34
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya sebuah metode atau pendekatan yang berguna untuk memecahkan suatu permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kritik seni holistic. Karena pendekatan kritik seni holistic dianggap sangat komprehensif
oleh para praktisi penelitian dan akademisi untuk diterapkan dalam penelitian kualitatif.
Dalam perkembangannya ide pendekatan kritik seni ini bukannya tidak mendapat hambatan atau pertentangan. Masih banyak praktisis penelitian maupun
para akademisi meragukan pendekatan ini, apalagi jika diterapkan untuk semua bidang ilmu dalam penelitian kualitatif. Eisner dalam Sutopo 1995 : 6
menyatakan, bahwa kritik seni dipandangnya merupakan pendekatan yang sangat membantu dan melengkapi kegiatan penelitian, karena kekuatannya yang mampu
menyajikan deskripsi dan interpretasi yang kaya dengan nilai-nilai kehidupan manusia.
Menurut Denzin dan Lincoln tentang metodelogi deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
sifatnya umum terhadap kenyataan social dari perspekti partisipan. Aktivitas kritik
seni sangat diwarnai oleh pola pikir kualitatif yang tujuan utamanya bukanlah pembuktian suatu prediksi atau hipotesis, tetapi pemahaman untuk menemukan
makna konteks. Dalam hal ini Peneliti menggunakan metode penelitian studi pustaka untuk
mengumpulkan data, informasi dan referensi pendukung lainnya yang digunakan dalam analisis lirik lagu. Menurut Semi 1993:3, metode penelitian pustaka yaitu
penelitian yang dilakukan di kamar kerja penelitian atau ruangan perpustakaan, tempat peneliti memperoleh data atau informasi tentang objek penelitian melalui
buku-buku atau alat audio-visual lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui internet, buku, dan majalah.
Dalam pendekatan kritik seni holistic, penulis menggunakan beberapa metode pendekatan diantaranya, pendekatan eksponensial dan sosiologi sastra.
Dalam pendekatan eksponensial, Penulis menggunakan metode ini karena lirik lagu merupakan bagian dari karya sastra, sehingga penulis dapat menganalisis
unsur-unsur karya sastra melalui beberapa pendapat tokoh yang sering berhubungan langsung dalam lirik lagu yang terdapat simbol maupun pola dasar
pembentuk sebuah karya sastra. Seperti yang dikatakan oleh Guerin dalam buku A Handbook of Critical Approaches to Literature, Guerin dalam buku sebuah buku
pegangan dari pendekatan kritik untuk sastra, We designate this method as the exponential approach because the
inclusiveness of that term suggests at once the several meanings of motif, image, symbol, and archetype
Guerin, 1992: 197. kami menunjuk metode ini sebagai pendekatan eksponensial karena inclusiveness dari
istilah itu menunjukkan sekaligus beberapa arti dari motif, gambar, simbol, dan arketipe guerin, 1992: 197 .
Sedangkan pendekatan sosiologi sastra yaitu karya sastra dalam hal lirik lagu merupakan pencerminan kehidupan sosial yang terjadi di lingkungan
masyarakat sosial. Dengan kata lain, sastra mencerminkan dan mengekspresikan hidup atau kehidupan yang pengarang sampaikan dalam karya sastranya. Secara
umum, seorang pengarang memperoleh inspirasinya melalui apa yang ditangkap oleh inderanya atau realita yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal
ini karya sastra yang akan penulis jadikan objek penelitian merupakan gambaran reaksi dan masalah sosial yang muncul dari sebuah peperangan.
Para ahli yang berkecimpung dalam studi kritik seni pada dasarnya tidak bisa lepas dari persoalan sumber nilai seni yang dianggap sah dalam mengevaluasi
sebuah karya. Setidaknya terdapat tiga pengelompokkan dalam sejarah kritik seni, yaitu: 1 kelompok kritik seni genetik atau historis, 2 kelompok kritik
formalistik atau kritik instrinsik, 3 kelompok kritik emosional Sutopo,1988. Pengikut kritik historisme menekankan pengkajian pada faktor genetik atau latar
belakang budaya penciptanya. Kelompok formalisme menekankan nilai pada karya seni itu sendiri objektif. Sementara kelompok kritik emosionalisme
menekankan pada emosi yang timbul pada penghayatnya afektif.
Kecenderungan kritik yang hanya menekankan pada salah satu komponen kehidupan seni seperti di atas mengakibatkan kepincangan dalam penilaian karya.
Ketiga komponen kehidupan seni tersebut adalah nyata dan saling berkaitan erat
serta saling tergantung dalam menentukan karya seni. Keberadaannya tak bisa dipisahkan dan jelas sebagai sumber nilai yang wajib diperhatikan dan dianalisis
secara utuh, tepat dan teliti bagi pengambil keputusan tentang makna karya. Ketiga komponen tersebut bukan dipakai sebagai standar nilai, melainkan sebagai
sumber informasi dalam aktivitas evaluasi. Pandangan ini merupakan sintesis yang memandang faktor genetik, objektif, dan afektif tak terpisahkana dalam
kesatuan nilai karya. Bentuk kritik seni semacam ini disebut sebagai kritik seni holistik Sutopo, 1987;1989.
3.2 Obyek Penelitian