3. Metode yang digunakan dalam penentuan kation Magnesium Mg
2+
dan kation Kalsium Ca
2+
adalah metode titrimetri. 4. Waktu kontak antara adsorbat dengan adsorben selama 30 menit
5. Aktivasi Nata De Soya dengan H
2
SO
4
selama 1 jam dan pada suhu kamar tanpa pemanasan
6. Acetobacter xylinum yang digunakan dari daerah Tembung 7. Air limbah rebusan kedelai dari pembuatan tahu yang digunakan dalam
pembuatan Nata dari daerah kecamatan Karang sari
1.4. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui apakah Nata de Soya yang telah diaktivasi dapat
digunakan sebagai adsorben untuk menyerap kation Magnesium Mg
2+
dan kation Kalsium Ca
2+
yang terdapat dalam sampel air bahan baku boiler. 2.
Untuk mengetahui apakah Nata de Soya teraktivasi H
2
SO
4
yang telah jenuh dapat diregenerasi kembali untuk menyerap kation kation Magnesium Mg
2+
dan kation Kalsium Ca
2+
yang terdapat dalam sampel air bahan baku boiler. 3.
Untuk mengetahui berapa berat Nata de Soya yang mampu menyerap kation Magnesium Mg
2+
dan kation Kalsium Ca
2+
secara optimum yang terdapat dalam sampel air bahan baku boiler.
4. Untuk mengetahui apakah di dalam adsorben Nata De Soya terdapat kation
Kalsium Ca
2+
dan Magnesium Mg
2+
.
1.5. Manfaat penelitian
Dari limbah cair hasil buangan air kedelai dalam pembuatan tahu diharapkan dapat memberikan informasi sebagai adsorben penyerap kation kation Magnesium Mg
2+
dan kation Kalsium Ca
2+
yang akan digunakan sebagai air umpan boiler.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium ilmu dasar Universitas Sumatera Utara dan laboratorium PT SMART TBK
1.7. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium yaitu dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana Nata de Soya yang diaktivasi dengan asam sulfat 1 N dapat
digunakan sebagai penyerap kation Kalsium Ca
2+
dan kation Magnesium Mg
2+
pada sampel bahan baku air boiler di PT SMART TBK, kemudian untuk mengetahui apakah Nata de Soya yang sudah jenuh sebagai penyerap kation Kalsium Ca
2+
dan kation Magnesium Mg
2+
pada sampel bahan baku air boiler di PT SMART TBK, dapat diregenerasi kembali. Tahap Penelitian Meliputi :
1. Pembuatan Nata de Soya dari limbah cair rebusan kedelai
2. Aktivasi Nata de Soya dengan asam sulfat 1 N
3. Penyerapan kation Kalsium Ca
2+
dan kation Magnesium Mg
2+
pada sampel bahan baku air boiler,dan pengukuran kation Kalsium Ca
2+
dan kation Magnesium Mg
2+
secara titimetri dimana pengukuran kation-kation tersebut dilakukan sebelum dan sesudah penambahan adsorben Nata De Soya
4. Proses regenenerasi dari adsorben Nata de Soya yang telah jenuh dan
diaktivasi kembali dengan asam sulfat 1 N dan menggunakan nya kembali sebagai adsorben untuk menyerap kembali kation Kalsium Ca
2+
dan kation Magnesium Mg
2+
pada sampel bahan baku air boiler Adapun parameter yang digunakan sebelum regenerasi Nata De Soya antara lain :
1. Variabel tetap yaitu konsentrasi kation Kalsium Ca
2+
dan kation Magnesium Mg
2+
pada sampel air material boiler mgL
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel bebas yaitu massa Nata De soya yang akan digunakan sebagai
pengadsorpsi kation Kalsium Ca
2+
dan kation Magnesium Mg
2+
yaitu dengan massa 0,5 ; 1,0 ; 1.5 ; 2,0 ; 2.5 ; 3,0 ; dan 3.5 g
Setelah kondisi dari adsorben Nata de Soya jenuh dilakukan regenerasi adsorben Nata de Soya kembali dengan cara mengaktivasi kembali Nata de Soya dengan
menggunakan H
2
SO
4
1 N dan melakukan pengadsorpsian kembali terhadap kation Kalsium dan kation Magnesium pada sampel air baku boiler.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air tawar berasal dari dua sumber yaitu air permukaan dan air tanah. Air tanah merupakan air yang berada dibawah permukaan tanah. Kation yang mendominasi
perairan tawar adalah Kalsium dan Magnesium sedangkan pada perairan laut adalah Sodium dan Magnesium. Kandungan Kalsium pada perairan tawar sekitar 60,9 dan
Magnesium sekitar 19,0.
Kalsium karbonat HCO
3
merupakan senyawa yang memberikan kontribusi besar terhadap kesadahan di perairan tawar. Senyawa ini terdapat di dalam tanah
dalam jumlah yang berlimpah sehingga kadarnya di dalam perairan tawar cukup tinggi. Kelarutan Kalsium Karbonat menurun dengan meningkatnya suhu dan akan
meningkat dengan keberadaan Karbondioksida. Kalsium Karbonat bereaksi dengan Karbondioksida dan akan membentuk senyawa Kalsium Bikarbonat CaHCO
3 2
yang memiliki daya larut lebih tinggi dibandingkan dengan Kalsium karbonat CaCO
3
. Tingginya kadar Bikarbonat di perairan disebabkan oleh ionisasi asam Karbonat, terutama pada perairan yang banyak mengandung Karbondioksida.
Karbondioksida diperairan bereaksi dengan basa yang terdapat pada batuan dan tanah membentuk Bikarbonat seperti reaksi dibawah ini :
CaCO
3
+ CO
2
+ H
2
O Ca
2+
+ 2HCO
3 -
CaMgCO
3 2
+ 2 CO
2
+ 2H
2
O Ca
2+
Mg
2+
+ 4HCO
3 -
NaAlSi
3
O
2
+ CO
2
+ 5 H
2
O Na
+
+ HCO
- 3
+ 2H
4
SiO
4
+ Al
2
SiO
3
. Nilai kesadahan yang baik berkisar antara 30 – 500 mgL CaCO
3
. Perairan dengan nilai kesadahan 40 mgL CaCO
3
disebut dengan perairan sadah, sedangkan perairan dengan nilai 40 mgL CaCO
3
disebut air lunak. Pada perairan tawar, kation divalen
Universitas Sumatera Utara
yang paling berlimpah adalah Kalsium dan Magnesium sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah Kalsium dan Magnesium. Keberadaan kation yang
lain seperti Besi dan Mangan memberikan kontribusi bagi nilai kesadahan, walaupun peranannya kecil sehingga sering diabaikan Effendi, H. 2003.
2.2 Nata De Soya