STUDI PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

STUDI PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON BANDAR LAMPUNG

Oleh

Indra Kurniawan, Agus Setiawan, dan Bainah Sari Dewi

Status orangutan (Pongo pygmaeus) menurut IUCN Red List edisi tahun 2008 (IUCN, 2015) adalah kategori terancam punah sehingga upaya konservasi perlu dilakukan. Penelitian perilaku harian menjadi penting dilakukan sebagai data dasar dan kontrol pengelola Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian orangutan dan lama waktu pada masing-masing jenis perilaku orangutan yang ditempatkan di habitat buatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 di TASWBK. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode focal animal sampling,

dimulai pada pagi hari pukul 07.00 - 17.00 WIB selama 18 hari. Hasil penelitian yaitu perilaku harian orangutan terdiri dari perilaku bergerak, istirahat, makan, sosial, bermain sendiri, dan perilaku lainnya (grooming, defekasi, dan urinasi). Total lama waktu perilaku harian orangutan yaitu 180 jam (10.800 menit). Perilaku paling tinggi ditunjukkan pada perilaku istirahat 60,41% (6.524 menit dari total waktu perilaku harian orangutan); perilaku makan 17,35% (1.874 menit); perilaku bergerak 10,56% (1.140,5 menit); perilaku sosial 5,27% (569 menit); perilaku bermain sendiri 4,65% (502 menit); dan perilaku lainnya 1,76% (190,5 menit).


(2)

ABSTRACT

DAILY BEHAVIOR STUDY OF ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) IN TAMAN AGRO SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON

BANDAR LAMPUNG

BY

Indra Kurniawan, Agus Setiawan, and Bainah Sari Dewi

The status of orangutan (Pongo pygmaeus) according to IUCN Red List version 2008 (IUCN, 2015) was endangered, therefore conservation efforts need to be done. Daily behavior study became important as a database and effort controlling of Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton management. The purpose of this research was to determine the daily behavior of orangutan and the long time on each type of orangutan behaviors that placed in an artificial habitat. This research was conducted on March 2015 in TASWBK. The observation was using

focal animal sampling method, which started in the morning from 07.00 am - 17.00 pm for 18 days. The result showed that daily behavior of orangutans consists of moving, resting, feeding, social, play itself, and other behaviors (grooming, defecation and urination). Total long time of orangutan daily behavior was 180 hours (10.800 minutes). Highest behavior shown were resting behavior 60.41% (6.524 minutes of from orangutan daily behavior total time); feeding behavior 17.35% (1.874 minutes); moving behavior 10,56% (1.140,5 minutes); social behavior 5,27% (569 minutes); behavior of play itself 4,65% (502 minutes); and other behaviors 1,76% (190,5 minutes).


(3)

STUDI PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON

BANDAR LAMPUNG

Oleh

INDRA KURNIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Dengan rahmat Allah SWT penulis Indra Kurniawan dilahirkan di Desa Gumukmas, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus pada tanggal 26 April 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Trie Poeryanto dan Ibu Yuyun Sulastri. Penulis menempuh pendidikan di TK Dharma Wanita Gumukmas tahun 1994, SD Negeri 1 Patoman tahun 1995, SLTP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2001, SMA Negeri 1 Pringsewu dan selesai pada tahun 2007.

Penulis menjadi mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian tahun 2008 melalui jalur Ujian SPMB. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapang di Kebun Raya Bogor, Seameo Biotrop, dan Manggala Wanabakti pada tahun 2010. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata selama 40 hari di Desa Sritejo Kencono, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2011. Penulis telah melakukan Praktek Umum selama 40 hari di KPH Purwakarta dan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan selama 40 hari pada tahun 2012.

Dalam organisasi, penulis pernah menjadi anggota utama Himasylva (Himpunan Mahasiswa Kehutanan) Universitas Lampung. Penulis telah mengikuti Seminar Nasional Konferensi Nasional Sylva Indonesia (KNSI) XV tahun 2010, Seminar


(7)

Nasional Pertanian Universitas Lampung tahun 2012, Seminar SVLK Goes To Campus UNILA tahun 2012, Seminar Kukang (Nicticebus coucang) Universitas Lampung tahun 2012, pelatihan dan kerja lapangan dari Rainforest Alliance Continuous Improvement Tool Farm Monitoring Training Course tahun 2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dan kupersembahkan karya luar biasa ini kepada:

Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan

dan merawat serta mendidik saya dengan penuh cinta

dan kasih sayang, yang selalu memberikan dukungan

dan membiayai seluruh kehidupan saya selama ini.

Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih untuk

SYLVESTER 08

atas kebersamaan yang sangat indah selama ini.

Almamaterku tercinta Kehutanan

Universitas Lampung Bandar Lampung.


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Studi Perilaku Harian Orangutan (Pongo pygmaeus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Bandar Lampung”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus dosen Pembimbing Akademik dan selaku Pembimbing Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu.

2. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S. Hut, M. P., selaku Pembimbing kedua atas kesedian memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung sekaligus selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Effendi dan Bapak Hasta TASWBK terimakasih atas fasilitas dalam melaksanakan penelitian.


(10)

6. Bapak Ridwan Keeper orangutan di TASWBK atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis


(11)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Satwa Liar ... 6

B. Perilaku Satwa Liar ... 6

C. Taksonomi dan Morfologi Orangutan ... 7

D. Perilaku Orangutan ... 9

E. Habitat dan Populasi Orangutan ... 14

F. Konservasi Ex Situ ... 15

G. Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18


(12)

ii

B. Alat dan Objek Penelitian ... 19

C. Batasan Penelitian ... 19

D. Jenis Data ... 20

1. Data Primer ... 20

2. Data Sekunder ... 20

E. Metode Pengumpulan Data ... 20

F. Analisis Data ... 22

1. Analisis Kuantitatif ... ... 22

2. Analisis Deskriptif ... ... 23

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 24

A. Sejarah ... 24

B. Letak dan Luas ... 24

C. Keadaan Fisik ... 25

1. Iklim ... 25

2. Topografi ... 25

3. Keadaan tanah ... 25

4. Flora dan Fauna ... 26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Kondisi Orangutan di TASWBK ... 28

B. Kondisi Kandang Orangutan di TASWBK ... 29

C. Perilaku Harian Orangutan di TASWBK ... 31

D. Frekuensi Perilaku Harian Septi dan Rio ... 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Contoh hasil pengumpulan data ... 22

2. Daftar jenis-jenis tumbuhan di TASWBK ... 26

3. Daftar jenis-jenis satwa di TASWBK ... 27

4. Deskripsi individu orangutan yang diamati di TASWBK ... 28

5. Total lama waktu dan persentase perilaku harian orangutan pada penelitian perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK 35

6. Hasil pengamatan individu Septi pada penelitian perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 57

7. Hasil pengamatan individu Rio pada penelitian perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran studi perilaku harian orangutan (Pongo

pygmaeus) di TASWBK Bandar Lampung ... 5 2. Peta lokasi penelitian studi perilaku harian orangutan di TASWBK

Bandar Lampung ... 18 3. Denah lokasi kandang orangutan pada penelitian studi perilaku harian

orangutan di TASWBK Bandar Lampung ... 19 4. Sketsa kandang orangutan di TASWBK Bandar Lampung ... 30 5. Persentase perilaku individu orangutan di TASWBK selama 18 hari

pengamatan bulan Maret 2015 ... 32 6. Persentase perilaku harian orangutan pada penelitian Kuncoro (2004)

di Hutan Lindung Merantus, Kalimantan Timur ... 33 7. Perilaku bergerak orangutan pada penelitian perilaku harian

orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 37 8. Perilaku istirahat orangutan pada penelitian perilaku harian

orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 38 9. Pemberian pakan dan perilaku makan orangutan pada penelitian

perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 40 10. Perilaku sosial sesama orangutan pada penelitian perilaku harian

orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 41 11. Perilaku sosial orangutan dengan keeper dan pengunjung pada penelitian

perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 42 12. Perilaku bermain sendiri yang dilakukan Rio pada penelitian perilaku

harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 44 13. Telapak tangan Septi yang tidak normal pada penelitian perilaku


(15)

v

14. Perilaku grooming yang dilakukan Septi pada penelitian perilaku

harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 46 15. Rata-rata frekuensi perilaku harian orangutan di TASWBK selama

18 hari pengamatan bulan Maret 2015 ... 47 16. Individu orangutan pada penelitian perilaku harian orangutan bulan

Maret 2015 di TASWBK ... 61 17. Kandang orangutan pada penelitian perilaku harian orangutan bulan

Maret 2015 di TASWBK ... 61 18. Pemberian pakan berupa buah dan sayur oleh keeper pada penelitian

Perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 62 19. Pembersihan pakan dan pembersihan kandang oleh keeper pada

penelitian perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK. 62 20. Perilaku sosial orangutan dengan pengunjung pada penelitian

perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 63 21. Perilaku sosial orangutan dengan pengunjung pada penelitian

perilaku harian orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 63 22. Pengamatan perilaku saat cuaca cerah pada penelitian perilaku harian

orangutan bulan Maret 2015 di TASWBK ... 64 23. Pengamatan perilaku saat cuaca hujan pada penelitian perilaku harian


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki 20% spesies primata dunia, salah satu dari spesies primata tersebut adalah orangutan (Supriatna dan Wahyono, 2000). Terdapat dua jenis orangutan, yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii) yang penyebarannya terbatas di bagian utara Sumatera dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus) yang terdapat di beberapa tempat di bagian Barat Daya Kalimantan (Suhud dan Saleh, 2007).

