Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak (Survey Pada KPP Pratama Bandung Karees)

(1)

PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN ADMINISTRASI

PERPAJAKAN TERHADAP UPAYA PENGGELAPAN PAJAK

(Survey Pada KPP Pratama Bandung Karees)

Effect of Tax Penalty and Tax Administration Againts Effort Tax Evasion

(Survey at small tax payer office in KPP Bandung Karees)

Dea Lintang N

21108018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

ix

MOTTO ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Identifikasi Masalah... 8

1.2.2 Rumusan Masalah... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Manfaat Akademis ... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ... 11

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

1.5.1 Lokasi Penelitian... 11

1.5.2 Waktu Penelitian... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA, PEMIKIRAN, HIPOTESIS ... 13

2.1 Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Tax Penalty(Sanksi Perpajakan) ... 13

2.1.1.1 Pengertian Tax Penalty(Sanksi Perpajakan) ... 13

2.1.1.2 Tax Penalty(Sanksi Perpajakan) Berupa Denda ... 14

2.1.1.3 Tax Penalty(Sanksi Perpajakan) Berupa Bunga ... 15

2.1.1.4 Penalty(Sanksi Perpajakan) Berupa Kenaikan ... 17


(3)

x

2.1.1.6 Indikator Tax Penalty(Sanksi Perpajakan)... 21

2.1.2 Tax Administration (Administrasi Perpajakan) ... 22

2.1.2.1 Pengertian Administration (Perpajakan) ... 22

2.1.2.2 Pengertian Tax Administration (Administrasi Perpajakan) ... 23

2.1.2.3 IndikoatotTax Administration (Administrasi Perpajakan) ... 23

2.1.3 Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)... 24

2.1.3.1 Pengertian Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)... 24

2.1.3.2 Penyebab Tax Evasion (Penyelundupan Pajak) ... 25

2.1.3.3 Indikator Tax Evasion (Penyelundupan Pajak) ... 28

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28

2.2 Kerangka Pemikiran... 29

2.2.1 Pengaruh Tax PenaltyTerhadap Tax Evasion... 30

2.2.2 Pengaruh Tax AdministrationTerhadap Tax Evasion ...31

2.3 Hipotesis ... 34

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... 36

3.1 Objek Penelitian... 36

3.2 Metode Penelitian ... 36

3.2.1 Desain Penelitian ... 37

3.2.2 Operasional Variabel... 41

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data... 45

3.2.3.1 Sumber Data ... 45

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 46

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.2.4.1 Uji Validitas ... 48

3.2.4.2 Uji Reliabiltas... 51

3.2.4.3 Uji MSI (Data Ordinal ke Interval... 52

3.2.5 Rancangan Analisis dan Rancangan Hipotesis ... 54

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 54

3.2.5.2 Rancangan Hipotesis... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 66


(4)

xi

4.1.1.4 Kegiatan Perusahaan ... 71

4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 72

4.1.2.1 Uji Validitas ... 72

4.1.2.2 Uji Reliabilitas ... 74

4.1.3 Analisis Deskriptif ... 75

4.1.3.1 Analisis Deskriptif Mengenai Sanksi Perpajakan ... 75

4.1.3.2 Analisis Deskriptif Mengenai Administrasi Perpajakan ... 88

4.1.3.3 Analisis Deskriptif Mengenai Upaya Penggelapan Pajak ... 99

4.1.4 Analisis Verifikatif... 110

4.1.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 110

4.1.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda... 114

4.1.4.3 Koefisien Determinasi ... 116

4.1.4.4 Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak .. ...118

4.1.4.5 Pengaruh Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak ... 119

4.1.4.6 Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak ... 120

4.2 Pembahasan ... 122

4.2.1 Analisis Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak... . ………...122

4.2.2 Analisis Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak .. 126

4.2.3 Analisis Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

5.1 Kesimpulan... 133


(5)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 138 LAMPIRAN ... 141


(6)

xiii

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 40

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 43

Tabel 3.3 Pilihan Jawaban Kuisioner Positif ... 45

Tabel 3.4 Pilihan Jawaban Kuisioner Negatif ... 45

Tabel 3.5 Standar Penilaian Untuk Validitas ... 49

Tabel 3.6 Standar Penilaian Untuk Reliabilitas... 52

Tabel 3.7 Kriteria Presentase Tanggapan Responden ... 56

Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi... 61

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Untuk Sanksi Perpajakan ... 72

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Untuk Administrasi Perpajakan ... 73

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Untuk Upaya Penggelapan Pajak ... 74

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 75

Tabel 4.5 Adanya Sanksi Untuk SPT Wajib Pajak Orang Pribadi, SPT Badan dan Sanksi Administrasi ... 76

Tabel 4.6 Sanksi Keterlambatan Wajib Pajak Dalam Melaporkan dan Membayar Pajak Terhutangnya ... 77

Tabel 4.7 Tindakan Penyidikan Serta Penghentian Penyidikan Dapat Meloloskan Wajib Pajak Dari Pembayaran Sanski ... 78

Tabel 4.8 Pemeriksaan Oleh Aparat Pajak Pada Jumlah Pajak Terhutangnya Kurang Bayar ... 78

Tabel 4.9 Sanksi Administrasi Aebesar 2% Per Bulan Untuk Seluruh Masa Pajak . ………....79

Tabel 4.10 Penyampaian SPT Wajib Pajak Sering Mengalami Penundaan Dalam Penyampaian SPT ... 80

Tabel 4.11 Penundaan Penyampaian SPT Terdapat Kekurangan Pembayaran Pajak, Dikenakan Sanksi Sebesar 2%... 81

Tabel 4.12 Pemeriksaan Wajib Pajak Terdeteksi Danya Kekurangan Jumlah Pajak Terhutangnya... 82


(7)

xiv

Tabel 4.14 Pengisian SPT Terdapat Ketidakbenaran ... 83

Tabel 4.15 Wajib Pajak Dalam Pengisisan SPT Benar dan Sesuai Dengan Petunjuk Yang Telah Diberikan ... 84

Tabel 4.16 Adanya Sanksi Pidana ... 85

Tabel 4.17 Tabulasi Gabungan Mengenai Variable Sanksi Perpajakan ... 86

Tabel 4.18 Efektivitas Administrasi Perpajakan ... 88

Tabel 4.19 Sanksi Tegas Terhadap Wajib Pajak yang Tidak Terdaftar (Unregitered Taxpayer) ... 89

Tabel 4.20 Mendeteksi dan Menindak Dengan Sanksi Tegas Terhadap Wajib Pajak yang Tidak Terdaftar (Unregitered Taxpayer) ... 90

Tabel 4.21 Pemeriksaan Pajak Akan Mencerminkan Administrasi yang Efektif . 91 Tabel 4.22 Penyebab Wajib Pajak Tidak Menyampaikan SPT Dapat Diketahui Dengan Pemeriksaan Pajak ... 91

Tabel 4.23 Tidak Efektif dalam Pemeriksaan Pajak... 92

Tabel 4.24 Penggunaan Data Bank Seluruh Aktivitas Usaha Wajib Pajak Akan Mempermudah Untuk Mendeteksi Penyelundupan Pajak (Tax Evasion) ... 93

Tabel 4.25 Penggunaan Bank Data Dan Aktivitas Usaha Wajib Pajak Akan Mengganggu Hak Pribadi ... 94

Tabel 4.26 Penagihan Pajak Berdasarkan Perkiraan Pajak Yang Terhutang... 94

Tabel 4.27 Penerbitan Surat Paksa Wajib Akan Segera Melunasi Hutang Pajak . 95 Tabel 4.28 Batas Waktu Penyanderaan Selama 6 Bulan Bila Tidak Mengindahkan Surat Paksa Sudah Teras Tepat ... 96

Tabel 4.29 Tabulasi Gabungan Mengenai Variabel Administrasi Perpajakan ... 97

Tabel 4.30 Pemeriksaan Pajak Menimbulkan Wajib Pajak akan Menyampaikan SPT Wajib Pajak Dengan Benar ... 99

Tabel 4.31 Wajib Pajak Tidak Menyampaikan SPT Dikenakan Denada Yang Berlaku ... 100

