior dan junior di jurusan Akuntansi. 17. Teman-teman di Fakultas Ekonomi yang telah menorehkan cerita. 18. Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Akhir kata, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan yang dapat penulis utarakan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat dikemudian hari. Amin.

Bandar Lampung, 18 Juli 2014

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory ... 9

2.2Initial Public Offering (IPO) ... 10

2.3 Laporan Keuangan ... 13

2.4 Earnings Management ... 19

2.5 Faktor-faktor yang memotivasi terjadinya manajemen laba ... 21

2.6 Penelitian Terdahulu... 22


(10)

2.8.1 Praktik manajemen laba di sekitar IPO ... 25

2.8.2 Nilai penawaran saham terhadap manajemen laba ... 26

2.8.3 Ukuran perusahaan terhadap manajemen laba ... 27

2.8.4 Umur perusahaan terhadap manajemen laba ... 28

2.8.5 Leverage terhadap manajemen laba ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Data Penelitian ... 30

3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 31

3.2.1 Variabel Dependen ... 31

3.2.2 Variabel Independen ... 33

3.3 Metode Analisis Data ... 34

3.3.1 Statistik Deskriptif ... 34

3.3.2 Independent-Sample T Test ... 35

3.3.3 Analisis Regresi Berganda ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Data dan Sampel ... 37

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif... 38

4.2 Pengujian Hipotesis ... 39

4.2.1 Perbedaan Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah IPO .... 39

4.2.2 Pengujian Regresi Berganda ... 41

4.3 Pembahasan ... 45

4.3.1Manajemen Laba perusahaan sebelum IPO dan setelah IPO ... 46

4.3.2Nilai Penawaran Saham Terhadap Manajemen Laba ... 46

4.3.3Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ... 47

4.3.4Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ... 48

4.3.5Leverage Terhadap Manajemen Laba ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 51

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran ………... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ... 37 4.2 Statistik Deskriptif ... 38 4.3 Hasil Perhitungan Rata-rata Discretionary Accruals (DA) ... 39 4.4 Hasil Perhitungan Frekuensi Perusahaan Melakukan Manajemen Laba .. 40


(12)

Gambar :

Halaman 2.1 Model Penelitian ... 25


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan.

Mengkomunikasikan informasi yang timbul akibat transaksi-transaksi

(pertukaran) perusahaan dengan entitas ekonomi lainnya merupakan salah satu tujuan dari akuntansi. Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi yang dirancang untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor dan pengguna laporan untuk pengambilan keputusan bisnis (Fajria, 2010).

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 tahun 2009, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi

keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas


(14)

Laporan keuangan juga dipergunakan untuk menginformasikan hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan selama satu periode, informasi ini dapat membantu pemilik atau pihak lain dalam menilai kekuatan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi lebih baik. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earning power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional behaviour), yang salah satu bentuknya adalah earnings management

(Roudotunnisa, 2009).

Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk

mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder atau investor yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan, sedangkan menurut Schipper (2000) sebagaimana dikutip oleh Syahriana (2006), manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi, hal tersebut dilakukan karena perusahaan membutuhkan modal untuk kelangsungan berjalannya kegiatan.

Perusahaan membutuhkan modal untuk keperluan operasionalnya yang dilakukan secara rutin. Hal ini dapat dipenuhi dengan menerbitkan saham dan menjualnya kepada publik melalui penjualan kepada masyarakat (public offerings) dengan


(15)

3

Initial Public Offerings (IPO). IPO adalah mekanisme yang harus dilakukan perusahaan saat melakukan penawaran saham pertama kalinya kepada khalayak ramai di pasar perdana. Dalam melakukan IPO, perusahaan harus menerbitkan prospektus sebelum melakukan listing di BEI. Informasi yang terdapat dalam prospektus akan digunakan investor untuk pengambilan keputusan di bursa. Informasi dalam prospektus memberikan gambaran tentang kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, ramalan laba, dan deviden yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan. Penilaian investor terhadap kondisi dan prospek perusahaan akan menentukan besarnya dana yang dapat diperoleh perusahaan dari pasar modal.

Perusahaan yang melakukan IPO cenderung melakukan manajemen laba, hal ini disebabkan informasi mengenai perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh oleh investor karena investor hanya mengandalkan informasi yang terdapat dalam prospektus. Prospektus adalah dokumen yang berisikan informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan. Prospektus berisi informasi keuangan dan non keuangan. Informasi keuangan terdiri dari neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow statement), dan penjelasan atas laporan keuangan (notes of financial statement). Sedangkan informasi non keuangan berisi informasi mengenai underwriter, auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lain yang mendukung (DuCharme et al., 2000 dalam


(16)

Sulistiawati, 2006). Informasi dalam prospektus tersebut dibutuhkan investor dalam proses pembuatan keputusan di pasar saham.

Teoh et al (1998) dalam Ekawati (2006) menemukan discretionary current accrual disekitar IPO lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang melakukan IPO dibandingkan dengan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO (non issuer). Sehingga Teoh et al (1998, dalam Ekawati, 2006) menyimpulkan perusahaan yang sedang IPO melakukan manajemen laba, hal ini dikarenakan biaya untuk

penerbitan efek jauh lebih murah dibandingkan mencari pinjaman pada bank atau pihak lain.