Dalam peraturan perundangan Indonesia, orangutan termasuk dalam status jenis satwa yang dilindungi. Menurut IUCN Red List Edisi tahun 2008 (IUCN, 2015) orangutan (Pongo pygmaeus) dikategorikan Endangered (terancam punah). Jumlah populasi orangutan liar telah menurun secara terus menerus dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini dikarenakan hilangnya habitat, perburuan serta perdagangan yang merupakan ancaman utama terhadap keberlangsungan hidup orangutan di Indonesia (Dephut, 2007).

Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mempertahankan jumlah populasi orangutan dari kepunahan. Terdapat tiga macam tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesempatan hidup bagi orangutan yaitu konservasi,


(17)

2

rehabilitasi, dan reintroduksi (Meijaard, Rijksen, dan Kartikasari, 2001). Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.53 Tahun 2006 tentang lembaga konservasi, jenis konservasi dibagi menjadi dua yaitu konservasi tumbuhan dan atau satwa yang dilakukan di dalam habitat alaminya (in situ), konservasi tumbuhan dan atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya (ex situ).

Taman satwa merupakan salah satu lembaga konservasi ex situ yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat (Dephut, 2006).

Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton (TASWBK) merupakan taman wisata yang juga merupakan kawasan pelestarian satwa. Orangutan merupakan salah satu dari 48 jenis satwa yang dipelihara di TASWBK. Orangutan yang hidup diluar habitat aslinya memiliki kelangsungan hidup yang sangat berbeda, satwa tersebut akan mengalami berbagai perubahan perilaku, ruang gerak, pakan, air minum dan tempat berteduh di habitatnya yang baru (Sasmita, Arifin, Subagyo dan Soedarto, 1983). Untuk menanggulangi hal ini manusia mencoba membangun berbagai macam fasilitas yang menyerupai habitat aslinya.

Salah satu upaya untuk menunjang keberhasilan adaptasi orangutan di habitatnya yang baru adalah dengan cara memahami perilaku harian orangutan. Penelitian ini merupakan studi awal mengenai observasi perilaku harian orangutan di TASWBK yang merupakan kawasan pelestarian satwa di Provinsi Lampung.


(18)

3

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah perilaku harian orangutan yang terdapat di TASWBK?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian orangutan dan lama waktu pada masing-masing jenis perilaku dalam perilaku harian orangutan di TASWBK.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu agar dapat memberikan informasi dasar tentang perilaku harian orangutan di TASWBK, sehingga dapat dijadikan dasar ilmiah bagi pihak pengelola TASWBK untuk mendukung pengelolaannya.

E. Kerangka Pemikiran

TASWBK merupakan salah satu taman satwa yang terdapat di Provinsi Lampung, berdiri sejak tahun 2004 dan mendapatkan surat keputusan dari Menteri Kehutanan sebagai lembaga konservasi pada tanggal 30 November 2006. TASWBK merupakan sarana pengelolaan satwa sekaligus sarana pembelajaran dan rekreasi bagi masyarakat.

Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan salah satu dari 48 jenis satwa yang terdapat di TASWBK. Orangutan atau disebut juga Mawas merupakan jenis primata yang memiliki sifat-sifat anatomis dan morfologis mendekati manusia serta tingkat kepandaian yang tinggi (Dewi, 2001; Dewi, 2002). Akibat


(19)

4

keunikannya itu, orangutan menjadi satwa buruan untuk dijadikan peliharaan, sehingga kelangsungan hidup spesies ini terancam. Menurut Suhud dan Saleh (2007) jumlah populasi orangutan liar telah menurun secara kontinyu dalam beberapa dekade terakhir akibat semakin berkurangnya hutan-hutan dataran rendah dan masih terjadinya perburuan dan perdagangan orangutan. Salah satu upaya untuk mencegah kepunahan satwa langka adalah adalah dengan memelihara individu-individu alami dalam kondisi terkendali dan dibawah pengawasan manusia yang dikenal dengan konservasi ex situ.

Kebun binatang dan taman satwa yang ada di Indonesia masih berada dibawah standar yang ditetapkan dan tidak mengutamakan kesejahteraan satwa. Hal ini berbeda dengan konservasi in situ yang menempatkan satwa pada habitat aslinya Menurut Mawarda (2010) orangutan yang dikurung dalam kandang berjeruji kondisinya lebih buruk. Hal ini dikarenakan orangutan tidak mendapatkan akses air untuk diminum, minimnya interaksi sosial dengan orangutan lain, dan kandang kosong tanpa fasilitas bermain. Orangutan di TASWBK ditempatkan dalam kandang berjeruji dengan areal yang terbatas, yang terdiri dari dua kandang tidur, dan satu kandang peraga. Hal ini tentu akan berpengaruh pada perilaku orangutan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku harian orangutan di TASWBK yang merupakan habitat ex situ.

Pengumpulan data perilaku harian orangutan dilakukan dengan menggunakan metode Focal Animal Sampling yaitu suatu cara pengamatan tingkah laku dengan mengamati hanya satu individu dalam selang waktu tertentu. Teknik ini digunakan untuk mengetahui semua jenis tingkah laku yang dilakukan oleh


(20)

5

individu yang diamati. Perilaku harian orangutan yang akan diamati yaitu bergerak, istirahat, makan, sosial, seksual, bermain sendiri dan perilaku lainnya. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan perilaku selanjutnya dianalisis melalui teknik penyajian data secara kuantitatif dan deskriptif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku harian orangutan di TASWBK dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan TASWBK dalam pengelolaannya. Diagram alir kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran studi perilaku harian orangutan (Pongo pygmaeus) di TASWBK Bandar Lampung.

Kondisi Lingkungan Kandang

Hasil Penelitian

Sebagai Informasi dan Dasar Ilmiah Pengelolaan Orangutan di TASWBK

Analisis Kuantitatif Analisis Deskriptif Metode Focal Animal Sampling

Jenis-Jenis Perilaku Orangutan Orangutan

Perilaku Harian Orangutan Bergerak Istirahat Makan Sosial

Bermain sendiri Perilaku lainnya TASWBK


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Satwa Liar

Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia, satwa liar dapat juga diartikan binatang yang hidup liar di alam bebas tanpa campur tangan manusia (Alikodra, 1990).

B. Perilaku Satwa Liar

Perilaku harian adalah aktivitas yang terarah yang merupakan respon individu terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan (Sjahfirdi, Putri, Maheswari, Astuti, Ningtyas dan Budiarti, 2009). Menururt Tanudimadja (1978) perilaku satwa liar diartikan sebagai ekspresi suatu hewan yang ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku satwa ini disebut rangsangan yang berhubungan erat dengan fisiologisnya. Perilaku satwa yang terjadi antara lain:

1. Shelter seeking atau mencari perlindungan, yaitu mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya.

2. Perilaku agonistik, yaitu perilaku persaingan dan atau pertentangan antara dua satwa yang sejenis, umum terjadi selama musim kawin.


(22)

7

Fungsi utama dari perilaku adalah untuk menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari dalam maupun dari luar. Sebagian besar satwa mempunyai pola perilaku yang dapat dicobakan untuk suatu situasi, dengan demikian mereka belajar menerapkan salah satu pola yang menghasilkan penyesuaian terbaik.

