KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotik tentang pemaknaan lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals).
SKRIPSI
OLEH:
SANTI WIDIA PUSPITASARI 0443310594
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA
(2)
KRITIK SOSIAL DALAM LAGU
(StudiSemiotikPemaknaanLirikLagu “Besardan Kecil” KaryaIwanFals)
Disusunoleh:
SantiWidiaPuspitasari NPM. 0443310594
TelahdisetujuiuntukmengikutiUjianSkripsi Menyetujui,
PembimbingUtama PembimbingPendamping
Juwito, S.sos, Msi Drs. Kusnarto, Msi
NPT.3 6704 95 0036 1 NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui, DEKAN
Dra.Hj. Suparwati, Msi NIP. 19550718198302 2001
(3)
anugerah dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kritik Sosial dalam lirik lagu (Studi Semiotik tentang pemaknaan lirik lagu Besar dan Kecil karya Iwan Fals)”
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan dan bantuan, kepada:
1. Bapa di surga..atas penyertaan, berkat..dan atas segala anugerah yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak dan Ibu yang terhormat dan tercinta..atas doa, emosi, perhatian, kerjakeras, dan segala bentuk dukungan yang tak pernah putus untuk penulis. 3. Ibu Dra.Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur
4. Bapak Juwito, S.sos, Msi selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur dan selaku Pembimbing utama dalam penulisan proposal skripsi ini, atas kesempatan terakhir yang diberikan.
5. Bapak Drs. Kusnarto, Msi selaku dosen pembimbing pendamping atas kesabaran membimbing penulis
6. Bonifasius Felix Nola Santo Budi Permadi(alm)…Skripsi ini penulis persembahkan untuk almarhum kakak tercinta..
(4)
7. Sahabat – sahabat..
Dian Ayuningtyas, atas bantuan, waktu, tenaga, dan keceriaan
Nida Dardiana, atas remindernya tentang kelulusan yang terus menerus Catharina Siena Nesti, atas doa yang tak pernah padam
Yohanes Ali, atas kesabaran, ketelatenan, perhatian dan doa Patricia Sari, atas doa dan semangat lembut yang membakar
8. Ncis..teman seperjuangan..terimakasih atas kerjasama, kebersamaan, waktu dan tenaga..
Kritik dan saran tentang penulisan Skripsi ini sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan kearah yang lebih baik, dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, 31 Maret 2011 Penulis
(5)
DAFTAR GAMBAR……….. v
DAFTAR LAMPIRAN……….. vi
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2. Perumusan Masalah………. 12
1.3. Tujuan Peneltian……….. 13
1.4. Kegunaan Penelitian...………... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 14
2.1. Definisi Komunikasi... 14
2.2. Musik, Lirik dan Lagu………... 15
2.2.1. Musik………... 15
2.2.2. Lirik………. 17
2.2.3. Lagu………. 18
2.3. Kritik Sosial……….... 19
2.4. Ketidakadilan………. 24
2.5. Demokrasi………. 24
2.5.1. Ciri – Ciri Pemerintahan Demokratis………. 27 iii
(6)
2.6. Pemerintah……….……… 28
2.7. Model Semiotik Ferdinand de Saussure………... 29
2.8. Makna dan Pemaknaan………... 32
2.9. Kerangka Berpikir………... 35
BAB III METODE PENELITIAN……… 36
3.1. MetodePenelitian……… 36
3.2. Kerangka konseptual………... 37
3.2.1. Unit Analisis……….………... 37
3.2.2. Corpus………...……….. 37
3.2.3. Teknik pengumpulan Data……….. 39
3.2.4. Metode Analisis………. . 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..……… … 41
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian……… 41
4.2. Penyajian dan Pemaknaan Data………. 50
4.2.1. Penyajian Data………. 50
4.2.2. Pemaknaan Lirik lagu “Besar dan Kecil”……… 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 59
5.1. Kesimpulan……… 62
5.2. Saran……….. 64
DAFTAR PUSTAKA………. 66
DAFTAR LAMPIRAN……….. 68 iv
(7)
(8)
ABSTRAKSI
SANTI WIDIA PUSPITASARI KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU (Studi semiotic tentang pemaknaan lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals)
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pemaknaan lirik lagu Besar dan Kecil karya Iwan Fals dalam album Belum Ada Judul, yang berunsur kritik sosial.Teori yang digunakan adalah kritik social pada lagu, berupa penyampaian keluh kesah rakyat yang mengalami ketidakadilan oleh pemerintahan orde baru, teori tentang pemerintah, teori tentang demokrasi dan teori semiotic Ferdinand de Saussure.
Penelitian ini didasarkan atas ketidakadilan kepemerintahan orde baru khususnya ketika pesta demokrasi yang sering disebut PEMILU (Pemilihan Umum) yang diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Ketidakadilan terjadi pada masyarakat yang berekonomi, berpendidikan dan berderajat dibawah status sosial menengah keatas, saat mereka tidak diberkenankan secara bebas memilih siapa yang sesuai dengan hati au bahkan mereka lebih memilih untuk tidak memilih siapa-siapa diakarenakn ketidakadilan yang semakin terasa.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotic dari Saussure dengan tipe penelitian deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah kata dan rangkaian kata dalam kalimat.Tekhnik pengumpulan data dengan mengamati lirik lagu “Besar dan Kecil”, dan penggunaan bahan documenter seperti buku, Koran dan internet. Metode analisis data dilihat dari dua aspek yaitu penanda (konsep material) dan petanda (aspek mental) yang kemudian menghasilkan signifikasi.
Kesimpulan dari data yang dianalisis dalam lagu “Besar dan Kecil”, kritik sosial yang tersirat adalah ketidakadilan pemerintahan orde baru khususnya ketika pemilu yang membuat raykat tidak dapat menikmati asas demokrasi yang dianut Negara Indonesia dan dasar Negara yaitu Pancasila.
(9)
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi mempunyai 5 unsur yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Komunikasi menyelidiki gejala komunikasi tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi) tetapi juga secara aksiologi (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media, lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, tulisan, seni dan lain-lain (Effendy,2003:11)
Salah satu seni adalah musik. Musik adalah hasil budaya manusia yang menarik diantara banyak budaya manusia yang lain, karena musik memegang
(10)
2
peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, budaya, lokasi, dan selera seseorang.defeinisi tentang musik juga bermacam-macam :
- Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya
- Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau
kumpulan yang disajikan sebagai musik
Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Musik mepunyai fungsi sebagai sebagai bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal, musik memiliki fungsi sosial yang secara universal umumnya dapat ditemukan di setiap kebudayaan suku bangsa manapun di seluruh dunia. Dari segi komunikasi musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakan teriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan-hutan. Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan alur - alur melodi itu menandakan adanya fungsi komunikasi dalam musik. Komunikasi elektronik yang menggunakan telepon semakin hari semakin banyak menggunakan bunyi-bunyi musikal. (www.myartmusic.com).
Jika dilihat berdasarkan respon sosial: para pencipta lagu nasional Indonesia sangat peka terhadap adanya kondisi sosial, tingkat kesejahteraan
(11)
rakyat, dan kegelisahan masyarakat. Mereka menciptakan lagu-lagu populer yang menggunakan syair - syair menyentuh perhatian publik seperti yang dilakukan oleh Bimbo, Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Harry Roesli, Gombloh, Ully Sigar Rusady, dan masih banyak lagi. Pada umumnya para pencipta lagu itu melakukan kritik sosial dan bahkan protes keras terutama ditujukan kepada pemerintah. Para pengamen jalanan juga tak kalah seru mengumandangkan lagu-lagu protes sosialnya, misalnya lagu yang bertema PNS, penderitaan anak jalanan, generasi muda yang tanpa arah, dan lain sebagainya.
Di bidang psikologi, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial, musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan.
Musik atau lagu berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi sosial dan lirik lagu menjadi penunjang dalam musik tersebut dalam menjembatani isu-isu sosial yang terjadi.
Sebuah lagu yang diperdengarkan, biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan bergantung. Komponen tersebut antara lain terdiri dari paduan alat musik/instrument, suara atau vokal dari si penyanyi dan lirik lagunya.
Lirik dari lagu merupakan penggambaran dari sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan pencipta. Jika menelusuri lirik lagu lebih dalam kita dapat melihat pandangan hidup dan pola pikir pencipta lagu. Musik hingga menjadi sebuah lagu dapat tercipta dalam waktu yang tidak bisa ditentukan
(12)
4
dengan pasti, tergantung dari suasana hati, ide inspirasi si pencipta lagu yang muncul dalam saat menjalani hidup, atau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Isi pesan dalam sebuah lagu bermacam-macam, ada yang berupa ungkapan sedih, rasa kagum terhadap seseorang, rasa kecewa, benci, dendam, dan kritik terhadap sesuatu. Karena di setiap penciptaan lagu, seorang pencipta berusaha untuk menyampaikan suatu pesan kepada khalayak, dan hal tersebut adalah sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan pencipta lagu, misalnya rasa cinta, kecewa, benci, kritik-kritik sosial bahkan isu-isu sosial di masyarakat, yang ditujukan kepada penguasa atau pemerintah.
