RANCANG BANGUN ALAT PEMBERSIH GABAH PENGGERAK MEKANIS

(1)

(2)

ABSTRAK

RANCANG BANGUN ALAT PEMBERSIH GABAH PENGGERAK MEKANIS

Oleh

YADI SUDIRMAN

Pembersihan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, pengumpulan dan perontokan padi. Pembersihan adalah proses memisahkan antara gabah bernas dan gabah hampa serta materi yang tidak diinginkan. Diperlukan penanganan pasca panen yang baik untuk memperoleh kualitas gabah yang bermutu,. Proses pemisahan secara tradisional atau

konvensional kurang efisien karena dapat menimbulkan kesukaran-kesukaran seperti kehilangan (losses), membutuhkan tenaga yang besar, memerlukan waktu yang relatif lama dan tempat yang luas, serta bergantung pada keadaan cuaca. Pemakaian sistem pemisahan buatan diperlukan sebagai alternatif untuk mengatasi kekurangan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan meliputi beberapa tahap, tahap perancangan (desain) alat, pembuatan alat, pengujian hasil rancangan, pengamatan dan

pengolahan data. Pengujian alat dilakukan dengan 3 tingkat kecepatan putar yang berbeda, yaitu 850 rpm, 1.070 rpm dan 1.300 rpm. Pengamatan dilakukan


(3)

Kecepatan putar yang optimum untuk membersihkan gabah adalah kecepatan putar 1.070 rpm dengan persentase gabah bernas terpisah baik dengan gabah hampa rata-rata sebesar 96,06% dan memliki waktu rata-rata sebesar 28,33 detik. Alat pembersih gabah penggerak mekanis ini memiliki kapasitas kerja rata-rata sebesar 127,07 kg gabah/jam.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi ... 4

B. Penanganan Pasca Panen ... 8

C. Alat dan Mesin Pemanen Padi ... 13

D. Proses Pemisahan/Pembersihan Gabah ... 15

E. Metode Pembersihan ... 16

F. Rancang Bangun dan Aspek Rekayasa ... 18

G. Aspek Ergonomika ... 20

H. Aspek Teknik ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24


(8)

C. Metode Penelitian ... 25

D. Pendekatan Desain ... 26

1. Kriteria Desain ... 26

2. Rancangan Fungsional ... 26

3. Rancangan Struktural ... 27

E. Uji Kinerja Alat ... 30

F. Pengamatan dan Perhitungan ... 30

G. Analisis Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alat Pembersih Gabah ... 32

B. Mekanisme Pengujian Pemisahan Gabah Bernas dan Gabah Hampa 33 C. Bagian Alat ... 34

1. Kipas Listrik ... 34

2. Ruang Pembersihan ... 34

3. Kotak Penampung ... 35

4. Saluran Pengumpan (Hopper) ... 36

D. Analisis Data ... 37

1. Pengujian Alat Tanpa Beban ... 37

2. Pengujian Alat Dengan Beban ... 38

3. Pengujian Kapasitas Kerja Alat ... 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi (Oryzae sativa L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan menjadi bahan pangan pokok di Indonesia. Permintaan akan beras terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kemajuan teknologi. Sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan beras yang selalu naik dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka perlu perbaikan cara pengolahan dan perbaikan alat-alat dengan harapan terjadi penyusutan yang sekecil mungkin.

Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pemisahan gabah bernas dan kosong, pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan

penyimpanan beras.

Pemisahan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, pengumpulan dan perontokan padi. Pembersihan adalah proses memisahkan antara gabah bernas dan gabah hampa serta materi yang tidak diinginkan. Diperlukan penanganan pasca panen yang baik untuk memperoleh


(10)

kualitas gabah yang bermutu. Penanganan pasca panen harus dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tertentu. Salah satu penanganan pasca panen yang dilakukan adalah pembersihan kotoran atau pemisahan antara gabah bernas dan gabah hampa.

Pentingnya proses pemisahan gabah ini adalah untuk menjaga kualitas gabah saat pengolahan selanjutnya dan menurunkan tingkat kehilangan (losses), sehingga dapat meningkatkan kualitas gabah yang dihasilkan.

Proses pemisahan secara tradisional atau konvensional kurang efisien karena dapat menimbulkan kesukaran-kesukaran seperti kehilangan (losses),

membutuhkan tenaga yang besar, memerlukan waktu yang relatif lama dan tempat yang luas serta bergantung pada keadaan cuaca. Pemakaian sistem pemisahan buatan diperlukan sebagai alternatif untuk mengatasi kekurangan tersebut.

Pemisahan buatan selain dapat menampung kapasitas sesuai keinginan, tidak tergantung pada pengaruh cuaca, tidak membutuhkan tempat yang luas serta tidak membutuhkan tenaga kerja/operator yang banyak selain itu juga dapat

meningkatkan mutu serta mempersingkat waktu pemisahan.

Dengan beberapa alasan tersebut di atas, maka penelitian perancangan alat pembersih gabah penggerak mekanis dilaksanakan.


(11)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang dan menguji alat pembersih gabah penggerak mekanis. 2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas hasil pemisahan antara gabah

bernas dan gabah hampa.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menurunkan tingkat kehilangan (losses) saat panen.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Padi

Padi (Orizae sativa L.) merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup dalam hidupnya. Tanaman ini tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian padi juga dapat

diusahakan di lahan kering atau ladang, istilahnya padi ladang. Namun demikian kebutuhan airnya tetap harus terpenuhi (Baskoro, 2009).

Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia. Di dalam padi terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi memiliki jenis yang berbeda satu sama lainnya, baik umur, cara pemeliharaan dan mutu berasnya.

Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga bahwa padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan


(13)

di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Anonim, 2010).