Selain itu IPO juga memberi celah bagi manajemen perusahaan untuk dapat melakukan manajemen laba, terbukti dengan adanya penemuan atas penipuan di balik skenario harga penawaran perdana (IPO) saham PT. Krakatau Steel (KS), pada hari rabu 10 November 2010, PT KS (Persero) Tbk. resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegiatan ini merupakan puncak dari serangkaian proses pengalihan kepemilikan saham yang telah direncanakan PT KS beberapa tahun terakhir. Harga saham PT KS telah ditetapkan sebesar Rp 850 persaham. Jumlah saham yang dilepas ke masyarakat sebanyak 3,155 miliar saham atau setara dengan 20% dari keseluruhan saham. Perkiraan dana (kotor) yang dapat diraih PT KS dari IPO atau penawaran umum perdana ini adalah sebesar Rp 2,68 Triliun. (Krakatau.steel.com, 11/11/2010, diakses 14 November, 2013). Baru satu sesi saja investor yang membeli saham Krakatau melalui Credit Suisse sudah mengeruk untung besar. IPO (penawaran umum saham perdana) PT


(17)

5

Krakatau Steel merupakan perampokan melalui pasar modal (Republika.co.id, 12/11, diakses 14 November, 2013 ). Dari penemuan ini IPO tidak hanya

digunakan untuk mendapatkan dana untuk kelangsungan hidup perusahaan tetapi untuk mengeruk dana dari penjualan saham hanya untuk manajemen perusahaan yang melakukan IPO.

Minat investor untuk membeli efek perusahaan yang baru saja melakukan IPO sering mengalami kesulitan. Kesulitan ini terjadi karena kurangnya pengetahuan informasi mengenai perusahaan tersebut, hal ini memberi celah perusahaan untuk melakukan manajemen laba yang cenderung menyesatkan investor. Informasi yang dibutuhkan investor dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tidak hanya informasi produk tetapi juga berbagai hal yang terkait dengan kinerja perusahaan. Informasi mengenai perusahaan dapat diketahui pada prospektus ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan IPO. Informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak seperti investor, kreditur, pemerintah, pihak bank, pihak manajemen perusahaan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pihak manajemen

perusahaan berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan karena keadaan keuangan perusahaan yang akan dijadikan penilaian oleh pihak pemilik perusahaan maupun para kreditur (Wardani dan Fitriati, 2010:91).

Adanya indikasi manajemen laba pada perusahaan publik di BEI juga

dikemukakan oleh Kiswara (1999, dalam Roudotunnisa, 2009), walaupun tidak dapat menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, jenis industri, dan jenis penanam


(18)

modal berhubungan dengan besarnya tingkat manajemen laba. Sedangkan Sulistiawati (2006) mengevaluasi perusahaan manufaktur yang go public. Hasil penelitian bahwa hanya leverage yang mempengaruhi manajemen laba.

Sunariyah (2006:75) mengungkapkan bahwa secara mendasar underpricing disebabkan oleh kepentingan dari pihak-pihak yang terkait dalam penawaran saham perdana. Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjamin emisi (underwriter) dan emiten (issuers), sedangkan harga dipasar sekunder ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran pasar. Penjamin emisi (underwriter) berperan aktif dalam menentukan harga jual di pasar perdana saat IPO dengan menggunakan laporan keuangan sebagai informasi yang akan diberikan kepada investor tentang perusahaan.

Menurut Nasirwan (2002) informasi tersebut yaitu informasi akuntansi dan non akuntansi yang berasal dari laporan keuangan, dan yang tidak terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Informasi akuntansi meliputi financial leverage, dan ukuran perusahaan (firm size), sedangkan informasi non akuntansi yaitu meliputi umur perusahaan.

Melihat kenyataan semakin menariknya topik Initial Public Offerings (IPO) dan manajemen laba bagi para peneliti akuntansi, khususnya, dan para pemerhati manajemen, maka penulis mencoba mengungkapkan fenomena tersebut sehingga penulis terdorong untuk mengambil judul “Analisis Faktor-faktor yang

Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”.


(19)

7

1.2Perumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas. Maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba sebelum dan sesudah IPO?

2. Apakah nilai penawaran saham saat IPO, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan leverage berpengaruh terhadap manajamen laba perusahaan sebelum IPO pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.2.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan agar penelitian dan pembahasannya lebih terarah, sehingga hasilnya tidak bias dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun ruang lingkup penelitiannya adalah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeteksi manajemen laba perusahaan sebelum dan sesudah IPO. 2. Membuktikan secara empiris pengaruh nilai penawaran saham saat IPO,


(20)

laba perusahaan sebelum IPO pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Manfaat Teoritis

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan serta bukti empiris mengenai manajemen laba di sekitar IPO yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai earnings management di sekitar IPO.

1.3.2.2Manfaat Praktis

- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi earnings management yang diterapkan oleh perusahaan.

- Memberikan masukan kepada para investor sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Agency Theory

Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya

dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif (Warsidi dan Pramuka, 2007).

Teori agensi (agency theory) menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemilik modal (principles) yang timbul karena masing-masing pihak (agent dan principles) berusaha untuk mencapai tujuan yang saling bertentangan, yaitu berkaitan dengan pencapaian bonus manajemen.


(22)

2.2Mekanisme Perdagangan di Bursa Efek

Perusahaan yang boleh menerbitkan sekuritas melalui pasar modal Indonesia hanya perusahaan yang didirikan dan berdomisili di Indonesia. Perusahaan yang ingin menjual sahamnya kepada publik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Mengajukan surat permohonan pendaftaran (listing) ke Bapepam. 2. Laporan keuangan perusahaan harus sudah diperiksa kewajarannya oleh

akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa syarat.

3. Saham yang didaftarkan di bursa minimal sebanyak satu juta saham. 4. Nilai kapitalisasi saham yang terdaftar minimal sebesar Rp 4 miliar. 5. Jumlah pemegang saham minimal sebanyak 200 orang atau lembaga. 6. Sudah beroperasi minimal 3 tahun sebelum usulan go public diajukan. 7. Perusahaan harus meraih keuntungan selama 2 tahun terakhir.

8. Memiliki total aktiva minimum sebesar Rp 20 miliar, jumlah modal sendiri minimum sebesar Rp 7,5 miliar dan jumlah modal disetor minimum sebesar Rp 2 miliar.

