Filsafat Materialisme-Dialektika-Historis Ideologi Komunisme
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kemudian menindas kaum buruh tani, dan diikat pada tanah garapannya, sehingga tidak mudah berpindah lahan. Penguasa tertinggi dari tuan tanah ini kemudian juga
bertugas mempertahankan kepemilikan tanah kaum-kaum feodal di bawahnya, sekaligus meminta upeti dan pajak kepada kaum buruh tani, serta para borjuis kaum
pedagang, pemilik produksi-produksi rumah, atau kaum perantara yang mulai ada pada masa itu.
Permintaan upeti dan pajak itu kemudian memberatkan bagi kaum-kaum tertindas tersebut. Maka dimotori oleh kaum yang berkompeten pada saat itu, maka
terjadilah revolusi yang menghancurkan tatanan ekonomi-politik feodalisme. Dalam hal ini muncul revolusi kaum borjuis, yang kemudian menandai lahirnya masyarakat
baru, yakni masyarakat kapitalisme. Karl Marx menyebutkan berubah dan berkembangnya tenaga produktif dalam masyarakat feodalisme, diikuti oleh lahirnya
masyarakat baru, di mana uang menjadi alat pertukaran dan menjadi kapital modal, dan manusia tenaga kerja, buruh menjadi barang dagangannya.
46
Masyarakat kapitalisme kemudian menindas kaum buruh, menghisap darah manusia, mengejar keuntungan uang, menimbun barang dagangan sebesar-besarnya.
Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya tentang latar belakang lahirnya sosialisme. Dari situasi inilah maka akan terjadi revolusi kaum buruh
proletar terhadap kaum borjuis. Mereka inilah yang akan mewujudkan masyarakat yang Marx sebut sebagai masyarakat sosialisme.
46
Ibid., 107.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Masyarakat sosialisme ini hubungan produksinya dan tenaga kerja produktifnya berwatak kolektif, tanpa kontradiksi yang antagonis di dalamnya. Jikapun terdapat
kontradiski antara tenaga kerja produktifnya dengan hubungan kerjanya, maka diselesaikan dengan penyesuaian, bukan antagonisme. Negara di masyarakat ini
mengelola produksi industri dengan prinsip memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang mandiri, upah berdasarkan kinierja dengan berbasis pada upah minimum.
47
Masa ini masih ada kelas-kelas yang tersisa dari borjuis dan feodalisme. Tapi secara pasti masyarakatnya bergerak kepada penghapusan kelas-kelas tersebut, hingga
menjadi satu kelas, yang kemudian bergerak menuju masyarakat Komunisme. Masyarakat Komunisme ini lebih tinggi dari masyarakat sosialisme, kelas-kelas
lenyap, perbudakan tidak ada, pembagian pekerjaan adil, produksi melimpah sesuai kebutuhan hidup, tenaga kerja tidak lagi menjadi alat produksi semata, namun tenaga
kerja itu akan bekerja sesuai dengan kemampuan tanpa takut tidak terpenuhi kebutuhannya. Tidak akan ada lagi kontradiksi atau konflik, masyarakat akan berjalan
tanpa kekuasaan negara dan tanpa pula persenjataan untuk melindungi keamanan.
48
Berbicara filsafat materialisme ini, perlulah dibahas tentang pandangan Komunisme terhadap agama. Ada ulasan dari Franz Magnis-Suseno yang
menyatakan bahwa materialisme selalu berarti ateisme.
49
Hal ini disebabkan bahwa kepercayaan materialisme percaya semula apa yang ada hanyalah materi dan apa saja
47
Ibid., 111.
48
Ibid., 112-113.
49
Franz Magnis-Suseno, Dalam Bayang-Bayang Lenin: Enam Pemikiran Marxisme dari Lenin Sampai Tan Malaka Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016, 28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yang ada berkembang dari materi pula. Tidak ada Tuhan yang memang imateri tersebut, sehingga tertolaklah pandangan adanya Allah serta penciptaan dari-Nya.