Lirik lagu merupakan bahasa yang dapat menjadi sarana atau media komunikasi dalam masyarakat. Oleh karenanya, ketika sebuah lirik lagu mulai di aransemen dan diperdengarkan kepada khalayak umum, juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu. Suatu lirik lagu sebagai kritik sosial yang terjadi di masyarakat, termasuk perilaku agresivitas. Beserta realita sosial yang menggambarkan ancaman terhadap masyarakat dan menjadi korban dari zaman ke zaman hingga saat ini.
Gambaran kacaunya dunia politik dan hukum di Indonesia terjadi di banyak tempat dan berbagai tingkatan. Mulai pola yang sederhana hingga rumit, menggunakan uang recehan hingga uang miliaran rupiah. Tujuannya hanya memang untuk keuntungan bagi pemain di dalamnya.
(13)
Dalam lirik lagu Besar dan Kecil yang di nyanyikan oleh Iwan fals ini, menceritakan tentang pemerintah yang berkuasa di Indonesia pada masa rezim Orde baru. Jika dilihat waktu rilisnya lagu tersebut, saat itu Indonesia sedang mempersiapkan pesta demokrasi dengan diadakannya kampanye dari 3 Partai besar (PDI, GOLKAR, PPP) secara bergantian. Dalam masa kampanye tesebut, masyarakat Indonesia sudah mulai mengenal tentang politik yang biasa di pakai oleh 3 partai besar yang sudah menjadi pilihan untuk kehidupan Indonesia selanjutnya karena munculnya sekitar 17 juta pemilih baru yang muda dan berpendidikan lebih baik, dengan kesadaran politik yang lebih besar.
Bertolak dari peristiwa pemberontakan PKI 1965 yang berimbas sekurang-kurangnya pada dua symbol kekuatan politik orde sebelumnya, yaitu ditumpasnya PKI dan tamatnya kekuasaan Soekarno itulah kejayaan orde baru dimulai. Soeharto sendiri sebagai lambang Orde baru diangkat sebagai Presiden kedua Indonesia dalam siding MPRS V pada tanggal 27 Maret 1968.
Ali Murtopo (1974: 14-17), memaparkan strategi politik yang dimainkan oleh Orde Baru ditempuh melalui 4 tahapan. Pertama, penghancuran PKI. Tahap kedua, konsolidasi pemerintahan dan pemurnian Pancasila beserta UUD 1945. Tahap ketiga, menghapuskan dualism dalam kepemimpinan nasional. Keempat, mengembalikan stabilitas politik dan merencanakan pembangunan. Pasca dibubarkannya PKI, perebutan kekuasaan di Indonesia berlangsung kontroversial. Hal ini dapat dilihat dalam prosesperumusan UU Pemilu yang molor begitu panjang, yaitu rentang waktu Desember sampai 22 November 1969 (Karim, 1983 : 167). Kondisi initerang saja kurang mengunutngkan bagi partai-partai lain selain
(14)
6
Golkar. Sebab, Golkar selain mendapat perlauan yang istimewa dari pemerintah, juga mendapat back up dari militer.
Tahun 1973, setelah Pemilu 1971, pemerintahan Orde Baru berhasil menyedehanakan 9 partai politik menjadi 2 partai politik dengan cara melalui penggabungan atau disebut dengan fusi partai politik.
Pertama, Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai ini merupakan hasil fusi dari partai-partai politik dan organisasi islam. Kedua, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dbientuk sebagai fusi dari PNI yang merupakan komponen utama dari partai tersebut, ditambah Partai Kristen Indonesia dan Partai Katolik dan di perkuat oleh Partai Musyawarah Rakyat banyak (MURBA) dan Ikatan Perintis Kemerdekaan Indonesia (IPKI).
Fusi partai politik ini dilakukan oleh pemerintah sebagi reaksi dari gerakan politik anti partai yang saat itu gencar disuarakan, dan yang mempengaruhi Indonesia dari penghujung 1950 sampai 1990an. Pada 1977 hanya terdapat 3 organisasi keuatan politik Indonesia (GOLKAR, PPP, PDI) dan terus berlangsung hingga pada pemilu 1997.
Fenomena Golongan Karya bermula sebelum Pemilu 1971, pemerintahan Orde Baru membubarkan PKI. Akibatnya Pemilu 1971 hanya diikuti oleh 9 partai politik. Pemilu 1971 adalah pemilu pertama kali diadakan pada era orde baru. Dalam sejarah Indonesia, pemilu 1971 bisa dianggap ebuah pemilu transisi, yakni pemilu yang sebelumnya sifatnya kompetitif dan berlangsung jujur dan adil, menjadi proses pemilu yang bisa dianggap hanya sebagi legitimasi penguasa saat itu. Pada pemilu 1971, Golkar muncul sebagi pemenang dengan mendapatkan 236
(15)
kursi, diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI. Kemenangan itu mungkin saga wajar mengingat Golkar sudah menjadi anak emas pemerintahan Orde Baru yang terpilih tiga tahun sebelumnya. Dan banyak suara yang mengatakan bahwa kebebasan memilih tidak terjamin.
Kemengan Golkar disebabkan oleh adanya tiga kekuatan. Pertama – Mendagri mewajibkan seluruh pegawai negeri termasuk Lurah memutuskan hubungan dengan semua partai politik, seharusnya diwajibkan menjadi anggota serta monoloyalitas kepada Golkar. Kedua, peran Badan Pemenangan Pemilu(Bapilu) cukup menonjol dalam memperjuangkan dan memenangkan Golkar. Ketiga, ABRIyang semestinya netral, justru berpihak pada Golkar (Rahardjo, 1996).
Terciptanya lirik lagu Besar dan Kecil itu, berdasarkan latar belakang politik pemerintah yang berkampanye tentang rencana-rencana terbaik bagi Indonesia. Namun karena masyarkat sudah mulai mengerti tentang politik di Negara ini, maka beberapa peristiwa terjadi sebagai wujud protes karena masyarakat menyadari adanya ketidakadilan baik di dalam proses kampanye maupun setelah wakil rakyat terpilih dan menjalankan segala program yang sudah di rencanakan dan atau yang sudah di janjikan kepada masyarakat.
Keberhasilan Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, harus diakui sebagai suatu prestasi besar bagi bangsa Indonesia. Di tambah dengan meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastruktur yang dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, keberhasilan
(16)
8
ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental (character building) para pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi (pengusaha/konglomerat). Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses negatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa (adanya “pemaksaan” bagi Pegawai Negeri Sipil. Jika dalam pemilu tidak memilih GOLKAR, maka mendapat sanksi PHK (Putus Hubungan Kerja)). Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de jure (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme). Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya masyarakat kepada institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak
(17)
percayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu, konglomerasi, tidak mampu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat Indonesia.
Kekuasaan rezim Soeharto mulai lemah sejak awal 1990-an, ketika dukungan militer mulai berkurang, kemudian, Soeharto menarik kelompok-kelompok Islam dalam perpolitikkan Indonesia untuk mengantisipasi melemahnya dukungan militer tersebut, khususnya sejak ia merestui berdirinya Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di awal 1990-an. Perkembangan lainnya adalah tumbuhnya kroni-kroni yang memperkuat basis dukungan ekonomi regim.
Salah satu akibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Orde Baru adalah munculnya GOLPUT (Golongan Putih). Golongan ini sebenarnya sudah ada sejak awal Orde Baru. Pada awalnya Golput hanyalah seperti udara yang beraroma tidak sedap dan tidak berwujud. Semakin kemari (dari masa ke masa), golput tidak hanya sekedar udara yang beraroma tidak sedap dan tidak berwujud, tetapi semakin nampak wujudnya. Menjelang Pemilu 1992, Golput menjadi satu masalah yang muncul dan menjadi perdebatan. Satu sisi, salah satu tokoh melarang adanya Golput kepada massa PPP karena jika golput, akan berdosa. Dan bila massa PDI Golput maka akan dianggap berkhianat
(18)
10
terhadap patriot-patriot bangsa. Di sisi lain, masyarakat menganggap Golput adalah hak setiap warga Indonesia.
Keputusan-keputusan pemerintah dan kenyataan pada masa pemerintahan Soeharto yang tidak sejalan dengan keadaan masyarakat bahkan tidak sesuai dengan UUD yang berlaku inilah yang menjadi latar belakang lirik lagu Besar dan Kecil tercipta. Meskipun ditengah ramainya persiapan pesta demokrasi di tahun 1992, pihak DPR memiliki niat untuk merubah image yang sekian lama telah disandang yang di peroleh dari masyarakat, yaitu empat D (Datang, Duduk, Diam, dan memperoleh Duit). (www.tempointeraktif.com).