9. Untuk perusahaan yang ingin menjual semua sahamnya kepada publik berlaku batasan 49%.

10.Dewan Komisaris dan Dewan Direksi memiliki reputasi yang baik.

2.2.1 Initial Public Offering (IPO)

Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Pada


(23)

11

perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia modal hanya terdiri dari beberapa investor. Penambahan dana misalnya dengan masuknya investor baru, tentu tidak secara langsung berarti peningkatan likuiditas kepemilikan, selama modal (saham) yang ada tidak bisa secara bebas diperjualbelikan. Dalam perkembangannya, bila perusahaan menjadi lebih besar dan semakin membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi peningkatan aktivitas

operasionalnya, menjual saham pada investor perorangan merupakan salah satu pilihan. Sekali saham perusahaan tersedia di pasar, likuiditas saham akan semakin meningkat yang memungkinkan perusahaan untuk mengeluarkan saham baru lagi dan mendapatkan tambahan modal dengan relatif lebih mudah dan berbiaya rendah. Kondisi ini tentu saja lebih baik dibandingkan dengan bila harus mengandalkan pemilik lama untuk menyuntikkan dana atau modal yang

diperlukan sebagaimana dapat kita temukan pada perusahaan perorangan. Menjual saham ke pasar modal (go public) merupakan salah satu alternatif sumber

pendanaan yang populer.

Initial Public Offering adalah mekanisme yang harus dilakukan perusahaan saat melakukan penawaran saham pertama kalinya kepada khalayak ramai di pasar perdana. Selain adanya biaya penawaran (floating fees) yang harus ditanggung, sebagian orang masih menganggap bahwa IPO masih merupakan salah satu cara termudah dan termurah bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana sebagai konsekuensi dari semakin besarnya atau berkembangnya perusahaan serta

meningkatkan kebutuhan dana untuk investasi. Dalam IPO ini emiten


(24)

pasar perdana ini mempunyai tenggang waktu tertentu yang biasa disebut masa penawaran perdana saham.

Perusahaan untuk memutuskan melakukan go public atau tetap menjadi perusahaan private merupakan keputusan yang harus dipertimbangkan masak-masak, karena dengan go public perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan maupun yang

merugikan. Salah satu alasan utama perusahaan untuk go public adalah adanya dorongan atas kebutuhan modal. Perusahaan yang go public biasanya adalah perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.

Jika perusahaan memutuskan untuk go public dan menjual sahamnya ke publik (IPO), hal yang perlu diperhatikan adalah tipe saham yang akan dijual, berapa harga saham yang harus ditetapkan untuk selembar saham dan waktu yang tepat untuk melakukan penawaran perdana. Beberapa cara yang dapat ditempuh suatu perusahaan untuk melakukan penawaran saham di pasar modal, antara lain (Jogiyanto, 2000:16):

1. Menjual kepada pemilik saham yang telah ada.

2. Menjual saham kepada karyawan melalui ESOP (Employee Stock Ownership Plan).

3. Menambah lewat deviden yang tidak dibagi.

4. Menjual langsung kepada pembeli tunggal secara private. 5. Menjual atau penawaran kepada publik.


(25)

13

Masa penawaran umum sekurang-kurangnya tiga hari kerja, yaitu masa di mana masyarakat mengisi formulir pemesanan dan penyerahan uang untuk diserahkan ke agen penjual. Dalam melakukan IPO, perusahaan harus menerbitkan

prospektus sebelum melakukan listing di BEI. Dalam prospektus dicantumkan: 1. Jumlah lembar dan harga saham perdana yang ditawarkan pada saat IPO. 2. Jadwal kegiatan IPO.

3. Tujuan IPO.

4. Penggunaan dana hasil IPO. 5. Pernyataan hutang dan kewajiban.

6. Analisis dan pembahasan oleh manajemen. 7. Resiko usaha.

8. Kejadian penting setelah tanggal laporan keuangan. 9. Keterangan tentang perseroan.

10.Modal sendiri dan kebijakan tentang deviden. 11.Perpajakan.

12.Underwriter yang mengungkapkan proyeksi laba bersih untuk tahun yang akan datang dan penentuan harga saham.

13.Profesi penunjang pasar modal. 14.Persyaratan pembelian saham. 15.Penyebarluasan prospektus.

2.3Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Laporan keuangan yang


(26)

diterbitkan harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku agar laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode

sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lain. Laporan keuangan diperoleh dari proses berjalannya sistem akuntansi. Laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem atau proses akuntansi tidak dapat dibuat secara mudah, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan No 1 dalam Harahap (2009:121), tujuan laporan keuangan adalah:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan

bersama sebagian besar pemakai.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Kualitas laporan keuangan dapat dipandang dari berbagai aspek yang menyertainya. Namun adanya pandangan yang menyatakan bahwa kualitas laporan keuangan berhubungan dengan kinerja perusahaan dan kinerja pasar modal, membawa pada proksi yang lebih sempit pada pengukuran kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan merupakan laporan terstruktur


(27)

15

mengenai laporan posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan dan dipertanggungjawabkan oleh suatu entitas pelaporan (Fanani, 2008). Suatu laporan keuangan itu berkualitas dan bermanfaat bagi sejumlah

besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.

Kualitas laporan keuangan merupakan sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur (Payamta, 2006). Sementara itu menurut Ratih (2010) kualitas laporan keuangan adalah apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, dan memenuhi kebutuhan pemakainya dalam pengambilan keputusan, bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material serta dapat diandalkan,

sehingga laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.

Berikut adalah karakteristik laporan keuangan dilihat dari segi kualitas berdasarkan Panduan Standar Akuntansi (PSAK) (Harahap, 2009, 126-129):

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakainya. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan di dalam laporan keuangan tidak


(28)

dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan

keputusan. Informasi di dalam laporan keuangan memilki kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

Informasi posisi keuangan dan kinerja dimasa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsug menarik perhatian pemakai, seperti:

pembayaran deviden dan upah, pergerakan harga sekuritas, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai produktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat di tingkatkan apabila pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal, dan jarang terjadi di ungkapkan secara terpisah. 3. Materialitas

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas laporan keuangan. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk


(29)

17

mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat (misstament). Oleh karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.

