commit to user
4
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Keputusan
Direktur Jendral
Perhubungan Darat
Nomor: SK.687AJ.206DRJD2002 menerangkan bahwa angkutan kota adalah angkutan
dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus dan atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan
teratur. Wilayah pengoperasian adalah wilayah atau daerah untuk pelayanan angkutanperkotaan yang dilaksanakan dalam jaringan trayek. Wilayah pelayanan
angkutan perkotaan adalah wilayah yang didalamnya bekerja satu sistem pelayanan angkutan penumpang umum karena adanya kebutuhan pergerakan penduduk dalam
wilayah perkotaan. Warpani, 1990. Menyatakan bahwa meningkatnya jumlah kendaraan di Indonesia
yang cenderung kepada kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi mengindikasikan pelayanan angkutan umum yang masih rendah. Kecenderungan
ini tak boleh berlanjut terus karena lahan kota tetap sementara jumlah kendaraan terus bertambah. Untuk itu perlu diupayakan penyeimbangan permintaan dengan
penyediaan angkutan kota. M. Prasasti Sela, 2003. Merencanakan rute angkutan pariwisata di kota surakarta
dengan menggunakan jaringan jalan yang ada dengan lintasan rute yang tetap dan adanya informasi yang jelas pada pelayanan pariwisata kota. Metode yang
digunakan adalah metode observasi langsung di lapangan. Dari hasil analisis diperoleh rute terbaik adalah rute yang melalui Jl. Ir. Sutami, Ir. Juanda, Urip
Sumoharjo, Jendral Sudirman, Ronggowarsito, Gajah Mada, Honggowongso, Dr. Radjiman, Dr. Wahidin, Slamet Riyadi, Adi Sumarmo, Adi Sucipto, dan Ahmad
Yani. Kartika Ratna Subagyo, 2003. Pelakukan penelitian tentang penentuan nilai waktu
penggguna angkutan umum bus kota di surakarta dengan tujuan mengetahui
commit to user
5 besarnya nilai waktu pengguna angkutan umum bus kota di surakarta dalam bentuk
nilai moneter dengan menggunakan metode pilihan moda angkutan. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa besarnya nilai waktu penggunaan angkutan umum
bus kota di Surakarta secara umum adalah Rp. 801,894jam. Endang Widjajanti dan Dodi Sondhari. Dalam Simposium VIII FSTPT Palembang,
membahas pengaruh angkutan umum terhadap kinerja jalan, khususnya kapasitas jalan di Jl. Jatinegara Barat, Jakarta. Kegiatan yang diukur adalah jumlah angkutan
umum yang berjalan lambat serta berhenti untuk naikturun penumpang serta pengguna angkutan umum yang menunggu angkutan umum di sepanjang segmen
ruas yang diteliti. Anggraeni Wijaya, 2003. Mengadakan penelitian tentang kinerja angkutan umum
di wilayah Surakarta dengan menggunakan indikator standard World Bank. Penelitian dilakukan pada beberapa PO. yang ada di Surakarta. Dari hasil penelitian
yang disimpilkan bahwa PO. Nusa mempunyai kinerja yang memenuhi indikator. Nugroho Harimurti, 2007. Pada penelitiannya menyatakan bahwa pergerakan orang
secara individu sangat tidak efisien. Kecenderungan penggunaan kendaraan pribadi dapat menyebabkan pemborosan konsumsi energi. Keadaan ini akan semakin parah
jika di dalam perkembangan suatu kota besar tidak diiringi oleh perencanaan, penyediaan transportasi massal yang representatif dan memadai. Perlunya
perencanaan penyediaan sarana angkutan umum penumpang yang banyak dan masal dan juga tidak terlepas dari sistem pelayanan jasa angkutan yang berfungsi
untuk mengumpulkan dan mendistribusikan pergerakan. A. N. Sari, 2008. Melakukan penelitian tentang evaluasi rute trayek di Kabupaten
Sragen berdasarkan persebaran kawasan permukimannya, sehingga menghasilkan suatu rekomendasi dalam penyusunan rute trayek yang dapat melayani permintaan
pergerakan di Kabupaten Sragen. Eko Fitriyanto,2008. Meneliti tentang pelayanan angkutan umum di wilayah
surakarta rute B dan rute 08. Faktor yang ditinjau adalah mengenai kelayakan angkutan umum berdasarkan modul pelatihan perencanaan sistem angkutan umum
commit to user
6 standar kemempuan melayani daerah pelayanan rute dan waktu pelayanan dan
standard world bank standard headway. Hasilnya belum memenuhi kelayakan rute, ditinjau dari faktor-faktor penentu baik dan buruknya suatu rute.