Sebenarnya dalam masa Orde baru pemilu dilaksanakan sebanyak 6 kali (1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997) hanyalah sebagai sandiwara yang mahal demi mempraktikkan dan member legitimasi kekuasaan pada masa itu yang sepenuhnya didukung oleh kekuatan ABRI. R. Wiliam Liddle mengatakan peerintahan Orde Baru telah jauh mengintervensi proses pemilu dengan menerepkan pengangkatan besar-besaran anggota MPR, memanipulasi organisasi-organisasi partai dan proses penyaringan pemimpin mereka dalam masa antara pemilihan umum, merancang UU Pemili dan UU kepartaian yang meletakkan partai –apartai pada pihak yang dirugikan, dan membuat segala aturan yang menguntungkan pemerintahan (Liddle, 1994). Liddle berpendapat, bahw pemilu-pemilu pada masa Orde Baru yang menempatkan Golkar sebagai single majority, berkaitan dengan kondisi pemerintajhan yang melakukan control, pengelola politik yang benar-benar lihai dan keberhasilan ekonomi yang membuat relative kebal terhadap tuntutan perubahan. Bahkan demi terselenggaranya pembangunan
(19)
secara berkesinambungan, aspirasi dan inisiatif politik rakyat harus diatur. Keberhasilan pemerintahan Orde Baru sebagian besar disebabkan oleh begitu efektifnya ketentuan perundangan di bidang politik diberlakukannya.
Semakin banyak rakyat kecil menangis dan menderita. Dan yang di jadikan pertanyaan oleh rakyat kecil dalam lagu Besar dan Kecil itu adalah "Adakah keadilan bagi kami (rakyat kecil) jika wakil-wakil rakyat yang telah masyarakat pilih tidak lagi dapat dipercaya?"
Ketidakadilan tidak berhenti setelah terjadi reformasi (mundurnya Soeharto dari jabatan sebagai Presiden). Seperti pada Indonesia saat ini; seorang pencuri ayam dihakimi sampai mati, pencuri motor dibakar hidup - hidup, penjambret dipukuli sampai mati, anak - anak di jadikan pelampiasan nafsu dan banyak hal yang bisa membuat kita bergidik.
Coba lihat koruptor yang mencuri orang rakyat sampai ratusan juta bahkan milyaran yang 'belum diproses' karena 'sedang sakit', coba lihat penembak mati seorang pelayan yang seharusnya dihukum seberat - beratnya karena telah dengan sengaja menghilang nyawa seseorang tapi masih belum ada keputusan karena kasusnya 'sedang diproses', kemudian pejabat bermasalah yang diangkat kembali oleh seorang yang paling berkuasa di Indonesia karena "saya akan melihat kedepan dan mencoba melupakan kejadian masa lalu".
Pernah melihat pencuri yang lolos dari 'penghakiman oleh massa' karena 'sedang sakit'? Karyawan yang dipecat karena tidak mau 'melayani' bosnya dan justru dituntut karena 'mencemarkan nama baik' saat mengajukan ke LBH (Lembaga Badan Hukum) dan kalah karena kredibilitas 'bos' yang kaya dan
(20)
12
ternama lebih bisa 'dipercaya' dari pada karyawan biasa tanpa 'nama' dan tidak punya apa-apa.
Bangsa (pemimpin) yang 'menjual' bangsanya sendiri dengan 'passport palsu' sebagai TKI ke negeri 'seberang' yang akhirnya membuat mereka menangis dan menjerit karena jerih payah mereka selama dinegeri 'seberang' tidak dibayar, mereka yang berteriak karena mendapat perlakuan kasar oleh majikan dinegeri seberang dan tidak bisa apa- apa karena masalah 'passport' dan 'deportasi'. Kemana penegak hukum yang seharusnya bisa memberikan rasa aman, keadilan dan juga perlindungan pada rakyat? Mereka sedang menikmati uang 50.000 rupiah yang diberikan oleh pengemudi mobil yang melanggar 3 in 1 (peraturan tentang jumlah penumpang dalam 1 mobil, minimal harus berjumlah 3 orang. Jika tidak demikian maka akan terkena sanksi) agar pelanggarannya 'tidak diproses'. Kemana wakil-wakil rakyat yang seharusnya memperhatikan, memikirkan dan membawa ke keadaan yang lebih maju rakyat yang seharusnya mereka wakili? sedang sibuk rebutan “kursi”. Permasalahan inilah yang menginspirasi Iwan Fals untuk menciptakan lagu Besar dan Kecil yaitu untuk mengkritik pemerintahan Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diutarakan di atas, maka pokok masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemaknaan lirik lagu Besar Dan Kecil karya Iwan Fals dalam album Belum Ada Judul”
(21)
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah serta perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pemaknaan lirik lagu “Besar Dan Kecil” karya dari penyanyi Iwan Fals dalm album “Belum Ada Judul”.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis
Menambah literatur penelitian kualitatif dan diharapkan dapat memberi sumbangan landasan pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai studi analisis dengan metode semiotik.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami
(22)
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris “communication” berasal dari kata latin “cummunicatio” dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi , opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu - raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Proses komunikasi terbagi menjadi 2 tahap, yakni secara primer dan secara sekunder:
a. Proses komunikasi secara primer
Adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam
(23)
komunikasi jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedunia dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleteks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi, adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi (Setianingsih,2003)
2.2 Musik, Lirik dan Lagu 2.2.1.Musik
Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendengarnya, penggubah musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda perantara tertulis. Bagi semiotikus musik, adanya tanda-tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam partitur orkestra. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musik sebagai teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik terarah pada sintaksis.
Meski demikian, semiotik tidak dapat hidup hanya dengan sintaksis: tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotika musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan, harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya (Van Zoest, 1993:120-121). Musik adalah suara atau
(24)
bunyi-16
bunyian yang diatur menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain musik dikenal sebagi sesuatu yang terdiri atas nada dan ritme yang mengalun secara teratur (Rachmawati,2005:15). Musik juga memainkan peran dalam evolusi manusia, di balik perilaku dan tindakan manusia terdapat pikiran dan perkembangan ini dipengaruhi oleh musik. Musik dapat tercipta karena di dorong oleh kondisi sosial, politik dan ekonomi masyarakat, musik adalah cermin sebuah masyarkat. Musik juga diilhami oleh perilaku umum masyarakat, dan sebaliknya perilaku masyarakat dapat terilhami dari musik tertentu seperti berupa permasalahan sosial, peristiwa monumental, kebutuhan dan tuntutan bersama, kritikkan ataupun harapan yang diidamkan(Rachmawati,2005:31).
Untuk menganalisis musik di perlukan disiplin lain, sebut saja misalnya
ethnomusicology dan antropologi. Mantle Hood, seorang pelopor
ethnomusicology dari USA memberikan definisi tentang ethnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaannya (Sobur,2003:148). Musik itu dipelajari melalui peraturan yang di hubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa, agama, dan falsafah.
Dari segi fungsi komunikasi, Musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakan - teriakan pun dikenal dalam suku - suku asli yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan - hutan. Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan alur - alur melodi itu menandakan
(25)
adanya fungsi komunikasi dalam musik. Komunikasi elektronik yang menggunakan telepon semakin hari semakin banyak menggunakan bunyi-bunyi musical. (www.myartmusic.com)
Dari segi fungsi respon social, para pencipta lagu nasional Indonesia sangat peka terhadap adanya kondisi sosial, tingkat kesejahteraan rakyat, dan kegelisahan masyarakat. Mereka menciptakan lagu - lagu populer yang menggunakan syair - syair menyentuh perhatian publik seperti yang dilakukan oleh Bimbo, Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Harry Roesli, Gombloh, Ully Sigar Rusady, dan masih banyak lagi. Pada umumnya para pencipta lagu itu melakukan kritik sosial dan bahkan protes keras terutama ditujukan kepada pemerintah. Para pengamen jalanan juga tak kalah seru mengumandangkan lagu-lagu protes sosialnya, misalnya lagu yang bertema PNS, penderitaan anak jalanan, generasi muda yang tanpa arah, dan lain sebagainya.
2.2.2 Lirik
Sebuah musik yang merupakan perpaduan antara alat musik, irama, pencipta lagu dan penata musik membutuhkan lirik yang menjadi pelengkap irama. Lirik lagu meyimpan banyak makna atau pesan yang kuat tentang berbagai hal karena isi lirik berkaitan dengan tema lagu.
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu, dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu di aransir
(26)
18
dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai - nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih,2003:7-8). Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan perilaku agresivitas yang ada dalam masyarakat. Musik berkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam masyarakat. Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah mulai sejak setelah merebut kemerdekaan. Pada paruhan pertama dasawarsa 1950an. Pada waktu itu masih dilakukan yang namanya musikalisasi syair yaitu menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang telah terlebih dahulu diciptakan oleh penyanyi terpandang (Rachmawati,2005:142).