4. Keandalan

Supaya laporan keuangan bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memiliki kualitas yang handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dihandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful

representation) dari yang seharusnya disajikan secara wajar diharapkan dapat di sajikan.

5. Penyajian Jujur

Informasi keuangan di laporan keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.


(30)

6. Subtansi Mengungguli Bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukum. Subtansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.

7. Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak

bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

8. Pertimbangan Sehat

Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian suatu peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dengan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya: pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan, berlebihan, dan sengaja

menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu tidak memilki kualitas yang handal.


(31)

19

9. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laoran keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

2.4Earnings Management

Belum ada definisi tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan manajemen laba. Masing-masing peneliti memberikan definisinya. Manajemen laba dapat diartikan bermacam-macam, tergantung sudut pandang masing-masing. Scott (2003) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut ―Given that

managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm‖. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Scott (2003) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku opportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs (opportunistic earnings management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari prespektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu

fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.


(32)

Dari sudut pandang etika, Schipper (1998) dalam Sutrisno (2002) menyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan. Deegan (2004) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikkan atau menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Palepu (2003), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Dari definisi-definisi tersebut, manajemen laba dianggap sebagai tindakan opportunistic dari manajer. Hal ini mengisyaratkan bahwa manajemen laba erat kaitannya dengan motivasi-motivasi yang mendasari manajer dalam melakukan manajemen laba, sasaran-sasaran yang ingin dicapai manajer serta penggunaan judgment-judgment dalam laporan keuangan yang dapat merugikan dan


(33)

21

2.4.1 Faktor-faktor yang Memotivasi Terjadinya Manajemen Laba

Pada dasarnya manajer memanage laba karena earnings atau laba telah dijadikan sebagai target dalam proses penilaian prestasi kerja departemen (manajer) secara khusus dan perusahaan (organisasi) secara umum. Scott (2003:302)

mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:

1. Bonus purposes, manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistik untuk melakukan

manajemen laba dengan memaksimalkan laba (Healey dan Palepu, 2003). 2. Political motivations, manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba

yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. 3. Taxation motivation, motivasi penghematan pajak menjadi motivasi

manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

4. Pergantian CEO, CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan berusaha memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

5. Initial Public Offering (IPO), manajer perusahaan akan melakukan

earnings management agar harga sahamnya saat penawaran perdana (IPO) lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus


(34)

merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan.

Motivasi lain manajemen laba dilihat dari sudut pandang akuntansi adalah karena ada dua keterbatasan para pengguna dalam menginterprestasi pelaporan keuangan. Pertama, kriteria penyajian elemen pelaporan keuangan rentan terhadap kebijakan manajemen, yaitu pihak manajemen memiliki peluang dan kebebasan untuk menerapkan kebijakan manajemen yang berhubungan dengan pencatatan dan metode akuntansi yang akan digunakan untuk pelaporan keuangannya. Kedua, tidak ada observasi sempurna mengingat tidak semua kebijakan manajemen dapat diobservasi oleh para pengguna laporan keuangan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara investor dengan manajemen perusahaan yang berpeluang untuk melakukan manipulasi laba sehingga mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan ke publik.

2.4.2 Penelitian Terdahulu

Hayati (2007) melakukan penelitian dengan judul ‖Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing: Studi Pada

Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Jakarta‖. Adapun faktor-faktor yang digunakan adalah Return on Assets (ROA), financial leverage, firm size, reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling methode. Dari 57


(35)

23

perusahaan yang melakukan IPO selama 2001-2005 hanya 41 perusahaan yang dijadikan sampel karena memenuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada satu dari enam variabel tersebut yaitu ROA, financial leverage, firm size, reputasi underwriter, reputasi auditor, dan umur perusahaan yang

berpengaruh terhadap underpricing yaitu variabel ukuran perusahaan (firm size) yang temasuk informasi akuntansi. Sedangkan informasi lain yang digunakan dalam penelitian ini tidak ada yang berpengaruh terhadap underpricing, selain ukuran perusahaan. Hal ini disebabkan karena investor yang hanya melihat dari besaran aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Novalinda (2007) dalam Umbara (2008) melakukan penelitian dengan judul ―Earnings Management dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001 – 2004‖, kesimpulan yang didapat adalah terjadi praktek earnings management pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta.

Widyaningdyah (2004), mengevaluasi perusahaan pada industri manufaktur dan industri lain selain jasa dan perbankan yang melakukan IPO tahun 1994 sampai dengan 1997. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa hanya leverage yang berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan faktor-faktor lainnya, yaitu reputasi auditor, jumlah dewan direksi, dan persentanse saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Setiawati (2002) menguji apakah terjadi manajemen laba dalam laporan keuangan yang disajikan pada satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO dengan


(36)

menggunakan proxy discretionary accruals. Penelitian ini menggunakan sampel 24 perusahaan manufaktur yang go public di antara tahun 1995-2001. Hasilnya membuktikan bahwa terjadi manajemen laba pada laporan keuangan satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO.

Yendrawati (2004) mengevaluasi 32 perusahaan manufaktur yang go public pada tahun 1996-2002. Hasil penelitian bahwa leverage mempengaruhi manajemen laba, sedangkan reputasi auditor, jumlah dewan direksi, dan persentase saham yang ditawarkan ke publik saat IPO tidak mempengaruhi manajemen laba.

