BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proses Penuaan
Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang
berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak
sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, kemiskinan, dan stress Pangkahila, 2011.
Proses penuaan biologis terjadi secara perlahan-lahan dan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain Pangkahila, 2007 :
1. Tahap subklinik usia 25 – 35 tahun
Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi penurunan kadar hormon didalam tubuh, seperti growth hormone, testosterone
dan estrogen. Walaupun telah terjadi penurunan tetapi belum terjadi tanda- tanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.
2. Tahap transisi usia 35 – 45 tahun
Pada tahap ini mulai dirasakan gejala penuaan seperti tampilan fisik yang tidak muda lagi, misalnya penumpukan lemak di daerah sentral, rambut mulai
putih, penyembuhan lebih lama, kulit mulai keriput, penurunan kemampuan fisik dan dorongan seksual bahkan berkurangnya gairah hidup.
Pada tahap ini terjadi radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
bermanifestasi pada berbagai penyakit. Penurunan hormon terjadi lebih banyak hingga mencapai 25 dari kadar optimal.
3. Tahap klinik usia 45 tahun keatas
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata meliputi penurunan semua fungsi sistem tubuh antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual
dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Pada tahap ini penyakit degeratif mulai terdiagnosis, aktifitas dan kualitas hidupberkurang
akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat terganggu. Secara alamiah setelah mencapai usia dewasa maka seluruh komponen
tubuh tidak dapat lagi berkembang lagi. Sebaliknya terjadi penurunan akibat proses penuaan. Pada umumnya menjadi tua dianggap hal yang lumrah sehingga
masalah yang muncul diangap memang seharusnya terjadi. Padahal terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses penuaan. Faktor-faktor ini dapat
dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal antara lain radikal bebas, hormon yang berkurang, dan genetik. Faktor eksternal yang
utama adalah pola hidup yang tidak sehat, polusi lingkungan dan stress.Faktor- faktor tersebut dapat dicegah, diperlambat bahkan mungkin dapat dihambat
sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Lebih jauh lagi maka usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik Pangkahila,
2007. Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penuaan,
maka dapat ditentukan faktor mana yang perlu dihindari atau diatasi sehingga proses penuaan dapat dicegah atau dihambat. Dengan adanya kesadaran bahwa
menjaga kesehatan dan menghindari berbagai faktor penyebab penuaan serta dilengkapi dengan pengobatan merupakan hal yang sangat penting, maka
masyarakat memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik Pangkahila, 2007.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat proses penuaan antara lain adalah dengan menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup
sehat meliputi olahraga teratur, pola makanan yang sehat, mengatasi stress, jangan merasa sehat dan normal hanya karena tidak ada keluhan serius, melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi, menggunakan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai dengan petunjuk ahli
untuk mengembalikan fungsi organ yang menurun Pangkahila, 2007.
2.2Dislipidemia
2.2.1 Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
serta penurunan kadar kolesterol HDL Bays, 2011. Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan
metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan
penyakit kardiovaskular Bays, 2011. Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, kadar LDL tinggi dapat
menyebabkan xantelasmakelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL pada
tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis, dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Trigliserida tinggi
1000mgdl dapat menyebabkan pankreatitis akutBays, 2011. Berikut ini adalah tabel nilai lipid dari laboratorium Prodia di Indonesia
Tabel 2.1 Nilai Lipid
Komponen Lipid Batasan mgdl
Klasifikasi
Kolesterol Total 200
Yang diinginkan 200
– 239 Batas tinggi
240 Tinggi
Kolesterol LDL 100
Optimal 100
– 129 Mendekati optimal
130 – 159
Batas tinggi 160
– 189 Tinggi
190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL 40
Rendah 60
Tinggi Trigliserida
150 Normal
150 – 199
Batas tinggi 200
– 499 Tinggi
500 Sangat tinggi
Prodia, 2015
Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular PKV,
dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut : Tabel 2.2Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid
dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular PKV Diinginkan
Diwaspadai Berbahaya
mgdl mgdl
mgdl Kolesterol
Total 200
200 – 239
240 Kolesterol LDL
- Tanpa PKV 130
130 - 159 160
- Dengan PKV 100
Kolesterol HDL 45
36 – 44
35 Trigliserida
- Tanpa PKV 200
200 - 399 400
- Dengan PKV
150 250 - 499
500 Bahri. 2004
2.2.2 Klasifikasi Dislipidemia Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit Grundy, 2006:
1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. 2.