C. Taksonomi dan Morfologi Orangutan

Orangutan termasuk dalam kelas Mamalia dengan ordo Primata, family Pongidae dan memiliki genus Pongo, dengan nama spesies Pongo pygmaeus (Groves, 1972). Menurut Chemnick dan Ryder (1993) Pongo pygmaeus dibagi ke dalam dua sub spesies berdasarkan kromosom dan DNA mitokondria, yaitu Pongo abelii (orangutan sumatera) dan Pongo pygmaeus (orangutan kalimantan).

Ciri-ciri umum orangutan adalah warna bulunya yang merah kecoklatan atau coklat tua kehitaman. Badan ditumbuhi rambut yang agak panjang kecuali pada wajah, telapak tangan dan kakinya. Orangutan jantan dewasa kadang-kadang di sekitar mulut dan dagunya ditumbuhi jambang dan kumis. Kulit tubuhnya coklat tua keabu-abuan atau kehitam-hitaman dengan kedua mata saling berdekatan. Tulang dahi di atas mata tidak menonjol, sehingga menyebabkan orangutan mirip manusia. Jumlah gigi 32, yang susunannya sama seperti pada manusia (Wardiningsih, Satrapradja, Adisoemarto dan Rifai, 1993).

Perbedaan morfologi orangutan dapat dikenali dari perawakannya, khususnya struktur rambut. Jika diamati dengan mikroskop maka jenis dari Kalimantan umumnya memiliki rambut pipih dengan kolom pigmen hitam yang tebal di tengah, jenis dari Sumatera berambut lebih tipis, membulat, mempunyai kolom


(23)

8

pigmen gelap yang halus dan sering patah di bagian tengahnya, biasanya di dekat ujungnya dan kadang berujung hitam di bagian luarnya. Orangutan jantan kalimantan memiliki rambut yang pendek dan kurang padat, orangutan sumatera memiliki rambut panjang, lebih tebal dan lebih berbulu (wolly) (Meijaard et al., 2001). Menurut Galdikas (1984) perbedaan morfologi dan perilaku orangutan, berdasarkan tingkatan umur adalah:

1. Bayi umur 0-4 tahun, perkiraan berat 1,5-5 kg, warna bulu biasanya jauh lebih pucat dari pada yang tua. Sangat putih di sekeliling mata dan moncong, bercak putih meliputi seluruh tubuh. Selalu berpegang pada induk kecuali pada waktu makan di pohon atau saat menyusu.

2. Anak umur 4-7 tahun, perkiraan berat 5-20 kg, warna rambut masih lebih putih dari dari yang tua dan lebih gelap dari bayi, bercak putih juga makin kabur. Berpindah bersama, kadang menggunakan sarang bersama induknya dan masih menyusu.

3. Remaja umur 7-15 tahun (jantan) dan 7-12 tahun (betina), perkiraan berat 20-30 kg. Ukuran tubuh lebih kecil dari hewan dewasa, sangat sosial, benar-benar lepas dari pegangan induknya, tetapi masih sering terlihat berpindah bersama induknya. Pada wajah jantan pradewasa (12-15 tahun) mulai terlihat gelap, bantalan pipi dan kantong leher mulai berkembang. Ukuran tubuhnya lebih besar dari betina tetapi masih lebih kecil dari jantan dewasa.

4. Dewasa umur 15-35 tahun (jantan) dan 12-35 tahun (betina). Jantan dewasa diperkirakan berat 50 kg ke atas. Ukuran tubuh sangat besar, memiliki bantalan pipi, kantung leher, berjanggut, kadang-kadang punggung gundul. Hidup soliter, berpasangan dengan betina hanya pada saat tanggap seksual,


(24)

9

sering mengeluarkan suara panjang (long call). Betina dewasa diperkirakan berat 30-50 kg. Telah beranak dan diikuti oleh anaknya, kadang-kadang berpisah dengan betina lain. Pada masa esterus berpasangan dengan jantan. 5. Tua umur 35 tahun ke atas, jantan diperkirakan berat badan 40 kg ke atas.

Rambut tipis dan jarang, berkeriput datar, bantalan pipi menyusut. Tidak mengeluarkan suara panjang atau berpasangan dengan betina, hidup soliter, gerakan sangat lambat. Betina diperkirakan berat badan 30 kg ke atas. Rambut tipis dan jarang-jarang, berkeriput, tidak lagi diikuti oleh bayi atau remaja, berpasangan tetapi tidak lagi mengandung, lebih sering bergerak di permukaan tanah dibandingkan dengan betina dewasa, gerakan lambat.

D. Perilaku Orangutan

Perilaku yang dilakukan satwa sangat tergantung pada lingkungan di sekitarnya. Menurut Simanjuntak (1998) perilaku utama orangutan dapat dibagi menjadi empat yaitu bergerak, makan, istirahat, dan sosial. Orangutan di alam menggunakan 84%-92% perilaku hariannya untuk melakukan perilaku pergerakan, perilaku istirahat, dan perilaku makan. Perilaku makan yang tinggi sepanjang hari, dan agak menurun menurun pada siang hari karena meningkatnya perilaku istirahat (Kuncoro, Sudaryanto, dan Yani, 2008).

Perilaku bergerak merupakan salah satu perilaku yang ditunjukkan oleh satwa. Galdikas (1978) mengemukakan bahwa pergerakan normal yang dilakukan oleh orangutan adalah memanjat dan berjalan di antara cabang, sedangkan pergerakan di atas tanah sangat jarang terjadi di alam. Maple, Wilson, Zucker, dan Wilson (1978) juga menambahkan bahwa pergerakan arboreal sangat kurang dilakukan


(25)

10

orangutan di penangkaran dibandingkan dengan di alam. Hewan yang berada di penangkaran lebih banyak bergerak di tanah secara bipedal atau kuadrupedal. Menurut Rijksen (1978) orangutan rehabilitan lebih sering menggunakan permukaan tanah sebagai tempat aktivitasnya, sedangkan orangutan liar hanya berada di permukaan tanah apabila akan menyeberangi fragmen-fragmen hutan yang gundul.

Perilaku makan merupakan segala perilaku yang meliputi kegiatan untuk menggapai, mengolah, memegang mengunyah dan menelan pakan (MacFarland 1993). Kategori pakan orangutan dapat diklasifikasikan secara kasar yaitu buah, bunga, kulit pohon, daun muda, rayap dan jamur (Dewi dan Setyarso, 2005; Dewi 2006). Zuhra, Farajallah, dan Iskandar (2009) menambahkan bahwa orangutan yang berada di penangkaran juga mengonsumsi jenis pakan lain seperti pecahan batu, kotoran, serangga, ikan, dan serasah. Diketahui orangutan tidak minum secara teratur tetapi mendapatkan air yang berasal dari dari buah-buahan dan daun-daunan yang mengandung banyak air. Dalam mengambil daun atau buah, orangutan sering menggunakan satu tangan dibandingkan dengan kedua tangannya. Teknik mengambil pakan bervariasi menurut ukuran, struktur dari pohon dan sebaran pakannya (Sinaga, 1992).

Perilaku istirahat adalah perilaku yang dilakukan orangutan saat tidak melakukan pergerakan apapun, misalnya duduk, berdiri, tidur pada cabang pohon, atau berada dalam sarang (Galdikas, 1978). Orangutan selalu membuat sarang di atas pohon dilakukan saat menjelang malam hari atau sehabis makan terakhir. Kadangkala membuat sarang pada siang hari untuk istirahat maupun untuk bermain (Sinaga,


(26)

11

1992). Setelah keluar dari sarang tidur biasanya oangutan melakukan seruan panjang (long call) agar diketahui keberadaanya oleh orangutan lain yang berada di sekitarnya. Aktivitas selanjutnya adalah bergerak pindah untuk mencari makanan di pohon (Mackinnon, 1974). Pada orangutan yang ditempatkan di habitat buatan orangutan tidak melakukan aktivitas bersarang. Hal ini disebabkan orangutan tidak tidur di atas pohon seperti di alam liar melainkan tidur di dalam kandang tertutup dan tidak ada pohon untuk membuat sarang (Nikmaturrayan, Widyastuti, dan Soma, 2013).