2.4.3 Model Penelitian

Model komprehensif yang dimaksud adalah model yang membahas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap earnings management secara bersamaan dalam satu penelitian. Earnings management berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi sehingga manajemen tentunya akan memilih metode tertentu yang dianggap menguntungkan. Ditinjau dari sisi rencana bonus, manajer cenderung akan melakukan tindakan pengelolaan laba pada perusahaan yang memiliki rencana bonus. Manajer akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya, selain itu semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak, dan juga manajer perusahaan akan melakukan earnings management agar harga sahamnya saat penawaran perdana (IPO) lebih tinggi,


(37)

25

sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber

informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. Berikut adalah gambar yang menunjukan kerangka pikir dalam penelitian ini:

Gambar 1. Model Penelitian

2.4.4 Hipotesis Penelitian

2.4.4.1Praktik Manajemen Laba di Sekitar IPO

Asimetri informasi antara pihak manajemen dan investor potensial sangat tinggi ketika perusahaan belum melakukan IPO. Hal ini disebabkan karena informasi perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh investor. Ketika perusahaan melakukan IPO, investor potensial hanya mengandalkan informasi dari prospektus. Menurut Rao (1993) dalam Saiful (2002) tidak terdapat media lain yang menyediakan informasi perusahaan yang sedang melakukan IPO,

Earnings Management Initial Public

Offering

Informasi Perusahaan - Nilai Penawaran saham

saat IPO

- Umur Perusahaan - Ukuran Perusahaan


(38)

kecuali prospektus yang disyaratkan Pengawas Pasar Modal. Kelangkaan informasi perusahaan sebelum IPO, memaksa investor potensial hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber informasi mengenai perusahaan. Padahal prospektus hanya menyediakan laporan keuangan selama tiga tahun sebelum IPO dan informasi non keuangan (Teoh et al. 1998a). Kondisi ini memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba supaya meningkatkan kemakmurannya, yaitu mengharapkan harga saham akan tinggi pada saat IPO.

H1: Terdapat perbedaan manajemen laba pada perusahaan sebelum dan sesudah IPO

2.4.4.2Nilai Penawaran Saham (Proceeds) Terhadap Manajemen Laba

Pada saat perusahaan menawarkan saham baru, maka terdapat aliran kas masuk dari proceeds (penerimaan dari pengeluaran saham). Proceeds menunjukkan besarnya ukuran penawaran saham pada saat IPO. Melalui IPO diharapkan akan menyebabkan membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO. Kim et al (1995, dalam Saiful, 2002) menyatakan bahwa proceeds merupakan proksi ketidakpastian yang dihubungkan dengan harga saham. Penetapan pada harga penawaran (offering price) berapa saham suatu perusahaan yang untuk pertama kalinya menawarkan saham ke publik (go public) merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Ketepatan harga penawaran dalam pasar perdana akan memiliki konsekuensi langsung terhadap tingkat kesejahteraan pemilik lama (issuers). Pihak issuers tentu


(39)

27

mengharapkan harga jual yang tinggi, karena dengan harga jual yang tinggi penerimaan dari hasil penawaran (proceeds) akan tinggi pula, yang berarti tingkat kesejahteraan (wealth) mereka akan semakin baik. Keterbatasan informasi tentang perusahaan yang akan go public menyebabkan tidak ada dasar yang relevan tentang bagaimana harga penawaran ditetapkan (Gumanti, 2001). Oleh karena itu, diduga bahwa proceeds berhubungan positif dengan harga pasar saham karena semakin tinggi proceeds, semakin rendah ketidakpastian yang berarti semakin tinggi harga saham. Dengan demikian, semakin tinggi proceeds semakin kecil manajer melakukan manajemen laba. Atas dasar pertimbangan tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Nilai penawaran saham (proceeds) berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

2.4.4.3Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Ukuran perusahaan dijadikan proksi tingkat ketidakpastian, karena perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan yang berskala kecil (Lee et. al, 1996). Karena lebih dikenal maka informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Bila informasi yang berada di tangan investor banyak, maka tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil. Oleh karena itu investor bisa mengambil keputusan lebih tepat dibandingkan dengan pengambilan keputusan tanpa informasi. Dengan demikian perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat


(40)

earnings management yang lebih rendah daripada perusahaan berskala kecil. Sedangkan perusahaan berskala kecil penyebaran informasi mengenai

informasinya belum begitu banyak. Karena untuk mendapatkan informasi ini dengan biaya maka perusahaan berskala kecil mempunyai tingkat earnings management yang lebih tinggi. Atas dasar pertimbangan tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

2.4.4.4Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya. Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Dengan demikian, calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi tentang perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Jadi perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai tingkat manajemen laba yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Atas dasar pertimbangan tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

2.4.4.5Leverage Terhadap Manajemen Laba

Besarnya tingkat hutang perusahaan (leverage) dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Husnan (2005) menyatakan bahwa leverage yang tinggi


(41)

29

disebabkan kesalahan manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan atau penerapan strategi yang kurang tepat dari pihak manajemen. Oleh karena kurangnya pengawasan yang menyebabkan leverage yang tinggi, juga akan meningkatkan tindakan opportunistic seperti manajemen laba untuk

mempertahankan kinerjanya di mata pemegang saham dan publik.

Sweeney (dalam Yendrawati, 2004), manajemen perusahaan melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk meningkatkan laba bersih perusahaan sebelum ditemukan pelanggaran perjanjian hutang. Dengan demikian maka hipotesis yang dapat dikembangkan yaitu:


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Sampel dan Data Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang pada tahun 2007-2012 melakukan Initial Public Offering (IPO). Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan purposive sampling (kriteria yang dikehendaki). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang pada tahun 2007-2012 melakukan Initial Public Offering (IPO).

2. Perusahaan yang mempunyai informasi laporan keuangan lengkap sebelum melakukan Initial Public Offering (IPO).

3. Perusahaan yang mempunyai informasi laporan keuangan lengkap sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO).