Menurut Andoko (2002) dan Adiratma (2004), beras atau gabah memiliki beberapa arti yang penting bagi negara Indonesia antara lain :

1. Sebagai makanan pokok penduduk karena mempunyai nilai gizi yang relatif lebih baik

2. Sebagai suatu komoditi yang dapat dijadikan standar harga atau nilai kebutuhan lainnya

3. Dapat merupakan ukuran prestise individu, keluarga, budaya seseorang atau bangsa

4. Bagi suatu pemerintah merupakan ukuran kekuatannya sebagai alat tawar menawar politik untuk mempertahankan kekuasaannya


(14)

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Keluarga : Gramineae (Poaceae Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp

(Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 1999).

Istilah “Gabah Kering Giling” (GKG) mengacu pada gabah yang telah

dikeringkan dan siap untuk digiling. Gabah merupakan bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.

Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah (Anonim, 2010):

1. Sekam (merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar

2. Bekatul, yakni serbuk kulit ari beras yang digunakan sebagai bahan makanan ternak

3. Dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil untuk makanan ternak


(15)

Sekam

Bekatul

Endosper

Embrio

Gambar 1. Gabah

Hasil panen padi disebut gabah. Gabah tersusun dari 15 – 30% kulit luar (sekam), 4 – 5% kulit ari, 12 – 14% katul, 65 – 67% endosperm dan 2 – 3% lembaga. Sekam membentuk jaringan keras sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling banyak mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung protein dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam jumlah kecil. Sekam merupakan 15 – 30% bagian gabah, fungsi sekam antara lain melindungi kariopsis dari kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Sekam terdiri dari palea dan lemma. Struktur palea/lemma yaitu epidermis luar, sklerenimia (mengandung lignin), parenkimia, dan epidermis dalam kariopsis terdiri dari kulit luar dan endosperm. Kulit luar terdiri dari perikarp (10µm), seed coat (0.5µm), nucellus (2.5µm), dan aleuron (5.0µm).


(16)

Sedangkan endosperm terdiri dari sub aleuron, pati dan terdapat rongga udara pada beras pera sehingga mudah patah waktu digiling (Anonim, 2006).

Ukuran gabah dilihat dari panjang, lebar, tebal, volume, dan densitas kambanya. Untuk panjang gabah rata-rata 8 – 10 mm, sedangkan beras hanya mencapai 5 – 8 mm, lebar gabah dan beras ; 2,5 – 3 mm dan 1,5 – 2 mm, tebal gabah dan beras ; 2 dan 1,5 mm, volume gabah dan beras ; 16 – 20 dan 12 – 13 mm3, dan densitas kamba gabah dan beras berturut-turut adalah ; 0,6 dan 0,7 g/cm3 (Anonim, 2006).

B. Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras (Prasetyo, 2003).

1. Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.

a. Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 – 95% butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi


(17)

tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi.

b. Pengamatan Teoritis

Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi

varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam.

Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan.

2. Pemanenan

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat.

3. Penumpukan dan pengumpulan

Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Ketidaktepatan dalam penumpukan dan pengumpulan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi.

Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas.


(18)

Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.

4. Perontokan

Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5%. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.

5. Pembersihan

Setelah gabah dirontok, kualitas gabah dipandang dari segi kemurnian gabah mengalami penurunan dan belum memadai untuk dipasarkan. Penurunan kualitas tersebut disebabkan gabah masih tercampur dengan kotoran-kotoran yang berasal dari gabah hampa, tangkai atau bagian lain dari gabah, biji dari varietas lain, gulma dan kotoran lain yang terbawa pada waktu panen.

Campuran yang terdapat pada gabah dapat berupa materi yang memiliki ukuran lebih besar atau lebih kecil dari gabah. Oleh karena itu perlu

dipisahkan/dibersihkan dari kotoran tersebut agar kualitas gabah meningkat. Untuk memisahkan kotoran yang tercampur dengan gabah, dapat dilakukan dengan cara menual atau secara mekanis (Kuswanto, 2003).

6. Pengeringan

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan


(19)

dalam waktu yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan. Pengeringan padi dengan cara penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pengumpulan gabah dan menghasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton.

7. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, serangan serangga binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras.

8. Penggilingan

Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan.


(20)

Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23% pada musim kemarau, dan antara 25 – 30% pada musim penghujan (Prasetyo, 2003).

Penanganan pada saat panen dengan tujuan untuk menekan kehilangan hasil dan meningkatkan kualitas hasil, dilakukan melalui pemanenan pada waktu, cara serta penggunaan alat yang tepat. Kehilangan pasca panen padi dapat digolongkan kedalam kehilangan kuantitatif dan kehilangan kualitatif. Kehilangan kuantitatif berupa susut padi (beras) selama proses pasca panen karena rontok, tercecer, serangan hama dan rusak akibat penanganan yang kurang tepat, terjadi pada setiap tahap. Dalam proses pemberasan, kehilangan ini tercermin dari penurunan

rendemen beras (Wijaya, 2005).

Kehilangan kualitatif, berupa penurunan mutu karena terjadi kerusakan maupun kontaminasi benda asing, juga terjadi pada setiap tahap proses pemberasan. Susut kualitatif, berupa mutu gabah dan beras yang rendah, lebih terasa langsung oleh konsumen, pedagang maupun produsen dibanding dengan susut kuantitatif, namun demikian angka tersebut belum banyak diungkapkan.

Tujuan dari pemanenan padi yakni memperoleh gabah yang sebanyak-banyaknya. Gabah selepas panen harus segera dikeringkan, sebab kadar air pada gabah

selepas panen masih cukup tinggi sekitar 25 % - 30 %, bahkan kadang-kadang lebih. Kalau gabah itu terus disimpan tanpa pengeringan terlebih dahulu maka gabah jelas akan mengalami kerusakan-kerusakan (Daulay, 2005).


