Selain hal-hal tersebut EPI juga mengatur beberapa hal misalnya tentang tata karma pemeran iklan yaitu Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-
adegan yang berbahaya.Dalam EPI juga diberikan beberapa prinsip tentang
keterlibatan anak-anak di bawah umur seperti antara lain:
a. Anak-anak tidak boleh digunakan untuk mengiklankan produk yang tidak layak
dikonsumsi oleh anak-anak, tanpa didampingi orang dewasa. b.
Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-adegan yang berbahaya, menyesatkan atau tidak pantas dilakukan oleh anak-anak.
c. Iklan tidak boleh menampilkan anak-anak sebagai penganjur bagi penggunaan suatu
produk yang bukan untuk anak-anak. d.
Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya rengek pester power anak-anak dengan maksud memaksa para orang tua untuk mengabulkan
permintaan anak-anak mereka akan produk terkait lihat halaman 34 EPI.
2.3. REPRESENTASI
Representasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berarti perbuatan mewakili, keadaan mewakili, apa yang mewakili, perwakilan. Representasi di pahami sebagai
gambaran sesuatu yang akurat atau realita terdistorsi. Representasi tidak hanya berarti “to presentasi”, “to image”, atau “to depict”. Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai
apa yang telah diberikan pada benda yang digambarkan. Representasi merupakan hubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang menunjuk pada dunia yang sesungguhnya dari suatu
objek, realitas atau pada dunia imajiner tentang obyek fiktif, manusia atau peristiwa Hermawan, 2011:234.
Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan
arti benda yang sebenarnya digambarkan. Hall berargumentasi bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif orang memaknai dunia. Hall menunjukan bahwa sebuah
imaji akan memepunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta.
Hall menyebut ‘representasi sebagai konstitutif’. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian.
Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstitutif darinya. Stuart Hall menganggap bahwa ada yang salah
dengan representasi kelompok minoritas dalam media, bahkan ia meyakini bahwa imaji-imaji yang dimunculkan oleh media semakin memburuk. Hall mengamati bahwa media cenderung
sensitif pada gaya hidup kelas menengah keatas, mayoritas masyarakat yang sudah teratur.
2.4. EKSPLOITASI ANAK
Eksploitasi ‘exploitation’ yang berarti politik pemanfaatan yang secara sewenang- wenang atau terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan
ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan. Dalam realita kehidupan sehari-
hari, anak banyak di jadikan sebagai “Senjata Pencari Uang” bagi kalangan kaum dewasa. Eksploitasi anak adalah sikap diskriminatif atau
perlakuan sewenang-wenang terhadap anak. Hal ini biasa dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang dewasa dengan cara memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi
kepentingan ekonomi, sosial ataupun politik. Pemerasan tenaga anak ini tentu tanpa memperhatikan hak-hak anak dalam mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan
fisik, psikis status sosialnya. Dengan kata lain eksploitasi anak dapat juga diartikan dengan memanfaatkan anak secara tidak etis demi kebaikan ataupun keuntungan sendiri,
orang lain, maupun kepentingan bersama.
2.5. SEMIOTIKA