F. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh
Lincoln dan Goba antara lain: mengkontruksi mengenai orang-orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan dan lain-lain.
47
Dalam pelaksanaan wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu
wawancara dengan membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh keterangan dari peserta didik
maupun guru bimbingan dan konseling agar peneliti bisa mengetahui peserta didik yang menjadi pelaku bullying di SMP Gajah Mada Bandar Lampung.
2. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan sistematis terhadap hal-hal yang diselidiki. Dalam arti luas
observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang sedang diteliti.
Ada tiga jenis teknik pokok dalam penggunaan observasi yaitu observasi partisipan dan observsi non partisipan, observasi sistematik dan observasi non
47
prof. Lexy j. Moleong, Metodologi Kuantitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 186
sistematik, dan observasi eksperimen dan observasi non eksperimen.
48
Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan metode non partisipan karena
peneliti tidak mengambil bagian secara penuh dari aktivitas objek yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan hasil kegiatan dan data-data yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi
yang dimaksud seperti poto-poto saat penelitian serta data-data penelitian yang telah dilakukan.
4. Metode Kuesioner Angket
Angket atau kuesioner didefinisikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri
responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.
49
Dengan indikator menurut Al. Tridhonanto yaitu: 1 menyisihkan seseorang dari pergaulan.Menyebarkan gossip, 2 membuat
julukan yang bersifat ejekan, 3 Mengerjai seseorang untuk mempermalukan, 4 Mengintimidasi atau mengancam korban, 5 Melukai secara fisik, 6
Melakukan pemalakan. Kuesioner yang digunaan peneliti adalah kuesioner langsung. Kuesioner
langsung digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan perilaku bullying dalam kelas VII B Gajah Mada Bandar Lampung.
48
Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, hlm. 84
49
Anwar Sutoyo, Ibid, hlm. 189
Adapun untuk mempermudah responden dalam menjawab suatu pertanyaan dalam angket peneliti mengunakan bentuk jawaban skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi peserta didik atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
50
Adapun skor alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Skor Alternatif Jawaban
Jenis pertanyaan Alternatif Jawaban
Sangat setuju
Setuju Ragu-
ragu Tidak
Setuju Sangat
Tudak Setuju
Favorable pertanyaan positif
5 4
3 2
1 Unfavorable
pertanyaan negatif 1
2 3
4 5
Penilaian perilaku bullying dalam penelitian ini menggunakan rentang skor dari 1-5 dengan banyaknya item 16. Menurut eko aturan pemberian skor dan klasifikasi
hasil penilaian adalah sebagai berikut: a skor pernyataan negatif kebalikan dari pernyataan yang positif;
b jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pertanyaan atau aspek penilaian x jumlah pilihan;
c skor akhir = jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal x jumlah kelas interval;
50
Sugiyono, Op.Cit, hlm. 93
d jumlah kelas interval = skala hasil penilaian. Artinya kalau penilaian menggunakan skala 5, hasil penilaian diklasifikasi menjadi 5 kelas interval;
dan e penentuan jarak interval Ji diperoleh dengan rumus:
Ji = t-rJk
Keterangan : t = skor tertinggi ideal dalam skala
r = skor terendah ideal dalam skala Jk = jumlah kelas interval.
51
Beradasarkan pendapat eko, maka interval kriteria dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1 skor tertinggi : 5 X 16 = 80
2 skor terenda : 1 X 16 = 16
3 rentang : 80
– 16 = 64 4 jarak interval
: 64 : 5 = 12,8 Berdasarkan keterangan tersebut maka kreteria perilaku bullying dapat dilihat
pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4
51
Eko Putra Widoyo, Penelitian Hasil Pembelajaran di Sekolah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014, hlm. 144
Kriteria Perilaku Bullying
Interval Kriteria
Ketentuan
≥ 67,2 – 80 Sangat tinggi
Peserta didik dikatakan memiliki perilaku bullying sangat tinggi
dengan ketentuan: a. menyisihkan peserta didik dari
pergaulan; b. Menyebar gosip, membuat julukan yang bersifat
mengejek; c. mengerjai peserta didik untuk mempermalukan; d.
Mengintimidasi atau mengancam korban; e. Melukai secara
fisik;f. Melakukan pemalakan.
≥ 54,4 -67,1 Tinggi
Peserta didik dikatakan memiliki perilaku bullying tinggi dengan
ketentuana. menyisihkan peserta didik dari pergaulan; b. Menyebar
gosip, membuat julukan yang bersifat mengejek; c. mengerjai
peserta didik untuk mempermalukan; d.
Mengintimidasi atau mengancam korban; e. Melakukan pemalakan.
≥ 41,6-54,3 Sedang
Peserta didik dikatakan memilik perilaku bullying dalam kategori
sedang dengan ketentuan: a. Menyisihkan peserta didik dari
pergaulan; b. Menyebar gosip, membuat julukan yang bersifat
mengejek; c. mengerjai peserta didik untuk mempermalukan; d.
Mengintimidasi atau mengancam korban.
≥ 28,8-41,5 Rendah
Peserta didik dikatakan memiliki perilaku bullying kriteria rendah
dengan ketentuan: a. Menyebar gosip, membuat julukan yang
bersifat mengejek; b. mengerjai
peserta didik untuk mempermalukan;
. ≥ 16-28,7
Sangat rendah
Peserta didik dikatakan memiliki perilaku bullying kriteria sangat
rendah dengan ketentuan. a. Menyebar gosip, membuat
julukan yang bersifat mengejek;
G. Pengembangan Instrumen Penelitian