87
4. Kadar Lemak AOAC, 1995
Kertas saring dibentuk seperti tabung dan dikeringkan pada temperatur 105
o
C selama 1 jam. Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan di dalam oven, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang A. Sampel 2-3 g
dimasukkan di dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam Soxhlet. Alat kondensor diletakkan di atas labu lemak. Ekstraksi menggunakan pelarut
heksan secukupnya. Proses dilanjutkan dengan refluks selama 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak menjadi bening. Pelarut yang ada di
dalam labu lemak didestilasi dan pelarut ditampung kembali. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven 105
o
C hingga mencapai bobot tetap, lalu didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemak yang ada di
dalamnya ditimbang B, sehingga dapat diketahui bobot lemaknya.
5. Kadar Protein AOAC, 1995
Kadar protein bahan dianalisis dengan menggunakan metode Kjeldahl. Sebanyak 100-250 mg sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl kemudian
ditambahkan dengan 1.9 ± 0.1 g K
2
SO
4
, 40.0 ± 10 mg HgO, 2.0 ± 0.1 ml H
2
SO
4
pekat, dan 2-3 butir batu didih. Sampel dipanaskan dengan kenaikan temperatur secara bertahap sampai mendidih selama 1-1.5 jam sampai
diperoleh cairan jernih. Setelah didinginkan, isi labu dipindahkan ke dalam labu destilasi dengan dibilas menggunakan 1-2 ml air destilata sebanyak 5-6
kali. Air cucian dipindahkan ke labu destilasi kemudian ditambahkan dengan 8-10 ml larutan 60 NaOH - 5 Na
2
S
2
O
3
. Di tempat yang terpisah, 5.0 mL larutan H
3
BO
3
dan 2-4 tetes indikator merah metil-biru metil dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Labu erlenmeyer kemudian diletakkan di bawah
kondensor dengan ujung kondensor terendam dibawah larutan H
3
BO
3
. Proses destilasi dilakukan sampai diperoleh sekitar 15 ml destilat. Destilat yang
diperoleh diencerkan sampai 50 ml dengan akuades, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0.02 N yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna
menjadi abu-abu. Volume larutan HCl 0.02 N terstandar yang digunakan untuk titrasi dicatat. Tahap yang sama dilakukan untuk larutan blanko sehingga
diperoleh volume larutan HCl 0.02N untuk blanko. Kadar protein dihitung berdasarkan kadar nitrogen N.
Keterangan: V1 = Volume larutan HCl untuk sampel ml
V2 = Volume larutan HCl untuk blanko ml
6. Kadar Pati Metode Somogy Nelson Apriyantono et al. 1989
Kadar total gula dan pati sampel pati dianalisis dengan menggunakan metode fenol sulfat yang mencakup tahapan pembuatan kurva standar larutan
glukosa, persiapan sampel, dan analisis sebagai berikut.
88 Larutan glukosa murni 0.5 ml yang masing-masing mengandung 0.0;
10.0; 20.0; 30.0; 40.0; 50.0; 60.0; 70.0 dan 80.0 μg larutan glukosa ditempatkan dalam tabung reaksi. Ke dalam masing-masing tabung reaksi
tersebut ditambahkan 0.5 ml fenol 5, kemudian diaduk dengan menggunakan vorteks. Sebanyak 2.5 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan secara cepat ke
dalam tabung reaksi tersebut terjadi reaksi eksoterm yang menghasilkan panas. Larutan tersebut didiamkan selama 10 menit, kemudian diaduk lagi
dengan vorteks. Sampel disimpan pada temperatur ruang selama 20 menit sebelum diukur absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 490 nm. Persamaan dan kurva standar larutan glukosa dibuat sebagai hubungan antara konsentrasi larutan glukosa sumbu x dan absorbansi
sumbu y.
Sebanyak 1 g pati dimasukkan secara perlahan ke dalam 100 ml etanol 95 dan dihomogenkan menggunakan pengaduk magnetik. Suspensi pati
kemudian disaring menggunakan kertas saring. Kertas yang berisi residu pati didiamkan semalam di dalam desikator. Residu pati ditimbang sehingga
diketahui bobotnya untuk menghitung pati pada sampel sebelum mengalami pencucian dengan etanol. Setelah pati kering, pati yang terdapat dalam kertas
saring diambil, kemudian dihaluskan dengan mortar. Sebanyak 40 mg pati yang telah dihaluskan ditambah dengan 20 ml akuades, lalu diotoklaf pada
temperatur 105
o
C selama 1 jam. Setelah diotoklaf, sampel didinginkan pada temperatur kamar lalu diencerkan 40 kali.
Sebanyak 0.5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0.5 ml fenol 5 dan dihomogenkan dengan menggunakan
vorteks. Sebanyak 2.5 ml larutan H2SO4 pekat lalu ditambahkan secara cepat ke dalam tabung reaksi, sehingga terjadi reaksi eksoterm yang menghasilkan
panas. Larutan sampel kemudian didiamkan selama 10 menit pada temperatur ruang, diaduk dengan vorteks dan didiamkan kembali selama 20 menit pada
temperatur ruang. Nilai absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 490 nm. Kadar glukosa μgml ditentukan dengan menggunakan kurva standar. Kadar total gula bb diperoleh dari kurva
standar, sedangkan kadar pati bb dihitung dengan mengalikan kadar total gula dengan faktor 0.9.
7. Kadar Amilosa AOAC 1994