KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN SIAMANG (Hylobates syndactylus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON
ABSTRACT
A STUDY ON BEHAVIOR AND ANALYSIS OF DROP IN FEED NUTRITION CONTENT FOR SIAMANG (Hylobates syndactylus)
IN BUMI KEDATON ZOO AND TOURISM PARK
By
ASIS TIYAWATI
Bumi Kedaton Zoo and Tourism Park is an effort of natural conservation to save animals threatened of extinction, and one of those animals is siamang (Hylobates syndactylus). The objective of this research was to find out behavior and drop in feed nutrition content for siamang by using focal animal sampling method and proximate analysis. Observations were conducted before the cages and in the kitchen where the feed weighting was conducted, so that it would not disturb the animal activities. The result showed that siamang daily behavior in the cage was dominated by locomotion activities; 43.5% and 41.18% for males and females respectively. There were 7 types of feed administered to siamang and muli banana had the highest nutrition content amongst these 7 types of feeds. The nutrition necessity fulfillment for siamang in the cage was not sufficient.
Keywords : Siamang, daily behavior, drop in feed, Bumi Kedaton Zoo and Tourism Park
(2)
ABSTRAK
KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN SIAMANG (Hylobates syndactylus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN
WISATA BUMI KEDATON
OLEH
ASIS TIYAWATI
Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton (TASWBK) merupakan salah satu usaha konservasi untuk menyelamatkan satwa yang terancam punah salah satunya adalah siamang (Hylobates syndactylus). Penelitian ini untuk mengetahui perilaku harian dan kandungan gizi pakan drop in siamang menggunakan metode focal animal sampling dan analisis proksimat. Pengamatan dilakukan di kandang satwa dan di dapur tempat penimbangan berat pakan sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku harian siamang didalam kandang penangkaran didominasi oleh aktivitas lokomosi, pada jantan 43,59% dan betina 41,18%. Terdapat 7 jenis pakan yang diberikan dan pada 7 jenis pakan tersebut kandungan gizi yang paling tinggi adalah pisang muli. Jumlah pakan yang diberikan belum memenuhi kecukupan gizi siamang didalam kandang penangkaran.
Kata kunci : Siamang, perilaku harian, pakan drop in, Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton
(3)
KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN SIAMANG (Hylobates syndactylus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN
WISATA BUMI KEDATON
Oleh
ASIS TIYAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
(4)
KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN SIAMANG (Hylobates syndactylus) DI TAMAN AGRO
SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON
(Skripsi)
Oleh : ASIS TIYAWATI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(5)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Hylobates Syndactylus) di Taman Agro
Satwa dan Wisata Bumi Kedaton ... 5
2. Skema Analisis Proksimat Pakan Drop In Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton ... 22
3. Persentase Perilaku harian siamang pada Penelitian Kajian Perilaku Dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Hylobates syndactylus) Di Taman Wisata Bumi Kedaton, Mei 2015 ... 30
4. Tingkat Konsumsi Pakan Drop In Siamang pada Penelitian Kajian Perilaku dan Pakan Drop In Siamang di TASWBK Mei 2015 ... 35
5. Kandang Siamang Betina di TASWBK Mei 2015 ... 38
6. Kandang Siamang Jantan di TASWBK Mei 2015... 39
7. Siamang jantan di TASWBK Mei 2015 ... 66
8. Siamang betina di TASWBK Mei 2015 ... 66
9. Penimbangan pisang muli di TASWBK Mei 2015 ... 67
10. Penimbangan ubi di TASWBK Mei 2015 ... 67
11. Penimbangan timun di TASWBK Mei 2015 ... 68
12. Penimbangan kangkung di TASWBK Mei 2015 ... 68
13. Penimbangan bayam di TASWBK Mei 2015 ... 69
14. Penimbangan kacang panjang di TASWBK Mei 2015 ... 69
15. Penimbangan wortel di TASWWBK Mei 2015 ... 70
(6)
vi
17. Siamang jantan mengeluarkan suara di TASWBK Mei 2015 ... 71 18. Aktivitas siamang betina yang sedang bergelayutan di TASWBK
(7)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C.Tujuan Penelitian ... 2
D.Manfaat Penelitian ... 3
E. Kerangka Pemikiran ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Bio-ekologi ... 6
1. Taksonomi ... 6
2. Morfologi ... 7
B. Habitat dan Penyebaran ... 8
C.Perilaku ... 9
1. Perilaku Istirahat ... 9
2. Perilaku Makan ... 10
3. Perilaku Berpindah ... 11
4. Perilaku Bersuara ... 12
D.Sistem Sosial ... 12
1. Bayi(Infant) ... 13
2. Anak-anak(Juvenile I) ... 14
3. Remaja Besar (Juvenile II) ... 14
4. Pra-dewasa(Sub-adult) ... 14
5. Dewasa(Adult) ... 14
E. Status Konservasi ... 15
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
B. Alat dan Bahan ... 16
C. Batasan Penelitian ... 16
D. Jenis Data ... 17
(8)
ii
2. Data Sekunder ... 17
E. Pengumpulan Data ... 17
1. Pengumpulan Data Primer ... 17
2. Wawancara ... 17
3. Pengumpulan Data Sekunder ... 17
F. Analisis Data ... 18
1. Analisis Kuantitatif ... 18
2. Jumlah Pakan per Hari ... 18
3. Analisis Proksimat... 19
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton ... 23
B. Letak dan Luas ... 24
C. Keadaan Fisik Lokasi Penelitian ... 25
1. Iklim ... 25
2. Topografi ... 25
3. Keadaan Tanah ... 25
4. Flora dan Fauna ... 26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perilaku Harian Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton ... 29
1. Aktivitas Istirahat ... 30
2. Aktivitas Makan ... 31
3. Aktivitas Lokomosi(Bergerak) ... 32
4. Aktivitas Lainnya ... 33
B. Jenis dan Jumlah Pakan Drop In Siamang ... 33
C. Kandungan Gizi Pada Pakan Siamang ... 35
D. Ketersediaan dan Kesesuaian Pakan ... 37
E. Ukuran Kandang ... 38
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Lembar Kerja Jumlah Konsumsi Pakan Per Ekor Per Hari ... 18 2. Daftar Jenis-jenis Tumbuhan di TASWBK ... 26 3. Jenis satwa yang ada di TASWBK ... 27 4. Jenis dan Jumlah Konsumsi Pakan Siamang per hari di Taman Agro
Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Mei 2015 ... 34 5. Hasil Konversi Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang Penelitian
Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Wisata Bumi Kedaton, Mei 2015 ... 36
(10)
Judul Skripsi :
I{ltllN!
