Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Profil Lipid Pada Pasien Dislipidemia

(1)

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN

KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP PROFIL

LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA

SKRIPSI

OLEH:

SITI IRMAYANNI

NIM 121524028

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN

KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP PROFIL

LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA

Universitas tera U

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara era

OLEH:

SITI IRMAYANNI

NIM 121524028

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Profil Lipid Pada Pasien Dislipidemia. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. selaku wakil dekan I Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai. Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., dan Dr. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt. dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku kepala Laboratorium Obat Tradisional Fakultas


(5)

v

Farmasi USU, serta Ibu Dra. Aswita Hafni, M.Si., Apt. selaku kepala Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas selama melakukan penelitian. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi USU atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Syamsuar N. SE., Ibunda Syarifah Jauhari Amd. Kep., Suami Rizal Wahyudi M.Kom., Kakek H. Said Razali, Nenek Hj. Syarifah Rahmah, Bapak Mertua H. Bahagia Malem, Ibu Mertua Hj. Murdani, Abang dr. Saidi Oktaviandi, Adik Siti Asnawiyatu Zuhriyah serta keluarga besar yang senantiasa memberikan doa, semangat, nasihat dan dukungan baik moril maupun materil yang tak ternilai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala budi baik dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Siti Irmayanni NIM 121524028


(6)

vi

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA ABSTRAK

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Uji pra-klinis pemberian ekstrak herba sambiloto dan daun salam

menunjukkan penurunan kolesterol pada hewan percobaan. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin hewan coba, oleh karena itu dilakukan penelitian uji klinis pendahuluan tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid dan efek samping pada pasien dislipidemia.

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after. Tahapan penelitian yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul. Kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam dibuat dengan dosis masing-masing 100 mg. Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul diberikan kepada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul sehari selama 28 hari, selanjutnya pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dilakukan pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.

Hasil karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia edisi III dan IV. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL secara signifikan (p ≤ 0,05) sedangkan pada kadar HDL tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (p ≥ 0,05) serta tidak memberikan efek samping.


(7)

vii

PRELIMINARY CLINICAL TRIALS ON EFFECT OF COMBINATION CAPSULE OF EXTRACT BITTER HERBS (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

ON LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIA PATIENTS ABSTRACT

Dyslipidemia is a disorder on blood lipid profile, which is characterized by

an increase or decrease in one or more lipid fractions in plasma are increase in total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), triglycerides and reduced level of HDL (High Density Lipoprotein). Pre-clinical trials of extract of bitter herbs and bay leaves showed a decrease in cholesterol in animal experiments. Acute toxicity tests using a mixture of ethanol extract of bitter herbs and bay leaves did not have a sub-chronic toxicity to the liver function and kidney function on animals. Therefore, preliminary clinical trials are conducted to determine whether supplementation combining extracts bitter herbs and bay leaves affect the lipid profile and its side effects to patients with dyslipidemia.

This study used an open clinical trial (open trial) with the design before and after design. Stages of research were taking plant, plant identification, processing plants material, bulbs characterization inspection, extract manufacture, preparation of capsules. The capsule of extract bitter herbs and bay leaves was made with each dose 100 mg. Preliminary clinical trials of supplementation was given to 20 patients with dyslipidemia at a dose of 3 x 1 capsule daily for 28 days, further examination of the lipid profile (total cholesterol, triglycerides, LDL and HDL) was performed on day 0, day 14 and day 28.

Results of simplex a characteristic bitter herbs and bay leaves were examined according to the monograph contained in the Materia Medika Indonesia 3rd and 4th edition. The result of the pre-formulation and evaluation capsule combination bitter herbs and bay leaves meet the requirements of Indonesian Pharmacopoeia 3rd edition. Results of preliminary clinical trials of extracts bitter herbs and bay leaves had an influence on lipid profile in patients with dyslipidemia, showing decrease in total cholesterol, triglycerides and LDL was significant (p ≤ 0.05), while the HDL levels showed no significant effect

(p ≥ 0.05), and no side effects.