Tabel 4.32 Kewajiban Wajib Pajak Untuk Melaporkan dan Mempertanggungjawabkan Perhitungan Jumlah Pajak Secara Lengkap dan Benar.. ...101

Tabel 4.33 Tidak Memenuhi Pelaporan dan Perhitungan Jumlah Pajak Secara Lengkap dan Benar Tidak Dikenakan Denda... 102

Tabel 4.34 Tidak Mendaftarkan Diri Sebagai Wajib Pajak Padahal Orang Tersebut Merupakan Objek Pajak Dapat Dikenakan Sanksi yang Berlaku... 103


(8)

xv

Dilakukan Penyetoran Pajak Tetapi Dijadikan Sebagai Pemasukan Bagi

Perusahaan... 105

Tabel 4.38 Adanya Bukti-Bukti yang Menyatakan Bahwa Pajak Penghasilan Karyawan Telah Dipotong/Dibayarkan ... 106

Tabel 4.39 Tindakan Penyuapan Terhadap Aparat Perpajakan Merupakan Tindakan Pelanggaran Hukum Karena Telah Mencemarkan Lembaga/Institusi.107 Tabel 4.40 Penyuapan Terhadap Aparat Perpajakan Diperbolehkan dan Tidak Melanggar Hukum ... 108

Tabel 4.41 Tabulasi Gabungan Variabel Upaya Penggelapan Pajak ... 109

Tabel 4.42 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test ... 111

Tabel 4.43 Uji Multikolinieritas ... 112

Tabel 4.44 Uji Heteroskedastisitas ... 113

Tabel 4.45 Uji Auto Korelasi ... 114

Tabel 4.46 Analisis Regresi Berganda... 115

Tabel 4.47 Koefisien Determinasi secara Simultan... 116

Tabel 4.48 Koefisien Determinasi secara Parsial ... 117

Tabel 4.49 Uji Hipotesis dengan Uji t ... 118


(9)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 33

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran... 34

Gambar 3.2 Skema Paradigma ... 63

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Karees ... 69

Gambar 4.2 Kurva Pengujian Hipotesis Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak ... 119

Gambar 4.3 Kurva Pengujian Hipotesis Pengaruh Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak ... 120


(10)

138

Barker, et al. 2002. Research Methode In Clinical Psychology. Jhon Wiley and Sons Ltd. England

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta, Kencana.

Efferin, Sujoko, Darmadji, Stevanus Hadi dan Tan, Yuliawati. 2004. Metode Penelitian Untuk Akuntansi Sebuah Pendekatan Praktis. Jawa Timur, Bayumedia.

Gujarati. 2003. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta, Erlangga.

Gayus. 2011. Inilah Enam Modus Permainan Pajak Versi Gayus. Diakses pada 12

Mei 2013 dari World Wide Web :

http://www.tempo.co/read/news/2011/01/04/063303504/Inilah-Enam-Modus-Permainan-Pajak-versi-Gayus

Husein, Umar. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Ikhsan, Budi R. 2007. Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib. Pajak Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP)

Jatmiko, Agus Nugroho 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Unisversitas Diponegoro, Tesis Megister Akuntansi.

Keban, Yeremias. T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,Teori, dan Isu. Yogyakarta, Gava Media.

Marlina, Hesti. (2009). Pengaruh Tax Payer dan Pelayanan Informasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan Pajak Penghasilan. Bengkulu. Pacsa Sarjana Fakultas Ekonomi.


(11)

139

Mufiz, Ali. 2004. Pengantar Ilmu Administrasi Negara, Jakarta, Universitas Terbuka.

Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Aplikasi Contoh dan Perhitungan. Jakarta, Agung Media.

Nazir, Moh. 2008. Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia.

Narimawati, Umi, Anggadewi, Sri Dewi dan Ismawati, Linna. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta, Genesis.

Pane, Pontas. 2009. Selain Asian Agri Wajib Pajak Nakal Antre Ditangani. Diakses pada 28 Februari 2013 dari World Wide Web http://www.tempo.co/read/news/2008/09/23/056137102/Selain-Asian-Agri-Wajib-Pajak-Nakal-Antre-Ditangani

Rosdiana, Haula. 2006. Implikasi Perluasan Definisi Royalti Terhadap Kondisi Telematika. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,Bisnis Birokrasi, Vol.14 No.3 (September)

Rahayu, Ning. 2007. Kebijakan Baru Direktorat Jenderal Pajak Dalam Pengajuan Restitusi PPN dan Perencanaan Pajak untuk Menghadapinya. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi, Vol. 15, No.1 (Januari). Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal.

Yogyakarta, Graha Ilmu

Rahmany, Fuad. 2012. Orang Pajak Terus Tertangkap. Diakses pada 12 Mei 2013

dari World Wide Web :

http://www.tempo.co/read/news/2012/07/14/064416956/Orang-Pajak-Terus-Tertangkap.

Soemantri, Rochmat. 1998. Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum. Bandung, PT. Eresco.

Santoso, Singgih. 2002. SPSS Versi 11.5 Cetakan Kedua. Jakarta, Gramedia.

S.R. Soemarso. 2007. Perpajakan Pendekatan Komperehensif. Jakarta, Salemba Empat.

Supangat, Andi. 2007. Statistik: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta, Kencana.


(12)

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta, Salemba Empat.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung, CV.Alfabeta.

Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta, Salemba Empat.

Wonglimpiyarat, Jarunee. 2010. Economic innovation challenges of financial and tax auditing. Thammasat University, Thailand.


(13)

(14)

vi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyusun

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Karees yang berjudul

“Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi

Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak.”.

Penelitian ini dimaksudkan

untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1

pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih banyak

kekurangannya, mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan

penulis, baik dalam hal penyajian maupun dalam penggunaan tata bahasa. Tetapi

penulis berupaya menyusun sebaik mungkin dengan harapan penelitian ini

bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Selama penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, baik berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan, maupun bantuan moril

dan materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :


(15)

vii

1.

Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2.

Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

3.

Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi.

4.

Dr. Ely Suhayati, SE., M. Si., AK., CA Selaku Dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan

petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan penelitian ini.

5.

Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan

pengetahuan.

6.

Segenap Pimpinan dan Staff KPP Pratama Bandung Karees, yang telah

memberikan waktu, tenaga dan bantuannya yang berharga untuk memberikan

kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

7.

Segenap Pimpinan dan Staf Direktorat Jendral Pajak Kantor Wilayah Jawa Barat

I, yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

8.

Kedua Orang tuaku yang tercinta dan keluargaku yang selalu memberikan doa

dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang

tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk

menyelesaikan laporan Skripsi ini.

9.

Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan penelitian ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.


(16)

viii

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Januari 2014

Penulis

Dea Lintang Novatrias

NIM : 21108018


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang lansung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelengarakan pemerintahan Brotodihardjo (2003:3). Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan Moh. Zain (2007:11). Terdapat ciri-ciri atau unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak, yaitu pajak dipungut berdasarkan undang-undang, pajak dapat dipaksakan, diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah, tidak dapat ditunjukannya kontraprestasi secara langsung, berfungsi sebagai budgetair dan regulerend Siti Kurnia Rahayu (2010:23). Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional sesuai dengan falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional Ikhsan Budi R (2007). Tanggung jawab atas


(18)

kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaran di bidang perpajakan merupakan kewajiban anggota masyarakat untuk memenuhinyaHesti Marlina (2009).

Perpajakan merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dinamis, penerapannya harus senantiasa mengikuti dinamika perekonomian, baik domestik maupun internasional Rosdiana (2006). Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum, mengingat adanya dua fungsi yang melekat pada pajak (budgetair dan regulerend), maka dalam pemungutan pajak bukan hanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi, juga menggenjot penerimaan NegaraSiti Kurnia Rahayu(2010:25). Oleh karena itu, setiap tahun Dirjen Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan Rahayu (2007).