Menurut Fagen (1981) primata muda terbukti menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain dibandingkan kelompok usia lain. Perilaku bermain sering ditemukan pada anak-anak, tetapi hampir semua hewan terus bermain hingga masa dewasa. Saat hewan muda tumbuh dewasa dan matang perilaku bermain menjadi lebih menyerupai imitasi, mereka mulai meniru penampilan dominan dan berkelahi sebagai anak-anak. Pada usia anak-anak, tujuan bermain adalah untuk mempelajari tentang lingkungan, sedangkan pada usia remaja, bermain menjadi cara berperilaku dalam suatu kelompok (Poirier, Bellisari, dan Haines, 1977).

Cunningham, Forsythe, dan Jeannete (1988) mengemukakan bahwa orangutan merupakan primata semi soliter. Pada saat tertentu akan hidup berkelompok, terutama saat musim buah dan musim kawin. Dalam kelompok terjadi interaksi sosial, salah satunya adalah proses belajar terutama pada betina muda dalam hal mengasuh anak. Menurut Fagen (1993) meskipun orangutan sering dianggap hewan yang sangat soliter, induk dan anak terlihat mencari makan bersama. Pada waktu makan induk dan anak mempunyai kesempatan untuk belajar dan bermain


(27)

12

bersama. Salah satu perilaku sosial yang sering dilakukan oleh anak dan induk adalah menelisik (grooming) yang merupakan kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau parasit dari permukaan kulit, aktivitas ini sering dijumpai pada primata yang berlangsung saat istirahat atau makan. Saat melakukan menelisik primata menggunakan kedua tangannya untuk menarik, menyibak, menyisir dan mencari kutu atau kotoran (Chalmers, 1980).

Perilaku agonistik adalah interakasi negatif yang dilakukan individu orangutan dengan individu lain, meliputi perilaku merebutkan makanan, mainan, daerah, dan dominasi. Sedangkan perilaku merawat diri (self care) adalah perilaku yang dilakukan orangutan untuk merawat dirinya seperti, membersihkan diri, menelisik diri sendiri (autogrooming), buang air kecil dan defekasi, meregangkan badan, dan menguap (Maple, 1980).

Perilaku seksual merupakan perilaku terpenting dalam menentukan populasi orangutan di alam (Galdikas, 1978). Orangutan dalam pemeliharaan, sifat-sifat seksual sekunder telah terlihat dan jantan muda telah mampu melakukan kopulasi kira-kira pada umur 10 tahun (Galdikas, 1984). Tingkah laku kawin betina terdiri atas mendekati jantan dan duduk atau bediri sangat dekat dengan jantan tersebut, merawatnya dan memegang atau memasukkan genital jantan ke dalam mulutnya, memegang-megang muka, perut, punggung atau tangan jantan tersebut. Jantan yang siap kawin selalu melakukan seruan panjang (long call) dalam merangsang kawin betina dan bersikap agresif ketika menangkap orangutan betina (Galdikas, 1984).


(28)

13

Orangutan di penangkaran mencapai matang secara seksual pada usia 8 hingga 10 tahun dan diperkirakan lebih lambat pada orangutan yang hidup di alam liar. Jantan tidak berpipi (unflanged) tidak memiliki ukuran tubuh yang besar dan karakter seks sekunder yang biasa terdapat pada jantan berpipi (flanged). Jantan tidak berpipi (unflanged) dapat mempertahankan ukuran tubuhnya (sekitar 35 hingga 50 kg) selama 10 sampai 20 tahun di alam liar dan sampai 18 tahun di penangkaran hingga siap menjadi jantan berpipi (flanged) (Delgado dan van Schaik, 2000).

Sedangkan, orangutan betina mencapai matang secara seksual kira-kira pada usia 7 tahun di penangkaran dan diperkirakan pada usia 11 hingga 15 tahun di alam liar. Orangutan betina tidak mengalami pembengkakan pada genitalnya yang dapat menunjukkan bahwa sedang dalam keadaan subur, tetapi labialnya dapat membengkak sekitar 2 minggu hingga lebih dari 1 bulan setelah mengalami pembuahan (Delgado dan van Schaik, 2000).

Masa kehamilan pada betina diperkirakan sekitar 9 bulan (sekitar 260-270 hari) di alam liar, sedangkan pada penangkaran sekitar 244 hari. Betina akan hidup bersama-sama dengan anaknya hingga dapat hidup secara mandiri setidaknya selama 6 tahun. Interval kelahiran pada orangutan kalimantan dan sumatera sekitar 8 tahun atau yang terlama dibandingkan primata yang lainnya. Pertumbuhan dan perkembangan yang lambat berakibat pada panjangnya usia orangutan. Usia maksimum pada betina 57 dan 58 tahun pada jantan di penangkaran dan 45 tahun di alam liar (Delgado dan van Schaik, 2000).


(29)

14

Berdasarkan pola hidupnya orangutan dibedakan menjadi orangutan penetap, penjelajah dan pengembara. Orangutan penetap merupakan individu yang telah memiliki daerah jelajah tetap biasanya dimiliki oleh individu dewasa yang berukuran tubuh besar dan menempati wilayah yang telah dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, penjelajah adalah orangutan yang melakukan perpindahan ke lokasi lain dan dalam kurun waktu tertentu dan akan kembali ke lokasi semula, pengembara merupakan orangutan yang melakukan pergerakan perpindahan tempat ke lokasi lain dan tidak kembali ke lokasi awal (Prayogo, Thohari, Sholihin, Prasetyo, dan Sugardjito, 2014).

E. Habitat dan Populasi Orangutan

Orangutan hidup di hutan-hutan tropik yang basah dalam batas-batas alam yang tidak dapat dilampaui, seperti sungai atau gunung yang tingginya lebih dari 2.000 meter. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan (Van Hoeve, 1996).

Pertumbuhan dan perkembangan manusia yang pesat telah menyebabkan keberadaan orangutan semakin lama semakin tertekan, dan penyebarannya pada saat ini terbatas hanya di pulau Sumatera dan Kalimantan. Penyebaran di kedua pulau ini pun tidak merata di seluruh pulau tersebut (Rijksen dan Meijaard, 1999). Orangutan di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan (Dephut, 2007), sedangkan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) masih terdapat di beberapa


(30)

15

tempat yang merupakan kantong-kantong habitat di Sabah dan Sarawak terutama di daerah rawa gambut serta hutan dipterokarp dataran rendah di bagian barat daya Kalimantan antara sungai Kapuas dan sungai Barito (Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), serta sebelah timur Sungai Mahakam ke arah utara (Provinsi Kalimantan Timur dan Sabah). Indonesia memiliki posisi yang sangat penting dalam konservasi orangutan di dunia, karena sebagian besar populasi orangutan yang masih bertahan hidup hingga saat ini berada di wilayah Indonesia (Suhud dan Saleh, 2007).

Populasi orangutan pada saat ini mengalami penurunan yang signifikan (Rijksen dan Meijaard, 1999). Menurut Singleton, Wich, Husson, Stephens, Atmoko, Leighton, Rosen, Traylor, Hozer, Lacy, dan Byers, (2004) dan Wich, Meijaard, Marshall, Huson, Ancrenaz, Robert, van Schaik, Sugardjito, Simorangkir, Kathy, Doughty, Supriatna, Dennis, Gumal, Knott, dan Singleton (2008) perkiraan jumlah individu orangutan sumatera sekitar 12.770 individu pada tahun 1997 dan pada tahun 2004 jumlah ini menurun menjadi sekitar 7.500 individu. Perkiraan terakhir pada tahun 2008 jumlah populasi sekitar 6.600 individu. Jumlah populasi orangutan kalimantan diperkirakan sekitar 54.000 pada tahun 2008. IUCN Red List of Threatened Species edisi tahun 2008 telah memasukkan orangutan kalimantan ke dalam kelompok satwa Endangered dan orangutan sumatera ke dalam kategori Criticaly Endangered (IUCN, 2015).

F. Konservasi Ex situ

Konservasi ex situ adalah kegiatan konservasi di luar habitat aslinya, satwa tersebut diambil, dipelihara pada suatu tempat tertentu yang dijaga keamanannya


(31)

16

maupun kesesuaian ekologinya. Konservasi ex situ tersebut dilakukan dalam upaya pengelolaan jenis satwa yang memerlukan perlindungan dan pelestarian Johnson, Thorstrom, Mindell, (2007); Mawarda, (2010). Upaya konservasi dengan sistem ex situ merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan populasi satwa liar yang mulai terancam kepunahannya. Prinsip yang harus diperhatikan dalam konservasi ex situ adalah memenuhi kebutuhan satwa untuk hidup layak dengan mengkondisikan lingkungannya seperti pada habitat alaminya sehingga satwa tersebut dapat bereproduksi dengan baik. Selain itu, keberhasilan usaha budidaya dari suatu spesies sangat didukung oleh pengetahuan dari perilaku satwa tersebut (Alikodra, 1990; Alikodra, 2002).