(21)

Penanganan pascapanen yang dimulai dari tingkat petani merupakan titik awal penting untuk menjamin peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Kegagalan penanganan pascapanen pada tingkat petani ini dapat mengakibatkan rendahnya mutu hasil dan tingginya tingkat susut atau kehilangan hasil dan kerusakan gabah dan beras. Secara umum petani telah mampu meningkatkan produksi pangannya khususnya padi. Hal ini karena berbagai kegiatan teknik produksi sudah mendapat perhatian dan diterapkan petani secara baik, sedangkan masalah setelah panen belum diperhatikan oleh petani. Keadaan ini erat sekali hubungannya dengan tingginya kehilangan hasil dan penurunan mutu (Andoko, 2002).

C. Alat dan Mesin Pemanen Padi

Pemanenan padi dapat dilakukan menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester.

Berikut ini menurut Nugraha (1990) adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan Ani - ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper :


(22)

Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20 mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi.

2. Cara Pemanen Padi dengan Sabit.

Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %.

3. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper.

Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row.

4. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper Binder.

Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.


(23)

D. Proses Pemisahan/Pembersihan Gabah

Pemisahan mekanis merupakan suatu cara pemisahan antar dua komponen atau lebih yang dilakukan dengan cara mekanis. Dalam praktek pemisahan tersebut dapat dilakukan dengan sedimentasi (pengendapan), sentrifugasi dan filtrasi (penyaringan) dan lain sebagainya, (Earle, 1969).

Menurut Kuswanto (2003), proses pemisahan kotoran yang tercampur dengan gabah dilakukan secara bertahap, terutama proses pemisahan benih dilakukan secara mekanis. Tahapan-tahapan pemisahan gabah adalah sebagai berikut :

a. Precleaning

Setelah perontokan, dapat tejadi benih tercampur dengan kotoran yang berukuran relatif besar. Dikhawatirkan materi ini dapat mengganggu kerja mesin yang akan digunakan dalam proses selanjutnya, antara lain dapat menyumbat/menutup conveyer. Oleh karena itu, pada tahap ini yang dipisahkan hanya kotoran yang berukuran relatif lebih besar dari ukuran gabah. Proses ini biasanya disebut sebagai scalping. Dengan demikian, apabila berdasarkan pengamatan tidak tampak adanya materi/kotoran yang relatif besar, maka proses ini perlu dilakukan.

b. Basic Cleaning

Mesin yang digunakan dalam tahap ini secara prinsipial adalah sama dengan mesin yang digunakan dalam tahap precleaning, hanya ukuran saringannya lebih halus. Pelaksanaan tahapan ini bertujuan untuk memisahkan materi yang masih tercampur dengan gabah setelah proses precleaning.


(24)

c. Post Cleaning

Tahapan kegiatan ini jarang dilakukan, karena pada umumnya gabah telah cukup bersih setelah diproses dengan basic cleaning.

Tahapan kegiatan ini hanya dilakukan apabila setelah proses basic cleaning masih terdapat materi/kotoran yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama dengan gabah, sehingga tidak dapat dipisahkan melalui kegiatan basic cleaning. Dengan demikian, diperlukan mesin yang dapat digunakan untuk memisahkan materi tersebut dari gabah, misalnya pemisahan yang dilakukan berdasarkan warna, berat jenis, serta ukuran secara lebih teliti. Proses ini biasa disebut sebagai proses separation and grading.

E. Metode Pembersihan

Proses pemisahan yang dilakukan oleh industri rumah tangga masih dilakukan dengan cara tradisional, yaitu butiran-butiran diletakkan dalam tampah kemudian digerakkan dengan kedua tangan mengikuti ayunan arah naik turun secara berulang, sehingga kapasitas yang dicapai hanya 6 kg/jam oleh satu orang tenaga kerja. Proses pemisahan dan pembersihan cara tradisional tersebut dirasakan kurang efisien, oleh karena itu perlu perbaikan secara mekanis, agar kapasitas persatuan waktu dapat ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan peluang pasar menjadi lebih besar dan pada akhirnya bernilai ekonomis (Rofarsyam, 2008).


(25)

Proses pembersihan gabah dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu :

a. Screen Cleaning

Dalam metode ini, pemisahan materi yang tercampur dengan gabah dilakukan dengan menggunakan ayakan (screen) yang dibuat dari lempeng logam atau kawat dengan ukuran dan bentuk lubang yang berbeda-beda (bulat, lonjong, persegi empat, dan segi tiga) tergantung pada benih yang akan diproses.

b. Pembersihan dengan Aliran Udara

Metode ini merupakan metode tradisional yang telah lama digunakan di Indonesia. Metode ini dilakukan menggunakan nyiru (Jw : ditapeni) dengan hembusan udara (angin) untuk membuang kotoran yang relatif ringan. Di samping itu, dapat dilakukan pula dengan cara menjatuhkan gabah dari ketinggian tertentu di tempat terbuka. Sehingga pada waktu gabah jatuh dengan bersamaan kotoran yang ringan akan terbawa oleh angin.


(26)

Dari dasar pemikiran tersebut, maka kemudian diciptakan peraralatan yang lebih praktis untuk membersihkan, antara lain sebagai berikut :

1. Winnower machine

Winnower merupakan alat pembersih gabah yang paling sederhana. Secara prinsip, alat ini bekerja dengan menggunakan aliran udara yang berasal dari blower untuk memisahkan materi/kotoran yang ringan/halus, misalnya potongan bagian tanaman atau debu yang halus. Sementara materi yang relatif berat tidak dapat dipisahkan dengan alat ini. Dengan demikian, alat ini hanya dapat

digunakan sampai tahapan basic cleaning.

2. Clipper (The Air Screen Cleaner)

Untuk meningkatkan kinerja dan untuk memisahkan materi/kotoran yang relatif lebih berat dan tidak terbawa oleh udara, maka dibuatlah clipper. Clipper merupakan suatu alat pembersih yang telah dimodifikasi lebih lanjut, dan disebut sebagai air screen cleaner.