Keywords: Bay_Leaves, Dyslipidemia, Bitter_Herbs, Lipid Profile


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7


(9)

ix

2.1.1 Sambiloto ... 7

2.1.2 Daun salam ... 9

2.3 Data Hasil Penelitian ... 11

2.4 Ekstraksi ... 12

2.5 Uji Klinis ... 14

2.6 Profil Lipid ... 16

2.6.1 Kolesterol total ... 17

2.6.2 Trigliserida ... 18

2.6.3 Low Density Lipoprotein (LDL) ... 18

2.6.4 High Density Lipoprotein (HDL) ... 19

2.7 Dislipidemia ... 20

2.7.1 Definisi ... 20

2.7.2 Klasifikasi dislipidemia ... 20

2.7.3 Terapi rasional dislipidemia ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ... 25

3.1.1 Bahan-bahan yang digunakan ... 25

3.1.2 Alat-alat yang digunakan ... 25

3.2 Penyiapan Bahan Tanaman ... 26

3.2.1 Pengambilan bahan tanaman ... 26

3.2.2 Identifikasi tanaman ... 26

3.2.3 Pengolahan bahan tanaman ... 26

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 27


(10)

x

3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 27

3.3.3 Penetapan kadar air ... 27

3.3.4 Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam air ... 28

3.3.5 Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam etanol ... 29

3.3.6 Penetapan kadar abu total ... 29

3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam .... 29

3.4 Pembuatan Ekstrak ... 30

3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto ... 30

3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam ... 30

3.5 Pembuatan Sediaan ... 31

3.5.1 Formula kapsul ... 31

3.5.2 Pembuatan sediaan kapsul ... 31

3.5.3 Pengujian pra-formulasi ... 32

3.5.4 Evaluasi sediaan kapsul uji ... 32

3.6 Uji Klinis Pendahuluan ... 33

3.6.1 Tempat penelitian ... 33

3.6.2 Waktu penelitian ... 33

3.6.3 Desain penelitian ... 33

3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian ... 33

3.6.5 Teknik pengambilan subyek penelitian ... 34

3.6.6 Jumlah subyek penelitian ... 34

3.6.7 Pemberian sediaan kapsul ... 35

3.6.8 Tahapan dan cara kerja uji klinis pendahuluan ... 35


(11)

xi

3.6.10Tindakan keamanan ... 37

3.7 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 37 3.8 Izin Komite Etik ... 37

3.9 Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Identifikasi Tanaman ... 39

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia ... 39

4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik ... 39

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik ... 40

4.2.3 Hasil pemeriksaan simplisia herba sambiloto dan daun salam ... 40

4.3 Hasil Ekstraksi Simplisia Herba Sambiloto dan Daun Salam ... 42

4.4 Hasil Pengujian Pre Formulasi dan Evaluasi Kapsul ... 43

4.5 Data Dasar Pasien Dislipidemia ... 43

4.6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Profil Lipid ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Angka kolesterol total ... 18

2.2 Angka trigliserida ... 18

2.3 Angka kolesterol LDL ... 19

2.4 Angka kolesterol HDL ... 20

4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto ... 41

4.2 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam 41

4.3 Data demografi pasien dislipidemia ... 44

4.4 Hasil pemeriksaan laboratorium profil lipid rata-rata 20 pasien dislipidemia ... 48

4.5 Hasil selisih pemeriksaan laboratorium profil lipid rata-rata 20 pasien dislipidemia ... 50

4.6 Hasil pengamatan efek samping pasien dislipidemia yang mengkonsumsi kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ... 52


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 6 4.1 Diagram kolesterol total rata-rata pasien dislipidemia

pada hari ke 0, 14, 28 ... 48 4.2 Diagram trigliserida rata-rata pasien dislipidemia pada hari

ke 0, 14, 28 ... 49 4.2 Diagram LDL rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0,

14, 28 ... 49 4.2 Diagram HDL rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0,

14, 28 ... 49 4.5 Diagram selisih profil lipid rata-rata pasien dislipidemia

pada hari ke 14, 28 ... 50


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil identifikasi tanaman ... 59

2. Gambar tanaman dan herba sambiloto ... 60

3. Gambar tanaman dan daun salam ... 61

4. Gambar serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam ... 62

5. Gambar mikroskopik daun sambiloto dan serbuk simplisia herba sambiloto ... 63

6. Gambar mikroskopik daun salam dan serbuk simplisia daun salam ... 65

7. Hasil karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto ... 67

8. Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun salam ... 71

9. Perhitungan rendemen ekstrak kental ... 75

10. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ... 76

11. Hasil uji keseragaman bobot ... 77

12. Gambar sediaan kapsul ... 78

13. Surat persetujuan etik (ethical clearence) ... 79

14. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian ... 80

15. Lembar persetujuan pasien setelah penjelasan penelitian (informed consent) ... 82

16. Kuesioner untuk pasien ... 83


(15)

xv

18. Data pola makan pasien dislipidemia ... 88

19. Gambar dokumentasi pasien ... 89

20. Gambar sampel darah ... 90

21. Data pasien hasil laboratorium ... 91


(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ATP III : Adult Treatment Panel III HDL : High Density Lipoprotein