PERIIAIII,
DAI{ AF'{ALISI$'nnilOUnCAN
C'tZIPAIiAN DROP tN,SIAI}IAFI
$
(WIoMtes
qmdacffiu$1 Dt
TAIIIAITT AGKO SNNTE DAII
IIIISAIA
.BUIII
KEDAION
. Nama Mahasiswa:,
Nomor Pokok Mahasiswa Jurusan
Fakultas'
',
,.
''r{Fis
:
il1ar
tctt
1'1tr4tr51009 Kehutanan FertanianFIDT{IETUJUI
'l
1. KomisiPembimbing
Ii. Yusuf
lllldodo,
!f.P.
NIP 195601091985051005
Dr. Ir.
Agtrs
etlawanr
FI.SLNrP
19590811198s51001
P.
Harlanto, l[.S.
(11)
Abtrai
lt[S;
9€7,,p?1OO1i:.'.",1 r..,''.":,.;' 1,
6qH
n
(12)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobilalamin
,Dengan rendah hati kupersembahkan karyaku ini kepada orang-orang yang saya cintai dan sayangi
Ayahanda Eduan dan Ibunda Maryati tercinta Saudara-saudaraku tersayang,
dan Almamater yang kubanggakan Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
(13)
MOTO
“
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda
bagi orang-
orang yang berakal”
(Q.S Ali Imron : 190)
“Sesungguhnya yang mendapat kemenangan (kebahagiaan) adalah
orang-
orang suci Nyawanya”
(Q.S As-Syams : 9)
“Kalau hidup sekedar hidup babi di hutan juga hidup, kalau
kerja sekedar kerja monyet di hutan juga bekerja”
(14)
17 September 2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 12 agustus 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Eduan dan Ibu Maryati.
Penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Tunas Harapan Bandar Lampung pada tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Tunas Harapan Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 22 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Perintis 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa pada Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur PMPAP dan mengambil Jurusan Kehutanan. Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Universitas Lampung, baik organisasi internal maupun eksternal kampus. Pada tahun 2012 penulis menjadi Anggota Utama Himasylva (Himpunan Mahasiswa Kehutanan). Tahun 2012/2013 dalam periode kepengurusan penulis tercatat aktif sebagai anggota Bidang Kerumahtanggaan. Selain organisasi internal kampus, penulis aktif dalam organisasi eksternal kampus, yaitu Kumpulan Pemuda Pemudi Lampung Sungkai
(15)
(KPPLS) dan selalu aktif dalam berbagai acara adat maupun festival Daerah Lampung. Pada tahun 2012 penulis mendaftarkan diri sebagai perwakilan Mahasiswa Kehutanan dalam acara TVRI yaitu Pantun Setimbalan sebagai bentuk pelestarian muda mudi masyarakat Lampung.
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum Kehutanan di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ledok, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, Perum Perhutani Devisi I Regional Jawa Tengah dan telah
menyelesaikan laporan yang berjudul “Sistem Pengamanan Hutan Jati (Tectona grandis) di RPH Kejalen BKPH Ledok KPH Cepu Devisi Regional Jawa
Tengah”.
Kemudian pada Januari 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Negeri Kelumbayan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus dan pada tahun yang sama penulis telah menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Kehutanan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul skripsi “Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton”.
(16)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir, adalah atas bantuan, motivasi, bimbingan, ide dan dorongan bahkan fasilitas moril dan materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
(1) Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto., M.S., selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan, saran dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
(2) Bapak Ir. Yusuf Widodo., M.P., selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
(3) Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan., M.si., selaku Pembahas yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
(17)
(4) Bapak Indriyanto, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.
(5) Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.
(6) Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bapak/Ibu WD I, WD II, WD III serta seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah membantu penulis.
(7) Bapak kepala Bumi Kedaton, Kepeer Satwa Bumi Kedaton terimakasih informasi yang sangat membantu selama penelitian serta tim peneliti kepada Indri Firdilasari, Dwi Suherli, dan Tri Hardina Setiyo yang membantu penulis selama penelitian.
Penulis sangat berterimakasih atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,
(18)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siamang (Hylobates syndactylus) adalah kera hitam yang berlengan panjang dan hidup pada pohon-pohon. Siamang merupakan spesies terancam karena deforestasi habitatnya cepat. Satwa yang dilindungi makin marak dimiliki perorangan secara illegal atau dengan kata lain prosedur pemeliharaannya sering tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah. Pemerintah telah menyediakan suaka alam (kawasan tempat berlindung dan berkembang biaknya satwa liar) seperti taman nasional, suaka margasatwa, dan cagar alam dengan tujuan untuk menjamin kelestarian satwa liar dari ancaman kepunahan dan memanfaatkan secara optimal.
Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton (TASWBK) merupakan taman wisata yang bertujuan untuk melestarikan kehidupan satwa liar di Indonesia. TASWBK yang diresmikan sejak 20 Oktober 2004 berorientasi pada lingkungan dan pengetahuan dengan misi turut dalam upaya pelestarian satwa langka dan terancam yang mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya penegakan hukum dan penertiban pemeliharaan satwa liar yang dilindungi hukum Indonesia.
Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu satwa yang hampir punah, diselamatkan dan ditampung di TASWBK sebelum dikembalikan ke habitatnya. Siamang merupakan kera hitam berlengan panjang yang ditumbuhi oleh rambut
(19)
2
yang lebat di sebagian besar tubuhnya, kecuali wajah, jari, telapak tangan, ketiak, dan telapak kaki mereka. Siamang lebih aktif pada siang hari, mereka bersosialisasi pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua atau tiga ekor siamang.
Pemberian pakan berupa sayur dan buah segar dengan komposisi pakan berdasarkan berat tubuh dengan kebutuhan gizi meliputi protein, lemak dan vitamin yang diperlukan setiap harinya selama dipenangkaran dibandingkan dengan kebutuhan gizi dihabitat alaminya.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah
1. Apa saja jenis pakan drop in siamang dalam penangkaran di TASWBK 2. Berapa nilai kandungan gizi dalam pakan drop in siamang pada penangkaran
di TASWBK.
3. Bagaimana perilaku atau aktivitas siamang dalam penangkaran selama dalam penelitian di TASWBK guna mendukung upaya konservasi satwa siamang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui jenis pakan drop in siamang dalam kandang pemeliharaan di TASWBK.