Jumlah orangutan yang berada di kebun binatang, taman margasatwa dan taman safari di Indonesia pada tahun 2006 sebanyak 203 individu (Dephut, 2007). Konservasi ex situ yang dilakukan di kebun binatang, taman safari dan taman satwa selain bermanfaat bagi pelestarian orangutan juga harus bisa menjadi sarana pendidikan dan peningkatan kepedulian masyarakat akan perlindungan orangutan di Indonesia. Kebun binatang dan lembaga konservasi lainnya harus dikelola dengan baik dan profesional sehingga dapat berperan maksimal untuk pendidikan konservasi. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah meningkatkan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan orangutan di kebun binatang, khususnya menyangkut pemeliharaan dan kesehatan satwa (Dephut, 2007).

G. Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton

Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton didirikan pada tahun 2004, kemudian dilanjutkan dengan menata lingkungan, membuat prasarana dan sarana


(32)

17

yang sederhana serta melakukan kerjasama dengan pihak Taman Nasional Way Kambas. Terdapat 48 jenis satwa di TASWBK yang diantaranya yaitu, gajah sumatera (Elephas maxsimus sumatraensis), orangutan (Pongo pygmaeus), siamang (Symphalangus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan berbagai jenis satwa lainnya (Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, 2009).

Terdapat dua individu orangutan di TASWBK yaitu orangutan jantan berumur sekitar 7 tahun yang diberi nama Rio dan orangutan betina berumur sekitar 19 tahun yang diberi nama Septi, kedua individu orangutan tersebut didatangkan dari PPS Tegal Alur Jakarta pada bulan Mei 2013. Saat ini orangutan tersebut ditempatkan dalam sebuah wahana satwa yang terdiri dari 1 kandang peraga dengan ukuran 15 x 7 meter dan 2 kandang tidur dengan ukuran 5 x 3,5 meter.


(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015 di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, Bandar Lampung. Peta lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan denah lokasi kandang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian studi perilaku harian orangutan di TASWBK Bandar Lampung (Sumber: Kurniawan, 2015)


(34)

19

Gambar 3. Denah lokasi kandang orangutan pada penelitian studi perilaku harian orangutan di TASWBK Bandar Lampung (Sumber: Kurniawan, 2015)

B. Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kamera digital, jam tangan

digital, stopwatch, alat tulis, thally sheet, dan komputer. Sedangkan objek yang digunakan adalah dua individu orangutan yang terdapat di TASWBK.

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini meliputi:

1. Penelitian dilakukan selama 18 hari (waktu efektif). 9 hari pengamatan pada hari kerja, dan 9 hari pengamatan pada hari libur, dimulai dari pagi hari pukul 07.00 WIB sampai dengan sore hari pukul 17.00 WIB.


(35)

20

2. Objek penelitian adalah dua individu orangutan yang terdapat di TASWBK, yaitu Septi individu betina dewasa dan Rio individu jantan remaja.

3. Perilaku yang diamati adalah perilaku bergerak, istirahat, makan, sosial, seksual, bermain sendiri dan perilaku lainnya.

D. Jenis Data

1. Data Primer

Data mengenai perilaku harian orangutan diperoleh dari pengamatan langsung dengan metode Focal Animal Sampling, yaitu suatu cara pengamatan tingkah laku dengan mengamati hanya satu individu dalam selang waktu tertentu. Teknik ini digunakan untuk mengetahui semua jenis tingkah laku yang dilakukan oleh individu yang diamati.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang mendukung penelitian ini berupa peta lokasi TASWBK, data riwayat orangutan di TASWBK, gambaran umum TASWBK, dan literatur tentang penelitian orangutan sebelumnya, serta data pendukung lainnya yang sesuai dengan topik penelitian ini.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Survey Pendahuluan

Sebelum melakukan pengumpulan data dilakukan survey pendahuluan selama satu minggu yang bertujuan untuk mengenal kondisi umum lokasi penelitian dan satwa yang akan diamati.


(36)

21

2. Pengamatan Perilaku Orangutan

Data mengenai perilaku orangutan diperoleh dengan metode Focal Animal Sampling. Pengamatan dilakukan selama 18 hari (waktu efektif), 9 hari pengamatan pada hari kerja, dan 9 hari pengamatan pada hari libur. Perilaku yang diamati selama pengamatan meliputi:

a. Perilaku bergerak, meliputi perilaku perpindahan lokasi yang dilakukan oleh orangutan, termasuk pula perpindahan lokasi yang dilakukan bersama individu orangutan lain. Tetapi perilaku ini tidak termasuk saat orangutan melakukan pergerakan ketika perilaku makan berlangsung.

b. Perilaku istirahat, meliputi duduk, berdiri dan tidur.

c. Perilaku makan, meliputi proses makan, pergerakan saat makan, minum, dan penggunaan alat untuk makan.

d. Perilaku sosial, meliputi interaksi orangutan dengan orangutan lainnya, orangutan dengan keeper, maupun orangutan dengan pengunjung.

e. Perilaku seksual, merupakan perilaku ketika orangutan dapat melakukan hubungan seksual dengan individu lainnya, meliputi copulation intromission

(masuknya penis ke dalam vagina) dan forced copulation (pemerkosaan). f. Perilaku bermain sendiri, meliputi pergerakan orangutan bermain sendiri

menggunakan suatu objek untuk bermain tanpa adanya interaksi dengan individu lain

g. Perilaku lainnya, merupakan perilaku yang tidak termasuk kedalam kategori perilaku diatas meliputi grooming (menelisik), defekasi (buang air besar) dan

urinasi (buang air kecil).


(37)

22

Tabel 1. Contoh hasil pengumpulan data

Nama orangutan : Septi

Tanggal pengamatan : 1 Maret 2015 Cuaca : Cerah

Waktu

Perilaku Harian

Ket. Bergerak Istirahat Makan Sosial Seksual Bermain

sendiri

Perilaku lainnya 07.00 - 07.02 √

07.02 - 07.25 √

07.25 - 07.26 √

07.26 - 07.38 √

07.38 - 08.05 √

08.05 - 08.19 √

08.19 - 08.21 √

08.21 - 08.43 √

08.43 - 08.47 √ grooming

08.47 - 08.50 √

08.50 - 08.52 √

08.52 - 08.55 √ keeper

08.55 - 09.27 √

09.27 - 09.28 √ urinasi

09.28 - 09.56 √

09.56 - 08.58 √

09.58 - 10.19

10.19 - 10.33 √

10.33 - 10.34 √

10.34 - 10.39 √

10.39 - 10.47 √

10.47 - 10.50 √

10.50 - 11.08 √

11.08 - 11.10 √

11.10 - 11.16 √ grooming

11.16 - 11.31 √

11.31 - 11.35 √

11.35 - 11.36 √

11.36 - 12.08 √

Keterangan : grooming (menelisik)

keeper (interaksi sosial dengan keeper)

urinasi (buang air kecil)

F. Analisis Data

1. Analisis Kuantitatif

Pengolahan data dilakukan dengan mencatat semua perilaku selama orangutan melakukan perilaku harian, perhitungan kemudian disajikan dalam bentuk tabel


(38)

23

dan diketahui persentase perilaku harian orangutan di TASWBK. Perhitungan persentase perilaku setiap individu adalah sebagai berikut:

Lama perilaku (menit)

% Perilaku = x 100

Total pengamatan (menit)

Total pengamatan dalam sehari adalah 1 x 10 jam = 600 menit

Total pengamatan dalam 18 hari adalah 18 x 600 menit = 10800 menit

2. Analisis Deskriptif

Penjelasan mengenai perilaku orangutan, bagaimana orangutan melakukan perilaku bergerak, istirahat, makan, sosial, seksual, bermain sendiri dan perilaku lainnya berdasarkan pengamatan langsung dan studi literatur tentang penelitian orangutan sebelumnya.