HMG-KoA : Hidroksi Metil Glutamil Koenzim-A IDL : Intermediate Density Lipoprotein LDL : Low Density Lipoprotein

LPL : Lipoprotein Lipase

NCEP : National Cholesterol Education Program PKV : Penyakit Kardiovaskular

PPAR : Peroxysome Proliferator-Activated Receptors SREBP : Sterol Regulatory Element Binding Protein VLDL : Very Low Density Lipoprotein


(17)

vi

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA ABSTRAK

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Uji pra-klinis pemberian ekstrak herba sambiloto dan daun salam

menunjukkan penurunan kolesterol pada hewan percobaan. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin hewan coba, oleh karena itu dilakukan penelitian uji klinis pendahuluan tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid dan efek samping pada pasien dislipidemia.

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after. Tahapan penelitian yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul. Kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam dibuat dengan dosis masing-masing 100 mg. Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul diberikan kepada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul sehari selama 28 hari, selanjutnya pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dilakukan pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.

Hasil karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia edisi III dan IV. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL secara signifikan (p ≤ 0,05) sedangkan pada kadar HDL tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (p ≥ 0,05) serta tidak memberikan efek samping.


(18)

vii

PRELIMINARY CLINICAL TRIALS ON EFFECT OF COMBINATION CAPSULE OF EXTRACT BITTER HERBS (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

ON LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIA PATIENTS ABSTRACT

Dyslipidemia is a disorder on blood lipid profile, which is characterized by

an increase or decrease in one or more lipid fractions in plasma are increase in total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), triglycerides and reduced level of HDL (High Density Lipoprotein). Pre-clinical trials of extract of bitter herbs and bay leaves showed a decrease in cholesterol in animal experiments. Acute toxicity tests using a mixture of ethanol extract of bitter herbs and bay leaves did not have a sub-chronic toxicity to the liver function and kidney function on animals. Therefore, preliminary clinical trials are conducted to determine whether supplementation combining extracts bitter herbs and bay leaves affect the lipid profile and its side effects to patients with dyslipidemia.

This study used an open clinical trial (open trial) with the design before and after design. Stages of research were taking plant, plant identification, processing plants material, bulbs characterization inspection, extract manufacture, preparation of capsules. The capsule of extract bitter herbs and bay leaves was made with each dose 100 mg. Preliminary clinical trials of supplementation was given to 20 patients with dyslipidemia at a dose of 3 x 1 capsule daily for 28 days, further examination of the lipid profile (total cholesterol, triglycerides, LDL and HDL) was performed on day 0, day 14 and day 28.

Results of simplex a characteristic bitter herbs and bay leaves were examined according to the monograph contained in the Materia Medika Indonesia 3rd and 4th edition. The result of the pre-formulation and evaluation capsule combination bitter herbs and bay leaves meet the requirements of Indonesian Pharmacopoeia 3rd edition. Results of preliminary clinical trials of extracts bitter herbs and bay leaves had an influence on lipid profile in patients with dyslipidemia, showing decrease in total cholesterol, triglycerides and LDL was significant (p ≤ 0.05), while the HDL levels showed no significant effect

(p ≥ 0.05), and no side effects.

Keywords: Bay_Leaves, Dyslipidemia, Bitter_Herbs, Lipid Profile


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid adalah molekul tidak larut dalam air sehingga harus diangkut di dalam sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein. Di dalam inti lipoprotein terkandung lipid nonpolar, yaitu kolesterol ester dan trigliserida. Kolesterol ester bersifat hidrofobik yang merupakan inti lipid utama di dalam LDL (Low Density

Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein). Trigliserida terdapat di dalam

inti kilomikron dan di dalam VLDL (Very Low Density Liporotein) yang berasal dari hati (Lim, 2014).

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) (Santoso, dkk., 2009).

Seseorang yang mengalami dislipidemia memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner. Penyakit kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama di dunia. Indonesia memperoleh angka kesakitan dan kematian akibat PKV terus meningkat tajam. Prevalensi penyakit jantung koroner, umur ≥15 tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 0,5 %. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 pada umur 25 - 34 (0,2%), umur 35 - 44 (0,3%), umur 45 - 54 (0,7%),


(20)

2

umur 55 - 64 (1,3%), umur 65 - 74 (2%) (Riskesdas, 2013). Penyebab utama PKV adalah adanya manifestasi aterosklerosis pada pembuluh darah koroner (Anwar, 2004).