2. Mengetahui nilai kandungan gizi dalam pakan drop in siamang di TASWBK.
(20)
3
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
1. Sebagai bahan pertimbangan TASWBK dalam pengelolaan pakan yang diberikan.
2. Memberikan informasi kandungan gizi pakan kepada TASWBK yang dibutuhkan selama kandang penelitian.
3. Memberikan informasi aktifitas harian siamang dalam pemeliharaan di TASWBK.
E. Kerangka Pemikiran
Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama disebabkan oleh hilangnya tutupan hutan sebagai habitat alaminya. Hal ini terlihat dari populasi siamang yang telah kehilangan sekitar 66% habitat aslinya, yang semula luas 340.000 km² menjadi hanya 120.000 km². Jumlah siamang di alam diperkirakan sekitar 31.000 ekor yang mendiami daerah seluas 20.000 km² dari habitat yang tersisa (Supriatna dan Wahyono, 2000). Sementara penyebaran satwa langka ini terbatas di Pulau Sumatera dan beberapa wilayah semenanjung melayu, menempati hutan tropis dataran rendah dan hutan tropis pegunungan hingga ketinggian 2.000 m dpl. Saat ini populasi siamang yang tersisa di Sumatera sebagian besar hanya terdapat di kawasan lindung dan konservasi (Nijman dan Geissman, 2006).
(21)
4
Siamang merupakan hewan omnivora. Sekitar 75% makanan mereka adalah buah, sisanya daun, bunga, biji-bijian, dan kulit kayu. Mereka juga memakan serangga, laba-laba, telur burung, dan burung kecil. Karena takut air siamang akan mencelupkan kaki depannya kedalam air atau menggosok tangan pada daun yang basah dan menghisap air pada bulu kakinya sebagai minuman.
Siamang yang dipelihara secara illegal akan menyebabkan kepunahan pada primata tersebut, dengan pemberian makan yang asal-asalan dan sifat liar dari siamang yang akan menghilang. Oleh karena itu, adanya penangkaran di TASWBK merupakan salah satu upaya konservasi, sebagai tempat wisata yang berorientasi terhadap lingkungan dan pengetahuan maka perlu dilakukan penelitian kajian aktivitas harian dan pakan drop in untuk mengetahui perilaku harian, jenis pakan, palabilitas pakan dan kandungan gizi siamang yang terdapat di TASWBK.
Penelitian ini menggunakan metode scan sampling untuk mengetahui dan menghitung persentase aktivitas harian siamang dan analisis deskriptif untuk mengetahui jenis pakan siamang dan sistem analisis proksimat untuk mengetahui kandungan gizi pakan drop in siamang serta metode pendekatan komposisi bahan pangan Indonesia.
Data jenis pakan, dan kandungan gizi drop in siamang di TASWBK diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah dengan kesesuaian pengelolaan pakan yang diberikan untuk mendukung upaya konservasi dari pemerintah.
(22)
5
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Hylobates Syndactylus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton.
TASWBK
Penelitian
- Kadar air - Kadar abu - Serat
- Lemak
- Protein Siamang
(Hylobates syndactylus)
Perilaku
Analisis deskriptif di kandang pemeliharaan
siamang Analisis proksimat
Pakan Drop In
- Makan
- Lokomosi
- Istirahat FAS
Identifikasi Perilaku dan Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Hylobates syndactylus)di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton
(23)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bio-ekologi 1. Taksonomi
Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and Napier, 1986).
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Primata Famili : Hylobatidae Genus : Hylobates
Spesies : Hylobates syndactylus Raffles.
Siamang (Hylobates syndactylus) hidup di pulau Sumatera Indonesia, Semenanjung Malaysia, dan Thailand. Primata bertangan panjang ini mendiami habitat berupa hutan tropis. Spesies primata ini sering ditemukan di daerah pada ketinggian di atas 300 meter dpl, meskipun sering dijumpai pula di daerah dataran rendah. (Napier and Napier, 1986).
(24)
7
2. Morfologi
Siamang merupakan anggota keluarga Hylobatidae yang paling besar. Panjang rentang tangan mencapai 1,5 m dengan panjang badan berkisar 800−900 mm. Berat tubuh rata-rata siamang dewasa sekitar 11,2 kg. Rambut siamang, baik jantan maupun betina berwarna hitam pekat, kecuali rambut di muka yang berwarna kecokelatan (Supriatna dan Wahyono, 2002). Famili Hylobatidae memiliki rentang tangan hampir dua kali panjang tubuhnya. Lengan famili Hylobatidae juga langsing dengan jemari yang panjang dan agak melengkung seperti kait, ibu jari pendek dan sangat jenjang dari telapak tangan jika dibandingkan dengan yang ada pada kera lain ataupun pada manusia. Sendi di antara ibu jari dan pergelangan tangan berupa sendi peluru sehingga membuat mobilitasnya meningkat (Chivers, 1974).
Menurut Dixon (1981), Siamang merupakan jenis kera tidak berekor yang paling besar dibanding dengan jenis Hylobates lainnya, mempunyai kantung suara dan lengan yang lebih panjang dan kuat yang memiliki kantung suara di bawah dagu yang dapat dipergunakan untuk resonansi suara ketika bersuara atau berteriak (Napier dan Napier, 1967).
Siamang jantan dan betina memiliki perbedaan, jantan memiliki rambut scrotal yang menjuntai diantara kedua paha, sedangkan betina tidak memiliki scrotal. Ukuran tubuh siamang betina relatif lebih kecil dibandingkan dengan siamang jantan, berat tubuh betina kurang lebih 92% dari berat jantan (Fedigan, 1992).
(25)
8
B.Habitat dan Penyebaran
Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwa-satwa liar (Alikodra, 1990). Guna mendukung keberlangsungan kehidupan siamang, diperlukan satu kesatuan kawasan yang menjamin keberlangsungan hidupnya yaitu kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan yang dipergunakan untuk tempat hidup dan berkembangbiak. Siamang menempati hutan tropis primer atau sekunder mulai dataran rendah hingga perbukitan dengan ketinggian 3.800 m (Harianto, 1988).
Siamang banyak mendiami hutan di Pulau Sumatera. Siamang hidup monogami dengan pasangan jantan dan betina yang tetap dan diikuti oleh beberapa anak. Siamang adalah kelompok primata sejati hutan yang membutuhkan pohon untuk mempertahankan hidupnya. Siamang membutuhkan hutan sebagai tempat mencari makan, bermain, beristirahat, dan melakukan aktivitas sosial lainnya (Larasati, 2009).
Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata di Pulau Sumatera. Di luar wilayah Indonesia, populasi asli siamang hanya ditemukan di Semenanjung Malaysia dan sedikit areal di Thailand (Nijman & Geissman, 2008). Siamang termasuk dalam kategori terancam punah (endangered) berdasarkan IUCN Red List 2009 (Nijman & Geissman, 2008). Berdasarkan tingkat kerentanan terhadap perdagangan satwaliar, siamang tergolong Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild
(26)
9
Fauna and Flora), yang jumlahnya sudah sangat sedikit di alam sehingga perdagangannya diawasi dengan sangat ketat oleh pemerintah.
C. Perilaku
Menurut Tanudimadja dan Kusumamihardja (1985), tingkah laku hewan adalah tindak tanduk hewan yang terlihat dan yang saling berkaitan baik secara individual maupun secara bersama-sama. Tingkah laku merupakan pula cara hewan tersebut berinteraksi secara dinamik dengan lingkungannya, baik dengan makhluk hidup maupun benda-benda lainnya. Kehidupan setiap satwa mempunyai bentuk atau corak tingkah laku dan kehidupan sosial tertentu yang tidak terpengaruh langsung oleh lingkungan fisik habitatnya. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku dapat bermodifikasi akibat pengaruh lingkungan seperti dalam penyediaan jumlah dan jenis makanannya (Chivers,1974). Aktivitas siamang dalam kehidupannya sehari-hari dapat dibedakan berdasarkan perilaku berikut.
1. Perilaku Istirahat
Pada saat istirahat siamang menghindari teriknya sinar matahari dengan cara turun ke bagian tajuk yang paling rendah. Pada periode istirahat terjadi interaksi sosial antara anggota kelompoknya melalui kegiatan berkutu-kutuan dan duduk bersama dimana jantan dewasa merupakan kegiatan pusatnya. Kegiatan istirahat akan meningkat sejalan dengan penurunan intensitas makan selama aktivitas berlangsung (Chivers, 1972).
(27)
10
2. Perilaku Makan
Makan adalah aktivitas yang menghabiskan waktu paling besar setiap jam dan setiap hari bila dibandingkan dengan bergerak dan hampir berimbang dengan waktu istirahatnya. Pada saat memilih pakan, seekor hewan dengan nalurinya akan memilih bahan pakan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, tidak membahayakan kesehatan, dan mempunyai bau serta cita rasa yang sesuai dengan seleranya (Sutardi, 2008). Siamang sangat selektif dalam memilih pakannya, hal tersebut berkaitan dengan strategi makan dan ketersediaan pakan.
Matsuzawa (1950) menyatakan bahwa primata pada umumnya menyukai pakan dengan rasa manis. Siamang akan banyak memakan buah ketika musim buah tiba, tapi ketika tidak ada akan lebih banyak mengkonsumsi pucuk daun (Harianto, 1988). Kelompok siamang dapat melakukan kegiatan makan pada pohon yang sama untuk 2 sampai 3 hari berturut-turut dengan sesekali melakukan penjelajahan dan biasanya tidur pada pohon yang berdekatan dengan pohon sumber makanan tersebut. Lamanya kegiatan makan di suatu pohon sangat bervariasi terutama ditentukan oleh jenis dan kelimpahan makanan (Rinaldi, 1992).
Penyebaran pakan sangat penting bagi individu dengan status sosial yang rendah karena dapat mempermudah akses ke sumber pakan dan mengurangi risiko adanya gangguan dari individu dominan (Heulin dan Cruz, 2005). Kelompok siamang ini memiliki insting yang cukup tinggi terhadap cuaca. Apabila cuaca mulai mendung biasanya kelompok siamang ini akan mempercepat
(28)
11
aktivitasnya dan bergerak ke bagian hutan yang lebih aman. Aktivitas makan juga tetap dilakukan oleh kelompok siamang ini ketika sedang hujan dengan memanfaatkan sumber makanan yang ada di pohon tempat siamang berteduh, akan tetapi aktivitas makan ini lebih sedikit dibandingkan saat cerah. Pergerakan siamang setiap hari lebih banyak tujuannya untuk mencari makan (Sipayung, 2011).
3. Perilaku Berpindah
Bismark (1986) mengatakan bahwa marga Hylobatidae melakukan aktivitas bergerak atau berpindah dalam kaitannya dengan pengontrolan wilayah dan aktivitas pencarian serta pemilihan pohon pakan yang kesemuanya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta merupakan upaya kelompok untuk menghindari predator atau bahaya. Siamang adalah satwa arboreal, oleh karena itu satwa ini sangat membutuhkan tumbuh-tumbuhan terutama pohon sebagai tempat melakukan aktivitas hariannya.
Nurcahyo dalam penelitiannya mengenai pola jelajah harian siamang yang dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober 1998, menyebutkan bahwa day range siamang sejauh 672 meter. Berdasarkan penelitian pada bulan Februari 2001 hingga Januari 2002 di lokasi yang sama terjadi peningkatan day range menjadi 898 meter (Nurcahyo, 2001). Betina lebih sering memimpin pada saat melakukan penjelajahan dalam wilayahnya dari pada jantan. Seringkali betina jalan duluan dan kadang menunggu untuk beberapa saat kemudian kembali ke belakang jika anggota yang lain tidak mengikuti (Chivers, 1974).
(29)
12
Aktivitas berpindah siamang adalah suatu pergerakan siamang untuk berpindah tempat untuk mencari sumber pakan dan tempat bermain maupun untuk mencari pohon yang digunakan untuk istirahat atau tidur, Aktivitas bergerak siamang menggunakan pohon-pohon di strata menengah dengan tinggi pohon 15−30 m seperti damar (Shorea javanica) dan bayur (Pterospermum javanicum) (Yuliana, 2012).
4. perilaku bersuara
Menurut Arifin (1991) dalam bugiono (2001), bersuara adalah salah satu karakteristik yang dimiliki satwa arboreal pemakan daun yang merupakan sistem isyarat yang efektif antara satu kelompok dengan kelompok lain. Kegiatan bersuara didalam kelompok primate diduga merupakan salah satu mekanisme dalam rangka pemanfaatan ruang (space mechanism).
D. Sistem Sosial
Komposisi serta struktur sosial famili Hylobatidea mempunyai keunikan yaitu membentuk kelompok inti berupa keluarga kecil sehingga berbeda dengan kerabat kera-kera lain. Marga Hylobates menganut sistem monogami yaitu hanya terdapat satu pasang jantan dan betina dewasa ditambah satu sampai tiga individu muda dalam keluarga (Tenaza, 1975). Individu pada jenis yang sama akan memiliki kebutuhan yang sama dan cara untuk mendapatkan relatif sama, sehingga dalam memenuhi kebutuhan tersebut satu individu memerlukan interaksi dengan individu lainnya sehingga terjadilah hubungan dan berlanjut antar beberapa individu yang lebih banyak. Hubungan tersebut
(30)
13
akan menghasilkan suatu aturan sosial dan membentuk struktur sosial dengan kebiasaan yang diterapkan dalam kelompok tersebut (McFarland, 1999).
