Karakterisasi Sampel 1. Karakterisasi menggunakan XRD

2. Karakterisasi Sampel 2.1. Karakterisasi menggunakan XRD Karakterisasi XRD dilakukan untuk mengetahui fasa-fasa yang terkandung di dalam sampel. Karakterisasi XRD juga digunakan untuk menentukan parameter-parameter kristal, diantaranya parameter kisi. Pola XRD pada masing-masing sampel menunjukkan adanya material kalsium fosfat lain yang terbentuk pada saat pembuatan hidroksiapatit dilakukan. Material tersebut dapat terbentuk pada saat pencampuran larutan CaCl 2 dengan larutan asam fosfat dan juga dapat terbentuk pada saat proses pemanasan yang dilakukan pada sampel. Berdasarkan penentuan fasa dari database JCPDS JCPDS 090169 dan JCPDS 090432 diketahui bahwa komponen kalsium fosfat lain yang terdapat pada masing-masing sampel adalah TCP atau Tricalcium Phosphate . Perhitungan penentuan fasa untuk masing-masing sampel dapat dilihat pada Lampiran 4. Material TCP dapat terbentuk pada saat pencampuran kedua prekursor dilakukan dan juga pada saat proses pemanasan. Material TCP lebih banyak terbentuk saat pemanasan sampel pada suhu tinggi. Pola difraksi XRD yang dihasilkan pada sampel PA menunjukkan bahwa puncak-puncak pola XRD didominasi oleh fasa hidroksiapatit. Puncak tertinggi dari sampel PA terdapat pada sudut 33,08 o dan merupakan fasa hidroksiapatit. Keberadaan TCP pada sampel PA terdeteksi dengan adanya puncak-puncak pada sudut antara lain 20,78 o ; 28,82 o ; 29,22 o ; dan 35,76 o . Pola difraksi sampel PA dapat dilihat pada Gambar 6. Pola difraksi pada sampel PB juga menunjukkan bahwa fasa pada sampel PB juga didominasi oleh fasa hidroksiapatit. Puncak tertinggi pada sampel PB pada sudut 29,26 o merupakan fasa hidroksiapatit. Keberadaan TCP pada sampel diketahui dengan adanya puncak- puncak pada sudut antara lain 18,68 o ; 20,88 o ; 26,72 o ; dan 29,8 o . Pada sampel PB, fasa TCP yang terbentuk lebih banyak dibandingkan fasa TCP pada sampel PA. Fasa TCP yang lebih banyak terdapat pada sampel PB disebabkan oleh perbedaan laju penetesan larutan asam fosfat. Laju penetesan asam fosfat pada sampel PB lebih lambat dibandingkan laju penetesan asam fosfat pada sampel PA. Perbedaan laju tersebut juga dapat mengakibatkan perbedaan kecepatan terjadinya reaksi kimia dalam campuran. Laju yang lebih lambat akan menyebabkan reaksi yang terjadi lebih baik. Pola difraksi XRD sampel PB dapat dilihat pada Gambar 7 halaman 7. Gambar 6. Pola XRD sampel PA HA TCP Gambar 7. Pola XRD sampel PB Pola XRD pada sampel SA menunjukkan bahwa sampel didominasi oleh fasa TCP. Fasa hidroksiapatit yang terdapat pada sampel SA sangat sedikit. Fasa hidroksiapatit tersebut tampak pada sudut antara lain 18,74 o ; 28,92 o ; 45,58 o ; dan 63,42 o . Puncak tertinggi pada sampel SA pada sudut 31,04 o yang merupakan fasa TCP. Pola difraksi XRD sampel SA dapat dilihat pada Gambar 8. Pola XRD pada sampel SB juga menunjukkan bahwa sampel didominasi oleh fasa TCP. Fasa hidroksiapatit pada sampel SB tampak sangat sedikit. Puncak- puncak untuk fasa hidroksiapatit tampak pada sudut antara lain 39,88 o ; 45,44 o ; dan 53,0 o . Puncak tertinggi pada sampel SB pada sudut 31,06 o merupakan fasa TCP. Perbedaan laju penetesan asam fosfat pada kedua sampel SA dan SB menyebabkan fasa TCP yang terdapat pada sampel SB lebih banyak dibandingkan dengan fasa TCP yang terdapat pada sampel SA. Pada sampel SA, masih tampak adanya fasa hidroksiapatit di sekitar sudut 18,74 o , sedangkan pada sampel SB, dari sudut 10 o hingga 38 o hanya terdapat fasa TCP. Pola difraksi XRD sampel SB dapat dilihat pada Gambar 9 halaman 8. Gambar 8. Pola XRD sampel SA HA TCP HA TCP Gambar 9. Pola XRD sampel SB Fasa TCP pada sampel scaffold lebih mendominasi, sedangkan pada sampel serbuk fasa hidroksiapatit lebih mendominasi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan suhu pemanasan antara sampel serbuk dan scaffold. Pemanasan untuk sampel serbuk hanya pada suhu 550 o C, sedangkan sampel scaffold dipanaskan pada suhu 1000 o C. Nilai parameter kisi untuk setiap sampel pada fasa HA dan TCP dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Perhitungan lengkap parameter kisi pada masing-masing sampel dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 4. Parameter kisi HA pada setiap sampel Sampel a=b Ǻ Akurasi c Ǻ Akurasi PA 9,556516 98,529242 6,94794 99,07118 PB 9,405481 99,86707 6,956925 98,94066 SA 9,612492 97,93489 7,01873 98,04285 SB 9,411603 99,93208 6,87723 99,90166 Tabel 5. Parameter kisi TCP pada setiap sampel Sampel a=b Ǻ Akurasi c Ǻ Akurasi PA 10,27994 98,655854 36,58367 97,869636 PB 10,788761 96,461031 38,982898 95,711883 SA 10,480409 99,420256 37,64423 99,293124 SB 10,50131 99,21967 37,7017 99,13938 Pada perhitungan penentuan parameter kisi untuk masing-masing sampel pada setiap fasa HA dan TCP didapatkan ketepatan perhitungan diatas 95. Perhitungan parameter kisi tersebut dibandingkan dengan parameter kisi HA dan TCP yang didapatkan dari data JCPDS, yaitu JCPDS 090432 untuk HA dan JCPDS 090169 untuk TCP. Parameter kisi untuk HA adalah a=b=9.418; c=6.884, dan parameter kisi untuk TCP adalah a=b=10.42; c=37.38. HA TCP

2.2. Karakterisasi m