Saat ini obat tradisional terus meningkat dan berkembang dengan pesat di masyarakat. Penggunaan obat tradisional di berbagai daerah merupakan warisan turun temurun berdasarkan pengalaman/empirik selanjutnya berkembang melalui pembuktian ilmiah melalui uji pra-klinik dan uji klinik (Depkes RIb, 2000).

Pemanfaatan tanaman sebagai salah satu pengobatan alternatif maupun pengganti obat modern membutuhkan serangkaian pengujian seperti uji pra-klinik meliputi uji keamanan dan uji khasiat, sampai uji klinik dengan didukung oleh pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik agar efektivitasnya dapat dioptimalkan (Depkes RIb, 2000). Semakin dipahami manfaatnya, masyarakat semakin terbiasa menggunakan obat tradisional dalam menghadapi berbagai keluhan dan gangguan kesehatan (Wiryowidagdo, 2002).

Penanganan penyakit kolesterol dengan menggunakan obat-obatan sintetis memiliki risiko yang tinggi karena digunakan dalam jangka panjang sehingga dapat menimbulkan efek samping obat yang tidak dapat diabaikan. Ditinjau dari segi ekonomis, harga golongan obat tersebut cukup mahal (Suyatna, 2007).

Masyarakat sekarang lebih selektif dalam memilih pengobatan baik dalam pemilihan harga, maupun kandungan obat dan efek samping obat, oleh karena itu masyarakat mulai menggunakan obat-obat dari bahan alam yang dipercaya lebih aman dan memiliki efek samping yang relatif lebih kecil pada penggunaan jangka panjang (Pramono, 2002).


(21)

3

herbal yang sudah banyak diteliti aktivitas farmakologisnya. Zuraini (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ekstrak air sambiloto dalam dosis 100 dan 200 mg/kg bb dapat menormalkan kadar kolesterol total plasma pada tikus. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa sambiloto mengandung senyawa andrografolid memiliki aktivitas memperbaiki profil lipid darah.

Secara empiris daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.), digunakan untuk mengobati kencing manis, menurunkan kadar kolesterol dan kadar asam urat yang dibuat dalam bentuk air rebusan daun salam. Menurut beberapa literatur daun salam mengandung zat- zat kimia seperti sitral, eugenol, miyak atsiri, tanin, saponin, flavonoid, triterpenoid, polifenol. Daun salam dapat menurunkan kadar kolesterol darah digunakan 10-15 gram direbus dalam air sebanyak 750 ml hingga air rebusan air daun salam tersebut menjadi 250 ml, dikonsumsi 250 ml/hari (Nurcahyati, 2014).

Hasil penelitian secara pra-klinis menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memiliki efek sinergis baik terhadap penurunan kadar kolesterol maupun trigliserida. Ekstrak herba sambiloto efektif terhadap penurunan kadar kolesterol, sedangkan ekstrak daun salam lebih efektif terhadap penurunan kadar trigliserida, serta kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mampu menurunkan kadar kolesterol dengan dosis lebih kecil (Dinkes Sumatera Utara, 2007).

Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam menghasilkan harga LD50 = 19,473 g/kg bb pada mencit sehingga ekstrak uji dapat dikatagorikan sebagai practically non toxic. Hasil uji toksisitas subkronik setelah pemberian ekstrak uji selama dua bulan dengan dosis sampai 5


(22)

4

x dosis lazim menunjukan pengaruh terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal hewan coba yaitu tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin pada serum hewan coba (Masjhoer, 2001).

Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa uji klinis pendahuluan pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. apakah karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia

b. apakah pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia

c. apakah pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memberikan efek samping jika diberikan pada pasien dislipidemia.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia

b. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia


(23)

5

c. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak memberikan efek samping jika diberikan pada pasien dislipidemia.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian

b. untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia

c. untuk mengetahui bahwa pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak memberikan efek samping jika diberikan pada pasien dislipidemia.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. mendukung program pemerintah dalam melakukan penelitian dan pengembangan obat tradisional


(24)

6

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan dengan kerangka pikir seperti gambar 1.1 .

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

Serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam

- Makroskopik - Mikroskopik - Penetapan kadar air - Penetapan kadar abu - Penetapan kadar abu

tidak larut asam - Penetapan kadar sari

larut dalam air - Penetapan kadar sari

larut dalam etanol Ekstrak herba sambiloto dan daun salam Subjek pria/wanita yang memenuhi kriteria inklusi selama 28 hari

Kadar profil lipid (Kolesterol total,trigliserida,

LDL, HDL )

- Kolesterol total < 200 mg/dl

- Trigliserida 0 – 150 mg/dl

- LDL 0 – 150 mg/dl - HDL > 35 mg/dl Sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam Karakterisasi simplisia


(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

Uraian tanaman meliputi morfologi tanaman, sistematika tanaman,

nama lain, kandungan kimia dan manfaat tanaman.