(39)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton

Pada tanggal 20 Oktober 2004 PT Bumi Kedaton dengan akta pendirian Nomor: C-3149 HT.01.01.2004 didirikan, dan dilanjutkan dengan menata lingkungan, membuat prasarana dan sarana yang sederhana serta melakukan kerjasama dengan pihak Taman Nasional Way Kambas. Keberadaan TASWBK menjadi fasilitas rekreasi masyarakat Kota Bandar Lampung khususnya dan masyarakat Provinsi Lampung umumnya

Taman wisata ini lebih mirip kebun binatang karena menghadirkan sejumlah hewan mulai dari gajah sumatera (Elephas maxsimus sumatraensis), orangutan (Pongo pygmaeus), siamang (Symphalangus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan berbagai jenis satwa lainnya (Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, 2015).

B. Letak dan Luas

TASWBK terletak tujuh kilometer dari pusat Kota Bandar Lampung arah Kampung Sukarame II, Kelurahan Batuputu, Kecamatan Teluk Betung Barat Provinsi Lampung, dengan luas wilayah keseluruhan 30 ha dan 5 ha merupakan wilayah TASWBK. Batas-batas wilayah TASWBK adalah sebagai berikut:


(40)

25

sebelah Utara berbatasan dengan Jalan WA. Rahman, sebelah Selatan berbatasan dengan kebun Bapak Hi. Fachrudin, sebelah Barat berbatasan dengan kebun Bapak Syarif Hidayat, dan sebelah Timur berbatasan dengan kebun Bapak Winarta (Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, 2009).

C. Keadaan Fisik Lokasi Penelitian

1. Iklim

Kawasan TASWBK mempunyai curah hujan lebih dari 100 mm/bulan merupakan bulan-bulan basah hanya terjadi pada Desember-Maret, curah hujan 60-100 mm/bulan merupakan bulan-bulan lembab terjadi selama 5 bulan, dan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan merupakan bulan-bulan kering terjadi pada Mei-Juli. Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah TASWBK termasuk zona iklim B yakni daerah Basah (Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, 2009).

2. Topografi

Pada umumnya kawasan TASWBK memiliki topografi bergelombang ringan sampai berat dan sangat berat, serta sebagian kecil datar. Ketinggian 153 mdpl dan kemiringan lereng yang bervariasi dari landai sampai berbukit.

3. Keadaan Tanah

Jenis tanah di wilayah ini berasal dari bahan induk batuan vulkan muda dan terbentuk dengan fisiografi pegunungan serta beriklim basah. Tanah ini termasuk jenis Inceptisols (tanah yang baru berkembang), dengan kondisi umum berikut:


(41)

26

kedalaman tanah cukup dalam, tekstur liat berlempung, struktur kubus membulat (angular blocky), reaksi tanah masam, serta drainase baik.

4. Flora dan Fauna

Berbagai macam flora dan fauna yang terdapat di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton dapat dilihat pada Tabel 2 (flora) dan Tabel 3 (fauna).

Tabel 2. Daftar jenis-jenis tumbuhan di TASWBK

No Jenis Tumbuhan Nama Ilmiah

1 Jati Tectona grandis

2 Durian Durio zibethinus 3 Rambutan Nephelium lappaceum 4 Alpukat Persea Americana 5 Jambu Biji Psidium guajava

6 Tangkil Gnetum gnemon

7 Mahoni Swietenia mahagoni 8 Belimbing Averrhoa carambola 9 Sengon Paraserianthes falcataria 10 Mangga Mangifera indica

11 Kopi Coffea sp.

12 Sirsak Annona muricata

13 Maja Aegle marmelos

14 Petai cina Leucaena glauca 15 Cemara Casuarina equisetifolia 16 Kemiri Aleurites mollucana 17 Waru Hisbicus abelmoscus 18 Kayu manis Cinnamomum burmanii 19 Bungur Lagerstroemia flosreginae 20 Nangka Artocarpus integra 21 Sukun Artocarpus communis

22 Petai Parkia speciosa

23 Dadap Erythrina fusca

24 Petai Cina Leucaena glauca 25 Kuweni Mangifera odorata

26 Kelapa Cocos nucifera

27 Jengkol Pithecellobium lobatum


(42)

27

Tabel 3. Daftar jenis-jenis satwa di TASWBK

No Jenis Satwa Jumlah (ekor) Nomor Kandang

1 Orangutan 2 26

2 Siamang 4 28

3 Beruk 5 24

4 Monyet 4 48

5 Lutung 2 47

6 Owa merah 1 31

7 Kukang 3 15

8 Burung Elang Hitam 1 10

9 Burung Jambul Putih 2 10

10 Burung Rangkong 1 2

11 Burung Merpati 2 38

12 Bangau Tong-Tong 2 34

13 Pheasant Golden 2 32

14 Pheasant Ladys 4 32

15 Pheasant Silangan 4 32

16 Pheasant silver 4 32

17 Ayam Arab 4 9

18 Ayam Mutiara 2 10

19 Ayam Hutan 7 9

20 Ayam Merak Biru Dewasa 1 13

21 Ayam Merak Biru anak 4 13

22 Ayam Merak Silangan 3 13

23 Ayam Merak 3 13

24 Ayam Jambul 1 11

25 Ayam Silangan 7 42

26 Ayam Kalkun 8 42

27 Angsa 6 44

28 Landak 2 3

29 Kambing Tanduk Empat 2 -

30 Kambing Adu Garut 2 -

31 Kambing Ettawa 2 -

32 Kambing Gembel 2 -

33 Rusa tutul 14 23

34 Rusa Jawa 1 23

35 Rusa Sambar 0 23

36 Rusa Sitatungga 1 23

37 Kuda Poni 3 -

38 Onta 1 21

39 Harimau Sumatera 1 18

40 Binturung 1 20

41 Musang Bulan 1 21

42 Beruang Madu 4 -

43 Kuda Tunggang 2 -

44 Gajah 2 -

45 Buaya 2 39

46 Biawak 2 -

47 Iguana 3 38

48 Ular Phyton 3 6


(43)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perilaku harian orangutan di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton terdiri dari perilaku bergerak, perilaku istirahat, perilaku makan, perilaku sosial, perilaku bermain sendiri, dan perilaku lainnya (grooming, dan defekasi).

2. Total lama waktu perilaku harian orangutan selama 18 hari pengamatan yaitu 10800 menit (180 jam). Perilaku paling tinggi ditunjukkan pada perilaku istirahat 60,41% (6.524 menit dari total waktu perilaku harian orangutan); perilaku makan 17,35% (1.874 menit); perilaku bergerak 10,56% (1.140,5 menit); perilaku sosial 5,27% (569 menit); perilaku bermain sendiri 4,65% (502 menit); dan perilaku lainnya 1,76% (190,5 menit).

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai manajemen pengelolaan satwa yang baik khususnya untuk orangutan di TASWBK.

2. Perlu adanya tindakan perbaikan kandang menyerupai habitat aslinya, dan perbaikan pengelolaan agar orangutan di TASWBK mendapatkan kesejahteraan baik dari segi fisik maupun psikologisnya.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Atmojo, I. R. 2008. Perilaku Anak Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Safari Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Chalmers N. 1980. Social behaviour in primates. University Park Press: Baltimore.

Chemnick, L. G. and Ryder, O. A. 1993. Chromosomal and mitochondrial DNA variation in orangutans. Journal of Heridity 84: 405-409.

Cuningham, D., C. Forsythe., P. Jeannette. 1988. A Report of Behavioural Lateralization in An Infant Orangutan (Pongo pygmaeus). Primates 30: 249 - 253.

Delgado, R. A. dan C. P. Van Schaik. 2000. The Behavioral Ecology and Conservation of the Orangutan (Pongo pygmaeus) : A Tale of Two Islands. Artikel Evolutionary Anthropology : 201-218.

Dewi, B.S. 2001. Analisis Biaya Makan dan Kandungan Gizi pada Orangutan Rehabilitasi di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah.

Thesis Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

. 2002. Nutrient Analyze of Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) in Tanjung Puting National Park. Center of Borneo, Indonesia. Journal Science and Technology Vol. 8 Number I. ISSN-0853-733x.

, dan A. Setyarso. 2005. Food Analyses of Rehabilitating Orangutan in Tanjung Puting National Park. Indonesia. Prosiding Indonesia Scientific Meeting. Nagoya, Japan.


(45)

52

. 2006. A Nutritional Content Analyses of Supply Food on Infant-Child Rehabilitating Orangutan at Tanjung Puting National Park. Central Borneo. Indonesia. Prosiding Indonesia Scientific Meeting. Hiroshima, Japan.

Dephut. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.53 Tahun 2006 tentang Lembaga Konservasi. Jakarta.

. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007

– 2017. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Fagen, R. 1993. Primate Juveniles and Primate Play, Juvenile Primates, Life History, Development, and Behavior. New York: Oxford University Press, Inc.

Fagen, R. 1981. Animal Play Behavior. New York: Oxford University Press, Inc. Fox, E. A. 2002. Female Tactics to Reduce Sexual Harassment In The Sumatran

Orangutan (Pongo pygmaeus Abelii). Artikel Behai Ecol Sociobiol 52: 93-101.

Galdikas, B.M.F. 1978. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting Kalimantan Tengah. Jakarta: Universitas Indonesia.

. 1984. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting Kalimantan Tengah. Universitas Indonesia Press. Jakarta

. 1986. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting Kalimantan Tengah. cetakan 2. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Groves CD. 1972. Systematics and Phylogeny of Gibbons. Kargel Basel.

Harteti, S. 2009. Perilaku Orangutan Kalimantan di Taman Safari Indonesia. Pusat Diklat Kehutanan.

Johnson, J., R. Thorstrom, D. Mindell. 2007. Systematics and Conservation of the Hook-Billed Kite Including the Island Taxa from Cuba and Grenada. Animal Conservation 10: 349-359.

Kuncoro, P. 2004. Aktivitas Harian (Pongo pygmaeus) di Hutan Lindung Pegunungan Merantus, Kalimantan Timur. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana. Bali.

, Sudaryanto, L. P. E. K. Yani. 2008. Perilaku dan Jenis Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760) di Kalimantan. JurnalBiologi XI (2): 64-69 ISSN: 14105292


(46)

53

Kurniawan, I. 2015. Studi Perilaku Harian Orangutan (Pongo pygmaeus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Bandar Lampung. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung. Tidak dipublikasikan

Krisdijantoro, A. 2007. Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus linnaeus, 1760) di Hutan Mentoko Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Maple TL. 1980. Orangutan Behavior. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

, Wilson ME, Zucker EL. and Wilson SF. 1978. Notes on The Development of A Mother Reared Orangutan: the first six months.

Primates 19: 593-602.

Mawarda, A.P. 2010. Perilaku Harian Orangutan (Pongo Pygmaeus) Dalam Konservasi Ex Situ di Kebun Binatang Surabaya. Skripsi, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh November.

MacFarland D. 1993. Animal Behaviour. England: Longman Scientific and Technical.

MacKinnon, J.R. 1974. The Behaviour and Ecology of Wild Orangutan (Pongo pygmaeus). Animal Behavior 22: 3-74.

Meijaard, E., Rijksen, H.D., Kartikasari, S.N. 2001. Di Ambang Kepunahan !, Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Penyunting S.N. Kartikasari. The Gibbon Foundation Indonesia. Jakarta.

Nikmaturrayan, S. K. Widyastuti, I. G. Soma. 2013. Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali safari and Marine Park, Gianyar. Indonesia Medicus Veterinus. 2013 2(5) : 496 – 503

Poirier FE, Bellisari A, Haines L. 1977. Functions of Primate Play Behavior, Social Play in Primates. New York: Academic Press Inc.

Prayogo, H., Thohari, A.M., Sholihin, D.D., Prasetyo, dan L.B. Sugardjito. 2014. Karakter Kunci Pembeda Antara Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) Dengan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. Vol. 16, No.1, Maret 2014: 61 - 68

Rijksen, H.D. 1978. A Fieldstudy on Sumatran Orangutans (Pongo pygmaeus abelii Lesson 1827) Ecology, Behaviour and Conservation. Modelingen Landbouwhogeschool Waageningen. H. Veenman & Zonen B.V. Wageningen.


(47)

54

, E. Meijaard. 1999. Our Vanishing Relative: The Status of Wild Orangutans at The Close The Twentieth Century. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht.

Rushayati, S.B., H. Arief. 1997. Kondisi Fisik Ekosistem Hutan di Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi Edisi Khusus, hlm 67-74.

Sasmita, R., M.Z. Arifin, W. Subagio, K.I. Soedarto. 1983. Insiden Nematoda Saluran Pencernaan pada Beberapa Jenis Primata di Kebun BinatangSurabaya. Prosiding Simposium Nasional Penyakit Satwa Liar. FKH Unair. Surabaya.

Simanjuntak, C.N. 1998. Perilaku Harian Anak Orangutan (Pongo pygmaeus) di Katambe, Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Tenggara. Jurnal Primatologi Indonesia 2: 30-33

Sinaga T.1992. Studi Habitat dan Perilaku Orangutan (Pongo pygmaeus abelii) di Bahorok Taman Nasional Gunung Leuser. Thesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Singleton, I., Wich, S.A., Husson, S., Stephens, S., U. Atmoko, S.S., Leighton, M., Rosen, N., Traylor-Hozer, K., Lacy, R., and O. Byers. 2004. Final Report Orangutan Population and Habitat Viability Assessment 15-18 January 2004, Jakarta, Indonesia.

Sjahfirdi, L., A.R.M. Putri., H. Maheswari., P. Astuti., D.P. Ningtyas. dan G.R.Budiarti. 2009. Perilaku Makan dan Preferensi Orangutan {Pongo pygmaeus (Linnaeus 1760)} Muda di Penangkaran. Seminar Nasional MIPAnet. Bridging MIPA and Society. Bali.

Suhandi, A.P. Yoza, D. Arlita, T. 2015. Perilaku Harian Orangutan (Pongo pygmaeus Linnaeus) Dalam Konservasi Ex-Situ di Kebun Binatang Kasang Kulim Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jurnal Online Mahasiswa Faperta Vol.2 No.1 februari 2015.

Suhud, M. dan C. Saleh. 2007. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Habitat Orangutan. WWF-Indonesia. Jakarta. Indonesia.

Supriatna, J. dan E.H. Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia.

Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. 2009. Informasi Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Bandar Lampung.


(48)

55

. 2015. Informasi Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Bandar Lampung.

Tanudimadja, K. 1978. Ethology. Sub Proyek Latihan Animal Wildlife Conservation. Bogor.

Wardiningsih, S. D. Satrapradja, S. Adisoemarto, dan M. A. Rifai. 1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Wich, S.A, Meijaard, E., Marshall, A.J, Huson, S., Ancrenaz, M., Robert, C.L.,

van Schaik, C.P., Sugardjito, J., Simorangkir, T., Kathy, T.H, Doughty, M., Supriatna, J., Dennis, R., Gumal, M., Knott, C.D., & Singleton, I. 2008. Distribution and conservation status of the orang-utan (Pongo spp) on Kalimantan and Sumatera: how many remain? Oryx, 43(3)329-339.

Van Hoeve, W. 1996. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Zuhra, R., D.P. Farajallah., E. Iskandar. 2009. Aktivitas Makan Orangutan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Jakarta. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.21-26

Sumber Internet

Climate-Data.org. 2015. Iklim_ Grafik iklim - Perkebunan dan Hujan Tropis , grafis Suhu, tabel Iklim - Climate-Data.org.html

Diakses Juli 2015

IUCN. 2015. IUCN Red List of Threatened Species.Version 2015.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 30 September 2015.


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perilaku harian orangutan di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton terdiri dari perilaku bergerak, perilaku istirahat, perilaku makan, perilaku sosial, perilaku bermain sendiri, dan perilaku lainnya (grooming, dan defekasi).

2. Total lama waktu perilaku harian orangutan selama 18 hari pengamatan yaitu 10800 menit (180 jam). Perilaku paling tinggi ditunjukkan pada perilaku istirahat 60,41% (6.524 menit dari total waktu perilaku harian orangutan); perilaku makan 17,35% (1.874 menit); perilaku bergerak 10,56% (1.140,5 menit); perilaku sosial 5,27% (569 menit); perilaku bermain sendiri 4,65% (502 menit); dan perilaku lainnya 1,76% (190,5 menit).

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai manajemen pengelolaan satwa yang baik khususnya untuk orangutan di TASWBK.

2. Perlu adanya tindakan perbaikan kandang menyerupai habitat aslinya, dan perbaikan pengelolaan agar orangutan di TASWBK mendapatkan kesejahteraan baik dari segi fisik maupun psikologisnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Atmojo, I. R. 2008. Perilaku Anak Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Safari Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Chalmers N. 1980. Social behaviour in primates. University Park Press: Baltimore.

Chemnick, L. G. and Ryder, O. A. 1993. Chromosomal and mitochondrial DNA variation in orangutans. Journal of Heridity 84: 405-409.