Dengan demikian otomatis tidak ada dasar bagi adanya agama. Kaum Komunis lebih percaya bahwa agama tidak lain hanyalah hasil
perkembangan materialisme hubungan sosial. Karl Marx dalam German Ideology menyatakan bahwa Agama adalah produk kerohanian suatu masyarakat, hasil dari
gagasan-gagasan, perlambang-perlambang dan alam kesadaran. Semuanya jelas dibentuk oleh produksi material dan berkaitan erat dengan hubungan-hubungan sosial
yang ada dalam masyarakat.
50
Selanjutnya terlihat bahwa kaum Komunis melihat negatif agama tersebut. Bagi Marx “agama candu rakyat” berfungsi sebagai hiburan dalam situasi buruk, sedang
Lenin “agama candu bagi rakyat” berarti agama menjadi sarana yang sengaja dipakai kelas-kelas berkuasa untuk menipu kelas-kelas bawah.
51
Lebih lanjut Lenin menyatakan bahwa kaum sosialisme modern mengabadikan ilmu pengetahuan demi
perjuangan melawan kabut keagamaan dan membebaskan buruh dari keimanan akan alam baka, dengan mempersatukan mereka dalam perjuangan untuk kehidupan lebih
baik di dunia.
52
Namun dalam politik praktisnya dalam kaum Komunis kemudian mengalami pergeseran sikap. Sebagaimana sikap Lenin dalam tulisannya, Socialism and
Religion, menyatakan bahwa ateisme tidak harus ditekankan dalam kepartaian sebab
50
Michael Lowy, Teologi Pembebasan, Terj. Roem Topatimasang Yogyakarta: INSIST, 1999, 3.
51
Suseno, Dalam Bayang-Bayang Lenin, 29.
52
Ibid., 28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
persatuan dalam perjuangan revolusioner yang nyata dari kelas tertindas demi menciptakan suatu surga di muka bumi adalah jauh lebih penting ketimbang kesatuan
pendapat kaum proletar tentang sorga yang akan datang nanti di akhirat.
53
Lebih cantik lagi bagaimana Rosa Luxemburg seorang aties tulen dalam menarik kaum gereja ke pergerakan sosialisme-Komunisme. Rosa tidak menggelar
pertempuran filosofis atas nama materialisme, tetapi mencoba menarik kaum gereja kepada sosialisme melalui ajaran azas-azas asli gereja. Dalam Church and Socialism
Rosa menyatakan “jika mereka memang jujur menerapkan dalam kehidupan kemanusiaan apa yang
menjadi asas Kristen yang menyatakan “cintailah tetanggamu seperti kau mencintai dirimu sendiri”, maka tentu mereka akan jujur pula menyambut baik
gerakan kaum sosialis. Jika lembaga kependetaan malah mendukung orang-orang kaya yang menghisap kaum tertindas dan orang-orang miskin maka jelas mereka
terang-terangan menentang ajaran Kristen; mereka mengabdi bukan kepada Kristus, tetapi kepada Anak Sapi Emas. Para rasul pertama Kristen adalah kaum
Komunis yang bersemangat dan Bapak-Bapak Gereja seperti Basil yang agung dan John Chrysostom jelas-jelas mencela ketidakadilan sosial. Sekarang
keprihatinan itu diambil alih oleh gerakan kaum sosialis yang membawa injil persaudaraan dan keadilan kepada orang-orang miskin yang menyeru kepada
rakyat untuk membangun Kerajaan Kemerdekaan dan ciinta-kasih terhadap sesama.
54
Demikianlah langkah halus kaum Komunisme dalam menggandeng kaum
beragama, yang tentu hal tersebut dapat saja terjadi kepada umat Islam. Hal ini terbukti dari banyaknya kaum Islam yang kemudian masuk dalam lapangan
pergerakan Komunisme.
53
Lowy, Teologi, 10.
54
Ibid., 11-12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id