2.1.1 Sambiloto

Tanaman sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab atau di pekarangan. Daerah tumbuh dan penyebarannya di dataran rendah sampai ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Sambiloto tumbuh berkelompok, tanaman ini tumbuh di daerah panas di wilayah Asia dengan iklim tropik dan sub tropik seperti di India, semenanjung Malaya dan hampir seluruh pulau di Indonesia (Dalimartha, 1999).

2.1.1.1 Morfologi tanaman

Sambiloto tergolong tanaman terna tumbuh tegak tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang - cabang, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir berbentuk tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih dengan warna kuning dibagian atasnya ukuran 7 mm sampai 8 mm. Tangkai sari sempit dan melebar pada bagian pangkal, panjang


(26)

8

6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm dan bila tua akan pecah terbagi menjadi 4 keping (Depkes RIb, 1979).

2.1.1.2 Sistematika tanaman

Berdasarkan taksonomi tanaman sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Depkes RIc, 2000) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Acanthaceae Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata (Burm.f) Nees

2.1.1.3 Nama lain

Nama daerah dari tanaman sambiloto yaitu Pepaitan (Sumatera), Ki Oray, Takilo, Bidara, Sadilata, Sambilata, Takila (Jawa) dan Sambiloto (Indonesia) (Depkes RIb, 1979).

Nama asing: Chuan xin lian (Cina), Kalmegh (India), Cong - cong (Vietnam), Quasabhuva (Arab), Nainehavandi (Vietnam) dan King of bitter (Inggris) (Dalimartha, 1999).

2.1.1.4 Kandungan kimia

Kandungan kimia tanaman sambiloto antara lain: andrografolid, Deoksiandrografolid, neoandrografolid, 11,12-didehidro-14-deoksiandrografolid (WHO, 2002). Kandungan lain adalah flavonoid, mineral (kalium, kalsium,


(27)

9

natrium). Zat aktif andrographolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor (melindungi sel hati dari zat toksik) (Dalimartha, 1999).

2.1.1.5 Manfaat tanaman

Penggunaan secara tradisional digunakan untuk darah tinggi, influenza, demam, malaria, kencing manis, kista, mioma, hidung berlendir, infeksi telinga tengah dan sakit gigi (Dalimartha, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian farmakologi menunjukkan herba sambiloto memiliki aktifitas antibakteri, anti-HIV (Human Immunodeficiency Virus), imunostimulator, antipiretik, antidiare, anti inflamasi, antimalaria, disentri dan infeksi hepatitis (WHO, 2002).

2.1.2 Daun salam

Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.), daunnya digunakan sebagai rempah dalam masakan. Daun salam ini memberikan aroma yang khas. Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah dan dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung jala, bahan anyaman dari Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indochina, Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa, biasanya ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan lain, terutama untuk diambil daunnya (Agoes, 2010).

2.1.2.1 Morfologi tanaman

Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm


(28)

10

sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga berwarna putih. Benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3 mm berwarna kuning lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat dengan garis tengah 8 mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek (Depkes RI, 1980).

2.1.2.2 Sistematika tanaman

Taksonomi tanaman daun salam (Depkes RIc, 2000) adalah : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.

2.1.2.3 Nama lain

Nama daerah: Maselangan, ubar serai (Sumatera), Manting (Jawa), gowok (Sunda) Salam (Madura). Nama asing: Samak, kelat samak, serah (Malaysia), Duo hua pu tao (Tionghoa), Bay leaf (Inggris) (Nurcahyati, 2014).

2.1.2.4 Kandungan kimia


(29)

11

alkaloid, minyak atsiri, eugenol, fenol, steroid, saponin dan karbohidrat (Nurcahyati, 2014).

2.1.2.5 Manfaat tanaman

Manfaat daun salam dalam pengobatan tradisional adalah untuk mengatasi asam urat, kencing manis, menurunkan kadar kolesterol, melancarkan pembuluh darah, radang lambung, diare, mabuk alkohol dan gatal-gatal. Daun salam memiliki sifat rasa kelat, wangi, adstringen dan memperbaiki sirkulasi (Agoes, 2010).

