2-9
D. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 97 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas.
BAB III Retribusi Pengendalian Lalu Lintas Objek Retribusi Pengendalian Lalu Lintas meliputi penggunaan ruas jalan
tertentu, koridor tertentu, atau kawasan tertentu pada waktu tertentu oleh kendaraan bermotor perseorangan dan barang, kecuali sepeda motor,
kendaraan penumpang umum, kendaraan pemadam kebakaran, dan ambulans. Objek yang dapat dijadikan retribusi ERP yaitu ruas jalan
tertentu, koridor tertentu, atau kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam berdasarkan kriteria:
a. memiliki 2 jalur jalan yang masing-masing jalur memiliki paling sedikit 2 lajur
b. tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum massal dalam trayek. Waktu penerapan ERP juga ditentukan diatur dalam Peraturan Daerah
berdasarkan tingkat kepadatan lalu lintas pada suatu ruas jalan, koridor atau kawasan tertentu dengan tingkat kepadatan lalu lintas berdasarkan
kriteria: a. memiliki perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan
kapasitas jalan pada salah satu jalur sama dengan atau lebih besar dari 0,9.
b. kecepatan rata-rata sama dengan atau kurang dari 10 kmjam.
Pemerintah daerah yang akan melaksanakan Retribusi Pengendalian Lalu lintas terlebih dahulu mengajukan permohonan penetapan
pemenuhan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 kepada meteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan.
2.1.4. Kriteria Penerapan Elektronic Road Pricing ERP
Beberapa hal kriteria atau komponen ERP yang perlu dipersiapkan, antara lain: Untuk mewujudkan dan menerapkan ERP :
2-10
1. Forecas Lalu Lintas Model lalu lintas dibangun untuk mengetahui ramalan lalu lintas dan
akses jalan yang menjadi dampak dengan adanya ERP pada kebutuhan lalu lintas dan performa jaringan jalan. Studi tersebut mencangkup
kemungkinan skenario pertumbuhan lalu lintas. Tiap skenario menyajikan beberapa asumsi yang dibedakan pada faktor socio-ekonomi
termasuk pendapatan produk daerah atau Gross Domestic Product GDP, populasi, jenis kendaraan pribadi, umum serta barang dan
infrastruktur daerah. 2. Sistem Oprasional
Sistem oprasional untuk menerapkan jam prasional diberilakukannya ERP, tarif yang direncanakan dapat bervariasi menurut jenis kendaraan,
waktu lokasi dan kondisi lalulintas. 3. Sistem Teknologi
Pemilihan teknologi seperti yang dijelaskan sebelumnya akan menjadi pertimbangan sistem pengenaan tarif charging
4. Sistem Charging Sistem teknologi yang digunakan akan mempengaruhi bagaimana sistem
pengenaan tarif dan metode pembayaran dengan smart card dengan pre- peid
dengan pengurangan debit atau pembayaran secara kumulatif. 5. Kebutuhan Lainya
Paraturan pemerintah daerah yang mendukung sistem operasional dan sistem charging dari ERP yang sesuai dengan perspktif masyarakat.
2.1.5. Teknologi Yang Diterapkan Dalam Elektronic Road Pricing ERP
Konsep teknologi pada ERP ini dapat ditinjau dari teknologi ERP yang telah digunakan oleh Singapura. Terdapat berbagai macam pilihan kriteria teknologi
yang digunakan, dua diantara lain ialah Sistem Dedicated Short Range Communication
DSRC dan Vehicle Positioning System VPS.
2-11
Sistem DSRC berbasis pada pertukaran informasi antara suatu alat dalam kendaraan atau in-vehicle units IVU dan pembaca informasi atau reader
menggunakan gelombang 5,8 GHz dengan jarak dekat dan penggunaan emisi energi yang rendah. Reader pada atas jalan berada di gerbang atau gantries.
Setiap kendaraan yang melintasi jalan dibawah gerbang akan terdeteksi dan dikelasifikasikan jenis kendaraannya oleh sistem dan akan dikenai biaya
yang sesuai ke IVU dari sinyal DSRC. IVU akan menjalankan sistem pemotongan saldo dari kartu pintar yang mempunyai nomor kode debit. Sistem
pembayaran ini mengandalkan kartu pintar yang memiliki saldo dan dapat diisi ulang tanpa memerlukan indentifikasi kendaraan dan lokasi. Maka, privasi tiap
individu dapat dirahasiakan. Sistem ini mirip dengan jalan tol berbayar yang telah terlaksanakan di Indonesia namun berbeda pada sistem pembayarannya
saja.
Gambar 2. 1 Sistem DSRC
Sumber : Transport Department, The Govermment of Singapoer 2014
2-12
Gambar 2. 2 IVU pada Sistem DSRC
Sumber : Transport Department, The Govermment of Singapoer 2014
Lain lagi dengan Vehicle Positioning System VPS yang konsep pembayarannya dengan merekam pelat nomor kendaraan di zona berbayar. IVU pada sistem VPS
untuk menentukan pembayaran sesuai dengan lokasi zona yang terekam berdasarkan Differential GPS DGPS. IVU terdapat data-data yang akan
membaca saat memasuki zona, periode masuk zona, dan tingkatan tarif. Saat IVU mengidentifikasi kendaraan memasuki zona dengan GPS. Lalu IVU akan
mengurangi debit dari kartu pintar. Apabila kartu pintar sukses menangani pembayaran dari memasuki zona, maka tidak perlu adanya komunikasi dengan
peralatan disisi jalan. Pembayaran secara akumulasi dan terpusat dapat dilakukan sebagai alternatif apabila IVU bermasalah saat pengecekan secara berkala
kendaraan misalnya pembayaran pajak. Tidak memerlukan perangkat pada sisi jalan dengan sistem ini, hanya wireless data communication network yang
dibutuhkan antara kendaraan dengan sistem kontrol pusat untuk transaksi data, update
data, dan pelaksanaan verifikasi. Gambar indentifikasi kendaraan menjadi potensi penlanggaran yang dapat ditransmisikan ke sistem kontrol pusat.
2-13
Gambar 2. 3 Sistem VPS Sumber : Transport Department, The Govermment of Swedia 2014
Gambar 2. 4 IVU pada Sistem VPS
Sumber : Transport Department, The Govermment of Hong Kong 2014
2.1.6. Contoh Penerapan Elektronic Road Pricing ERP di Luar Negeri