Administarasi adalah sebagai pengejawantahan dari kebijakan politik menjadi suatu produk yang terukur dan dapat dilihat M. E. Dimock (1986). Sedangkan administrasi berasal dari kata “Ad” dan “Ministro” (latin) yang berarti “melayani” atau “menyelenggarakan” Webster (1974). Untuk mempermudah Wajib Pajak dalam membantu meningkatan penerimaan Negara, maka Pemerintah menerapkan sistem Self assessment, yang mana Self assessment system adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar Waluyo (2006:17). Jadi


(19)

3

self assesment adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajin Pajak unutuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya Siti Kurnia Rahayu (2010:101).

Meskipun Pemerintah telah menerapkan Self assessment system yang bertujuan untuk mempermudah Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya ternyata masih banyak Wajib Pajak yang memanfaatkan kelemahan dari Self assessment system tersebut untuk melakukan praktek penyelundupan pajak atau tax evasion, tax evasion sendiri adalah Wajib Pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terutang sekecil mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang – undangan, bahwa wajib pajak cenderung menyelendupkan pajak (tax evasion) yaitu usaha penghindaran pajak yang terhutang secara illegal, sepajang wajib pajak tersebut mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa akibat dari perbuatan tersebut kemungkinan besar mereka tidak akan dihukum serta yakin pula bahwa rekan – rekannya melakukan hal samaMoh Zain (2007:43). Masih menurut Moh. Zain (2007:50) selain hal tersebut tax evasion dapat pula didefinisikan sebagai suatu tindakan atau sejumlah tindakan yang merupakan sebuah pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan seperti tidak dapat memenuhi pengisian SPT tepat waktu, tidak dapat memenuhi pelaporan penghasilan dan pengurangannya secara lengkap dan benar, tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat pada waktunya, tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan, tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak penghasilan para karyawan yang dipotong dan pajak lain yang dipungut, tidak


(20)

dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran utang pajak, tidak dapat memenuhi permintaan fiskus akan informasi pihak ketiga, pembayaran dengan cek kosong bagi Negara yang dapat melakukan pembayaran pajaknya dengan cek, melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dan atau tindakan intimidasi lainnya.

Selain itu juga tax evasion dapat berarti memanipulasi secara illegal atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak yang terhutang N.A. Barr, Act dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:147). Secara jelasnya tax evasion atau penyelundupan pajak yaitu sebagai usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali untuk menghapus hutang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan H. G. Balter dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:147). Namun secara umum Wajib Pajak akan memperkecil laporan jumlah, atau bahkan melaporkan kerugian sehingga penghasilan kena pajak berkurang dan otomatis jumlah pajak terutang lebih kecil, sedangkan pada kenyataannya jumlah pendapatan yang diterima lebih besar dan tidak mengalami kerugian Siti Kurnia Rahayu (2010:147). Namun ada juga tax evasion yang dilakukan secara tidak sengaja, hal ini meliputi kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan yang disebabkan oleh ketidaktahuan (ignorance) yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan tersebut, kesalahan (error) yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan tetapi salah hitung datanya, kesalah pahaman (misunderstanding) yaitu wajib pajak


(21)

5

salah menafsirkan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan, kealpaan (negligence) yaitu wajib pajak alpa untuk menyampaikan buku beserta buktinya secara lengkap Moh.Zain (2007:50). Meskipun begitu penyelundupan pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak Ernest R. Mortenson (2006:118) dan penyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak yang melanggar undang-undang Robert H. Anderson dalam buku Siti Kurnia Rahayu (2010:147).

Maka untuk mencegah hal tersebut Pemerintah membuat sanksi perpajakan bagi para Wajib Pajak yang melakukan praktek tax evasion, sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan Agus Nugroho Jatmiko (2006:19). Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundangan perpajakan (norma perpajakan) akan ditaati atau dipatuhi Erly Suandy (2008:155).

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:87) sanksi administrasi meliputi denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi denda juga dapat muncul oleh karena tindakan Wajib Pajak sendiri atau dimunculkan oleh pihak pajak, sanksi denda pada umumnya disebabkan oleh kesalahan atau tidak dipenuhinya kewajiban perpajakan tertentuS.R, Soemarso (2007:147).

Menurut pengertian sanksi pidana dapat berupa denda pidana berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancam/dikenakan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan peraturan perpajakan, sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak ada juga yang diancamkan kepada


(22)

pejabat pajak atau kepda pihak ketiga yang melanggar norma, denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan, pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran dapat ditunjukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketigaMardiasmo (2008:57). Masih menurut Mardiasmo (2008:57) karena pidana kurungan diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana selain itu diganti dengan pidana kurungan. Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan, pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan ancaman pidana penjara tidak ada yang ditunjukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan Wajib Pajak (Mardiasmo, 2008:57).

Ada pula modus yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk melakukan tindakan Tax Evasion dalam hal penghindaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu mengkreditkan Faktur Pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya atau fiktif dalam SPT Masa PPN Lebih Bayar yang dilaporkan kepada KPP untuk dapatkan restitusi PPN, Wajib Pajak menggunakan nomor pokok Wajib Pajak Badan dan nomor pembukuan PKP-nya dengan tidak benar Edward (2011). Pontas Pane (2009) menyebutkan modus kecurangan yang dilakukan wajib pajak di antaranya tidak melaporkan omzet, memungut pajak penambahan nilai tapi tidak disetor ke kas Negara, mereka tidak melaporkan penghasilan sebenarnya dan faktur pajak fiktif.


(23)

7

Sedangkan untuk tax evasion (penggelapan pajak) yang diambil dari kasus Gayus Tambunan ada 6 modus kerjasama yang dilakukan antara petugas pajak dan wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak, modus pertama adalah melakukan negosiasi surat ketetapan pajak (SKP), kedua terjadi di tingkat penyidikan pajak seperti kasus faktur pajak fiktif, ketiga adalah penghilangan berkas surat permohonan keberatan wajib pajak, keempat adalah dengan penggunaan perusahaan luar negeri khususnya di Belanda untuk menggelapkan pajak, kelima adalah modus yang sering terjadi yakni dengan jual-beli saham antar perusahaan satu grup, keenam lanjut dia kerugian investasi yang dibukukan dalam SPT tahunan dikarenakan adanya kerugian akibat pembelian dan penjualan saham antar perusahaan yang diduga masih satu grup, dengan terjadinya kerugian investasi jual beli itu wajib pajak tidak membayar PPh Pasal 25 Gayus (2011). Menurut Fuad Rahmany (2012) selain Gayus ada pula beberapa kasus penggelapan pajak yang bersangkutan dengan petugas pajak yaitu, Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut, Suhertanto alias Tanto, terlibat penggelapan pajak hampir Rp 300 miliar, Suhertanto, petugas kebersihan, bersama 10 temannya, menggelapkan lebih dari 300 surat setoran pajak, vonis 2 tahun; Oknum KPP Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur, terungkap memeras dengan cara mencetak tagihan pajak palsu terhadap perusahaan PT Masindra, sang oknum mencantumkan pajak Rp 574 juta; Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur II mengungkap kasus faktur pajak fiktif yang menimbulkan kerugian Rp 25,7 miliar, dua oknum pajak menerbitkan faktur pajak fiktif tiga perusahaan sejak 2004, yaitu PT AB, PT CH, dan PT SPS; Dhana Widyatmika, pegawai Direktorat Jenderal


(24)

Pajak golongan III-C, diduga melakukan pencucian uang melalui perusahaan otomotif di PT Mitra Modern Mobilindo, Kejaksaan Agung menyita puluhan miliar uangnya yang tersebar di 18 bank; KPK menangkap pejabat Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo bernama Tommy Hendratno di Tebet, Jakarta Selatan, diduga menerima suap di atas Rp 280 juta dari seorang konsultan pajak yang diduga melibatkan PT Bhakti Investama.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan kedalam sebuah penelitian yang berjudul : Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Mengkreditkan Faktur Pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya atau fiktif dalam SPT Masa PPN Lebih Bayar yang dilaporkan kepada KPP untuk dapatkan restitusi PPN.

2. Wajib pajak tidak melaporkan omzetnya.

3. Wajib pajak memungut pajak penambahan nilai tapi tidak disetor ke kas Negara.

4. Wajib pajak tidak melaporkan penghasilan sebenarnya.

5. Wajib Pajak menggunakan nomor pokok Wajib Pajak Badan dan nomor pembukuan PKP-nya dengan tidak benar.


(25)

9

6. Wajib Pajak dan Petugas Pajak melakukan negosiasi surat ketetapan pajak (SKP).

7. Penghilangan berkas surat permohonan keberatan wajib pajak. 8. Penggunaan perusahaan luar negeri, untuk menggelapkan pajak.