Hasil penelitian farmakologi dari daun salam menunjukkan bahwa daun salam memiliki efek antibakteri dan hipoglikemik (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.3 Data Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan Fatmawati (2008), dilaporkan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto yang diberikan selama 28 hari dengan dosis 2,1 g/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida serta meningkatkan kadar HDL pada tikus. Kandungan kimia dari sambiloto yang berperan adalah andrographolida, flavonoid, tanin dan mineral.

Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam menghasilkan harga LD50 = 19,473 g/kg bb pada mencit sehingga ekstrak uji dapat dikatagorikan sebagai practically non toxic. Hasil uji toksisitas subkronik setelah pemberian ekstrak uji selama dua bulan dengan dosis sampai 5 x dosis lazim menunjukan pengaruh terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal hewan coba, yaitu tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin pada serum hewan coba (Masjhoer, 2001).


(30)

12

Uji klinis pemberian kapsul daun salam terhadap profil lipid dan peningkatan glukosa pada diabetes tipe 2, telah terbukti meningkatkan fungsi insulin 40 orang dengan diabetes tipe 2 yang dibagi menjadi 4 kelompok dan diberikan kapsul yang mengandung 1 g 2 g dan 3 g daun salam per hari selama 30 hari atau plasebo diikuti dengan periode washout 10 hari mengalami penurunan yang signifikan kolesterol total, trigliserida dan LDL menurun. Tidak ada perubahan signifikan pada kelompok plasebo. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi daun salam 1 g sampai 3 g selama 30 hari, mengurangi faktor risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular dan menunjukkan bahwa daun salam bermanfaat bagi orang-orang dengan diabetes tipe 2 (Khan, dkk., 2009)

Uji klinis ekstrak campuran Andrographis paniculata (sambiloto) dan

Syzygium polyanthum (salam). Sampel sebanyak 30 penderita DM pria atau

wanita berusia antara 40–60 tahun, pemberian ekstrak herbal campuran

Andrographis paniculata dan Syzygium polyanthum (1:1) seberat 700 mg dapat

menurunkan gula darah puasa secara signifikan. Obat diberikan selama 4 minggu, pemeriksaan fungsi hati dan fungsi ginjal setiap 2 minggu diperoleh hasil bahwa tidak terdapat efek samping terhadap hati dan ginjal dalam terapi herbal ekstrak herbal campuran Andrographis paniculata dan Syzygium polyanthum selama 4 minggu, hasil ini menunjukkan ekstrak herbal campuran cukup aman dikonsumsi (Suharmiati dan Roosihermiatie, 2012).

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes


(31)

13

RIa, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RIa, 1979).

Pemilihan cairan penyari yang akan digunakan dalam ekstraksi berdasarkan daya larut zat aktif yang diinginkan dan tipe preparat farmasi yang diperlukan. Cairan penyari alkohol atau campuran air-alkohol merupakan pelarut serbaguna dan paling luas pemakaiannya karena mudah didapat, harganya murah dan daya melarutkannya baik. Pelarut campuran air-alkohol memberi perlindungan terhadap kontaminasi mikroba dan membantu mencegah pemisahan bahan yang akan diekstraksi, bila didiamkan (Ansel, 1989).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu:

1. Cara dingin

a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.

2. Cara panas


(32)

14

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna. b. Soxhletasi adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat soxhlet

sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperature kamar, secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

d. Infudansi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit.

2.5 Uji Klinis

Uji klinis merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. Peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada manusia, kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Uji klinis bervariasi dari uji efektivitas obat sederhana yang hanya melibatkan beberapa puluh pasien dan dapat dilaksanakan satu peneliti hingga uji klinis multisenter yang memiliki organisasi yang rumit, jumlah peserta dan peneliti yang banyak, sistem informasi dan manajemen yang kompleks (Sastroasmoro, 2011). Uji klinis ini dilakukan baik untuk pengembangan obat sintetik maupun obat herbal.


(33)

15

a. Pembuktiaan secara ilmiah kemanfaatan sediaan herbal sesuai dengan indikasi yang akan menjadi fitofarmaka.

b. Pembuktian secara ilmiah keamanan dan kemanfaatan pengobatan tradisional termasuk cara, alat, bahan dan ramuan yang telah dilakukan, setelah menunjukkan adanya kemanfaatan berdasarkan observasi klinik.

c. Pengembangan tanaman obat yang mengarah pada pengembangan zat kimia baru sebagai bahan obat (Dirjen Bina Kesmas, 2004).