2.2.3. Lagu
Lagu merupakan sebuah domain budaya pop dimana kita dapat dengan mudah menemukan banyak contoh konkret tentang bagaimana kekuasaan budaya dijalankan (James Lull dalam Sobur,2005:147).
(27)
Lagu tanpa syair disebut musik, sedangkan lagu sendiri adalah sekumpulan lirik yang diberi instrumen akor dan melodi, meskipun terlihat sederhana, namun proses pembuatan sebuah lagu dibutuhkan keahlian memainkan alat musik, keahlian menulis lirik hingga keahlian dalam berimajinasi, meskipun dalam praktiknya lirik lagu tersebut berdasarkan pengalaman pribadi atau keadaan di masyarakat sekitarnya. Lirik lagu biasanya memiliki muatan atau pesan tertentu. Kadang-kadang pesannya hanya sekedar ungkapan cinta kasih, tapi kadang juga bermuatan politis, filosofi, dan membedah misteri kehidupan ( www.budi.insan.co.id/books.classic-rock/versi-lama/membedah-classic-rock-0-11.doc)
2.3. Kritik Sosial
Sekalipun kritik menyandang peranan sebagai kontrol sosial tapi kadang keberadaannya sulit ditolerir terutama dimasa ORBA (Orde Baru). Bukan saja kritik dianggap ketidaksetujuan melainkan juga bagian dari perlawanan. Lewat kritik, hal yang dianggap tabu dan sara menjadi gampang untuk diperbincangkan. Kita pun sering bertengkar mengenai bagaimana kritik itu harus disampaikan dan didialogkan. Pandangan yang mengatakan kritik harus sesuai dengan nilai atau sopan santun bagus dapat dijadikan contoh keberhasilannya diukur dari bagaimana kritik itu disampaikan.
Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan untuk berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Kritik sosial juga dapat diartikan sebuah inovasi
(28)
20
sosial. Dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan-gagasan baru sembari menilai gagasan-gagasan lama untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial dalam kerangka yang demikian berfungsi untuk membongkar berbagai sikap konservatif status quo dan vested interest dalam masyarkat untuk perubahan sosial.
Didalam kepustakaan filsafat dan ilmu sosial, seperti yang dikemukakan Sindhunata, pengertian kritik sebagai aktivitas pembebasan memang cukup melembaga. Dalam pengertian Kantian, kritis berarti kemampuan subjek untuk melepaskan diri dan mengambil jarak dari objek. Dalam pengertian Hegel, kritis berarti kemampuan subjek untuk membangun sintesis dengan menyatakan dirinya objek. Dalam pengertian Marx, hal itu dipahami sebagai kemampuan manusia merealisasikan dirinya dalam objek dengan mengubah objek itu. Dalam pengertian teori kritis mazhab Frankfurt, kritis berarti kemampuan penyadaran diri manusia dari kekuatan hegemonik tertentu sehingga pada gilirannya manusia itu mampu melakukan perlawanan dan perubahan atasnya.
Kritik bukanlah suatu aktivitas pembebasan subjek, entah dari objek, entah dari subjek entah dari sistem hegemanik yang ada diluar dirinya, melainkan merupakan produk dan perbenturan antara 2 (dua) atau lebih wacana yang berbeda. Dalam pengertian Berger, kemungkinan yang demikian dapat disebut sebagai perbenturan antara 2 (dua) atau lebih definisi yang berbeda mengenai realitas.
(29)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua, kritik diartikan sebagai kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.
Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu variable penting dalam memelihara sistem sosial. Berbagai tindakan sosial ataupun individual yang menyimpang dari orde nilai moral dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial. Dengan kata lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai sistem sosial atau masyarakat. Cara demikian sering dipakai oleh kaum fungsional dalam menempatkan kritik sosial dalam proses politik. Kritik sosial menurut mereka harus bersumber dan merupakan bagian dari sistem itu sendiri. Kritik sosial diluar sistem dianggap sesuatu yang tabu dan tidak dapat diterima bahkan dianggap sebagai tindakan subversiv, sebab menggoncangkan sistem. Dalam perspektif, kritik sosial harus dilakukan berdasarkan norma-norma atau aturan-aturan main dalam sistem tersebut. Dalam praktik politik dinegeri ini terutama dimasa ORBA, pendekatan yang demikian boleh dibilang yang paling banyak dianut oleh kalangan elit politik yang berkuasa dinegeri ini. Elit politik sering kali melontarkan ucapan klise demikian; “mengemukakan kritik dibolehkan..”.
Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang paling tradisional seperti pepe (berjemur diri), ungkapan-ungkapan, sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial, melalui berbagi
(30)
22
pertunjukkan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa. Wahana yang terakhir inilah, yakni media massa, hingga kini dianggap paling efektif, popular, rasional serta institusional. Adapun jenis media massa yang paling efektif dan artikulatif dalam menyampaikan kritik sosial adalah media massa.
Bagi media, menyampaikan kritik sosial adalah salah satu cara menjalankan salah satu fungsi normatifnya, yakni sebagai satu alat kontrol sosial. Menyampaikan kritik sosial bagi media juga bermakna sebagai cara bagaimana media menyalurkan aspirasi sosial, aspirasi masyarakat. Begitu pula menyampaikan kritik sosial bagi media adalah salah satu cara bagiaman media sebagai wahana kataris social, sara pelepasan kegelisahan, keprihatinan dan bahkan kemarahan masyarakat.
Seluruh makna kritik sosial bagi diri pers tersebut nampaknya cenderung lebih banyak berhadapan dengan aspek ower kekuasaan Negara atau pemerintah. Kekuasaan Negara disini didefinisikan sebagai sosok yang punya kecenderungan distorsif, eksesif, represif, koruptif, kolusif, dan lain-lain sehingga perlu dikontrol, diawasi, dikritik, kekuasaan yang tidak mempertimbangkan aspirasi masyarakat, perlu memperhatikan media massa sebagai suara masyarakat. Agar kemarahan dan kebencian masyarakat terhadap tindakan kewenang-wenangan kekuasaan tidak eksplosif dan meledak menjadi kerusuhan.
Kritik sosial adalah penilaian ilmiah atau pengajian terhadap keadaan masyarakat pada suatu saat. Astrid mengemukakan bahwa dalam bidang politik istilah kritik sosial sering kali memperoleh konotasi negativ karena diartikan
(31)
mencari kelemahan-kelemahan pihak lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu menjadi kabur. Penjabaran mengenai suatu masyarakat merupakan analisis yang berbobot ilmu dan disertai pertanggungjawaban ilmu pula (Astrid Susanto, 1985:93).
Istilah kritik, memiliki arti harfiah yang dapat diperoleh dari kamus bahasa Indonesia adalah kecaman atau tanggapan yang sering disertai oleh argumentasi baik maupun buruk tentang suatu karya, pendapat, situasi maupun tindakan seseorang atau kelompok (Susetiawan, 1997: 4). Adapun, Sosial berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan kemasyarakatan. Kritik Sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sosial terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat (Zaini, 1997: 47).
Kritik sosial menurut Berger dan Lucman (dalam Ratna, 2007: 117) adalah kenyataan yang dibangun secara sosial, kenyataan dengan kualitas mandiri yang tak tergantung dari kehendak subjek. Menurut Susetiawan (1997: 27) kritik sosial itu ada karena terdapat ketimpangan sosial, kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, korupsi, dan berbagai konflik yang lain di masyarakat. Konflik dan kritik sosial tidak perlu dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintegrasi, tetapi dapat memberi kontribusi terhadap harmonisasi sosial. Harmoni sosial maksudnya terdapat keseimbangan - keseimbangan kepentingan di masyarakat walaupun esensinya berbeda -beda.
(32)
24
2.4. Ketidak Adilan
Berasal dari kata dasar adil yang memiliki arti sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak, berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran, sepatutnya; tidak sewenang-wenang. Jika ketidakadilan maka artinya adalah berat sebelah, memihak pada satu pihak, memihak kepada yang tidak benar, tidak sepenunya berpegang pada kebenaran dan sewenang-wenang (http://id.wikipedia.org/wiki)
2.5. Demokrasi
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang (http://id.wikipedia.org). Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Untuk mengetahui arti demokrasi, dapat dilihat dari dua buah tinjauan, yaitu tinjauan bahasa (etimologis) dan tinjauan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau“cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan
(33)
negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Sedangkan secara istilah, arti demokrasi diungkapkan oleh beberapa ahli yaitu: a. Joseph A. Schmeter mengungkapkan bahwa demokrasi merupakan
suatuperencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat;
b. Sidnet Hook berpendapat bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa;
c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan bahwa demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih;
d. Sedangkan Henry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
(34)
26
Affan Gaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk, yaitu pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan empirik (demokrasi empirik). Demokrasi normatif adalah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah demokrasi yang perwujudannya telah ada pada dunia politik praktis. Demokrasi empirik dianggap diterima oleh masyarakat karena dirasakan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat selama ini.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat, baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal : 1. Pemerintah dari rakyat (government of the people);
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people); dan 3. Pemerintahan untuk rakyat (government for people).