Data penelitian yang digunakan data earnings management 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah IPO. Jika IPO dilakukan pada tahun 2007 maka data earnings management akan ditelusuri pada tahun 2006 (sebelum IPO) dan tahun 2008 (sesudah IPO).


(43)

31

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, karena data diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data penelitian didapat dari website pasar modal (www.idx.co.id) dan situs perusahaan yang bersangkutan, kinerja atau ringkasan saham didapat melalui situs yahoo finance. Apabila dari website pasar modal tersebut tidak terdapat laporan keuangan yang dibutuhkan (sebelum go public), maka dilakukan pencarian melalui Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM), yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman No. 5D, Bandar Lampung.

3.2Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2009). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earnings management. Manajemen laba diukur dengan menggunakan Discretionary Accruals (DA), jika pada suatu kondisi di mana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan, oleh sebab itu discretionary accrual digunakan untuk mengukur manajemen laba. Dengan menggunakan Modified Jones Model karena berdasar Dechow et al. (1995, dalam


(44)

Saiful, 2002) model ini lebih baik dibanding model Jones standar dalam mengukur kasus manipulasi pendapatan. Model ini mengurangkan nondiscretionary accruals terhadap total accruals sehingga diperoleh

discretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan (discretion) manajerial, misalnya pada akhir tahun buku perusahaaan mengetahui bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih, perusahaan dapat melakukan pencatatan kapan piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku berikutnya; perubahan biaya kerugian piutang yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh discretionary accruals.

Model penghitungannya adalah sebagai berikut (Dechow et al. 1995, dalam Syahriana, 2006), mengukur total acrual:

TAC = NI it – CFO it

Kemudian menghitung nilai nondiscretionary accrual (NDTA) yang diestimasi dengan persamaan regresi berikut:

NDTA = β1(1 / TAit) + β1(ΔREV it/TAit) + β3(PPE it /TAit ) +ε Earnings Management (EM) yang dihitung sebagai berikut: EM = (TAC/TA) – NDTAC

Keterangan:

EM = Discretionary accrual perusahaan i pada periode t

NI it = Net income perusahaan i pada periode t TAC it = Total accrual perusahaan i pada periode t


(45)

33

CFO it = Aliran arus kas operasi perusahaan i pada periode t TA it = Total aktiva perusahaan i pada periode t

ΔREV it = Perubahan penjualan perusahaan i pada periode t PPE it = Aktiva tetap perusahaan i pada periode t

εit = error

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen /terikat (Sugiono, 2009). Variabel independen dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Nilai Penawaran Saham (Proceeds)

Variabel ini diukur dengan nilai penawaran saham perusahaan pada saat melakukan IPO. Nilai penawaran saham ini dapat dihitung dengan harga penawaran (offering price) dikalikan dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan (Christy et.al, 1996, dalam Fransiska, 2007). Nilai penawaran saham yang digunakan adalah nilai penawaran saham yang telah dibagi dengan nilai ekuitas perusahaan. Dikarenakan nilai penawaran saham (proceeds) terlalu besar dibandingkan dengan variabel lain, maka disederhanakan ke dalam bentuk logaritma natural.

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah


(46)

(medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan (Machfoedz, 1994, dalam Fransiska, 2007).

3. Umur Perusahaan

Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya. Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan perusahaan yang masih baru. Umur perusahaan dihitung mulai perusahaan didirikan berdasarkan akte sampai dengan perusahaan melakukan IPO. Umur perusahaan diukur dalam skala bulanan.

4. Leverage

Merupakan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai operasinya. Leverage merupakan rasio yang menggambarkan hutang. Leverage diukur dengan membandingkan total hutang dengan total aset (Fahmi, 2012).

3.3Metode Analisis Data 3.3.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskriptif atau variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi umum dari variabel penelitian mengenai nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, sum. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.


(47)

35

3.3.2 Independent Sample T-Test

Independent sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Ini sama halnya dengan between-subjects tests yang membandingkan mean dari dua sampel untuk menentukan apakah mean berbeda secara signifikan. Yang mana masing-masing sampel diberikan kasus atau kondisi yang berbeda dan komposisi satu sampel tidak dipengaruhi oleh komposisi sampel lainnya dalam penelitian ini yaitu manajemen laba sebelum dan sesudah IPO.

Untuk memudahkan perhitungan, maka seluruh perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 17.0 for windows sehingga tidak diperlukan melakukan perbandingan antara hasil penelitian dengan tabel statistik karena dari output komputer dapat diketahui besarnya nilai P diakhir semua teknik statistik yang diuji, dengan uji signifikansi sebagai berikut:

- Jika signifikansi (2 tailed) pada tabel independent sample t-test > 0.05 maka tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata manajemen laba sebelum IPO dengan rata-rata nilai manajemen laba sesudah IPO.

- Jika signifikansi (2 tailed) pada table independent sample t-test < 0.05 maka terdapat perbedaan nilai rata-rata manajemen laba sebelum IPO dengan rata-rata nilai manajemen laba sesudah IPO.


(48)

3.3.3 Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (dalam skala angka) dengan alat analisis regresi berganda. Metode regresi berganda (multiple regresional) dilakukan terhadap model yang diajukan oleh peneliti menggunakan program SPSS untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut:

Y= b0+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + εt

Keterangan :

Y : Earnings Management Sebelum IPO

X1 : Proceeds

X2 : Ukuran Perusahaan X3 : Umur Perusahaan

X4 :Leverage


(49)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan hasil perhitungan menunjukan perusahaan sampel penelitian lebih banyak melakukan manajemen laba sebelum IPO dibandingkan setelah melakukan IPO. Hasil ini menyimpulkan bahwa perusahaan sampel penelitian baik sebelum IPO maupun sesudah IPO tidak selalu melakukan manajemen laba, dengan demikian hipotesis yang mengatakan bahwa: ―Terdapat perbedaan manajemen laba pada perusahaan sebelum dan sesudah IPOditerima.