Cuningham, D., C. Forsythe., P. Jeannette. 1988. A Report of Behavioural Lateralization in An Infant Orangutan (Pongo pygmaeus). Primates 30: 249 - 253.

Delgado, R. A. dan C. P. Van Schaik. 2000. The Behavioral Ecology and Conservation of the Orangutan (Pongo pygmaeus) : A Tale of Two Islands. Artikel Evolutionary Anthropology : 201-218.

Dewi, B.S. 2001. Analisis Biaya Makan dan Kandungan Gizi pada Orangutan Rehabilitasi di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Thesis Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

. 2002. Nutrient Analyze of Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) in Tanjung Puting National Park. Center of Borneo, Indonesia. Journal Science and Technology Vol. 8 Number I. ISSN-0853-733x.

, dan A. Setyarso. 2005. Food Analyses of Rehabilitating Orangutan in Tanjung Puting National Park. Indonesia. Prosiding Indonesia Scientific Meeting. Nagoya, Japan.


(3)

52

. 2006. A Nutritional Content Analyses of Supply Food on Infant-Child Rehabilitating Orangutan at Tanjung Puting National Park. Central Borneo. Indonesia. Prosiding Indonesia Scientific Meeting. Hiroshima, Japan.

Dephut. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.53 Tahun 2006 tentang Lembaga Konservasi. Jakarta.

. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007 – 2017. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Fagen, R. 1993. Primate Juveniles and Primate Play, Juvenile Primates, Life History, Development, and Behavior. New York: Oxford University Press, Inc.

Fagen, R. 1981. Animal Play Behavior. New York: Oxford University Press, Inc. Fox, E. A. 2002. Female Tactics to Reduce Sexual Harassment In The Sumatran

Orangutan (Pongo pygmaeus Abelii). Artikel Behai Ecol Sociobiol 52: 93-101.

Galdikas, B.M.F. 1978. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting Kalimantan Tengah. Jakarta: Universitas Indonesia.

. 1984. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting Kalimantan Tengah. Universitas Indonesia Press. Jakarta

. 1986. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting Kalimantan Tengah. cetakan 2. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Groves CD. 1972. Systematics and Phylogeny of Gibbons. Kargel Basel.

Harteti, S. 2009. Perilaku Orangutan Kalimantan di Taman Safari Indonesia. Pusat Diklat Kehutanan.

Johnson, J., R. Thorstrom, D. Mindell. 2007. Systematics and Conservation of the Hook-Billed Kite Including the Island Taxa from Cuba and Grenada. Animal Conservation 10: 349-359.

Kuncoro, P. 2004. Aktivitas Harian (Pongo pygmaeus) di Hutan Lindung Pegunungan Merantus, Kalimantan Timur. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana. Bali.

, Sudaryanto, L. P. E. K. Yani. 2008. Perilaku dan Jenis Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760) di Kalimantan. JurnalBiologi XI (2): 64-69 ISSN: 14105292


(4)

Kurniawan, I. 2015. Studi Perilaku Harian Orangutan (Pongo pygmaeus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Bandar Lampung. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung. Tidak dipublikasikan

Krisdijantoro, A. 2007. Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus linnaeus, 1760) di Hutan Mentoko Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Maple TL. 1980. Orangutan Behavior. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

, Wilson ME, Zucker EL. and Wilson SF. 1978. Notes on The Development of A Mother Reared Orangutan: the first six months. Primates 19: 593-602.

Mawarda, A.P. 2010. Perilaku Harian Orangutan (Pongo Pygmaeus) Dalam Konservasi Ex Situ di Kebun Binatang Surabaya. Skripsi, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh November.

MacFarland D. 1993. Animal Behaviour. England: Longman Scientific and Technical.

MacKinnon, J.R. 1974. The Behaviour and Ecology of Wild Orangutan (Pongo pygmaeus). Animal Behavior 22: 3-74.

Meijaard, E., Rijksen, H.D., Kartikasari, S.N. 2001. Di Ambang Kepunahan !, Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Penyunting S.N. Kartikasari. The Gibbon Foundation Indonesia. Jakarta.

Nikmaturrayan, S. K. Widyastuti, I. G. Soma. 2013. Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali safari and Marine Park, Gianyar. Indonesia Medicus Veterinus. 2013 2(5) : 496 – 503

Poirier FE, Bellisari A, Haines L. 1977. Functions of Primate Play Behavior, Social Play in Primates. New York: Academic Press Inc.

Prayogo, H., Thohari, A.M., Sholihin, D.D., Prasetyo, dan L.B. Sugardjito. 2014. Karakter Kunci Pembeda Antara Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) Dengan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. Vol. 16, No.1, Maret 2014: 61 - 68

Rijksen, H.D. 1978. A Fieldstudy on Sumatran Orangutans (Pongo pygmaeus abelii Lesson 1827) Ecology, Behaviour and Conservation. Modelingen Landbouwhogeschool Waageningen. H. Veenman & Zonen B.V. Wageningen.


(5)

54

, E. Meijaard. 1999. Our Vanishing Relative: The Status of Wild Orangutans at The Close The Twentieth Century. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht.

Rushayati, S.B., H. Arief. 1997. Kondisi Fisik Ekosistem Hutan di Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi Edisi Khusus, hlm 67-74.

Sasmita, R., M.Z. Arifin, W. Subagio, K.I. Soedarto. 1983. Insiden Nematoda Saluran Pencernaan pada Beberapa Jenis Primata di Kebun BinatangSurabaya. Prosiding Simposium Nasional Penyakit Satwa Liar. FKH Unair. Surabaya.

Simanjuntak, C.N. 1998. Perilaku Harian Anak Orangutan (Pongo pygmaeus) di Katambe, Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Tenggara. Jurnal Primatologi Indonesia 2: 30-33

Sinaga T. 1992. Studi Habitat dan Perilaku Orangutan (Pongo pygmaeus abelii) di Bahorok Taman Nasional Gunung Leuser. Thesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Singleton, I., Wich, S.A., Husson, S., Stephens, S., U. Atmoko, S.S., Leighton, M., Rosen, N., Traylor-Hozer, K., Lacy, R., and O. Byers. 2004. Final Report Orangutan Population and Habitat Viability Assessment 15-18 January 2004, Jakarta, Indonesia.

Sjahfirdi, L., A.R.M. Putri., H. Maheswari., P. Astuti., D.P. Ningtyas. dan G.R.Budiarti. 2009. Perilaku Makan dan Preferensi Orangutan {Pongo pygmaeus (Linnaeus 1760)} Muda di Penangkaran. Seminar Nasional MIPAnet. Bridging MIPA and Society. Bali.

Suhandi, A.P. Yoza, D. Arlita, T. 2015. Perilaku Harian Orangutan (Pongo pygmaeus Linnaeus) Dalam Konservasi Ex-Situ di Kebun Binatang Kasang Kulim Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jurnal Online Mahasiswa Faperta Vol.2 No.1 februari 2015.

Suhud, M. dan C. Saleh. 2007. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Habitat Orangutan. WWF-Indonesia. Jakarta. Indonesia.

Supriatna, J. dan E.H. Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. 2009. Informasi Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Bandar Lampung.


(6)

. 2015. Informasi Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Taman Agro, Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Bandar Lampung.

Tanudimadja, K. 1978. Ethology. Sub Proyek Latihan Animal Wildlife Conservation. Bogor.

Wardiningsih, S. D. Satrapradja, S. Adisoemarto, dan M. A. Rifai. 1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Wich, S.A, Meijaard, E., Marshall, A.J, Huson, S., Ancrenaz, M., Robert, C.L.,

van Schaik, C.P., Sugardjito, J., Simorangkir, T., Kathy, T.H, Doughty, M., Supriatna, J., Dennis, R., Gumal, M., Knott, C.D., & Singleton, I. 2008. Distribution and conservation status of the orang-utan (Pongo spp) on Kalimantan and Sumatera: how many remain? Oryx, 43(3)329-339. Van Hoeve, W. 1996. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Zuhra, R., D.P. Farajallah., E. Iskandar. 2009. Aktivitas Makan Orangutan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Jakarta. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.21-26

Sumber Internet

Climate-Data.org. 2015. Iklim_ Grafik iklim - Perkebunan dan Hujan Tropis , grafis Suhu, tabel Iklim - Climate-Data.org.html

Diakses Juli 2015

IUCN. 2015. IUCN Red List of Threatened Species.Version 2015.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 30 September 2015.