Dislipidemia sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh
hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia
disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan
kehamilan.
2.2.3Penyebab Dislipidemia Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu AACE, 2015:
A. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini
biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi: • Hiperkolesterolemia poligenik
• Hiperkolesterolemia turunan • Dislipidemia remnan
• Hiperlipidemia kombinasi turunan • Sindroma kilomikron
• Hipertrigliseridemia turunan • Peningkatan kolesterol HDL
• Peningkatan apolipoprotein B B.
Dislipidemia Sekunder Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang
mendasari.Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.3Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder
Lipid Penyebab
↑ Kolesterol total dan kolesterol LDL - Hipotiroid
- Sindrom nefrotik - SLE, multiple myeloma
- Progestin, pengobatan anabolik streroid
- Penyakit hati obstruktif, sirosis - Protease inhibitor pada pengobatan
infeksi HIV ↑ Trigliserida dan kolesterol VLDL
- Gagal ginjal kronik - DM tipe 2
- Obesitas - Alkohol
- Hipotiroid - Obat anti hipertensi Tiazid, Beta
Bloker -
Terapi koertikosteroid ↑ steroid Endogen akibat stres berat
- Estrogen oral,
kontrasepsi oral,
kehamilan - Very low fat diet
AACE, 2015
2.2.3 Penatalaksanaan Dislipidemia Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi:
A. Terapi Non Farmakologi
Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change TLC meliputi pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan
dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan
peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia
bawaan genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoproteinkolesterol atau
hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan Grundy,
2006. Terapi non farmakologis meliputi:
1. Terapi diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa
sering keduanya dimakan.Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya
membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan pola dan keberhasilan terapi diet.
Tabel 2.4 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet Nutrient
Recomended Intake
Total fat 25-35 of total calories
Saturated fat Less than 7 of total calories
trans-fatty acids Zero or as low as possible
Polyunsaturated fat Up to 10 of total calories
Monounsaturated fat Up to 20 of total calories
Carbohydrate 50 to 60 of total calories, especially
from whole grains, fruits and vegetables Fiber
25-30 gday soluble forms such as psyllium at 10-25 g
Plant strerols 2 gday
Protein Approximately 15 of total calories
Cholesterol Less than 200 mgday
Total calories energy Balance energy intake and expenditure to
maintain desirable body weightprevent weight gain.
Krause, 2012
2 Latihan jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas
dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap : 1
Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit 2
Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 dari denyut jantung maksimal 220 - umur selama 20-30 menit .
3 Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-
10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 xminggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x minggu dengan lama
latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik. B.
Terapi Farmakologi Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki
kadar lemak di dalam darah, dapat diberikan langsung bila terdapat kelainan dislipidemia primer. Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam
menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak merespon Illingworth, 2007.
Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang
kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,
fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut .
Saat ini didapat beberapa golongan obat dislipidemia ACCAHA, 2013: 1
Golongan statin HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin, fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin
2 Derivat asam fibrat gemfibrozil, fenofibrat
3 Asam nikotinat niacin
4 Golongan resin sequestran
5 Kolestrol absorbsi inhibitor ezetimibe
Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan
ezetimibe ACC AHA, 2013 2.2.4Komplikasi Dislipidemia
Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi, antara lain:
1. Aterosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke
4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya
5. Pankreatitis akut bila kadar trigliserida 1000 mgdl
2.3 Diet tinggi lemak