Selain itu hasil pengujian dengan regresi berganda membuktikan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba, hanya variabel leverage yang berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan nilai penawaran saham, ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba.

Nilai penawaran saham terhadap manajemen labatidak berpengaruh dikarenakan proceeds merupakan proksi ketidakpastian yang dihubungkan dengan harga saham yang disebabkan keterbatasan informasi tentang perusahaan yang akan go public sehingga menyebabkan tidak ada dasar yang relevan tentang bagaimana


(50)

harga penawaran ditetapkan. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh variabel umur perusahaan bahwa perusahaan yang usianya masih muda tidak selalu berusaha untuk mendapatkan lebih banyak perhatian dari investor sehingga lebih banyak melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan yang usianya lebih lama, meskipun umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang dapat diserap publik, tidak berarti dengan lamanya perusahaan berdiri perusahaan tersebut dikatakan baik untuk berinvestasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran 1. Keterbatasan Penelitian

a. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.

b. Penelitian ini hanya menguji dari sisi informasi akuntansi pada saat IPO

terhadap manajemen laba bukan dari sisi faktor-faktor manajemen melakukan manajemen laba.

2. Saran

a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak variabel

lain, seperti variabel-variabel baru yang diidentifikasi sebagai variabel pendeteksi manajemen laba.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas periode penelitian


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Agriani, Novia. 2011. Analisis Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Adanya Pengumuman Dividen. Skripsi S-1. FE Universitas Lampung.

Aurora, Sitepu Khairin. 2011. ‖Pengaruh Nilai Tukar dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia‖. Skripsi, Medan. Universitas Sumatera Utara.

Baridwan, Zaki. 2007. Intermediate Accounting. Millenium Edition. BPFE Press. Yogyakarta.

Brigham dan Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management (Dasar- Dasar Manajemen Keuangan). Buku 1. Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat. Ekawati, Erni. 2006. Manajemen Laba pada Penawaran Saham Perdana di Bursa

Efek Jakarta: Analisis dengan Model Healy. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 1, Februari 2006, Hal 12-26.

Fajria, Riahi. 2010. Teori Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta

Fransiska, Yulia. 2007. ‖Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesempatan investasi pada perusahaan yang melakukan IPO‖. Skripsi, Medan.

Universitas Sumatera Utara.

FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.

Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gumanti, Tatang Ari. 2009. Earnings Management dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Indonesia, 4 (2), pp. 165-183. Harahap,S.S, 2009. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Haryudanto, Danang. 2011. ―Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tingkat

Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik di Indonesia‖. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Hayati, Aiza. 2007, Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi terhadap Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan IPO di BEJ, SNA VI, IAI, Hal 20-44


(52)

Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Salemba Empat. Jakarta.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta

Joni dan Jogiyanto H. M. 2009. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 12(1), pp. 51-67.

Kiswara, Endang. 1999. Indikasi Keberadaan Unsur Manajemen Laba (Earnings

Management) dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik. Thesis S2 Akuntansi UGM, Yogyakarta.

Munawir, S, 2008. Analisa Laporan Keuangan Lanjutan. Liberty Yogyakarta. Nasuition, Widiatmojo. 2010. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Edisi 2.

Yayasan MPU Ajar Artha. Jakarta.

Ramadhan, Ardiansyah. 2011. Faktor- Faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Efisiensi Investasi. Skripsi Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖ Jakarta. Sabar Warsini. 2004. Draf Buku Teks Manajemen Keuangan. Jakarta: Dirjen

Pendidikan Tinggi.

Saiful, Ali. 2002. Hubungan Manajemen Laba (Earning Management) dengan Kinerja Operasi dan Return Saham disekitar IPO, Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2002.

Schipper, Catherine. 2000, Earnings management through real activities manipulation, Journal of Accounting and Economics 42, p.335–370.

Scott, W., R. 2003. Financial Accounting Theory. Toronto Canada: Prentice-Hall. Setiawati, Lilis. 2002, Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta,

Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang 5-6 September 2002, Hal: 112-125.


(53)

Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,Edisi Kelima,Penerbit UPP STIM YKPN

Sutrisno. 2002. ―Studi Manajemen Laba (Earnings Management) Evaluasi Pandangan Profesi Akuntansi, Pembentukan dan Motivasinya‖. KOMPAK. No, 5 Mei, hal 158—179.

Syahriana, Nani, 2006.Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000-2004)‖, Skripsi UII, tidak dipublikasikan.

Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar.

Umbara, Christian Aditya. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Saat Initial Public Offerings (IPO). Skripsi Ekonomi Strata-1. Universitas Diponegoro. Semarang.

Widyaningdyah. 2004. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Earnings

Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan. Vol 03. No. 02. November 2004. hal. 89-101

Yendrawati, Reni.2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen

Laba pada Perusahaan Going Publik di Indonesia, Jurnal Aplikasi Bisnis, Vol.

5, No. 7, November 2004, Hal 576-592.

Zahra, S.A., dan S. R. Das (2005), Innovation Strategy and Financial

Performance in manufacturing companies: An empirical Study. Production and Operations Management 2 (I) (Winter) : 15-37

Zuhroh dan Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor. Makalah Disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI. Surabaya, 16-17 Oktober 2003.


(1)

36

3.3.3 Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (dalam skala angka) dengan alat analisis regresi berganda. Metode regresi berganda (multiple regresional) dilakukan terhadap model yang diajukan oleh peneliti menggunakan program SPSS untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut:

Y= b0+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + εt

Keterangan :

Y : Earnings Management Sebelum IPO X1 : Proceeds

X2 : Ukuran Perusahaan

X3 : Umur Perusahaan

X4 :Leverage εt : Error Term


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan hasil perhitungan menunjukan perusahaan sampel penelitian lebih banyak melakukan manajemen laba sebelum IPO dibandingkan setelah melakukan IPO. Hasil ini menyimpulkan bahwa perusahaan sampel penelitian baik sebelum IPO maupun sesudah IPO tidak selalu melakukan manajemen laba, dengan demikian hipotesis yang mengatakan bahwa: ―Terdapat perbedaan manajemen laba pada perusahaan sebelum dan sesudah IPOditerima.