Uji klinis ramuan atau tanaman obat yang akan dikembangkan sebagai produk obat tradisional membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya:

a. Data keamanan, meliputi toksiksitas akut, toksiksitas subkronik dan toksiksitas khusus bila diperlukan.

b. Data manfaat/ khasiat praklinis.

c. Teknologi formulasi sederhana untuk pembuatan formulasi.

d. Menentukan zat identitas, zat aktif atau finger print sehingga dapat dibuat jadi produk obat terstandar.

Uji klinis obat tradisional pada pengobatan tradisional dibedakan menjadi uji klinis terhadap praktek yang sudah ada dan telah menunjukkan kemanfaatan berdasarkan hasil observasi klinis dan uji klinis untuk menetapkan intervensi klinis baru. Uji klinis intervensi baru, harus mengikuti tahapan seperti obat baru yang didahului dengan data praklinis, teknik formulasi, uji klinis fase I, II dan III, sedangkan untuk uji klinis pengobatan tradisional yang kemanfaatannya sudah ditunjukkan dengan obseervasi klinik dapat dilanjutkan dengan uji klinis skala kecil dan kriteria klinis lebih ketat, seperti pada fase II atau III (Dirjen Bina Kesmas, 2004).


(34)

16 Uji klinis terdiri dari 4 fase yaitu:

Fase I : Pengujian pada suatu obat baru yang baru pertama kali digunakan untuk menilai keamanan dan tolerabilitas obat pada sukarelawan sehat. Jumlah subyek pada fase ini 20-50 orang.

Fase IIA : Pengujian pada pasien dalam jumlah terbatas dan tanpa pembanding (kontrol).

Fase IIB : Pengujian dilakukan pada pasien secara komparatif yang membandingkannya dengan plasebo atau obat standar (kontrol).

Fase III : Pengujian pada fase ini dilakukan dengan mengevaluasi obat dibandingkan dengan obat standar dengan desain uji klinis acak terkontrol, multisenter dan jumlah subyek yang diikutsertakan pada fase ini minimal 500 orang.

Fase IV : Pengujian yang dilakukan pasca pemasaran, untuk mengamati efek samping yang jarang atau yang lambat timbulnya (Setiawati, dkk., 2007).

2.6 Profil Lipid

Profil lipid mencakup kolesterol total, LDL-C (low density lipoprotein- cholesterol), trigliserida dan HDL-C (high density lipoprotein-cholesterol (Dipiro,

dkk., 2009). Lipid tidak larut dalam air sehingga pengangkutannya dalam darah dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein adalah bentuk kompleks dari lipid (fosfolipid, kolesterol dan trigliserida) dan protein dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Fosfolipid bersifat lipofil dan hidrofil sehingga bertindak sebagai daya pelarut. Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan


(35)

17

molekul lipid tersebut perlu di modifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air yang disebut apolipoprotein. Zat-zat lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat penggunaannya (Silalahi, 2006).

2.6.1 Kolesterol total

Kolesterol berasal dari bahasa Yunani yaitu chole = empedu dan stereos = padat adalah steroid alkohol yang menyerupai lemak, berwarna putih mutiara. Rumus molekul C27H45OH, mengkristal dalam bentuk daun (leaflet) atau

lempengan (United States Pharmacopeial Convention, 1985).

Kolesterol mempunyai struktur yang lembut, seperti lilin, terdiri dari lemak dan berinti steroid yang dapat dihasilkan oleh tubuh atau berasal dari makanan yang berasal dari hewan misalnya kuning telur, daging, hati dan otak. Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau berikatan dengan asam lemak rantai panjang sebagai kolesterol ester. Kolesterol adalah lipid yang merupakan komponen struktural esensial pada membran sel dan lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol merupakan prekursor semua steroid lain di dalam tubuh manusia, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray, dkk., 2006).

Ada beberapa pendapat tentang nilai optimal dari kolesterol darah dan sampai batas berapa penyakit kardiovaskuler tersebut tidak terjadi. Kandungan total kolesterol darah National Cholesterol Education Program (NCEP) pada

Adult Treatment Panel III (ATP III) menetapkan bahwa kadar total kolesterol

darah normal adalah ≤ 200 mg/dl, batas tinggi adalah 200-239 mg/dl, dan tinggi adalah ≥ 240 mg/dl (Freeman, 2008). Nilai angka kolesterol total dapat dilihat


(36)

18 pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Angka kolesterol total

No Kolesterol Total Kadar (mg/dl)

