Urutan pemeriksaan stabilitas gedung.

164 LANGKAH PERTAMA PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN TINGGIBANGUNAN BERTINGKAT BANYAK Sudah dipahami bahwa kecuali dapat memikul beban statis akibat beban mati dan beban hidup, bangunan bertingkat abanyak harus dapat memikul beban gempa sebesar aynag ditentukan oleh Peraturan Perancangan Bangunan Tahan Gempa. Bangunan anti gempa seratus persen tidak ada, karena kemampuan manusia terbatas, masiha da yang lebih menentukan dan lebih kuasa. Jadi sebagai ahli kita tidak perlu takabur dan sombong dengan mengatakan atau menjamin bahwa bangunan yang dirancang adalah anti atau tahan gempa. Tapi Yang Maha Kuasa memeberi manusia ilmu pengetahuan, ialah pada tahap pertama yang harus memberi ketahan gedung terhadap penumbangan overtuning akibat gempa ialah beban mati gedung dalam bentuk Momen Penahan Tumbang Counteracing Moment. Besarnya momen penahan tumbang adalah beban mati total kali setengah lebar gedung.

1. Urutan pemeriksaan stabilitas gedung.

Setelah bangunan ditentukan luas lantai berulang atau typical floor berdasarkan kebutuhan fungsional dalam hubungannya dengan batasan tatanan kota, dan diputuskan pula bahan dan sistem strukturnya, maka dilakukan perhitungan waktu getar alami atau fundamental periode gedung tersebut. Direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum mengeluarkan pedoman mengenai besarnya koefisien koesmic dalam hubungannya letak gedung dan waktu getar alami . Letak gedung dalam wilayah gempa.Waktu getar aalami tergantung pada dimensi ketinggian gedung,lebar, bahan , dan sisitem struktur. 165 Untuk gedung dengan struktur Portal Beton Tulang : T = 0,06 4 3 H Untuk gedung dengan struktur Portal Baja : T = 0,85 4 3 H Untuk gedung dengan struktur lain : T = B H 09 . Setelah waktu getar alamifundamental period gedung diketahui, maka koefisien seismik gedung untuk suato zone lokasi gedung dapt dilihat pada grafik pedoman perancangan bangunan tahan gempa Departemen Pekerjaan Umum. Setelah itu berdasarkan rumus: V = C I K W t Dapat dilihat gay geser dasar gedung akibat gempa, untuk mana: V = gaya geser dasarbase shear gfedung. C = koefisien seismik seismic coeficient, ahila perbandingan percepatan gempa terhadap gravitasi bumi. Berdasarkan Hukum Newton: K = m x a = W gedungg x a gempa = ag x W Jadi a gempagravitasi = koefisien seismik I = factor keutamaan gedung, atau importante factor, untuk gedung umum = 1,5 K = factor jrnis struktur Untuk struktur kotak box k = 1,2 Untuk struktur lainya = 1 166 W t = Beban mati ditambah beban hidup dengan eduksi sesuyaia Peraturan Pembebanan Gedung, yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Setelah gaya geser dasar diuketahui, maka momen tumbang atau overturning moment gedung dapat dihitung, yang untuk gedung-gedung bentuk prismatis besarnya = V x 23 H, di mana H = tinggi total gedung. Momen tumbang akibat gempa harus dapat ditahan oleh momen penahan tumbang akibat beban mati gedung, ialah beban mati total gedung dikalikan dengan lebar gedung diarah gempa dengan syarat : M D M E harus sedikitnya = 1,5 Setelah stabilitas gedung terhadap gempa diperiksa, dapat dilanjutkan dengan perhitungan struktur lengkap. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa: Untuk bangunan tinggi tahan gempa, perbandingan tinggi total gedung terhadap lebarnya adalah untuk Indonesia sekitar 5. Setelah sistem bangunan tinggi cukup rapi,barulah para arsitek dapat mengadakan variasi dalam batas-batas yang dapat dipertanggung jawabkan, sehingga dapat memberikan kepribadian atau identitas gedung. Variasi struktur dan konstruksi yang banyak dilakukan dalam arsitektur yang disebut Post Modern harus selalu memperhatikan batasan-batasan penting dalam perancangan bangunan tinggi tahan gempa. 167

2. Pembagian gaya gempa tingkat