Alat ini merupakan alat yang banyak digunakan untuk membersihkan benih dan dapat digunakan untuk semua macam benih. Meskipun demikian, apabila diperlukan benih dengan persyaratan tingkat kemurnian yang lebih tinggi, maka masih dibutuhkan alat lain. Alat ini dapat digunakan untuk memisahkan benih berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis.


(27)

F. Rancang Bangun dan Aspek Rekayasa

Rancang bangun berfungsi untuk menciptakan rencana teknis (technical plan) penyelesaian persoalan, meliputi analisis dan sintesis yang bukan sekedar menghitung dan menggambar, tetapi juga mengusahakan bagaimana

merencanakan produk yang siap dikomersilkan dan bagaimana produk tersebut dapat bertahan di pasaran (Soekarno dan Suharyatun, 2003).

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Perancangan produk adalah sebuah proses yang berawal pada diketemukannya kebutuhan manusia akan suatu produk sampai diselesaikannya gambar dan dokumen (Kusoemo, 1999).

Desain dan pembuatan alat yang dimaksud mengacu pada teori benda jatuh bebas (dalam hal ini gabah) yang menerima gaya dorong horizontal. Posisi awal bahan saat keluar dari pintu pengatur keluar pada hopper akan menerima gaya horizontal akibat hembusan angin dari blower. Posisi jatuhnya bahan ditentukan oleh diameter blower, kecepatan aliran udara blower, ukuran pintu keluar bahan, tinggi dan posisi stoper penampung bahan serta dimensi ruang proses

pemisahan/pembersihan.

Dalam perancangan ini aspek rekayasa yang diperhatikan adalah kinematika. Kinematika adalah bagian dari mekanika yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan apa/siapa yang menggerakkan benda tersebut.

Partikel adalah benda dengan ukuran yang sangat kecil. Partikel merupakan suatu pendekatan/model dari benda yang diamati. Pendekatan benda sebagai partikel dapat dilakukan bila benda melakukan gerak translasi murni.


(28)

Gerak disebut gerak translasi bila selama bergerak sumbu kerangka acuan yang melekat pada benda (x’,y’,z’) selalu sejajar dengan kerangka acuannya sendiri. Posisi dari suatu partikel di dalam suatu sistem koordinat dapat dinyatakan dengan vektor posisi r = x i + y j.

Partikel bergerak dari posisi pertama r1 ke posisi kedua r2 melalui lintasan sembarang (tidak harus lurus). Pergeseran merupakan suatu vektor yang menyatakan perpindahan partikel dari posisi pertama ke posisi kedua melalui garis lurus. Pergeseran didefinisikan : r = r2 - r1.

(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kinematika&source).

G. Aspek Ergonomika

Dalam merancang suatu alat pengolahan hasil pertanian, harus memperhatikan aspek ergonomika. Hal ini karena akan sangat berpengaruh terhadap

produktivitas kerja dan efisiensi tenaga operator karena ergonomika menyangkut tentang keamanan dan kenyaman kerja. Ada dua istilah yang lazim digunakan dalam ergonomika yaitu anthropometric dan biometric. Anthropometric adalah cabang ergonomika yang mempelajari masalah pengukuran statistik tubuh manusia seperti tinggi badan, panjang lengan, panjang kaki dan lain-lain. Sedangkan biometric adalah cabang ergonomika yang mempelajari masalah pengukuran dinamik tubuh seperti selang gerak tubuh, kecepatan gerak dan kekuatan.

Dengan mengetahui struktur anthropometric dan biometric suatu kelompok individu dengan umur yang sama, dapat diketahui struktur fisik dan selang respon


(29)

emosionalnya sehingga dapat dilakukan perkiraan-perkiraan tertentu untuk mendesain suatu sistem dan peralatan kerja yang nyaman, aman, dan efisien (Herodian, 1991).

Anthropometer adalah alat untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut suatu titik dari suatu posisi acuan tertentu. Realisasinya, alat ini berguna sebagai alat bantu untuk mendesain atau mengetahui posisi alat-alat atau instrumen pengendali dari suatu mesin sistem kerja terhadap posisi operatornya. Salah satu contoh dari sistem kerja alat anthropometer ini adalah mengetahui ukuran rata-rata tubuh manusia. Anthropometri rata-rata orang Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Ukuran rata-rata anthropometri orang Indonesia pada posisi duduk

No Ukuran

Anthropometri

Laki-laki Perempuan

Rata-rata (cm) Standar deviasi (cm) Rata-rata (cm) Standar deviasi (cm)

1 Tinggi duduk 83,2 3,7 77,9 3,4

2 Tinggi siku 23,0 10,0 22,2 3,1

3 Tinggi pinggul 18,4 3,9 19,0 2,2

4 Tinggi lutut 49,5 6,0 46,3 1,8

5 Tinggi pantat ke lantai

41,4 5,3 39,0 2,8


(30)

Tabel 2. Ukuran rata-rata anthropometri orang Indonesia pada posisi berdiri

No Ukuran

Anthropometri

Laki-laki Perempuan

Rata-rata (cm) Standar deviasi (cm) Rata-rata (cm) Standar deviasi (cm)

1 Tinggi badan 161,3 5,6 151,6 5,4

2 Tinggi bahu 132,6 10,3 122,0 5,6

3 Lebar bahu 39,6 6,6 34,9 3,0

4 Tinggi siku 97,8 17,5 90,8 4,1

5 Tinggi pinggul 93,6 20,4 88,8 4,2

6 Lebar pinggul 28,9 5,7 31,5 2,5

7 Panjang tangan 66,7 11,7 61,4 3,5

8 Panjang lengan atas

34,8 4,9 31,5 2,3

9 panjang lengan bawah

44,2 7,0 40,7 2,7

10 Jangkauan vertikal tangan

202,1 8,0 186,9 8,0

11 Jangkauan horizontal atas

165,6 6,9 151,7 6,8

Sumber : Herodian, (1991)

H. Aspek Teknik

Alat dan mesin yang bekerja secara otomatis dan bergerak secara mekanis membutuhkan sumber tenaga penggerak, lalu gerakan yang dihasilkan sumber tenaga ini ditransmisikan kepada komponen yang lainnya. Sumber tenaga mesin-mesin pertanian terdiri dari 2 jenis sumber tenaga yaitu mesin-mesin diesel dan motor listrik. Sedangkan yang semi mekanis tenaga penggeraknya bukan berasal dari motor melainkan berasal dari tenaga manusia.