Siamang merupakan primata yang bersifat monogamous.Memiliki kelompok yang kecil yang hanya terdiri dari satu jantan dewasa, satu betina dewasa, dan beberapa individu muda. Menurut Kawabe (1970), komposisi tiap
kelompok siamang dapat berjumlah antara 3−6 ekor. Individu siamang akan
siap untuk melakukan perkawinan pada umur 8−9 tahun. Masa kehamilan antara 7−8 bulan dengan jarak kelahiran antara 2−2,5 tahun. Masa hidup dapat mencapai
25 tahun (Supriatna dan Wahyono, 2002). Suku Hylobatidae hidup secara berkelompok dan mempertahankan teritorinya dengan suara atau tanda-tanda khusus lainnya (Alikodra, 2002). Betina berperan menentukan arah pergerakan dan bertanggungjawab terhadap pertemuan dengan kelompok lain. Akan tetapi apabila ada konflik di antara kelompok, betina tidak terlibat karena betina tidak mempunyai hirarki dominan (Van, Assink, dan Salafsky, 1992). Gittin dan Raemaekers (1980), membagi kelas umur pada siamang ke dalam lima kelas umur berbeda berdasarkan ukuran badan dan tingkat perkembangan perilaku sebagai berikut.
1. Bayi (infant)
Individu siamang yang termasuk ke dalam kelas umur ini adalah individu yang baru dilahirkan hingga umur 2 tahun dengan ukuran tubuh yang sangat kecil. Bayi siamang belum bisa beraktivitas dan selalu dalam gendongan induk betinanya pada tahun pertama. Induk jantan selanjutnya akan mengambil alih pengasuhan bayi pada tahun kedua (parental care).
(31)
14
2. Anak-anak (Juvenile I)
Juvenile adalah individu yang berumur lebih dari 2 tahun hingga 4 tahun. Badannya kecil namun relatif lebih besar dari bayi serta mampu beraktivitas sendiri, namun cenderung lebih dekat dengan induknya.
3. Remaja Besar (Juvenil II)
Individu yang termasuk ke dalam kelas umur ini adalah individu-individu yang berumur lebih dari 4 tahun sampai 6 tahun. Ukuran tubuhnya sedang dan sering melakukan aktivitas sendiri namun tidak dalam jarak yang sangat jauh dari kelompoknya.
4. Pra-dewasa (Sub-adult)
Umur lebih dari 6 tahun dan mulai memisahkan diri jauh dari kelompoknya, namun masih dalam satu kesatuan kelompoknya. Belum matang secara seksual dan tubuhnya hampir sama dengan ukuran tubuh individu dewasa.
5. Dewasa (Adult)
Secara seksual sudah matang dan telah memisahkan diri dari kelompoknya dan ukuran tubuh telah maksimal. Primata pada umumnya adalah tipikal omnivora (Cowlishaw dan Dunbar, 2000). Siamang dikenal sebagai pemakan daun. Jenis makanannya terdiri dari buah, daun, bunga, dan biji-bijian. Menurut Nurcahyo (1999) pada penelitiannya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, siamang lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dengan prosentase sekitar 52,07% dibandingkan dengan dedaunan (42,63%) dan bunga (5,3%). Siamang memakan
(32)
15
hampir semua bagian tumbuhan seperti daun, buah, biji, dan bunga. Selain itu, satwa ini juga mengkonsumsi beberapa jenis serangga.
E. Status Konservasi
Siamang merupakan salah satu jenis mamalia langka dan telah dilindungi di wilayah Indonesia sejak jaman kolonial Belanda melalui Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang-Binatang Liar 1931 No. 348 dan No. 266 (Dirjen PHPA, 1995 dalam Bashari, 1999). Keberadaan siamang di Indonesia merupakan jenis primata yang dilindungi, Status dilindungi tersebut berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 tentang penetapan siamang sebagai satwa yang dilindungi.
(33)
16
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton (TASWBK), Bandar Lampung. Pada bulan Mei 2015.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, timbangan lion star, lembar pengamatan, timbangan analitik, oven, tang penjepit, kertas saring, gelas ukur, corong, kaca dan alat tulis. Adapun objek penelitian ini adalah 2 ekor siamang yang berada di TASWBK Bandar Lampung.
C. Batasan Penelitian
Adapun batasan penelitian ini adalah :
1. Objek penelitian yaitu 2 ekor siamang di TASWBK Bandar Lampung.
2. Penelitian dilakukan selama 12 hari pada pagi pukul 08.00 WIB sampai sore hari pukul 17.00 WIB.
3. Aktivitas harian siamang di TASWBK Bandar Lampung. 4. Pakan Drop In yang ada di TASWBK Bandar Lampung.
(34)
17
D. Jenis Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan yaitu data tentang aktivitas harian dan pakan Drop In Siamang, jenis pakan, dan komposisi pakan yang diberikan setiap hari.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang mendukung penelitian ini berupa riwayat siamang di TASWBK dan gambaran umum TASWBK. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, pustaka, jurnal dan terbitan lainnya untuk melengkapi data primer dilapangan.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data terbagi menjadi 2 yaitu pengumpulan data primer dan sekunder.
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer pengamatan di lapangan, pencatatan data berdasarkan pemberian berat pakan awal, penimbangan sisa pakan, dan pemberian pakan tambahan.
2. Wawancara
Pengumpulan data primer wawancara dengan keeper siamang tentang jenis pakan dan komposisinya per hari.
3. Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder studi pustaka yaitu kegiatan mengumpulkan data dari berbagai literatur dan media elektronik.