Jadi hakikat suatu pemerintahan yang demokratis bila ketiga hal di atas dapat dijalankan dan ditegakkan dalam tata pemerintahan (http://monaliasakwati.blogspot.com)
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat 2 (dua) asas pokok demokrasi, yaitu:
(35)
1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakil-wakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jurdil; dan
2. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama
Pemilihan umum secara langsung mencerminkan sebuah demokrasi yang baik (http://politik.kompasiana.com)
2.5.1. Ciri-ciri Pemerintahan Demokratis
Istilah demokrasi diperkenalkan kali pertama oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan banyak orang (rakyat). Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut.
1. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. 2. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
3. Adanya kebebsan dan kemerdekaan bagi seluruh warga Negara
4. Adanya Pemilihan Umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat
Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan). Adanya pemilihan
(36)
28
umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (http://politik.kompasiana.com).
2.6. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia. Sebagai contoh: Republik, Monarki / Kerajaan, Persemakmuran (Commonwealth). Dari bentuk-bentuk utama tersebut, terdapat beragam cabang, seperti: Monarki Konstitusional, Demokrasi, dan Monarki Absolut / Mutlak.
Secara harfia atau kebahasaaan, pemerintah berasal dari kata dasar “perintah” yang mempunyai arti kata verbal atau bentuk kata kerja. Kata perintah sendiri secara leksikal ini berarti perkataan yang bermaksud menyuruh. Atau kata perintah juga berarti aba-aba atau komando.Definisi pemerintah secara Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah system yang menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu Negara atau bagian-bagian; sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan; penguasa suatu Negara atau bagian Negara; dan badan tertinggi dari yang memerintah suatu Negara seperti kabinet dalam system pemerintahan Indonesia yaitu DPR, MPR, Presiden.
Merujuk pada definisi pemerintah, maka kita mendifinisikan pula arti kata pemerintahan. Pemerintahan adalah urusan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
(37)
sebuah Negara dalam rangka menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan menjalankan kepentingan umum yang bersifat kenegaraan (http://www.anneahira.com).
2.7. Pendekatan Semiotika Ferdinand de Saussure
Semiotika adalah suatu ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda. Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” (Sudjiman dan Van Zoest dalam Sobur,2006:16)atau seme, yang berarti “penafsir tanda” (Cobley dan Janz,1994:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika (Kurniawan,2001:49. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.
Kajian semiotik hingga kini dibedakan atas dua jenis yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang dimaksud dengan semiotika komunikasi dalam hal ini adalah menekankan pada teori produksi tanda yang salah satu diantaranya ada 6(enam) factor dalam komunikasi yaitu; pengirim, pnerima kode (hal yang dibicarakan) (Sobur,2004:15). Sedangkan yang dimaksud dengan semiotika signifikasi adalah semiotika yang mempelajari relasi elemen-elemen tanda d dalam suatu sistem, berdsarkan aturan main dan konveksi.
Teori linguistik yang diterbitkan oleh Saussure berhasil menyerang pemahaman “historis” terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad 19. Pandangan abad ke 19 memulai studi bahasa dengan fokus kepada perilaku linguistic nyata
(38)
30
(ucapan manusia, parole). Saussure menggunakan pendekatan anti-historis yang melihat bahasa sebagai sistem yang utuh dan harmonis secara internal (langue). Ia mengusulkan teori bahasa yang disebut “strukturalisme” untuk menggantikkan pendektan “historis” dari para pendahulunya.
Bahasa dimata Saussure tak ubahnya sebuah karya musik. Untuk memahami sebuah simponi, kita harus memperhatikkan keutuhan karya musik secara keseluruhan dan bukan kepada permainan individual dari setiap pemain musik. Untuk memahami bahasa, kita harus melihatnya secara “sinkronis”, sebagai sebuah jaringan hubungan antara bunyi dan makna.
Saussure mendefinisikan tanda linguistic sebagi entitas dua sisi(dyad), yaitu:
1. Penanda (Signifier)
Penanda adalah aspek material dari sebuah tanda,sebagaimana kita menangkap bunyi saat orang berbicara. Bunyi ini muncul dari getaran pita suara (yang tentunya bersifat material). Wilayah perhatian Saussure hanya meliputi tanda linguistik. Dalam hal ini dia mengikuti tradisi teorisasi tanda-tanda konvensional.
2. Petanda (Signified)
Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda tersebut yaitu konsep aspek mental dari bahasa
(39)
Sign
Signifier signified external reality of meaning (Physical existence (mental concept) of the sign)
Signifier adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah idea tau signified (petanda). Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
Jadi, meskipun antara penanda dan petanda tampak sebagai entitas yang terpisah-pisah namun keduanya hanya ada sebagai komponen tanda. Tandalah yang merupakan fakta dasar dari bahasa. Maka itu, setiap upaya untuk memaparkan teori Saussure mengenai bahasa pertama-tama harus membucarakan pandngan Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Menurut Saussure, setiap tanda kebahasaan pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara(sound image), bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama.
Saussure juga meletakkan Langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran) sebagai dua pendekatan linguistik yang pada gilirannya nanti dapat menunjang pikiran khususnya dalam teori wacana. Jika langue mempunyai objek studi sistem atau tanda atau kode, maka parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaiamana terlihat dalam penggunaannya. Menurut Saussure, tidak mungkin ada langue tanpa parole; yang memungkinkan hal tersebut (adanya langue sebelum parole) kali ini terterima, adalah karena di satu pihak bahasa mode
(40)
32
tidak datang dari “massa yang berbicara”, melainkan dari kelompok pengambil keputusan yang dengan sadar mengembangkan kode, dan di lain pihak abstraksi yang menyatu pada setiap langue di konkretkan disini dalam bentuk bahasa tertulis: mode pakaian
(tertulis) adalah langue pada tataran komunikasi pakaian, dan parole pada tataran komunikasi dengan kata-kata.
2.8. Makna dan Pemaknaan
Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat, namun kita terlebih dahulu harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah – istilah yang nyaris berimpitan antara apa yang disebut (1)terjemahan (translation), (2)tafsir atau interpretasi, (3)ekstrapolasi dan makna atau meaning.
Membuat terjemahan adalah upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya.
Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang dicari latar belakangnya, konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan. Materi yang disajikan dilihat tidak lebih dari tanda – tanda atau indikator pada sesuatu yang lebih jauh dari penafsiran dan
(41)
mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integrativ manusia, indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti yang ekstrapolasi, dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Dibalik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian empirik logik, sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun yang transdental.
Semantik adalah ilmu mengenai makna kata – kata, suatu definisi yang menurut S.I Hayakawa dalam Mulyana (2001:257) tidaklah buruk bila orang – orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat kebahasaan (linguistic), yang punya banyak dimensi, simbol merujuk pada objek di dunia nyata. Pemaknaan adalah perasaan subjkektif kita mengenai symbol itu dan referen adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata.
Gb.2.6. Segitiga Makna
Pikiran atau rujukan(orang)
- - - -
Simbol (kata) Referan (objek)
Sumber: Bert E. Bradley,1981, Fundamental of Speech Communication; The Credibility od Ideas, Edisi ke-3, Dubuque, Iowa, Wm.C.Brown, hlm.283.
(42)
34
Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotative atau makna konotatif. Makna denotaif adalah makna yang sebenarnya (faktual) seprti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih bersifat publik. Beberapa teori tentang makna dikembangkan oleh Aston (1964:11-26) dalam Sobur (2001:259) diantaranya adalah:
1. Teori Acuan
Teori ini merupakan salah satu jenis teori makna yag mengenali atu mengeidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan apa yang di acunya atau dengan hubungan acuan itu.
2. Teori Ideasional (The Ideational Theory)
Adalah suatu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasi makna ungkpan dengan gagasan – gagasan yang berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini, teori ideasional menghubungkan makna atau ungkapan tersebut kepada kesadaran. Atau dengan kata lain, teori ideasional mengidentifikasikan makna “E” (expression atau ungkapan) dengan gagasan – gagasan atau ide – ide yang ditimbulkan “E” (expression). Jadi pada dasarnya teori ini meletakkan gagasan (ide) sebagai titik sentral yang menentukkan makna suatu ungkapan.
3. Teori Tingkah Laku
Teori ini merupakan salah satu jenis teori makna mengenai makna sautau kata atau uangkapan bahasa dengan rangsangan – rangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut. Teori ini menanggapi bahasa sebagai ancaman kelakuan yang mengembalikannya kepada teori stimulus dan respons. Makna
(43)
menurut teori ini merupakan rngsangan untuk menimbulkan perilaku tertentu sebagai respon kepada rangsangan.