Perancangan alat dan mesin perlu memperhatikan hal-hal seperti kebutuhan tenaga (daya) untuk mengoperasikan alat serta kekuatan dari alat yang dirancang.


(31)

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan alat dipilih dari bahan yang tidak mudah korosi dan tidak merusak sifat dari produk yang dihasilkan.

Selain memperhatikan bahan dan kebutuhan tenaga untuk mengoperasikan alat yang dibuat, perlu juga memperhitungkan aspek ergonomika dari rancangan alat yang dibuat. Kenyamanan dan keamanan dalam melakukan pekerjaan sangat berpengaruh terhadap kualitas kerja yang dihasilkan. Oleh karena itu seluruh aspek harus diperhatikan secara cermat agar kenyamanan dalam bekerja dapat dipertahankan sehinga dapat bekerja dengan baik (Kasih, 2007).


(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di bengkel las Citra Damai Kemiling Bandar Lampung pada bulan Januari 2013 sampai Februari 2013. Tahap kedua yaitu pengujian alat yang dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret 2013.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada pembuatan alat pembersih gabah penggerak mekanis adalah: 1 set alat las listrik, mistar siku, jangka sorong, gerinda, tanggem, dan alat tulis. Alat-alat yang digunakan pada uji kinerja alat antara lain: stopwatch, tachometer, dan timbangan.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat pembersih gabah penggerak mekanis ini adalah : besi siku, baut dan mur, kipas listrik dan besi plat. Untuk pengujian alat, bahan yang dipakai adalah gabah bernas yang dicampur dengan gabah hampa.


(33)

C. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap untuk mempermudah dan memperjelas arah penelitian, yaitu tahap perancangan (desain) alat,

pembuatan atau perakitan alat, pengujian hasil rancangan, pengamatan, dan pengolahan data seperti disajikan pada Gambar 3.

Perancangan dilakukan untuk menggambar alat yang akan digambar dengan menggunakan program AutoCAD, kemudian dilanjutkan ke tahap pembuatan atau perakitan alat di bengkel khusus pembuatan alat alsintan. Setelah alat selesai dibuat, alat diuji coba dengan beberapa parameter. Pengamatan dan pengolahan data dilakukan setelah pengujian alat.


(34)

D. Pendekatan Desain

1. Kriteria Desain

Untuk perancangan alat pembersih gabah penggerak mekanis ini diharapkan mampu membersihkan gabah dengan persentase 80 %. Alat pembersih gabah penggerak mekanis ini menggunakan sumber tenaga penggerak dari kipas listrik

2. Rancangan Fungsional

Alat ini terdiri dari beberapa komponen utama antara lain: kerangka, saluran pengumpan, ruang pembersihan, kotak penampung gabah dan kipas listrik. a. Kerangka

Bagian rangka berfungsi sebagai penyangga atau meja dudukan penopang mesin-mesin yang lain.

b. Saluran pengumpan (hopper)

Hopper berfungsi sebagai jalan masuk gabah ke dalam ruang pembersihan. c. Ruang pembersihan.

Ruang pembersihan berfungsi sebagai tempat pemisahan antara gabah bernas dan gabah hampa.

d. Kotak penampung

Kotak penampung berfungsi sebagai tempat menampung gabah bernas dan gabah hampa.

e. Kipas listrik

Kipas merupakan bagian utama dari alat pembersih gabah penggerak mekanis yang berfungsi sebagai pemisah gabah bernas dengan materi lain.


(35)

3. Rancangan Struktural

a. Kerangka

Bagian rangka terbuat dari besi siku dengan ukuran 3,5 cm x 3,5 cm. Tinggi rangka 80 cm, lebar 40 cm dan panjang 70 cm. Ukuran rangka ini

disesuaikan dengan tinggi bahu dan tinggi pinggul rata-rata orang Indonesia, yaitu 132,6 cm dan 93,2 cm (Herodian, dkk., 1991). Hal ini dimaksudkan agar operator alat nyaman pada saat pengoperasian alat ini. Rancangan rangka dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rancangan kerangka alat

b. Saluran pengumpan (hopper)

Bagian hopper terbuat dari besi plat dengan ukuran lubang hopper sebesar 22 x 22 cm, tinggi 16 cm berfungsi tempat masuknya gabah ke dalam ruang pembersihan. Rancangan hopper dapat dilihat pada Gambar 5.


(36)

Gambar 5. Rancangan hopper

c. Ruang pembersihan

Bagian ini terletak tepat di bawah hopper dan di atas kotak penampung dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 50 cm. Rancangan saluran pngeluaran gabah dan jerami dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Rancangan ruang pembersihan

d. Kotak penampung

Bagian ini terletak tepat di bawah hopper dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 10 cm. Bagian kotak penampung dibagi menjadi 5


(37)

kotak dengan ukuran masing-masing kotak panjang 12 cm, lebar 40 cm dan tinggi 10 cm. Rancangan saluran pengeluaran gabah dan jerami dapat dilihat pada Gambar 7.

kotak 1

kotak 2

kotak 3 kotak 4 kotak 5 Gambar 7. Rancangan kotak penampung

e. Kipas

Kipas yang digunakan adalah kipas listrik dengan diameter kipas 30 cm dan memiliki 3 tingkatan rpm, yaitu 850 rpm, 1.070 rpm dan 1.300 rpm. Rancangan kipas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 8.