9. Kerugian investasi yang dibukukan dalam SPT tahunan dikarenakan adanya kerugian akibat pembelian dan penjualan saham antar perusahaan yang diduga masih satu grup, dengan terjadinya kerugian investasi jual beli itu wajib pajak tidak membayar PPh Pasal 25

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana Sanksi Perpajakan terhadap Upaya Penggelapan Pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

2. Bagaimana Administrasi Perpajakan terhadap Upaya Penggelapan Pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

3. Seberapa besar Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan secara simultan dan parsial Terahadap Upaya Penggelapan Pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.


(26)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menjelaskan pengaruh Sanksi Perpajakan, Administrasi Perpajakan, secara parsial dan simultan terhadap Upaya Penggelapan Pajak. Adapun penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Upaya Penggelapan Pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

2. Mengetahui Pengaruh Administrasi Perpajakan terhadap Upaya Penggelapan Pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

3. Mengetahui Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan secara simultan dan parsial Terahadap Upaya Penggelapan Pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Akademis

Untuk kepentingan pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu akuntansi, khususnya berkenaan dengan teori akuntansi terkait dengan Tax Evasion (Penggelapan Perpajakan).

2. Menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan, bahan diskusi dan bahan kajian lanjutan bagi


(27)

11

pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan Tax Evasion (Penggelapan Perpajakan).

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat berharga dalam menganalisis persoalan-persoalan penerapan teori yang diperoleh saat perkuliahan dengan praktek nyata. Disamping itu dapat dijadikan masukan penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk kepentingan praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Bagi pihak fiskus khususnya aparatur pajak, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi masukan untuk mengetahui pemahaman wajib pajak di Kota Bandung terhadap penerapan Tax Penalty (Sanksi Pajak) dan respon wajib pajak terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparatur perpajakan.

2. Penelitian ini bagi fiskus dapat menjadi wacana referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dijadikan sebagai penambah wawasan tentang pentingnya tax penaltydan tax administrasionterhadap tax evasion.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini adalah pada KPP Pratama Bandung


(28)

Karees yang beralamat di Jl. Ibrahim Adjie 391 Kiaracondong, Bandung Jawa Barat.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian pada Kant or Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2013

Tabel 1.4 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Maret

2013

April 2013

May 2013

Juni 2013

Juli 2013

I

Penemuan Masalah : 1. Observasi

2. Kajian Pustaka/Literatur 3. Pengajuan Tema

II

Pengurusan Surat Menyurat :

1. Administrasi Surat Menyurat dari Prodi 2. Pengajuan surat izin ke Kanwil Pajak 3. Persetujuan Surat BalasanPenelitian

III

Bimbingan UP : 1. Bab I

2. Bab II 3. Bab III

4. Pengajuan Kuisioner

IV

Uji Coba Pengukuran : 1. Perancangan Kuisioner 2. Penyebaran Kuisioner 3. Uji Reliabilitas


(29)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA, PEMIKIRAN, HIPOTESIS

Dihubungkan dengan judul penelitian, maka dalam bab ini akan dikemukakan landasan teoritis yang menunjang analisis hasil penelitian. Bahasan pada sub bab ini memaparkan kajian pustaka yang dimulai dari variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak. Kemudian dilanjutkan dengan menyajikan kerangka pemikiran dan hipotesis-hipotesis yang dibangun berdasarkan argumentasi konseptual dari literatur-literatur yang relevan dan hasil-hasil temuan empiris yang ada.

2.1 Kajian Pustaka

Bahasan pada sub bab ini memaparkan kajian pustaka yang dimulai dari variabel-variabel yang akan diteliti, Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak (Survey pada KPP Pratama Bandung Karees).

2.1.1 Sanksi Perpajakan

2.1.1.1 Pengertian Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2008:57)adalah sebagai berikut :

“Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan (norma pajak) akan dituruti / ditaati / dipatuhi”.


(30)

2.1.1.2 Sanksi Perpajakan Berupa Denda

Pengertian Sanksi Berupa Denda menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:198)adalah sebagai berikut :

“Denda adalah sanksi adminitrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan”.

Sedangkan Sanksi Berupa Denda menurut S.R, Soemarso ( 2007:147) adalah sebagai berikit :

“Sanksi denda juga dapat muncul oleh karena tindakan Wajib Pajak sendiri atau dimunculkan oleh pihak pajak, sanksi denda pada umumnya disebabkan oleh kesalahan atau tidak dipenuhinya kewajiban perpajakan tertentu”.

Ketentuan atas pengenaan sanksi berupa denda menurut UU No.28 Tahun 2007 :

a. Pasal 7 Ayat 1, apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 3 atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 4, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Masa Lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan serta sebesar Rp100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

b. Pasal 8 Ayat 3, walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,


(31)

15

terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

c. Pasal 14 Ayat 4, terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.

d. Pasal 44b Ayat 2, penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

2.1.1.3 Sanksi Perpajakan Berupa Bunga

Pengertian Sanksi Berupa Bunga menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:198)adalah sebagai berikut :

“Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak”.


(32)

Sedangkan pengertian Sanksi Berupa Bunga menurut S.R,.Soemarso, (2007:145) adalah sebagai berikut :

“Sanksi bunga adalah Wajib Pajak diharuskan untuk membayar utang pajaknya dalam jumlah yang benar dan pada waktu yang tepat”.

Ketentuan atas pengenaan sanksi berupa denda menurut UU No.28 Tahun 2007 :

a. Pasal 8 Ayat 2, dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan dan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

b. Pasal 9 Ayat 2a, pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

c. Pasal 13 Ayat 2, jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung


(33)

17

sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

d. Pasal 13 Ayat 5, walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

e. Pasal 14 Ayat 3, jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.

f. Pasal 15 Ayat 3, apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak


(34)

pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. g. Pasal 19 Ayat 1, apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

h. Pasal 19 Ayat 2, dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

i. Pasal 19 Ayat 3, dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari saat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)


(35)

19

huruf b dan huruf c sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. 2.1.1.4 Sanksi Perpajakan Berupa Kenaikan

Pengertian Sanksi Berupa Kenaikan menurut Sony Devano danSiti Kurnia Rahayu (2006:198) adalah sebagai brikut :

“Kenaikan adalah sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam ketentuan material”

Sedangkan Sanksi Berupa Kenaikan menurut S.R,.Soemarso (2007:146) adalah sebagai berikut :

“Sanksi kenaikan, sanksi ini pada umumnya dikenakan oleh karena kekeliruan dalam hal jumlah pajak yang harus dibayar dan oleh karena tidak dipenuhinya kewajiban administrasi perpajakan tertentu”.

Ketentuan atas pengenaan sanksi berupa denda menurut UU No.28 Tahun 2007 :

a. Pasal 8 Ayat 5, pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.

b. Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:


(36)

a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;

b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau

c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar. c Pasal 15 Ayat 2, Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

d. Pasal 17c Ayat 5, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

2.1.1.5 Sanksi Perpajakan Berupa Pidana

Sanksi pidana dapat berupa hukuman kurungan dan hukuman penjara. Menurut Sony Devano danSiti Kurnia Rahayu (2006:193)

“Pidana kurungan :

1. Terhukum menjalani hukuman di rumah sendiri, dengan kewajiban melapor kepada yang berwajib.

2. Hukuman kurungan maksimal 1 tahun


(37)

21

4. Tahanan kurungan lebih leluasa dikunjungi sanak saudaranya, bisa melakukan aktivitas lain, misalnya ada alat hiburan, mendengarkan musik, baca buku.

5. Tidak ada pembagian kelas antara pidana yang pernah dilakukan. 6. Pidana kurungan dapat menjadi pengganti hukuman denda.