Dan teori yang sesuai dengan penelitian ini; Pemaknaan lirik lagu Besar dan Kecil yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, adalah Teori Ideasional, karena mengidentifikasikan makna ungkapan yang tertuang dalam lirik lagu tersebut.
2.9 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian ini menggunakan metode dari semiotik Saussure untuk memaknai lirik lagu ”Besar dan Kecil” karya Iwan Fals. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan, yaitu lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals.
Lirik lagu “Besar dan Kecil” akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik dari Saussure karena menitik beratkan pada hubungan antara penanda dan petanda. Dari data berupa lirik lagu “Besar dan Kecil”, kata-kata dan rangkaian kata dalam lirik lagu tersebut dianalisis dengan menggunakan metode semiotik Saussure yang menitik beratkan pada aspek material (penanda) dan aspek mental (petanda) yang pada akhirnya diperoleh signifikasi hingga menghasilkan suatu interpretasi bagaimana pemaknaan kritik sosial dalam lagu tersebut.
(44)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian deskriptif kualitatif akan dapat menginterpretasikan secara rinci pemaknaan kritik social dalam lirik lagu “Besar dan Kecil”. Data yang digunakan adalah data kualitatif (data yang tidak terdiri atas angka-angka) melainkan berupa pesan-pesan verbal (tulisan) yang terdapat pada lirik lagu ”Besar dan Kecil” karya Iwan Fals. Data-data kualitatif tersebut berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi secara ilmiah. Dengan penelitian kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka dalam pengumpulan data dan dalam memberikan enafsiran terhadap hasilnya (Suharsimi,2002:10)
Penelitian kualitatif yang menggunakan metode kualitatif ini di gunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat peneliti dan yang diteliti ; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola – pola yang di hadapi (Moleong, 2002:5)
(45)
3.2. Kerangka Konseptual 3.2.1. Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, yang terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Besar dan Kecil”.
3.2.2. Corpus
Corpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya yang akan memelihara sebuah sistem kemiripan yang lengkap (Kurniawan,2001:70)
Memilih lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals sebagai corpus adalah untuk mengetahui bagaimana pemaknaan lirik lagu yang sehubungan dengan keadaan pemerintahan Negara Indonesia yang kacau dan tidak adil terhadap nasib masyarakatnya. Dalam lirik lagu ini, pencipta lagu memposisikan sebagai bagian dari kehidupan masyarkat Indonesia, sehingga akan memudahkan untuk melakukan penghayatan dan mengekspresikan apa yang ingin di gambarkan pada lirik lagu tersebut.
(46)
38
Kau seperti bus kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan Aku seperti bemo atau sandal japit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa ku mengadu Pada siapa ku bertanya
Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang-mentang menakutkan makan sembarangan Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil mrengil sulit dapat untung
Pada siapa ku mengadu Pada siapa ku bertanya
Mengapa besar selalu menang Bebas berbuat sewenang-wenang Mengapa kecil selalu tersingkir Harus mengalah dan menyingkir Apa bedanya besar dan kecil Semua itu hanya sebutan
(47)
Ya.. walau di dalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data didalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder:
1. Data primer, Korpus atau data yang dikumpulkan oleh peneliti, berwujud tulisan yaitu lirik lagu yang berjudul “Besar dan Kecil”. Data primer diperoleh melalui lirik lagu yang terdapat dalam website, yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.
2. Data sekunder berasal dari bahan – bahan referensi seperti artikel – artikel dan internet yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.
3.2.4. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan metode Semiotik Saussure, yaitu menghubungkan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) dengan melihat dari kata-kata dan rangkaian kata yang membentuk kalimat dalam lirik lagu tersebut. Kemudian menganilis makna konotasi yang terdapat dalam lirik lagu yang mencerminkan kehidupan sosial masyarkat Indonesia, sehingga di peroleh makna denotasi yang merupakan makna sebenarnya dari suatu kata (Sobur,2002:128).
Bila hendak menemukan maknanya, maka yang akan dilakukan adalah rekonstruksi dari bahan-bahan yang tersedia, yang tidak lain adalah teks lirik lagu
(48)
40
itu sendiri. Sebagai sebuah proyek rekonstruksi, maka pertama-tama teks atau lirik lagu tersebut dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa “leksia” atau satuan bacaan tertentu. Leksia ini dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraf, atau beberapa paragraf.
Sistem penanda dan petanda yang terdapat dalam lirik lagu tersebut akan diinterpretasikan oleh pengguna tanda sesuai dengan pengalaman atau kerangka referensi pengguna tanda, melalui interksi sosial yang dilakukan oleh pengguna tanda sebagai anggota masyarakat atau budaya tertentu.
(49)
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Virgiawan Listianto atau dikenal dengan Iwan Fals, lahir pada tanggal 3 September 1961.Menurut cerita ibunya, ketika ia berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan magrib, selalu menangis. Iwan keciltidak mengerti kenapa sampai sekarang pun ia masih gambang menangis. Biar begini-begini, Iwan Fals adalah orang yang lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, ketika menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu mendapatkan penghargaan atas prestasinya, ia pun bisa menangis. Begitu juga ketika melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat Iwan tersentuh dan kemudian menangis.
Bicara mengenai perjalanan karir musiknya, Iwanmemulainya dengan aktif nsebagai penyanyi jalanan atau biasa disebut ngamenketika di Bandung.Ia mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu masih duduk di bangku SMP.Iwanpertama kali belajar main gitar dari teman-teman nongkrongnya. Kalau mereka main gitar ia suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu.Suatu hari Iwan mudamemberanikan diri nekat memainkan gitar itu.Tapi senarnya malah putus.Ia pun dimarahi. Sejak saat itu, gitar menjadi seperti terekam kuat dalam ingatannya. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatannya
(50)
42
Dulu Iwan Fals pernah mengecap pendidikan di Jedah, Arab Saudi, di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara dari orang tuanya yang tidak mempunyai anak. Karena tinggal di negeri orang, ia merasakan sangat membutuhkan hiburan. Dan hiburan satu-satunya baginya adalah sebuah gitar yang dibawa dari Indonesia.Saat itu ada dua lagu yang selalu dimainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.
Waktu sepulangnya dari Jeddah, ketika itu musim Haji, kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, tapi dia hanya menenteng gitar kesayangannya. Dalam perjalanan dalampesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarnyasemakin bertambah. Ketika melihat ada seorang anak kecil bawa gitar dalam pesawat, hal tersebut membuat seorang pramugari heran.Pramugari itu lalu menghampirinya dan meminjam gitarnya. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarnya fals."Kokkayak gini stem-annya?" tanyanya. Waktu itu meski sudah bisa sedikit-sedikit, Iwan kecil memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarnya, pramugari itu lalu mengajarinya memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.
Waktu sekolah di SMP 5 Bandung pun, Iwan juga mempunyai pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang gurunya menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, ia menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirnya waktu itu. Maka jadilah ia pemain gitar di vokal grup sekolah.
(51)
Kegandrungan Iwan pada gitar terus berlanjut.Karna saat itu teman-teman sepermainannya juga suka memainkan gitar.Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones.Melihat teman-temannya jago bermain gitar, Iwan jadi iri sendiri.Ia inginbisa main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara dia nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, dengan bermodalkan nekat lagi, Iwan memainkan lagunya sendiri.Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaannya sendiri, pikirnya.
Untuk menarik perhatian dari teman-temannya, Iwan membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temannya pada ketawa mendengarkan lagunya.
Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar yang lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, Iwan datang untuk menyanyi. Dulu manajernya, Engkos, yang merupakan tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.
Di SMP dia sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat.Mungkin karena merasa nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatiannya lebih banyak trcurah pada gitar.Sekolahnya pun mulai nggak benar.Sering bolos, lalu pindah sekolah.
Iwan merasakan gitar bisa menjawab kesepiannya. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah ia menjadi sombong.
(52)
44
Tetapi sesungguhnya semuanya itu dilakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.
Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta.Waktu itu Iwan baru sadar kalau ternyata lagu yang diciptakan sudah terkenal di Jakarta.Maksudnya sudah banyak anak muda yang memainkan lagunya itu.Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaannya itu.Sebelum bertemu orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, Iwan sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH.Dia bikin lagu lalu diputar di radio itu.Tapi radio itu kemudian dibredel.Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temannya, ia pergi ke Jakarta. Waktu itu masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta ia sempat menjual sepeda motornya untuk membuat master. Iwan tidak sendirian. Dia bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Mereka lalu rekaman.Tapi ternyata kasetnya tidak laku. Akhirnya, ia mulai ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , Iwan ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor.Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humornya lalu direkam, diproduseri Handoko.Nama perusahaannya ABC Records.dia rekaman ramai-ramai, bersama Pepeng (pembawa acara kuis Jari-jari, MC, dll yang sekarang lumpuh karena penyakit), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses.Tetap minoritas.Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.