(35)
18
F. Analisis Data 1. Analisis kuantitatif
Analisis data dengan menggunakan analisis kuantitatif yaitu persentase nilai kejadian setiap perilaku dari keseluruhan nilai setiap perilaku
dengan rumus :
Keterangan :
A : Persentase frekuensi/intensitas waktu
B : Frekuensi/intensitas aktifitas selama pengamatan C : Total frekuensi/intensitas aktifitas selama pengamatan 2. Jumlah pakan per ekor per hari
Jumlah pakan Drop In yang diberikan setiap harinya akan ditimbang terlebih dahulu sebelum diberikan dan sisa pakan ditimbang kemudian dilakukan analisis proksimat, agar dapat diketahui jumlah pakan yang dikonsumsi dalam bahan kering. Besarnya konsumsi makanan total dihitung dengan rumus : Konsumsi makanan/hari (kg) = berat pakan awal (kg) – berat pakan sisa (kg) (Alikodra, 1990; Susmaleni 2004). Lembar kerja jumlah konsumsi pakan per ekor per hari disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Lembar Kerja Jumlah Konsumsi Pakan per ekor per hari No Tanggal Jenis
pakan per hari (gr)
Sisa pakan per hari (gr)
Konsumsi pakan per hari (gr) 1. 2. 3. Jumlah Total Rerata/hari
(36)
19
3. Analisis Proksimat
Komposisi kandungan gizi pakan Drop In siamang dapat diketahui dengan analisis proksimat. Komposisi kandungan gizi pakan Drop In yang didapat dihitung dengan rumus :
a. Kadar air
Keterangan :
KA : Kadar air (%)
A : Bobot cawan porselein (gram)
B : Bobot cawan porselein berisi sampel sebelum dipanaskan (gram) C : Bobot cawan porselein berisi sampel sesudah dipanaskan (gram)
Kemudian dihitung kadar air rata-rata dengan rumus :
Keterangan :
KA1 : Kadar air pada ulangan 1 KA2 : Kadar air pada ulangan 2
b. Kadar Abu
Keterangan :
KAb : Kadar abu (%)
(37)
20
B : Bobot cawan porselein berisi sampel sebelum diabukan (gram) C : Bobot cawan porselein berisi sampel sesudah diabukan (gram)
Kemudian dihitung kadar abu rata-rata dengan rumus:
Keterangan :
KAb1 : kadar abu pada ulangan ke 1 KAb2 : Kadar abu pada ulangan ke 2
c. Kadar Protein
Keterangan :
N : Besarnya kandungan nitrogen (%) Lblanko : Volume titran untuk blanko (ml) Lsampel : Volume titran untuk sampel ( ml) N Basa : Normalitas NaOH sebesar 0,1 N : Berat atom nitrogen sebesar 14 A : Bobot kertas saring biasa (gram)
B : Bobot kertas saring biasa berisi sampel (gram)
Kadar protein rata- rata dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
KP1 : Kadar protein ulangan ke 1 KP2 : Kadar protein ulangan ke 2
(38)
21
d. Kadar Lemak
Keterangan :
KL : Kadar lemak (%) BK : Kadar bahan kering (%)
A : Bobot kertas saring (gram)
B : Bobot kertas saring berisi sampel sebelum dipanaskan (gram) D : Bobot kertas saring berisi sampel sesudah dipanaskan (gram)
Kadar lemak rata-rata dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
KL1 : Kadar lemak ulangan ke 1 KL2 : Kadar lemak ulangan ke 2
e. Kadar Serat
Keterangan :
KS : Kadar serat (%) A : Bobot kertas (gram)
B : Bobot kertas berisi sampel (gram)
C : Bobot kertas saring whatman ashles (gram)
(39)
22
E : Bobot cawan porselein (gram)
F : Bobot cawan porselein berisi abu (gram)
Analisis proksimat yang akan dilakukan pada penelitian ini, dilakukan di laboraturium dengan menghitung sampel pakan yang sudah dikeringkan.
Skema analisis proksimat disajikan pada Gambar 2.
Pemanasan pada suhu 105° C
Direbus dengan Asam
Direbus Dengan Basa
Pembakaran
Gambar 2. Skema Analisis Proksimat Pakan Drop in Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. (Tillman dkk, 1984)
Analisis proksimat
Sampel Bahan Makanan
Sampel Bahan Kering (BebasAir )
Lemak Nitrogen
Residu
Abu dan serat kasar
(40)
24
IV. GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Taman Agro, Satwa, dan Wisata Bumi Kedaton
Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota Bandar Lampung, merupakan area yang pada awalnya berupa sebidang tanah dan kebun tanaman keras yang terletak di Kelurahan Batu Putu, Kecamatan Teluk Betung Utara.
Pada tanggal 20 Oktober 2004 PT Bumi Kedaton dengan akta Nomer : C-3149 HT.01.01.2004 didirikan dengan sistem penataan lingkungan, serta membuat sarana dan prasarana dengan melakukan kerjasama dengan pihak Taman Nasional Way Kambas. Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton pertama dibuka untuk umum pada hari raya pertama Idul Fitri 1 Syawal 1425 H. Keberdaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort menjadi fasilitas rekreasi masyarakat Kota Bandar Lampung khususnya dan masyarakat Provinsi Lampung umumnya.
Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton merupakan taman wisata yang berbasis edukasi hal ini ditunjukan dengan adanya sejumlah satwa liar yang dilindungi dan ditangkarkan di dalamnya seperti gajah Sumatera
(41)
24
(Elephans maximus sumatranus), beruk (Macaca nemerstrina), siamang (Symphalangus syndactylus), monyet hitam sulawesi (Macaca nigra), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), ayam hutan (Gallus gallus), elang (Folconidae), biawak (Varanus salvator), dan berbagi jenis satwa lainnya (Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, 2009).
B. Letak dan Luas
Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton terletak tujuh kilometer dari pusat Kota Bandar Lampung arah Kampung Sukarame II, Kelurahan Batuputu, Kecamatan Teluk Betung Barat Provinsi Lampung, dengan luas wilayah keseluruhan 30 ha dan 5 ha merupakan wilayah Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton.
Batas-batas wilayah Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : berbatasan dengan Jalan WA. Rahman,
Sebelah selatan : berbatasan dengan kebun Bapak Hi. Fachrudin, Sebelah barat : berbatasan dengan kebun Bapak Syarif Hidayah Sebelah timur : berbatasan dengan kebun Bapak Winarta.
(42)
25
C. Keadaan Fisik Lokasi Penelitian 1. Iklim
Kawasan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton mempunyai curah hujan lebih dari 100 mm/bulan merupakan bulan-bulan basah hanya terjadi pada Desember sampai Maret, curah hujan 60-100 mm/bulan merupakan bulan-bulan lembab terjadi selama 5 bulan dan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan merupakan bulan-bulan kering terjadi pada Mei-Juli (Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, 2009).
2. Topografi
Pada umumnya kawasan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton memiliki topogarfi bergelombang ringan sampai berat, serta sebagian kecil datar. Ketinggian 153 meter dpl dan kemiringan lereng yang bervariasi dari landai sampai berbukit.