Pidana Penjara :

1. Terhukum dalam menjalani pidana di tempat tertentu, seperti di gedung atau di pulai terpencil.

2. Hukuman batas maksimal seumur hidup atau dihukum mati. 3. Pekerjaan di lembaga pemasyarakatan lebih banyak dan berat.

4. Aktivitasnya sangat terbatas dan diawasi lebih ketat, tidak bisa sewaktu-waktu dikunjungi keluarga, tidak ada hiburan, setiap saat diawasi termasuk hantaran makanan/minuman.

5. Ada pembagian kelas atas tindak pidana yang pernah dilakukan, dari kelas berat sampai kelas ringan, ada remisi bagi terhukum yang berlakuan baik.

6. Tidak dapat dijadikan pengganti hukuman denda”.

Sedangkan Sanksi Pidana menurut (Siti Resmi, 2003:64) adalah sebagai berikut :

“Dalam Undang-Undang Perpajakan, Sanksi Pidana dapat berupa denda pidana, pidana kurungan maupun pidana penjara. Sanksi tersebut dapat dikenakan kepada Wajib Pajak, Pejabat Pajak ataupun Pihak Ketiga”.

2.1.1.6 Indikator Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2008:57) adalah sebagai berikut:

“Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan (norma pajak) akan dituruti/ditaati/dipatuhi”.


(38)

Macam sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2008:57) adalah sebagai berikut :

“Dalam undang – undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana”.

Sanksi administrasi menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:87)adalah sebagai berikut :

“Sanksi administrasi meliputi denda, bunga, dan kenaikan”.

Sanksi pidana menurut Mardiasmo (2008:57) adalah sebagai berikut :

“ Menurut ketentuan dalam undang – undang perpajakan ada tiga macam sanksi pidana , yaitu denda pidana, kurungan, dan penjara”.

2.1.2 Administrasi Perpajakan 2.1.2.1 Pengertian Administrasi

Menurut Trecker (2000:55) mengatakan pengertian administrasi adalah sebagai berikut :

“Suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara memanfaatkan orang dan material melalui koordinasi dan kerjasama”.

Menurut Liang Gie dalam Ali Mufiz (2004:14) menyebutkan bahwa Administrasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga dengan demikian Ilmu Administrasi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari


(39)

23

proses, kegiatan dan dinamika kerjasama manusia. Menurut Donovan dan Jackson (1991) yang dikemukakan kembali oleh Y. T. Keban (2004:2) administrasi diartikan sebagai :

“Arahan, kegiatan implementasi, mengarahkan, menciptakan prinsip – prinsip implementasi kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan menganalisis keputusan, pertimbangan – pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan dalam kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa public, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis”.

2.1.2.2 Pengertian Administrasi Perpajakan

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:109) modernisasi perpajakan adalah : “Bagian dari reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 bidang pokok yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang pengawasan. Melalui modernisasi administrasi perpajakan, diharapkan terbangun pilar-pilar pengelolaan pajak yang kokoh sebagai fundamental penerimaan negara yang baik dan berkesinambungan”.

Menurut Sophar Lumbantoruan dalam Siti Kurnia Rahayu,(2010:93) administrasi perpajakan (tax administration) ialah :

“Cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak”. 2.1.2.3 Indikator Administrasi Perpajakan

C. A. Silvani dalam S. K. Rahayu, 2010:93) menyebutkan administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah:

1. “Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers). Dengan Administrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah memenuhi ketentuan menjadi Wajib Pajak tetapi belum terdaftar. Penambahan jumlah Wajib Pajak secara signifikan akan menigkatkan jumlah penerimaan pajak. 2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak.


(40)

3. Penyelundup pajak (tax evaders). Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan lebih terdeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang Wajib Pajak dan seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.

4. Penunggak pajak (delinquent tax pavers). Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif dalam set administrasi pajak yang baik akan lebih efektif melaksanakan upaya tersebut”.

2.1.3 Penggelapan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Penggelapan Pajak

Definisi Tax Evasion menurut James Kessler dalam John Hutagaol (2007:74) adalah sebagai berikut :

“Conduct which constitutes a criminal offense (fraud on the revenue or similar offense). This normally involves dishonest submission of an incorrect tax return.dishonest is essential to the offense”.

“Perilaku yang merupakan tindak pidana (penipuan pada pendapatan atau pelanggaran yang serupa). Ini biasanya melibatkan penyampaian tidak jujur dari pengembalian pajak yang tidak benar. Ketidakjujuran adalah penting untuk pelanggaran”.

Definisi Tax Evasion (penggelapan pajak) menurut Mardiasmo (2008:9) adalah sebagai berikut:

Tax evasion adalah usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak)”.

Lalu menurut menurut Lyons Susan M dalam Erly Suandy (2008:7) tentang pengertian Tax Evasion, yaitu:


(41)

25

“Tax Evasion is the reduction of tax by ilegal means. The distincion, however, is not always easy. Some example of tax avoidance scheme include locatting assets in offshore jurisdiction, delaying repatriation of profit earn in low-tax foreign jurisdiction, ensuring that gains are capital rather than income so the gains are not subject to tax (or a subject at a lower rate), spreading of income to other tax payers with lower marginal tax rates and taking advantages of tax incentives”.

“Penggelapan Pajak adalah pengurangan pajak dengan cara ilegal. Perbedaan, bagaimanapun, tidak selalu mudah. Beberapa contoh skema penghindaran pajak termasuk locatting aset dalam yurisdiksi lepas pantai, menunda repatriasi laba dapat di yurisdiksi asing pajak rendah, memastikan bahwa keuntungan adalah modal daripada pendapatan sehingga keuntungan tidak dikenakan pajak (atau subjek pada tingkat yang lebih rendah) , penyebaran pendapatan wajib pajak lain dengan tarif pajak marjinal yang lebih rendah dan mengambil keuntungan dari insentif pajak”.

2.1.3.2 Penyebab Penggelapan Pajak

Faktor penyebab tax evasion (penggelapan pajak) menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:149) adalah sebagai berikut :

“Selain faktor psikologis wajib pajak kurang sadar terhadap kepatuhan pajak, hal lain yang membuat wajib pajak berusaha menghindar dari pajak diantaranya kondisi lingkungan, pelayanan fiskus yang mengecewakan, tingginya tarif pajak dan sistem administrasi yang buruk”.

Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Kondisi lingkungan

Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan dari manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain. Hampir tidak ditemukan manusia di dunia ini yang hidupnya hanya bergantung pada diri sendiri tanpa memperdulikan keberadaan orang lain.

Begitu juga dalam dunia perpajakan, manusia akan melihat lingkungan sekitar yang seharusnya mematuhi aturan perpajakan. Mereka saling


(42)

mengamati terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Jika kondisi lingkungannya baik (taat aturan), masing-masing individu akan termotivasi untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jika lingkungan sekitar kerap melanggar peraturan.

Masyarakat menjadi saling meniru untuk tidak mematuhi peraturan karena dengan membayar pajak, mereka merasa rugi telah membayarnya sementara yang lain tidak.

2. Pelayanan fiskus yang mengecewakan

Pelayanan aparat pemungut pajak terhadap masyarakat cukup menentukan dalam pengambilan keputusan wajib pajak untuk membayar pajak. Hal tersebut disebabkan oleh perasaan wajib pajak yang merasa dirinya telah memberikan kontribusi pada negara dengan membayar pajak. Jika pelayanan yang diberikan telah memuaskan wajib pajak, mereka tentunya merasa telah diapresiasi oleh fiskus. Mereka menganggap bahwa kontribusinya telah dihargai meskipun hanya sekedar dengan pelayanan yang ramah saja. Tapi jika yang dilakukan tidak menunjukkan penghormatan atas usaha wajib pajak, masyarakat merasa malas untuk membayar pajak kembali.

3. Tingginya tarif pajak

Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi wajib pajak dalam hal pembayaran pajak. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak terlalu keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin berkelit


(43)

27

dari pajak, mereka tidak akan terlalu membangkang terhadap aturan perpajakan karena harta yang berkurang hanyalah sebagian kecilnya. Dengan pembebanan tarif yang tinggi, masyarakat semakin serius berusaha untuk terlepas dari jeratan pajak yang menghantuinya. Wajib pajak ingin mengamankan hartanya sebanyak mungkin dengan berbagai cara karena mereka tengah berusaha untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya. Masyarakat tidak ingin apa yang telah diperoleh dengan kerja keras harus hilang begitu saja hanya karena pajak yang tinggi.