(38)

E. Uji Kinerja Alat

Pengujian komponen alat diamati untuk memastikan bahwa setiap komponen diharapkan bekerja dengan baik. Setelah semua alat bekerja dengan baik langkah selanjutnya adalah pengujian alat pembersih gabah, pengujian kapasitas alat pembersih gabah dan menghitung lama pembersihan gabah.

Faktor pertama adalah berat bahan (9 kg) gabah yang terdiri dari 80% gabah bernas dan 20% gabah hampa.

Faktor kedua adalah kecepatan putaran kipas (rpm) yang terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:

1. A1= 850 rpm 2. A2= 1.070 rpm 3. A3= 1.300 rpm

F. Pengamatan dan Perhitungan

Pengamatan yang dilakukan pada pengujian alat pembersih gabah, yaitu dengan membersihkan gabah bernas dan gabah hampa. Sebelum dan sesudah

pembersihan, jumlah gabah pada sampel dihitung. Setelah dilakukan

pembersihan, gabah diklasifikasi menjadi gabah bernas yang bersih dan gabah bernas yang tercampur dengan gabah hampa pada masing-masing kotak.

Kapasitas kerja alat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:

... ( 1 )

t JB KKAP 


(39)

dimana : KKAP = Kapasitas Kerja Alat Pembersih (kg/jam) JB = Jumlah Bahan (kg)

t = Waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan gabah (jam)

Persentase gabah bernas dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

GB = x100% ………. ( 2 )

dimana : GB = Gabah Bernas (%)

JGB = Jumlah Gabah Bernas (kg) JSGA = Jumlah Sampel Gabah Awal (kg)

Persentase gabah hampa dihitung dengan persamaan:

GH = x 100% ……… ( 3 )

dimana: GH = Gabah Hampa (%)

JGH = Jumlah Gabah Hampa (kg) JSGA = Jumlah Sampel Gabah Awal (kg)

G. Analisis Data


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Telah dirancang alat pembersih gabah penggerak mekanis dengan

menggunakan 3 kecepatan putar kipas listrik yaitu 850 rpm, 1.070 rpm dan 1.300 rpm.

2. Kecepatan putar optimum pada alat pembersih gabah penggerak mekanis ini adalah 1.070 rpm yaitu rata-rata sebesar 96,06% gabah bernas yang terpisah baik dengan gabah hampa dan memiliki rata-rata waktu 28,33 detik.

3. Alat pembersih gabah penggerak mekanis ini memiliki kapasitas kerja sebesar 127,07 kg gabah/jam.

B. Saran

Perlu adanya modifikasi putaran kipas listrik (rpm) untuk meningkatkan hasil pembersihan gabah pada alat pembersih gabah penggerak mekanis ini agar hasil yang didapat menjadi optimal.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adiratma, R. E. 2004. Stop Tanaman Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. PT. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Anonim, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Dikutip dari www.eBookPangan.com. Tanggal 08 September 2010.

Anonim, 2010. Pedoman Umum Penanganan Pasca Panen Padi. Dikutip dari www.scribd.com. Tanggal 08 September 2010.

Baskoro, Y. 2009. Analisis Ekonomi Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung.

Daulay, S.B. 2005. Pengeringan Padi (Metode dan Peralatan). Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Harsokusoemo, H.D. 1999. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Bandung.

Nugraha, S. 2008. Keterlambatan Perontokan Padi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jakarta.

Herodian, S., L. Saulia dan K. Morgan. 1991. Ergonomika. Perguruan Tinggi IPB. Bogor.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 1999. Padi (Oriza Sativa). Dikutip dari http://www.smecda.com. Tanggal 08 September 2010.

Kasih, A. 2007. Rancang Bangun Alat Perontok Polong Kacang Tanah Mekanis. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung.

Prasetyo, Y. T. 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wijaya, 2005. Pengaruh Kadar Air Gabah Terhadap Mutu Fisik Beras Giling. Fakultas Pertanian. Unswagati Cirebon.


(42)

Lampiran 1. Tabel Data Hasil Pengamatan

Tabel 6. Jumlah Berat (gram) Gabah Bernas dan Gabah Hampa 850 rpm.

Kotak

Gabah

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

850 rpm

Kotak 1

Bernas

Hampa

0

0

0

0

0

0

Kotak 2

Bernas

Hampa

642

641

643

0

0

0

Kotak 3

Bernas

Hampa

158

159

157

140

140

148

Kotak 4

Bernas

Hampa

0

0

0

43

37

35

Kotak 5

Bernas

Hampa

0

0

0

12

16

12

Di luar Kotak

Bernas

Hampa

0

0

0

5

7

5

Jumlah

Bernas

Hampa

800

800

800

200

200

200


(43)

Tabel 7. Jumlah Berat (gram) Gabah Bernas dan Gabah Hampa 1.070 rpm.

Kotak

Gabah

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

1.070

rpm

Kotak 1

Bernas

Hampa

0

0

0

0

0

0

Kotak 2

Bernas

Hampa

400

398

398

0

0

0

Kotak 3

Bernas

Hampa

400

402

402

40

37

41

Kotak 4

Bernas

Hampa

0

0

0

79

75

72

Kotak 5

Bernas

Hampa

0

0

0

58

64

59

Di luar Kotak

Bernas

Hampa

0

0

0

23

24

28

Jumlah

Bernas

Hampa

800

800

800

200

200

200


(44)

Tabel 8. Jumlah Berat (gram) Gabah Bernas dan Gabah Hampa 1.300 rpm.

Kotak

Gabah

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

1.300

rpm

Kotak 1

Bernas

Hampa

0

0

0

0

0

0

Kotak 2

Bernas

Hampa

209

200

207

0

0

0

Kotak 3

Bernas

Hampa

380

396

392

52

55

50

Kotak 4

Bernas

Hampa

211

204

201

75

75

74

Kotak 5

Bernas

Hampa

0

0

0

41

40

45

Di luar Kotak

Bernas

Hampa

0

0

0

32

30

31

Jumlah

Bernas

Hampa

800

800

800

200

200

200


(45)

Lampiran 2. Perhitungan

1.