3. Keadaan tanah
Jenis tanah di Wilayah ini berasal dari bahan induk batuan vulkanik muda dan terbentuk dengan fisiologi pegunungan serta beriklim basah. Tanah ini termasuk jenis Inceptisol (tanah yang baru berkembang), dengan kondisi umum sebagai berikut: keadaan tanah cukup dalam, tekstur liat berlempung, struktur kubus membulat (angular blocky), reaksi tanah masam, serta drainase baik.
(43)
26
4. Flora dan Fauna
Berbagai macam fauna dan flora terdapat di TASWBK. Daftar jenis tumbuhan di TASWBK disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar jenis-jenis tumbuhan di TASWBK.
No. Nama Tumbuhan Nama Ilmiah
1. Alpukat Persea americana
2. Belimbing Averrhoa carambola
3. Bungur Lagerstroemia flosreginae
4. Cemara Casuarina equisetifolia
5. Dadap Erythrina fusca
6. Durian Durio zibethinus
7. Jambu Biji Psidium guajava
8. Jati Tectona grandis
9. Jengkol Pithecellobium lobatum
10. Kayu manis Cinnamomum burmanii
11. Kelapa Cocos nucifera
12. Kemiri Aleurites mollucana
13. Kopi Coffea sp.
14. Kuweni Mangifera odorata
15. Mahoni Swietenia mahagoni
16. Maja Aegle marmelos
17. Mangga Mangifera indica
18. Nangka Artocarpus integra
19. Petai Parkia speciosa
20. Petai cina Leucaena glauca
21. Rambutan Nephelium lappaceum
22. Sengon Paraserianthes falcataria
23. Sirsak Annona muricata
24. Sukun Artocarpus communis
25. Tangkil Gnetum gnemon
(44)
27
Berdasarkan Tabel 2 Jenis vegetasi yang ada di dalam kawasan TASWBK sebanyak 26 jenis vegetasi dan didominasi oleh tumbuhan Jati (Tectona grandis) . Vegetasi TASWBK banyak dimanfaatkan oleh salah satu satwa yaitu kera ekor panjang (Macaca fascicularis) untuk aktivitas mereka berayun dan makan, karena jenis satwa ini diliarkan oleh pengelola TASWBK karena dianggap tidak mengganggu aktivitas pengunjung.
Saat ini koleksi satwa yang ada di TASWBK berjumlah 48 jenis. Satwa-satwa tersebut ditempatkan pada kandang-kandang yang terbuat dari besi. Jenis satwa yang ada di TASWBK disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis satwa yang ada di TASWBK
No. Nama Jumlah (ekor) Nomor Kandang
1. Angsa 6 43
2. Ayam arab 4 9
3. Ayam hutan 7 9
4. Ayam jambul 1 11
5. Ayam kalkun 8 42
6. Ayam merak 3 13
7. Ayam merak biru anak 4 13
8. Ayam merak biru dewasa 1 13
9. Ayam merak silangan 3 13
10. Ayam mutiara 2 10
11. Ayam silangan 7 42
12. Beruang madu 4 -
13. Beruk 5 24
14. Biawak 2 -
15. Binturung 1 20
16. Buaya 2 39
(45)
28
No. Nama Jumlah (ekor) Nomor Kandang
18. Burung jambul putih 2 10
19. Burung merpati 2 34
20. Burung merpati 2 38
21. Burung rangkong 1 2
22. Burung tong-tong 2 34
23. Gajah 2 -
24. Harimau sumatera 1 18
25. Iguana 3 38
26. Kambing adu garut 2 -
27. Kambing ettawa 2 -
28. Kambing gembel 2 -
29 Kambing tanduk empat 2 -
30. Kuda poni 3 -
31. Kuda tunggang 2 -
32. Kukang 3 15
33. Landak 2 3
34. Lutung 2 47
35. Monyet 4 48
36. Musang bulan 1 21
37. Onta 1 21
38. Owa merah 1 31
39. Pheasant golden 2 32
40. Pheasant Ladys 4 32
41. Pheasant Silangan 4 32
42. Pheasant Silver 4 32
43. Rusa jawa 1 23
44. Rusa sambar 0 23
45. Rusa sitatungga 1 23
46. Rusa tutul 14 23
47. Siamang 4 28
(46)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton (TASWBK) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pakan drop in siamang yang ada di TASWBK terdapat 7 jenis yaitu ubi, kangkung, bayam, kacang panjang, wortel, timun, dan pisang muli. 2. Kandungan gizi tertinggi yang terdapat pada jenis pakan drop in siamang
adalah pisang muli dan merupakan pakan yang paling banyak dikonsumsi oleh siamang per harinya yaitu 780 gram.
3. Aktivitas harian siamang jantan hampir sama dengan betina meskipun dalam kandang yang berbeda yaitu lebih didominasi oleh lokomosi (bergerak) dengan bergelayutan dan bersuara.
B. Saran
Saran yang terkait pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seharusnya pakan yang diberikan 2x sehari yaitu pada pagi dan sore hari 2. Ukuran kandang siamang jantan harus lebih diperbesar agar bisa lebih leluasa
bergerak seperti siamang betina untuk mengurangi stress, minimal ukuran kandang tersebut adalah 5 m x 10 m.
(47)
41
3. Perlu dilakukan upaya untuk mengawinkan siamang jantan dan betina agar dapat berkembang biak.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar, Jilid 1. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bashari H. 1999. Studi Populasi dan Habitat Siamang (Hylobates syndactylus Raffles 1821) di Kawasan Hutan Konscrvasi HTI PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bismark M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Chivers DJ. 1974. The siamang in Malaysia : A field study of a primate in tropical rain forest. Basel: Karger.
. 1977. The lesser apes. Di dalam: Prince Rainier III of Monaco and Bourne GH, [Eds.]. Primate Conservation. New York: Academic Press. , Gittins SP. 1978. Diagnostic features of Hylobatidae species.
International Zoo Yearbook 18: 57–164.
. 2001. The swinging singing apes: Fighting for food and family in fareast forest. The Apes: Challenges for the 21st century. Conference Proceedings; Brookfield Zoo, May 10-13 2000. Brookfield: Chicago Zoological Society.
Geissmann T. 1995. Hylobatidaes Systematic and Species Identification. International Zoo News42(8): 467-501.
, Nijman V, Dallmann R. 2006. The fate of diurnal primates in southern Sumatera. Hylobatidaes Journal 2: 18-24.
Gittins SP, Raemakers SJJ. 1980. Siamang, Lar, and Agile Hylobatidaes. dalam: Chivers DJ, [Eds.]. Malayan Forest ess.