4. Sistem administrasi perpajakan yang buruk

Penerapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting dalam proses pemungutan pajak suatu negara. Dengan sistem administrasi yang bagus, pengelolaan perpajakan akan berjalan lancar dan tidak akan terlalu banyak menemui hambatan yang berarti. Sistem yang baik akan menciptakan manajemen pajak yang profesional, prosedur berlangsung sistematis dan tidak semrawut. Ini membuat masyarakat menjadi terbantu karena pengelolaan pajak yang tidak membingungkan dan transparan. Seandainya sistem yang diterapkan berjalan jauh dari harapan, mayarakat menjadi berkeinginan untuk menghindari pajak. Mereka bertanya-tanya apakah pajak yang telah dibayarnya akan dikelola dengan baik atau tidak. Setelah timbul pemikiran yang menyangsikan kinerja fiskus seperti itu, kemungkinan besar banyak wajib pajak yang benar-benar `lari` dari kewajiban membayar pajak.


(44)

2.1.3.3 Indikator Penggelapan Pajak

Adapun yang menjadi indikator dari Penggelapan Pajak menurut M Zain (2007:51) yaitu :

1. “Tidak menyampaikan SPT.

2. Menyampaikan SPT dengan tidak benar.

3. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP atau Pengukuhan PKP.

4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong. 5. Berusaha menyuap fiskus”.

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini dapat disajikan beberapa penelitian terdahulu untuk membedakan originalitas.

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No Nama Penulis, Penerbit, Tahun

Judul Kesimpulan Objek Penelitian

1 Rangan Gupta

and Emmanuel Ziramba (2008)

Tax evasion and financial repression: a reconsideration using endogenous growth models

The paper shows that higher degree of tax evasion within a country, resulting from a

higher level of corruption and a lower penalty rate, yields higher degrees of financial repression KPP 2 Jarunee Wonglimpiya rat (2010) Economic innovation challenges of financial and tax Auditing

The proposed tax mapping by the Revenue Department aims to facilitate tax administration and reduce the problem of tax evasion. The findings reveal that tax auditing would provide high quality audits to the


(45)

29

financial reporting process for statutory purposes, enhance the state’s ability to collect tax and improve performance of the tax system 3 Luiyanto Yamin, Titi Muswati Putranti (2009) Model Penyelewengan Pajak Menggunakan Faktur Pajak Fiktif

There are at least 22 models of tax-invoice fraud occurred on exports.

Four main causes for the tax-invoice fraud: (1) the complexity in credit mechanism, (2) poor tax administration,

(3) lack of tax audit, and (4) the culture of society.

KPP

4 Bariyima D.

Kiabel, N. Gladson Nwokah (2009) Curbing Tax Evasion and Avoidance in Personal Income Tax Administration: A Study of the South-South States of Nigeria

From all indications it is now clear that if government

engages in a complete re-organization of the tax administrative

machineries, the twin problems of tax evasion and avoidance will be reduced to a tolerable limit.

KPP

2.2 Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara yang merupakan komponen pendapatan negara didalam APBN, dengan adanya pendapatan tersebut maka pemerintah dapat membiayai pembangunan nasional. Oleh karena itu, setiap tahun Dirjen Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan. Maka dapat dikatakan sektor perpajakan masih menjadi andalan pemerintah sebagai sumber pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita, meskipun masih banyak sektor lain seperti minyak dan gas bumi, serta bantuan luar negeri.


(46)

Namun dalam kenyataannya kegiatan perpajakan yang terjadi tidak semulus apa yang diharapkan pemerintah meskipun telah ada administrasi yang berlaku dan sanksi untuk para pelanggar pajak karena, masih terdapat kecurangan – kecurangan yang terjadi seperti penggelapan pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak. Hal ini juga terjadi bukan semata – mata karena kurangnya pengetahuan para wajib pajak tetapi juga adanya kesengajaan yang dilakukan para wajib pajak untuk tidak memenuhi kewajibannya dan hal tersebut terkadang terdapat kerjasama anata wajib pajak dan oknum petugas pajak.

2.2.1 Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak

Kejahatan yang dilakukan dalam bidang perpajakan tidak secara langsung mempunyai dampak kepada masyarakat, tetapi hanya merugikan keuangan negara. Sering sekali penerapan sanksi administrasi secara tepat, cepat dan tegas, memberikan pengaruh yang sangat besar kepada kepatuhan wajib pajak. Maka dimasa lampau tidak banyak masalah penyelundupan pajak yang merupakan kejahatan dihadapkan kepada pengadilan Rochmat Soemantri (1998). Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda, kenaikan. Sedangkan sanksi pidana bisa berupa hukuman kurungan dan hukuman penjaraSony Devano danSiti Kurnia Rahayu (2006).

Seperti dalam penelitian yg dilakukan oleh Rangga Guptadan Emanuel (2008)yang menyatakan bahwa :


(47)

31

“That higher degree of tax evasion within a country, resulting from a higher level of corruption and a lower penalty rate, yields higher degrees of financial repression”.

“Tingkat tertinggi dari penghindaran pajak dalam suatu negara, dihasilkan dari tingkat korupsi yang lebih tinggi dan tingkat sanksi yang lebih rendah, menghasilkan derajat lebih tinggi dari represi keuangan”.

2.2.2 Pengaruh Administrasi Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi tahap – tahap antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak, dan penagihan pajak, tahap – tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evasion), laporan Bank Dunia menyatakan :

“Poor tax administration undermines the effectiveness of the desired tax structure and raises distortion. A poor designed tax structure makes administration more difficult”.

“Administrasi perpajakan yang buruk mengurangi efektivitas struktur pajak yang diinginkan dan menimbulkan penyimpangan. Sebuah struktur pajak yang buruk membuat administrasi lebih sulit”.

Lawrence H. Summerdalam Sony Devano danSiti Kurnia Rahayu (2006). Seperti dalam penelitian Jarunee Wonglimpiyarat (2010) yang menyatakan bahwa :

“The proposed tax mapping by the Revenue Department aims to facilitate tax administration and reduce the problem of tax evasion. The findings reveal that tax auditing would provide high quality audits to the financial reporting process for statutory purposes, enhance the state’s ability to collect tax and improve performance of the tax system”.

“Pengusulan pemetaan pajak oleh Departemen Pendapatan bertujuan untuk memfasilitasi administrasi pajak dan mengurangi masalah penggelapan pajak. Temuan menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak akan memberikan audit berkualitas tinggi untuk proses pelaporan keuangan untuk tujuan


(48)

hukum, meningkatkan kemampuan negara untuk mengumpulkan pajak dan meningkatkan kinerja dari sistem pajak”.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut : (gambar kerangka pemikiran dihalaman berikut).


(49)

33

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Berikut ini gambaran sederhana dari bagan di atas yaitu tentang Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak. (Gambar dihalaman berikut)

SANKSI PERPAJAKAN

Indikat or :

- Sanksi Administ rasi (Denda, Bunga, Kenaikan)

-Sankis Pidana (Denda Pidana, Kurungan, Penjara)

ADM INISTRASI PERPAJAKAN

Indikat or :

-M endet eksi w ajib pajak yang t idak t erdaft ar

-M edet eksi w ajib pajak yang t idak menyampaikan SPT

-M endet eksi penyelundup pajak -M endet eksi penunggak pajak

PENGGELAPAN PAJAK

Indikat or :

-Tidak Menyampaikan SPT

-Menyampaikan SPT dengan tidak benar - Tidak mendaftarkan diri atau

menyalahginakan NPWP

-Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong -Berusaha menyuap fiskus


(50)

Rangan Gupta and Emmanuel Ziramba (2008)

Jarunee Wonglimpiyarat (2010)

Luiyanto Yamin, Titi Muswati Putranti (2009)

Bariyima D. Kiabel, N. Gladson Nwokah (2009)

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

2.3 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurutSugiyono (2009:96) adalah sebagai berikut : “ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Sedangkan menurut Umi Narimawati (2007:59) pengertian hipotesis adalah sebagai berikut :

“Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai hubungan antara variabel yang akan diuji kebenarannya. Karena sifatnya dan dugaaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian yang dinyatakan”.