Perhitungan Persentase Gabah Bernas

Perhitungan ini menggunakan persamaan : GB =

x100%

dimana :

GB

= Gabah bernas (%)

JGB

= Jumlah Gabah bernas (gram)

JGBA = Jumlah Gabah bernas Awal (gram)

a.

850 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

= 64,20%

Kotak 3 => GB =

x100%

= 15,80%

Kotak 4 => GB =

x100%

=0%

Kotak 5 => GB =

x100%

= 0%

Ulangan 2 ;

Kotak 1 => GB =

x100%


(46)

Kotak 2 => GB =

x100%

= 64,10%

Kotak 3 => GB =

x100%

= 15,90%

Kotak 4 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 5 => GB =

x100%

= 0%

Ulangan 3;

Kotak 1 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

= 64,30%

Kotak 3 => GB =

x100%

= 15,70%

Kotak 4 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 5 => GB =

x100%


(47)

Rata-rata GB 850 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 2 = (64,2% + 64,1% + 64,3%) / 3

= 64,20%

Kotak 3 = (15,8% + 15,9% + 15,7%) / 3

= 15,80%

Kotak 4 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

b.

1070 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

= 40%

Kotak 3 => GB =

x100%


(48)

Kotak 4 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 5 => GB =

x100%

= 0%

Ulangan 2;

Kotak 1 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

= 39,80%

Kotak 3 => GB =

x100%

= 40,20%

Kotak 4 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 5 => GB =

x100%

= 0%

Ulangan 3;

Kotak 1 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

=39,80%


(49)

= 40,20%

Kotak 4 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 5 => GB =

x100%

= 0%

Rata-rata GB 1070 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 2 = (40% + 39,8% + 39,8%) / 3

= 39,86%

Kotak 3 = (40% + 40,2% + 40,2%) / 3

= 40,13%

Kotak 4 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

c.

1300 rpm


(50)

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

= 20,90%

Kotak 3 => GB =

x100%

=38%

Kotak 4 => GB =

x100%

= 21,10%

Kotak 5 =>

GB = x100%

= 0%

Ulangan 2;

Kotak 1 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

=20%

Kotak 3 => GB =

x100%

=39,60%

Kotak 4 => GB =

x100%

=20,40%


(51)

= 0%

Ulangan 3;

Kotak 1 => GB =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GB =

x100%

= 20,70%

Kotak 3 => GB =

x100%

=39,20%

Kotak 4 => GB =

x100%

=20,10%

Kotak 5 =>

GB = x100%

= 0%

Rata-rata GB 1300 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 2 = (20,90% + 20% + 20,70%) / 3

= 20,53%

Kotak 3 = (38% + 39,60% + 39,20%) / 3

= 38,93%


(52)

Kotak 4 = (21,10% + 20,40% + 20,10%) / 3

= 20,53%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

2.

Perhitungan Persentase Gabah Hampa

Perhitungan ini menggunakan persamaan : GH =

x100%

dimana :

GH

= Gabah hampa (%)

JGH

= Jumlah Gabah hampa (gram)

JGHA = Jumlah Gabah hampa Awal (gram)

a.

850 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 14%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 4,30%


(53)

= 1,20%

Kotak

=> GH =

x100%

= 0,50%

Ulangan 2;

Kotak 1 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 2 =>

GH = x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 14%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 3,70%

Kotak 5 => GH =

x100%

= 1,60%

Kotak

=> GH =

x100%

= 0,70%

Ulangan 3;

Kotak 1 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GH =

x100%


(54)

Kotak 3 => GH =

x100%

= 14,80%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 3,50%

Kotak 5 => GH =

x100%

= 1,20%

Kotak

=> GH =

x100%

= 0,50%

Rata-rata GH 850 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 2 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 3 = (14% + 14% + 14,80%) / 3

= 14,27%

Kotak 4 = (4,30% + 3,70% + 3,50%) / 3

= 3,83%


(55)

Kotak 5 = (1,20% + 1,60% + 1,20%) / 3

= 1,33%

Kotak

= (0,50% + 0,70% + 0,50%) / 3

= 0,57%

b.

1.070 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 4%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 7,90%

Kotak 5 => GH =

x100%

= 5,80%

Kotak

=> GH =

x100%

= 2,30%

Ulangan 2;

Kotak 1 => GH =

x100%


(56)

Kotak 2 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 3,70%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 7,50%

Kotak 5 => GH =

x100%

= 6,40%

Kotak

=> GH =

x100%

= 2,40%

Ulangan 3;

Kotak 1 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 4,10%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 7,20%

Kotak 5 => GH =

x100%


(57)

Kotak

=> GH =

x100%

= 2,80%

Rata-rata GH 1.070 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 2 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 3 = (4% + 3,70% + 4,10%) / 3

= 3,93%

Kotak 4 = (7,90% + 7,50% + 7,20%) / 3

= 7,53%

Kotak 5 = (5,80% + 6,40% + 5,90%) / 3

= 6,03%

Kotak

= (2,30% + 2,40% + 2,80%) / 3

= 2,50%

c.

1.300 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => GH =

x100%


(58)

Kotak 2 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 5,20%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 7,50%

Kotak 5 => GH =

x100%

= 4,10%

Kotak

=> GH =

x100%

= 3,20%

Ulangan 2;

Kotak 1 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 5,50%

Kotak 4 =>

GH = x100%

= 7,50%

Kotak 5 => GH =

x100%


(59)

Kotak

=> GH =

x100%

= 3%

Ulangan 3;

Kotak 1 => GH =

x100%

= 0%

Kotak 2 =>

GH = x100%

= 0%

Kotak 3 => GH =

x100%

= 5%

Kotak 4 => GH =

x100%

= 7,40%

Kotak 5 => GH =

x100%

= 4,50%

Kotak

=> GH =

x100%

= 3,10%

Rata-rata GH 1.300 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%


(60)

= 0%

Kotak 3 = (5,20% + 5,50% + 5%) / 3

= 5,23%

Kotak 4 = (7,50% + 7,50% + 7,40%) / 3

= 7,47%

Kotak 5 = (4,10% + 4% + 4,50%) / 3

= 4,20%

Kotak

= (3,20% + 3% + 3,10%) / 3

= 3,10%

3.