Akhirnya Iwan rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, ia sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musiknya
(53)
mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.
Setelah tinggal di Jakarta dan masuk studio rekaman, seorang Iwan Fals masih tetap ngamen dari rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget, Blok M. Tapi setelah di Jakarta ia mulai memikir honor. Karna soal honor ini mau nggak mau jadi salah satu pemacu juga. Apalagi sebagai anak muda, ia juga butuh pacaran, butuh nonton.Kebutuhan yang wajar bagi anak-anak mudalah.
Waktu itu namanya uang transport.Tapi kalau pas dadakan, biasanya gratis.Waktu ngamen Iwan nggak pilih-pilih tempat.Panggung hajatan, sunatan, nggak masalah.Lagu lagu yang dibawakan waktu ngamen pun biasanya lagu-lagu baru yang menceritakan masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat.Dulu jarang sekali pemusik memainkan lagu-lagu country. Apalagi main gitar sama harmonika sekaligus, jarang. Kalau melihat tanggapan penonton, Iwanmerasa cukup positif.
Kalau mulai ngamen Iwan juga selalu bernyanyi dengan riang gembira, meski syairnya sedih. Prinsipnya, orang sedih kan boleh saja bergembira. Soalnya, dulu kalau ia membawakan lagu-lagu sedih, teman-temannya pada kabur semua.
Tanggapan untuk ngamen juga bertambah.Iwan mulai diundang ke mana-mana.Mungkin karena pengaruh album Sarjana Muda, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri (waktu itu album ini sangat terkenal.Semua lagunya selalu dinyanyikan anak-anak muda).
(54)
46
Ketika itu penghasilan dari ngamen saja per hari pernah sampai 20 ribu rupiah.Sebab orang yang kita datangi ngasih uangnya bukan untuk ngusir.Kalau dihitung sekarang barangkali nilainya sampai 300 ribu.Tapi, ya namanya ngamen, tentu penghasilannya tidak pasti.Kalau diambil rata-rata sehari sekitar dua ribu rupiah. Berarti sebulan bisa 60 ribu.Jumlah yang cukup lumayan untuk ukuran waktu itu, di awal tahun 1980-an.
Pada saat itu orang nggak tahu siapa Iwan Fals. Meski sudah rekaman, dan kasetnya lumayan sangat laku, tapi orang kebanyakan hanya tahu nama nggak kenal wajah. Mungkin karena dia nggak pernah masuk televisi (TVRI).Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987.Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI.Iwan benar-benar stop ngamen setelah lahir anak keduanya, Cikal yang lahir tahun 1985. Iwan Fals yang bernama asli Virgiawan Listanto adalah seorang legenda hidup Indonesia.Lewat lagu-lagunya, ia memotret kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang kritis.
(55)
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar.Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'.Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuahyayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan “Oi”. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang “Oi” dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi.Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.
Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark
(56)
48
ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini , yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktifitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung Bogor Jawa Barat sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki.Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Sedangkan lagu Besar dan Kecil ada pada album “Belum Ada Judul”.Iwan Fals menyebutnya sebagai Album Sendiri.Album yang sempat membuat terdiam sejenak.Terpesona.Lantas larut dalam dentingan dawai gitar dan alunan harmonika menyayat penuh makna.Album yang sepi namun ramai. Sepi, lantaran
(57)
Iwan Fals bernyanyi sendiri. Ramai, akibat tarian jemarinya ditiap senar gitar begitu riuh dengan denting riangnya berbaur desah nafas yang tertangkap celah harmonika yang tak jarang begitu menyayat.
Album yang memang tidak langsung begitu saja timbulkan minat kenikmatan dalam mendengarkannya.Semua lantaran kesenyapan secara tiba-tiba setelah rangkaian keriuhan album-album sebelumnya yang telah melarutkan suasana dalam hentakan jiwa pemberontakan pada keadaan sekitar.
Kehadiran album Belum Ada Judul (BAJ), memang tak serta merta mengembalikan sosok Iwan Fals selepas berkarya bersamanya yang hingar bingar kembali kepada masa lalu, masa kesederhanaan.BAJ adalah bentuk baru dari Iwan Fals setelah berproses begitu lama dalam perjalanan musiknya.Semua ini dapat
disimpulkan menilik lirik lagu-lagu yang ada dalam album
tersebut.Kesederhanaan yang terkadang rumit. Sangat berbeda dengan kesederhanaan di masa lalunya, yang dalam pemilihan kata-katanya terkesan lugas apa adanya, tanpa kalimat yang mesti dikupas terlebih dahulu untuk menemukan maknanya.Permainan kata-katanya tak sedikit mengalami perubahan. Semua dapat dirasakan ini akibat dari berproses, bukan kembali ke masa lalu.Tapi ini adalah pergerakan dan kekinian.
Berikut adalah 11 lagu yang ada didalam album Belum Ada Judul milik Iwan Fals:
(58)
50
2. Besar dan Kecil 2. Aku Disini
3. Ia atau Tidak 3. Mencetak Sawah
4. Mereka ada di jalan 4. Panggilan dari Gunung
5. Potret 5. Coretan Dinding
6. Dimata Air Tidak Ada Air Mata
4.2. Penyajian dan Pemaknaan Data 4.2.1. Penyajian Data
Berdasarkan kata – kata yang terdapat pada lirik lagu “Besar dan Kecil” maka hasil dari pemaknaan tersebut kemudian kan disajikan kritik sosial dalam lirik tersebut yang ditujukan kepada pemerintahan.
Lirik lagu “Besar dan Kecil” selanjutnya akan dimaknai dan dianalisis berdasarkan landasan teori dari Fredinand de Saussure untuk mengetahui pengungkapan pemaknaan tersebut. Saussure mendefinisikan tanda berdasarkan aspek penanda (signifier) dan juga petanda (signified) untuk menghasilkan signifikasi yang akhirnya untuk mengetahui realitas yang sebenarnya terjadi di lingkungan masyarakat. Saussure mendefinisikan bahwa bahasa sebagai suatu system tanda (sign), dan setiap tanda itu terssususn dari dua bagian yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier merupakan sebuah bunyi atau coretan yang memiliki makna, sedangkan signified merupakan gambaran mental atau konsep dari signifier. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental
(59)
sifatnya arbiter (manasuka) yang dinamakan signification. Dengan kata lain signification adalah upaya memberikan makna.
Dalam lirik lagu “Besar dan Kecil”, ketiga bagian dari teori tanda Saussure tersebut adalah sebagai berikut:
1. Signifiernya adalah seluruh lirik atau kata-kata yang ada dalam lagu “Besar dan Kecil” dari mulai bait pertama sampai dengan bai yang terakhir.
2. Signifiednya adalah makna atau konsep yang ada dalam kata-kata yang digunakan oleh penulis lirik, sehingga tercipta sebuah pesan yang ingin disampaikan.
3. Significationnya adalah proses pemaknaan dari pesan yang ingin disampaikan. Dari signification ini, maka hasilnya adalah sebuah external reality, pada lirik lagu “Besar dan Kecil” penulis lirik menyampaikan kritik sosial kepada pemerintah yang sewenang-wenang tehadap kehidupan masyarkat.
4.2.2. Pemaknaan Lirik lagu “Besar dan Kecil”
Judul lagu mencerminkan isi dari lirik lagu yang diwakilinya. Judul “Besar dan Kecil”menimbulkan pertanyaan , apanya yang besar dan kecil? Dalam setiap lirik lagunya, penulis lirik yaitu Virgiawan Listianto atau yang lebih dikenal dengan Iwan Fals ini selalu memposisikan dirinya sebagai subyek untuk memudahkan pemahaman terhadap lirik lagu tersebut. Kata “Aku” yang ada dalam lirik lagu tersebut menggambarkan masyarakat yang merasakan ketidakadilan dari pemerintah sebagai warga Negara yang mempunyai hak yang sama. Lagu ini adalah suara hati masyarkat yang mengkritik pemerintah yang
(60)
52
bersikap sewenang-wenang terhadap kehidupan masyarakatnya yang tertindas secara hak. Dan lagu ini ditulis oleh Iwan Fals karena ia terinspirasi atas kenyataan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa orde baru, waktu masa pemilu ketika masyarakat ingin menyuarakan protes atas keputusan satu partai besar yang dipimpin oleh Presiden (waktu itu) yang tidak ingin memilih GOLKAR kembali dalam pemilu dan memutuskan untuk tidak memilih partai manapun.