SANKSI PERPAJAKAN

(X1)

PENGGELAPAN PAJAK

(Y)

ADMINISTRASI PERPAJAKAN


(51)

35

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

2. Terdapat Pengaruh Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

3. Terdapat Pengaruh Secara Simultan dan Parsial Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak


(52)

36

3.1 Objek Penelitian

Maksud dari objek penelitian menurut Umar Husein (2005:303) adalah:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek

penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan

hal-hal lain jika dianggap perlu

”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan

untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam penulisan ini yang menjadi objek penelitian adalah sanksi perpajakan

dan administrasi perpajakan, serta penggelapan pajak.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis dengan pendekatan metode verifikatif.

Definisi metode deskriptif menurut

Sugiyono (2009:21), menjelaskan

bahwa metode deskriptif adalah:

“Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas

”.

Sedangkan menurut Mashuri (2008: 45), metode verifikatif adalah:

Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan

atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi

masalah yang serupa dengan kehidupan

”.


(53)

37

Dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Data yang dibutuhkan

adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan

tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan

diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data

tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.

3.2.1 Desain Penelitian

Pengertian desain penelitian menurut

Nazir Moh. (2008:84) menyatakan

bahwa :

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian”.

Menurut

Sugiyono (2009:13) penjelasan proses penelitian dapat

disimpulkan seperti teori sebagai berikut :

1.

“Sumber mas

alah

2.

Rumusan masalah

3.

Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

4.

Pengajuan hipotesis

5.

Metode penelitian

6.

Menyusun instrument penelitian

7.

Kesimpulan”.

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada

penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1.

Sumber Masalah

Peneliti melakukan

survey

awal untuk menentukan fenomena yang terjadi

untuk dijadikan sebagai dasar penelitian.


(1)

yurisdiksi asing pajak rendah, memastikan bahwa keuntungan adalah modal daripada pendapatan sehingga keuntungan tidak dikenakan pajak (atau subjek pada tingkat yang lebih rendah) , penyebaran pendapatan wajib pajak lain dengan tarif pajak marjinal yang lebih rendah dan mengambil keuntungan dari insentif pajak”.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara yang merupakan komponen pendapatan negara didalam APBN, dengan adanya pendapatan tersebut maka pemerintah dapat membiayai pembangunan nasional. Oleh karena itu, setiap tahun Dirjen Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan. Maka dapat dikatakan sektor perpajakan masih menjadi andalan pemerintah sebagai sumber pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita, meskipun masih banyak sektor lain seperti minyak dan gas bumi, serta bantuan luar negeri.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

2. Terdapat Pengaruh Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

3. Terdapat Pengaruh Secara Simultan dan Parsial Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah, sanksi perpajakan, administrasi perpajakan, dan penggelapan pajak. Sedangkan dalam metode penelitian yang digunakan adalah survey. Dengan menggunakan alat pengumpulan data tertentu yaitu kuesioner. Unit analisis penelitian ini adalah pegawai pajak bagian pemeriksaan, bagian pengolahan data dan informasi, dan bagian pengawasan dan konsultasi pada KPP Bandung Karees. Jumlah pegawai pajak yang dijadikan populasi dan sampel adalah 36 pegawai pajak. Dalam

variabel penelitian ini terdiri atas tiga variabel pokok yang meliputi variable bebas (variable independent) dengan simbol X, dan 2 variabel terikat (variable dependent) dengan simbol Y.

Rancangan Analisis

Analisis data menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif.

Analisis desktriptif digunakan untuk menggambarkan suatu hasil penelitian melalui skor jawaban responden untuk setiap item dalam setiap variabel penelitian, dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Pendekatan verifikatif menggunakan analisis regresi berganda. Data ordinal yang telah ditranformasikan kedalam ukuran interval dengan MSI sebelum diolah untuk tujuan analisis verifikatif, dan melalui uji validitas dan reliabilitas. Analisis regresi berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana pengaruh tiap variabel.

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis, pengujian hipotesis yang dilakukan adalah dengan melihat adanya pengaruh dan tidak pengaruh antara variabel independent dan dependent.


(2)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jumlah keseluruhan kuesioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 36 eksemplar. Jumlah yang kembali dan diolah sebanyak 36 eksemplar. Penyebaran kuesioner penelitian ini ditujukan kepada pegawai pajak pada bagian penagihan, dan dilakukan dengan cara memberikan kuesioner secara langsung kepada masing-masing pegawai untuk dijawab.

4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Sanksi Perpajakan

Secara keseluruhan skor tanggapan responden mengenai sanksi perpajakan sebesar 79.7% termasuk dalam kategori baik, artinya sanksi perpajakan masih terbilang wajar dalam penerapannya namun belum cukup ideal.

4.1.2 Administrasi Perpajakan

Secara keseluruhan skor tanggapan responden mengenai administrasi perpajakan sebesar 76.7% termasuk dalam kategori baik, artinya administrasi perpajakan masih terbilang wajar dalam penerapannya namun belum cukup ideal.

4.1.3 Penggelapan Pajak

Secara keseluruhan skor tanggapan responden mengenai upaya penggelapan pajak sebesar 40.4% termasuk dalam kategori kurang baik, artinya upaya penggelapan pajak masih banyak dilakukan oleh para Wajib Pajak.

4.2 Analisis Verifikatif

4.2.1 Analisis Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung (-2.159) > ttabel (-2.042). Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa H0 ditolak H1 diterima. Hal tersebut menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan dari sanksi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak. Adapun besarnya kontribusi sanksi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak sebesar 21.9% (0.219)

yang berarti berkontribusi rendah, sedangkan sisanya sebesar 78.1% dipengaruhi faktor lain selain sanksi perpajakan.

4.2.2 Analisis Pengaruh Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung (-3.008) > ttabel (-2.042). Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa H0 ditolak H1 diterima. Hal tersebut menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan administrasi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak. Adapun besarnya kontribusi administrasi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak sebesar 33.0% (0.330) yang berarti berkontribusi sedang, sedangkan sisanya sebesar 67.0% dipengaruhi faktor lain selain administrasi perpajakan.

4.2.3 Analisis Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Upaya Penggelapan Pajak

Berdasarkan hasil penelitian diketahui persamaan analisis regresi berganda Y = 45.550 – 0.300(X1) – 0.430(X2). Dari persamaan regresi berganda tersebut, menunjukkan bahwa sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan mempunyai arah negatif terhadap upaya penggelapan pajak. Artinya jika sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan semakin ditingkatkan, maka upaya penggelapan pajak akan semakin rendah, sebaliknya jika sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan diturunkan, maka upaya penggelapan pajak akan semakin meningkat. Adapun uji hipotesis menunjukkan bahwa Fhitung (20.103) > Ftabel (3.28) atau sig. (0.000) < 0.05. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa H0 ditolak H1 diterima. Hal tersebut menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak. Besarnya kontribusi sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan secara simultan terhadap upaya penggelapan pajak sebesar 54.9% (0.549) yang pengaruhnya dapat diartikan sedang, sedangkan sisanya sebesar 45.1% oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh negatif yang signifikan sanksi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak dengan besarnya kontribusi sanksi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak sebesar 21.9% yang berarti sanksi perpajakan yang ada sekarang masih dinilai kurang untuk mencegah terjadinya upaya penggelapan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa jika sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana semakin ditingkatkan, maka upaya penggelapan pajak oleh wajib pajak akan semakin rendah. 2. Terdapat pengaruh negatif yang signifikan administrasi perpajakan

terhadap upaya penggelapan pajak dengan besarnya kontribusi administrasi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak sebesar 33.0% yang berarti administrasi perpajakan yang ada sekarang dinilai cukup namun masih ada kekurangan untuk mecegah terjadinya upaya penggelapan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa jika administrasi perpajakan berupa pendeteksian, pemeriksaan, penggunaan bank data wajib pajak, penagihan dan penindakan dengan sanksi tegas semakin ditingkatkan, maka upaya penggelapan pajak oleh wajib pajak akan semakin rendah.