Viyandani Witasari,2008. Mengevaluasi kinerja angkutan umum perkotaan jalur 08 di wilayah surakarta. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kiinerja dan
pelayanan angkutan umum di lokasi tersebut dengan menggunakan standar indikator kinerja pelayanan angkutan umum menurut Departemen Perhubungan dan
indikator kinerja pelayanan angkutan umum yang mengacu pada standar World Bank. Hasilnya belum sesuai dengan indikator yang ditetapakan. Indikator yang
sesuai dengan Departemen Perhubungan adalah waktu tunggu penumpang. Sedangkan indikator yang sesuai dengan standart World Bank adalah headway,
kecepatan dan operating ratio. Ardani D. Y, 2008. Menganalisis penentuan prioritas rute bus rapid transit di
surakarta dengan metode proses hirarki analitik PHA dengan bantuan software matematica v.5.0. Hasil analisis menunjukkan bobot aspek finansial sebesar
20,10, aspek ekonomi sebesar 19,95, aspek pengembangan wilayah sebesar 19,66, aspek sosial kemasyarakatan sebesar 19,52 , dan aspek lingkungan
sebesar 19,77. Triyanto,2008. Menganalisis tarif angkutan umum berdasarkan biaya operasi
kendaraan dengan menggunakan tiga variasi analisis tarif, yaitu metode dephub, metode dephub debgan asumsi dari dllaj jawa barat tahun 1992, dan metode dephub
dengan asumsi dari tamin tahun 1999. Kemudian data tersebut dianalisis dengan data ATP dan WTP hasil survai di surakarta tahun 2007. Dari perhitungan
dihasilkan tarif dengan asumsi analisis 1 load factor 70 sebesar Rp. 3.189,594. Asumsi analisis 1 Load factor 80 sebesar Rp. 2.790,895. Asumsi analisis 3
Load factor 70 sebesar Rp. 3.297,869. Taty Yuniarti,2009. Menganalisis tarif angkutan umum berdasarkan biaya
operasional kendraan, ability to pay dan willingness to pay pada PO atmo trayek palur-kartasura di surakarta. Hasil tanalisis menunjukkkan tarif berdasarkan Biaya
commit to user
7 Operasional Kendaraan adalah Rp. 2.930,98. Berdasarkan ability to pay adalah Rp.
2.349,66 dan berdasarkan willingness to pay adalah Rp. 2.338,93. Aidil Busyra, 2009. Melakukan penelitian mengenai matrik asal tujuan penumpang
angkutan umum di Jogjakarta. Pergerakan penumpang yang diteliti adalah penumpang yang melakukan perjalanan menggunakan Trans-Jogja.
Public transit system, a basic part of the transportation network in urban areas, benefit society by providing mobility to people in shared vehicles. Although transit-
oriented development may not always be the best way, it is one of the best solutions for transportation problems in large cities and is being focused on frequently,
especially in the metropolitan areas. Public transit systems have attracted the attention of both public and private sectors for a while and have drawn lots of
investments. Amir Samimi, American Journal of Applied Science, 2009
Traffic congestion is a major urban transport problem. Efficient public transport PT can be one of the potential solutions to the problem of urban road traffic
congestion. Public transport systems can carry a significant amount of trips during congested hours, improving overall transportation capacity, and can release the
burden of excess demand on congested road networks Md Aftabuzzaman, Journal of Public Transportation, 2010
Pada penelitian ini akan dicoba mengevaluasi kinerja angkutan umum Batik Solo Trans di Surakarta dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan angkutan
umum menurut Departemen Perhubungan dan indikator standart World Bank, untuk mengetahui kelayakan kinerja nagkutan umun Batik Solo Trans. Alasan
menggunakan indikator kinerja angkutan umum tersebut karena keduanya saling melengkapi kriteria kinerja angkutan umum sehingga kriteria lebih terperinci.
commit to user
8
2.2 Dasar Teori