Selain itu hasil pengujian dengan regresi berganda membuktikan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba, hanya variabel leverage yang berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan nilai penawaran saham, ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba.

Nilai penawaran saham terhadap manajemen labatidak berpengaruh dikarenakan proceeds merupakan proksi ketidakpastian yang dihubungkan dengan harga saham yang disebabkan keterbatasan informasi tentang perusahaan yang akan go public sehingga menyebabkan tidak ada dasar yang relevan tentang bagaimana


(3)

52

harga penawaran ditetapkan. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh variabel umur perusahaan bahwa perusahaan yang usianya masih muda tidak selalu berusaha untuk mendapatkan lebih banyak perhatian dari investor sehingga lebih banyak melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan yang usianya lebih lama, meskipun umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang dapat diserap publik, tidak berarti dengan lamanya perusahaan berdiri perusahaan tersebut dikatakan baik untuk berinvestasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran 1. Keterbatasan Penelitian

a. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.

b. Penelitian ini hanya menguji dari sisi informasi akuntansi pada saat IPO terhadap manajemen laba bukan dari sisi faktor-faktor manajemen melakukan manajemen laba.

2. Saran

a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak variabel lain, seperti variabel-variabel baru yang diidentifikasi sebagai variabel pendeteksi manajemen laba.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas periode penelitian sehingga bisa menambah perusahaan yang menjadi sampel penelitian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agriani, Novia. 2011. Analisis Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Adanya Pengumuman Dividen. Skripsi S-1. FE Universitas Lampung.

Aurora, Sitepu Khairin. 2011. ‖Pengaruh Nilai Tukar dan Suku Bunga Terhadap

Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia‖. Skripsi, Medan. Universitas Sumatera Utara.

Baridwan, Zaki. 2007. Intermediate Accounting. Millenium Edition. BPFE Press. Yogyakarta.

Brigham dan Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management (Dasar- Dasar Manajemen Keuangan). Buku 1. Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat. Ekawati, Erni. 2006. Manajemen Laba pada Penawaran Saham Perdana di Bursa

Efek Jakarta: Analisis dengan Model Healy. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 1, Februari 2006, Hal 12-26.

Fajria, Riahi. 2010. Teori Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta

Fransiska, Yulia. 2007. ‖Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesempatan investasi pada perusahaan yang melakukan IPO‖. Skripsi, Medan.

Universitas Sumatera Utara.

FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.

Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gumanti, Tatang Ari. 2009. Earnings Management dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Indonesia, 4 (2), pp. 165-183. Harahap,S.S, 2009. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Haryudanto, Danang. 2011. ―Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tingkat

Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik di Indonesia‖. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Hayati, Aiza. 2007, Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi terhadap Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan IPO di BEJ, SNA VI, IAI, Hal 20-44


(5)

Healy, P.M. dan Palepu, K.G. 2003. The Effect of Firm’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. American Accounting Association, Accounting Horizons. Vol. 7 No. 1 (Maret): 1-11.

Husnan, Suad, 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Salemba Empat. Jakarta.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta

Joni dan Jogiyanto H. M. 2009. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 12(1), pp. 51-67.

Kiswara, Endang. 1999. Indikasi Keberadaan Unsur Manajemen Laba (Earnings Management) dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik. Thesis S2 Akuntansi UGM, Yogyakarta.

Munawir, S, 2008. Analisa Laporan Keuangan Lanjutan. Liberty Yogyakarta. Nasuition, Widiatmojo. 2010. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Edisi 2.

Yayasan MPU Ajar Artha. Jakarta.

Ramadhan, Ardiansyah. 2011. Faktor- Faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Efisiensi Investasi. Skripsi Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖ Jakarta. Sabar Warsini. 2004. Draf Buku Teks Manajemen Keuangan. Jakarta: Dirjen

Pendidikan Tinggi.

Saiful, Ali. 2002. Hubungan Manajemen Laba (Earning Management) dengan Kinerja Operasi dan Return Saham disekitar IPO, Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2002.

Schipper, Catherine. 2000, Earnings management through real activities manipulation, Journal of Accounting and Economics 42, p.335–370.

Scott, W., R. 2003. Financial Accounting Theory. Toronto Canada: Prentice-Hall. Setiawati, Lilis. 2002, Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta,

Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang 5-6 September 2002, Hal: 112-125.


(6)

Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,Edisi Kelima,Penerbit UPP STIM YKPN

Sutrisno. 2002. ―Studi Manajemen Laba (Earnings Management) Evaluasi

Pandangan Profesi Akuntansi, Pembentukan dan Motivasinya‖. KOMPAK. No, 5 Mei, hal 158—179.

Syahriana, Nani, 2006.Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta

(2000-2004)‖, Skripsi UII, tidak dipublikasikan.

Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar.

Umbara, Christian Aditya. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Saat Initial Public Offerings (IPO). Skripsi Ekonomi Strata-1. Universitas Diponegoro. Semarang.

Widyaningdyah. 2004. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 03. No. 02. November 2004. hal. 89-101

Yendrawati, Reni.2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan Going Publik di Indonesia, Jurnal Aplikasi Bisnis, Vol. 5, No. 7, November 2004, Hal 576-592.

Zahra, S.A., dan S. R. Das (2005), Innovation Strategy and Financial

Performance in manufacturing companies: An empirical Study. Production and Operations Management 2 (I) (Winter) : 15-37

Zuhroh dan Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor. Makalah Disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI. Surabaya, 16-17 Oktober 2003.