Perhitungan Persentase Campuran Gabah Hampa Tiap Kotak

Perhitungan ini menggunakan persamaan : CGH =

x100%

dimana :

CGH = Campuran Gabah hampa (%)

JGH

= Jumlah Gabah hampa (gram)

JGTK = Jumlah Gabah Tiap Kotak (gram)

a.

850 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => CGH =

x100%


(61)

Kotak 2 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 46,98%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 5 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Ulangan 2;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 46,82%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 5 => CGH =

x100%


(62)

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Ulangan 3;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 48,52%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 5 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Rata-rata CGH 850 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%


(63)

= 0%

Kotak 3 = (46,98% + 46,82% + 48,52%) / 3

= 47,44%

Kotak 4 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak

= (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

b.

1.070 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 9,09%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 0%


(64)

= 0%

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Ulangan 2;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 3 =>

CGH = x100%

= 8,43%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 5 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Ulangan 3;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => CGH =

x100%


(65)

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 9,26%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 5 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Rata-rata CGH 1.070 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 2 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 3 = (9,09% + 8,43% + 9,26%) / 3

= 8,92%

Kotak 4 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%


(66)

Kotak

= (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

c.

1.300 rpm

Ulangan 1;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 12,04%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 26,22%

Kotak 5 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Ulangan 2;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%


(67)

= 0%

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 12,76%

Kotak 4 =>

CGH = x100%

= 26,88%

Kotak 5 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak

=> CGH =

x100%

= 0%

Ulangan 2;

Kotak 1 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 2 => CGH =

x100%

= 0%

Kotak 3 => CGH =

x100%

= 11,31%

Kotak 4 => CGH =

x100%

= 26,91%

Kotak 5 => CGH =

x100%


(68)

Rata-rata CGH 1.300 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 2 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak 3 = (12,04% + 12,76% + 11,31%) / 3

= 12,04%

Kotak 4 = (26,22% + 26,88% + 26,91%) / 3

= 26,67%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

Kotak

= (0% + 0% + 0%) / 3

= 0%

4.

Perhitungan Kapasitas Kerja Alat Pembersih Gabah

Perhitungan ini menggunakan persamaan : KKAP =

x100%

dimana :

KKAP = Kapasitas Kerja Alat Pembersih (kg/jam)


(69)

t

= Waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan

gabah (Jam)

a.

Rata-rata Kapasitas Kerja Alat Pembersih (KKAP) 850 rpm

KKAP

=

=

, /

= 122,74 kg/jam

b.

Rata-rata Kapasitas Kerja Alat Pembersih (KKAP) 1.070 rpm

KKAP

=

=

, /

= 127,07 kg/jam

c.

Rata-rata Kapasitas Kerja Alat Pembersih (KKAP) 1.300 rpm

KKAP

=

=

, /

= 125,56 kg/jam

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian


(70)

Gambar 16.

Tachometer


(1)

Kotak 3 => CGH = x100% = 9,26% Kotak 4 => CGH = x100%

= 0%

Kotak 5 => CGH = x100% = 0%

Kotak ∞ => CGH = x100% = 0%

Rata-rata CGH 1.070 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

Kotak 2 = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

Kotak 3 = (9,09% + 8,43% + 9,26%) / 3 = 8,92%

Kotak 4 = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%


(2)

Kotak ∞ = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

c. 1.300 rpm

Ulangan 1; Kotak 1 => CGH = x100% = 0%

Kotak 2 => CGH = x100% = 0%

Kotak 3 => CGH = x100% = 12,04% Kotak 4 => CGH = x100%

= 26,22% Kotak 5 => CGH = x100%

= 0%

Kotak ∞ => CGH = x100% = 0%

Ulangan 2; Kotak 1 => CGH = x100% = 0%


(3)

= 0%

Kotak 3 => CGH = x100% = 12,76% Kotak 4 => CGH = x100%

= 26,88% Kotak 5 => CGH = x100%

= 0%

Kotak ∞ => CGH = x100% = 0%

Ulangan 2; Kotak 1 => CGH = x100% = 0%

Kotak 2 => CGH = x100% = 0%

Kotak 3 => CGH = x100% = 11,31% Kotak 4 => CGH = x100%

= 26,91% Kotak 5 => CGH = x100%


(4)

Rata-rata CGH 1.300 rpm;

Kotak 1 = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

Kotak 2 = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

Kotak 3 = (12,04% + 12,76% + 11,31%) / 3 = 12,04%

Kotak 4 = (26,22% + 26,88% + 26,91%) / 3 = 26,67%

Kotak 5 = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

Kotak ∞ = (0% + 0% + 0%) / 3 = 0%

4. Perhitungan Kapasitas Kerja Alat Pembersih Gabah

Perhitungan ini menggunakan persamaan : KKAP = x100%

dimana : KKAP = Kapasitas Kerja Alat Pembersih (kg/jam) JB = Jumlah Bahan (kg)


(5)

t = Waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan gabah (Jam)

a. Rata-rata Kapasitas Kerja Alat Pembersih (KKAP) 850 rpm KKAP = =

, / = 122,74 kg/jam

b. Rata-rata Kapasitas Kerja Alat Pembersih (KKAP) 1.070 rpm KKAP = =

, / = 127,07 kg/jam

c. Rata-rata Kapasitas Kerja Alat Pembersih (KKAP) 1.300 rpm KKAP = =

, / = 125,56 kg/jam Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian


(6)

Gambar 16. Tachometer