Harianto SP. 1988. Habitat dan Tingkah Laku Siamang (Hylobates syndactylus) di Calon Taman Nasional Way Kambas, Lampung [thesis]. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
(49)
Napier JR, Napier PH.1967. A Handbook of Living Primates. London: Academic Press.
, Napier PH. 1985. The Natural History of The Primates. London: Academic Press.
Nurcahyo A. 1999. Studi Perilaku Harian Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. (Skripsi). Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.
Rinaldi D. 1992. Penggunaan Metode Triangle dan Concentration Count dalam Penelitian Sebaran dan Populasi Hylobatidae (Hylobatidae). Media Konservasi Vol. IV (1):9-21.
Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tillman, A. D., Hartadi. S., Reksohadiprojo. S., Kusumo, P., dan Lebdosukojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 34p.
(1)
Berdasarkan Tabel 2 Jenis vegetasi yang ada di dalam kawasan TASWBK sebanyak 26 jenis vegetasi dan didominasi oleh tumbuhan Jati (Tectona grandis) . Vegetasi TASWBK banyak dimanfaatkan oleh salah satu satwa yaitu kera ekor panjang (Macaca fascicularis) untuk aktivitas mereka berayun dan makan, karena jenis satwa ini diliarkan oleh pengelola TASWBK karena dianggap tidak mengganggu aktivitas pengunjung.
Saat ini koleksi satwa yang ada di TASWBK berjumlah 48 jenis. Satwa-satwa tersebut ditempatkan pada kandang-kandang yang terbuat dari besi. Jenis satwa yang ada di TASWBK disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis satwa yang ada di TASWBK
No. Nama Jumlah (ekor) Nomor Kandang
1. Angsa 6 43
2. Ayam arab 4 9
3. Ayam hutan 7 9
4. Ayam jambul 1 11
5. Ayam kalkun 8 42
6. Ayam merak 3 13
7. Ayam merak biru anak 4 13
8. Ayam merak biru dewasa 1 13
9. Ayam merak silangan 3 13
10. Ayam mutiara 2 10
11. Ayam silangan 7 42
12. Beruang madu 4 -
13. Beruk 5 24
14. Biawak 2 -
15. Binturung 1 20
16. Buaya 2 39
(2)
28
No. Nama Jumlah (ekor) Nomor Kandang
18. Burung jambul putih 2 10
19. Burung merpati 2 34
20. Burung merpati 2 38
21. Burung rangkong 1 2
22. Burung tong-tong 2 34
23. Gajah 2 -
24. Harimau sumatera 1 18
25. Iguana 3 38
26. Kambing adu garut 2 -
27. Kambing ettawa 2 -
28. Kambing gembel 2 -
29 Kambing tanduk empat 2 -
30. Kuda poni 3 -
31. Kuda tunggang 2 -
32. Kukang 3 15
33. Landak 2 3
34. Lutung 2 47
35. Monyet 4 48
36. Musang bulan 1 21
37. Onta 1 21
38. Owa merah 1 31
39. Pheasant golden 2 32
40. Pheasant Ladys 4 32
41. Pheasant Silangan 4 32
42. Pheasant Silver 4 32
43. Rusa jawa 1 23
44. Rusa sambar 0 23
45. Rusa sitatungga 1 23
46. Rusa tutul 14 23
47. Siamang 4 28
(3)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton (TASWBK) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pakan drop in siamang yang ada di TASWBK terdapat 7 jenis yaitu ubi, kangkung, bayam, kacang panjang, wortel, timun, dan pisang muli. 2. Kandungan gizi tertinggi yang terdapat pada jenis pakan drop in siamang
adalah pisang muli dan merupakan pakan yang paling banyak dikonsumsi oleh siamang per harinya yaitu 780 gram.
3. Aktivitas harian siamang jantan hampir sama dengan betina meskipun dalam kandang yang berbeda yaitu lebih didominasi oleh lokomosi (bergerak) dengan bergelayutan dan bersuara.
B. Saran
Saran yang terkait pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seharusnya pakan yang diberikan 2x sehari yaitu pada pagi dan sore hari 2. Ukuran kandang siamang jantan harus lebih diperbesar agar bisa lebih leluasa
bergerak seperti siamang betina untuk mengurangi stress, minimal ukuran kandang tersebut adalah 5 m x 10 m.
(4)
41
3. Perlu dilakukan upaya untuk mengawinkan siamang jantan dan betina agar dapat berkembang biak.
(5)
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar, Jilid 1. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bashari H. 1999. Studi Populasi dan Habitat Siamang (Hylobates syndactylus Raffles 1821) di Kawasan Hutan Konscrvasi HTI PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bismark M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Chivers DJ. 1974. The siamang in Malaysia : A field study of a primate in tropical rain forest. Basel: Karger.
. 1977. The lesser apes. Di dalam: Prince Rainier III of Monaco and Bourne GH, [Eds.]. Primate Conservation. New York: Academic Press. , Gittins SP. 1978. Diagnostic features of Hylobatidae species.
International Zoo Yearbook 18: 57–164.
. 2001. The swinging singing apes: Fighting for food and family in fareast forest. The Apes: Challenges for the 21st century. Conference Proceedings; Brookfield Zoo, May 10-13 2000. Brookfield: Chicago Zoological Society.
Geissmann T. 1995. Hylobatidaes Systematic and Species Identification. International Zoo News42(8): 467-501.
, Nijman V, Dallmann R. 2006. The fate of diurnal primates in southern Sumatera. Hylobatidaes Journal 2: 18-24.
Gittins SP, Raemakers SJJ. 1980. Siamang, Lar, and Agile Hylobatidaes. dalam: Chivers DJ, [Eds.]. Malayan Forest ess.
Harianto SP. 1988. Habitat dan Tingkah Laku Siamang (Hylobates syndactylus) di Calon Taman Nasional Way Kambas, Lampung [thesis]. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
(6)
Napier JR, Napier PH.1967. A Handbook of Living Primates. London: Academic Press.
, Napier PH. 1985. The Natural History of The Primates. London: Academic Press.
Nurcahyo A. 1999. Studi Perilaku Harian Siamang (Hylobates syndactylus) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. (Skripsi). Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.
Rinaldi D. 1992. Penggunaan Metode Triangle dan Concentration Count dalam Penelitian Sebaran dan Populasi Hylobatidae (Hylobatidae). Media Konservasi Vol. IV (1):9-21.
Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tillman, A. D., Hartadi. S., Reksohadiprojo. S., Kusumo, P., dan Lebdosukojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 34p.