Bait pertama lirik lagu Besar dan Kecil lengkapnya sebagai berikut:
Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
7 Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada lirik lagu Kau seperti bis kota atau truk gandengan. Makna denotasi pada bait pertama ini adalah kata Kau yang merupakan kata ganti orang kedua atau menunjuk langsung kepada pemerintah besar yang digambarkan sebagai bis atau truk gandengan. Bis atau truk gandengan merupakan kendaraan yang lebih besar dari pada kendaraan pribadi maupun kendaraan umum lainnya. Makna konotasinya adalah menunjukkan yang besar adalah yang bisa melakukan apapun demi kepentingan pribadinya
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan, merupakan kalimat penjelasan dan menegaskan tentang apa yang disebutkan pada lirik lagu yang pertama. Kata mentang-mentangpada lirik kedua pada lagu ini berdasarkan kamus lengkap Bahasa Indonesia memiliki makna denotasi merasa.Dan makna
(1)
5.1. KESIMPULAN
Setelah mengulas mengenai pemaknaan lirik lagu “Besar dan Kecil” yang merupakan kritik sosial yang disampaikan Iwan Fals sebagai salah satu perwakilan dari rakyat kepada pemerintah besar pada masa orde baru, maka diperolah kesimpulan dari pemaknaan data tersebut, yaitu: bahwa pemerintahan pada masa orde baru bisa dikatakan sebagai pemerintahan yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Khususnya pengaruh ketika setiap menjelang Pemilihan Umum. Ketika itu, hanya ada 3(tiga) partai besar yang menjadi pilihan bagi rakyat mana yang terbaik sebagai pemimpin.Yaitu PDI, GOLKAR dan PPP, setelah terjadi fusi partai politik yang awalnya dari 9 partai.
Pengaruh tersebut akhirnya menjadi ketidakadilan bagi masyarakat Indonesia. dikarenakan para pejabat pemerintahan merasa bias menguasai segalanya. Apalagi mereka memiliki perekonomian yang sangat bagus dibandingkan dengan masyarakatnya dan tingkat pendididkan yang lebih tinggi. Maka ketika ketiga partai besar tersebut mengadakan kampanye secara bergiliran dan rakyat sudah mengerti mana yang baik dan buruk, yang kemudian rakyat lebih memilih menjadi tidak memihak salah satu partai. Namun hak rakyat tersebut tidak diiringi dengan dukungan dari ketiga Partai besar tersebut, bahkan anak
(2)
63
emas pemimpin orde baru yaitu Golkar, tidak mau tahu tentang keinginan rakyat tersebut. padahal Negara Indonesia berasaskan Demokrasi.
Karena merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintahan maka masyarakat pun semakin tidak mengerti siapa dan pihak mana yang bias dijadikan wadah untuk menampung keluh kesah, untuk mengadu mengenai kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kerena merasa tidak mendapat keadilan, rakyat kecil bertanya mengapa selalu saja tidak memperoleh hak yang sama dengan masyarakat yang dengan perekonomian lebih baik dan berpendidikan yang tinggi. Dan mengapa selalu disingkirkan dari kehidupan luas di Indonesia. Padahal memiliki hak yang sama untuk hidup bernegara dan bermasyarakat dengan siapa pun.
Dan tidak dapat dipungkiri bahwa dari hari kehari, tahun ketahun serta berdasarkan pengalaman yang berulang kali, masyarakat Indonesia semakin pintar tentang politik yang terjadi di Indonesia dan yang dilakukan oleh para pejabat Negara atau partai.
Keberagaman ketidakadilan yang terjadi serta tidak adanya tempat untuk mengadu bagi masyarakat yang hidupnya tidak sejahtera, maka berangkat dari kenyataan tersebut Iwan Fals sebagai pekerja seni atau lebih lebih tepatnya sebagai penyanyi dan pencipta lagu, menciptakan lagu-lagu yang bertujuan menyampaikan keluh kesah atau protes atau kritik social rakyat kepada pemerintah, salah satunya yaitu lagu Besar dan Kecil.
Dengan adanya lagu tersebut, Iwan Fals berharap apa yang sudah diciptakan itu yang merupakan perwakilan seruan dari rakyat, dapat didengar oleh
(3)
semua kalangan terutama kalangan pemerintah Indonesia, supaya dapat dijadikan perhatian serta pertimbangan untuk kehidupan masyarakat Indonesia seluruhnya tanpa ada perbedaan bahkan kesenjangan sosial yang sangat mencolok.
5.2. SARAN
Dari hasil pemaknaan lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals tersebut, maka saran untuk masyarakat Indonesia adalah ketika ingin menyuarakan kritik atau apaun untuk kebaikan jangan takut gunakanlah hak berpendapat yang baik dan benar. Karena Negara Indonesia merupakan negara yang demokrasi. Media untuk menyampaikan pendapat pun dapat dilakukan dengan berbagai cara, asalkan jangan sampai merugikan masyarakat luas dan jangan sampai menghilangkan nyawa sesama pula. Seperti contoh Iwan Fals yang menyampaikan pendapat dan kritik social melalui lagu yang didalamnya memuat tentang segala realitas yang dilihat dan didengar. Tidak salah jika pada masa sekarang ini lagu digunakan sebagai sarana sosialisasi ide, kritik social bahkan untuk menggugah hati masyarakat terutama untuk para pejabat negara demi kemanusiaan atau keadilan.
Untuk pemerintahan Indonesia, janganlah lupa bahwa sarana pendidikan di Indonesia semakin hari semakin berkembang dengan pesat meski pun sarana itu tidak resmi. Selain itu pola pikir rakyat Indonesia pun berubah menjadi semakin kritis karna kebutuhan.
Dalam kehidupan, memiliki begitu banyak unsur karenanya jika hanya ada satu unsur saja yang berjalan, maka ketida terjadi ketidakaadilan, dapat
(4)
65
menimbulkan berbagai hal dan akan tetap ada sampai kapan pun. Tingkat kesadaranmasyarakat akan penghapusan ketidakadilan dan sikap berani menyuarakan kritik saat ini sangat tinggi, namun tetap membutuhkan peran serta berbagai pihak agar yang menjadi sumber permasalahn dapar terselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan kekacauan semakin jauh.
Penulis juga berharap bagi para peneliti yang akan dating disarankan dapat memilih ruang lingkup yang lebih luas untuk sasaran penelitian yang akan datang dan lebih luas lagi dalam membahas kritik sosial dalam lagu.
(5)
Dr. Mohtar Mas’oed (pengantar). Kritik Sosial dalam wacana Pembangunan. Yogyakarta : UII Press
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta
Effendy, onong Uchyana Prof. MA, 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Karim, Rusli. 1983. Perjalanan Partai Politik di Indonesia : Sebuah Potret Pasang Surut. Jakarta : CV Rajawali
Kurniawan, 2001. Semiologi Roland Barthes, Magelang : Indonesiatera
Lidlle, R. William. 1994. Pemilu-Pemilu Orde Baru; Pasang Surut kekuasaan Politik. Jakarta : LP3ES
Mas’oed, Mohtar, Dr, 1999.Kritik Sosial Dalam Wacana Pembangunan edisi revisi, UII Pres Yogyakarta
Moleong, Lexy, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy MA.,Phd, 2001. Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Murtopo, Ali. 1974. Dalam Averroes Press. Partai Politik Demokrasi dan Kebijakan Publik. Malang : Program Sekolah Demokrasi
Press, Averroes, 2010. Partai Politik Demikrasi dan Kebijakan Publik, Malang : Program Sekolah Demokrasi
Rachmawati, Yeni, 2005. Musik Sebagai Pembentuk Budi Pekerti, Yogyakarta : Panduan
Raharjo, Dawam. 1996. Sistem Pemilu, Demokratisasi dan Pembangunan. Jakarta : Pustaka Cidesindo
Sindhunata, 1982, Dilema Usaha Manusia Rasional : Kritik Masyarakat Modern, Jakarta : Gramedia
(6)
67
Susanto, Astrid S, 1985. “Komunikasi Sosial Di Indonesia” dalam Buku
Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan (kumpulan tulisan). Yogyakarta : UII Press
Sobur, Alex,Drs.Msi, 2003. Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, alex, Drs.Msi, Analisis Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Susetiawan. 1997. “Harmoni, Stabilitas olitik dan Kritik Sosial” dalam Buku
Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan (kumpulan tulisan). Yogyakarta : UII Press
Van Zoest, Aart.1993. SemiotikaTentang Tanda, Cara Bekerjanya dan Apa Yang Kita Lakukan Dengannya, Jakarta :Yayasan SumberAgung.
Vardiansyah, Dani, 2005. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Indeks.
NON BUKU
Setianingsih, Ida, 2003. Penggambaran Perempuan Dalam Lirik Lagu, Skripsi, Surabaya : FIA, Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran.”
INTERNET
http://www.anneahira.com
http://majalah.tempointeraktif.com http://monaliasakwati.blogspot.com
http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm http://id.wikipedia.org/wiki
http://politik.kompasiana.com
www.budi.insan.co.id/books.classic-rock/versilama/membedah-classic-rock-0-11.doc
www.myartmusic.com www.kompas.com www.sejarahsosial.org