3. Persamaan regresi berganda menunjukkan bahwa sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan mempunyai arah negatif terhadap upaya penggelapan pajak. Artinya jika sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan semakin ditingkatkan, maka upaya penggelapan pajak akan semakin rendah, sebaliknya jika sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan diturunkan, maka upaya penggelapan pajak akan semakin meningkat. Uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan terhadap upaya penggelapan pajak dengan besarnya kontribusi sebesar 54.9%

yang berarti sanksi perpajakan dan administrasi perpajakan yang ada sekarang dinilai cukup namun masih terdapat beberapa kekurangan untuk mencegah upaya penggelapan pajak.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sebaiknya pemerintah dalam memberikan sanksi kepada wajib pajak yang melakukan penggelapan pajak harus tegas dengan memberikan sanksi sesuai dengan aturan dan melakukan penyidikan lebih lanjut, karena penggelapan pajak, tidak hanya dilakukan oleh wajib pajak, tetapi juga didukung dan disokong oleh oknum aparat pajak yang ingin memperoleh keuntungan sendiri. Bila dilihat dari kasus yang ada selain memberikan sanksi tegas pemerintah juga harus melakukan beberapa perubahan dalam segi administrasi misalnya, pertama dalam hal penerbitan faktur pajak fiktif, harus dilakukannya pendaftaran ulang PKP dan melakukan verifikasi alamat PKP langsung ke lapangan serta melakukan penomoran faktur pajak secara sentralisasi oleh DJP melalui KPP dimana PKP terdaftar. Kedua dalam hal penghilangan berkas keberatan Wajib Pajak KPP harus lebih ketat dalam pengawasan dokumen perpajakan seperti mencatat dan mengecek dokumen yang masuk atau keluar. Ketiga, dalam hal penggunaan perusahaan luar negeri, DJP harus menempatkan beberapa petugas Pajak dinegara yang memilik hubungan ekonomi dengan Indonesia. Keempat, dalam hal jual beli saham satu grup, DJP harus dapat memeriksa dan mengawasi kegiatan jual beli saham perusahaan. Kelima, adanya kesadaran dari Wajib Pajak dan petugas pajak dalam memenuhi kewajibannya. Selain itu DJP perlu menambahkan sanksi administrasi berupa bunga dalam hal penerbitan SKP (Surat Ketetapan Pajak) karena dinilai sanksi yang ada sekarang hanya memberatkan Wajib pajak yang


(4)

memiliki hutang pajak yang besar dan dalam hal penundaan SPT Wajib Pajak.

2. Diperlukan suatu reformasi yang tepat terkait dengan administrasi perpajakan khususnya pada peningkatan Sumber Daya Manusia aparatur perpajakan yang kompeten dan professional, serta perlunya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan baik, sehingga diharapkan akan tercipta suatu sistem perpajakan yang efisien dan efektif karena administrasi menjadi cepat, mudah, dan akurat, sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak, baik dari segi kualitas maupun waktu. Untuk menghindari kasus yang telah disampaikan dalam hal penerbitan faktur pajak fiktif, maka harus dilakukannya pendaftaran ulang PKP dan melakukan verifikasi alamat PKP langsung ke lapangan serta melakukan penomoran faktur pajak secara sentralisasi oleh DJP melalui KPP dimana PKP terdaftar. Selain itu juga DJP harus menjalankan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemeberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan. Adapula untuk hal penerbitan Surat Paksa Wajib Pajak, DJP harus mempersingkat batas waktu pembayaran hutang pajak para Wajib Pajak.

Kurangnya pengetahuan tentang perpajakan akan berdampak pula pada upaya penggelapan pajak. Untuk itu, perlu adanya suatu edukasi dan pemahaman kepada masyarakat (khususnya wajib pajak) mengenai perpajakan, baik itu melalui periklanan, seminar dan sosialisasi, sehingga masyarakat akan lebih memahami tentang ketentuan perpajakan di Indonesia. Selain itu masih terdapat usaha penyuapan terhadap fiskus oleh Wajib Pajak, solusi untuk hal ini memang sangat sulit karena memerlukaan kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik bila hal tersebut belum bisa tercapai maka sistem yang dibuat sedemikian rupapun tidak akan bisa mencegah hal tersebut.

Daftar Pustaka

Brotodihardjo, R. S. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung, Ravika Aditama.

Barker, et al. 2002. Research Methode In Clinical Psychology. Jhon Wiley and Sons Ltd. England

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta, Kencana.

Efferin, Sujoko, Darmadji, Stevanus Hadi dan Tan, Yuliawati. 2004. Metode Penelitian Untuk Akuntansi Sebuah Pendekatan Praktis. Jawa Timur, Bayumedia.

Gujarati. 2003. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta, Erlangga.

Gayus. 2011. Inilah Enam Modus Permainan Pajak Versi Gayus. Diakses pada 12 Mei 2013 dari World Wide Web : http://www.tempo.co/read/news/2011/01/04/063303504/Inilah-Enam-Modus-Permainan-Pajak-versi-Gayus

Husein, Umar. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Ikhsan, Budi R. 2007. Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib. Pajak Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP)

Jatmiko, Agus Nugroho 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Studi Empiris


(5)

Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Unisversitas Diponegoro, Tesis Megister Akuntansi.

Keban, Yeremias. T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,Teori, dan Isu. Yogyakarta, Gava Media.

Marlina, Hesti. (2009). Pengaruh Tax Payer dan Pelayanan Informasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan Pajak Penghasilan. Bengkulu. Pacsa Sarjana Fakultas Ekonomi.

Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Yogyakarta, Andi.

Mufiz, Ali. 2004. Pengantar Ilmu Administrasi Negara, Jakarta, Universitas Terbuka.

Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Aplikasi Contoh dan Perhitungan. Jakarta, Agung Media.

Nazir, Moh. 2008. Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia.

Narimawati, Umi, Anggadewi, Sri Dewi dan Ismawati, Linna. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta, Genesis.

Pane, Pontas. 2009. Selain Asian Agri Wajib Pajak Nakal Antre Ditangani. Diakses pada 28 Februari 2013 dari World Wide Web http://www.tempo.co/read/news/2008/09/23/056137102/Selain-Asian-Agri-Wajib-Pajak-Nakal-Antre-Ditangani

Rosdiana, Haula. 2006. Implikasi Perluasan Definisi Royalti Terhadap Kondisi Telematika. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,Bisnis Birokrasi, Vol.14 No.3 (September)

Rahayu, Ning. 2007. Kebijakan Baru Direktorat Jenderal Pajak Dalam Pengajuan Restitusi PPN dan Perencanaan Pajak untuk Menghadapinya. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi, Vol. 15, No.1 (Januari).

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta, Graha Ilmu

Rahmany, Fuad. 2012. Orang Pajak Terus Tertangkap. Diakses pada 12 Mei 2013 dari World Wide Web : http://www.tempo.co/read/news/2012/07/14/064416956/Orang-Pajak-Terus-Tertangkap.

Soemantri, Rochmat. 1998. Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum. Bandung, PT. Eresco.

Santoso, Singgih. 2002. SPSS Versi 11.5 Cetakan Kedua. Jakarta, Gramedia.

S.R. Soemarso. 2007. Perpajakan Pendekatan Komperehensif. Jakarta, Salemba Empat.

Supangat, Andi. 2007. Statistik: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta, Kencana.

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta, Salemba Empat. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung,

CV.Alfabeta.

Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta, Salemba Empat. Wonglimpiyarat, Jarunee. 2010. Economic innovation challenges of


(6)

Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta, Salemba Empat.


Dokumen yang terkait

Account Representative Dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Bandung Karees

5 76 84

Pengaruh Manajemen Laba dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey Pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Soreang)

2 7 41

Pengaruh pengetahuan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey di KPP Pratama Bandung Karees)

0 5 1

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 6 1

Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Sanksi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pajak ( Survei pada KPP Pratama Sukabumi )

0 2 77

Analisis Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya (survey Pada KPP Pratama Soreang)

0 4 1

Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees)

6 52 48

Pengaruh Penerapan Sistem Modernisasi Administrasi Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

0 13 29

Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.

0 0 22

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).

0 0 30