1 Normal ≤ 200

2 Batas tinggi 200-239

3 Tinggi ≥240

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment

Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008). 2.6.2 Trigliserida

Trigliserida adalah salah satu jenis lemak di dalam darah yang dibentuk di hati dari gliserol dan lemak yang berasal dari makanan dengan rangsangan insulin atau dari kelebihan kalori akibat makan berlebihan. Trigliserida merupakan substansi yang terdiri dari gliserol yang mengikat gugus asam lemak. Makanan yang dikonsumsi mengandung lemak dan kalori yang tinggi akan meningkatkan kadar trigliserida dalam darah di simpan sebagai lemak di bawah kulit dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, makanan lemak, makanan manis dan minum alkohol (Dalimartha, 2000). Nilai angka trigliserida dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Angka trigliserida

No Trigliserida Kadar (mg/dl)

1 Normal ≤ 150

2 Batas tinggi 151-199

3 Tinggi 200-499

4 Sangat tinggi ≥500

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment

Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008) 2.6.3 Low Density Lipoprotein (LDL)


(37)

19

mengandung kolesterol 70%, trigliserida 5%, protein 13% dan fosfolipid 12% (Tan dan Rahardja, 2007). LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh nadi. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukkan lemak dan penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah tergantung dari lemak yang masuk. Semakin tinggi/banyak lemak yang masuk, semakin menumpuk pula LDL (Wiryowidagdo, 2002). Menilai tinggi rendahnya kadar LDL dalam darah, umumnya kita membandingkan dengan angka standard dari NCEP (Freeman, 2008). Nilai angka kolesterol LDL dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Angka kolesterol LDL

No LDL Kadar (mg/dl)

1 Optimal ≤ 100

2 Mendekati optimal 100-129

3 Batas tinggi 130-159

4 Tinggi 160-189

5 Sangat tinggi ≥ 190

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment

Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008). 2.6.4 High Density Lipoprotein (HDL)

HDL merupakan partikel kecil yang mengandung kolesterol 25%, trigliserida 5%. Protein 50% dan fosfolipid 20%. HDL mengangkut kelebihan kolesterol dan asam lemak yang tidak dapat digunakan oleh jaringan perifer kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu. Kadar HDL kira-kira sama pada pria dan wanita sampai masa pubertas, kemudian menurun pada pria sampai 20% lebih rendah daripada kadar wanita. Kadar HDL menurun pada kegemukan,


(38)

20

perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakai kombinasi estrogen-progestin (Suyatna, 2007). HDL merupakan molekul lipoprotein paling kecil dengan diameter 4-10 nm mampu mengangkut kolesterol dari dinding arteri, yang merupakan dasar dari sifat anti anterogennya. HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Tan dan Rahardja, 2007). Menilai tinggi rendahnya kadar HDL digunakan angka standar dari NCEP. Nilai kolesterol HDL dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Angka kolesterol HDL

No HDL Kadar (mg/dl)

1 Rendah ≤ 40

2 Tinggi ≥ 60

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult

TreatmentPanel III (ATP-III) (Freeman, 2008).

2.7 Dislipidemia 2.7.1 Definisi

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (Santoso, dkk., 2009).

2.7.2 Klasifikasi dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan pathogenesis penyakit adalah

dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. Dislipidemia sekunder, yaitu


(39)

21

terjadi akibat mengidap penyakit tertentu. Dislipidemia sekunder juga bisa terjadi akibat diabetes mellitus, konsumsi alkohol, stres dan kurang olahraga. Berbagai macam obat juga bisa meningkatkan kadar lemak darah. Perempuan yang telah masuk masa menopause (berhenti haid) jika diberi terapi estrogen mengalami risiko kenaikan kadar kolesterol lainnya (Dalimartha, 2000).

2.7.3 Terapi rasional dislipidemia

Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologi perubahan gaya hidup yang meliputi modifikasi diet, pengurangan berat badan serta aktivitas fisik.

Tujuan utama terapi diet disini adalah menurunkan resiko PKV dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan kalori.

2.7.3.1 Terapi non farmakologi

1. Terapi diet

Terapi diet bertujuan untuk mengoptimalkan kadar lipid dengan cara menjaga keseimbangan diet. Terapi diet dapat menurunkan kolesterol total sebesar 10-15%. Asupan makanan yang tinggi kandungan kolesterol harus diturunkan. Asupan lemak jenuh dan asam lemak trans meningkatkan kadar LDL, sementara asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda mempunyai LDL rendah.

2. Pengurangan berat badan


(40)

22

dan obesitas dengan sindrom metabolik. Penurunan berat badan membantu menurunkan trigliserida dan meningkat HDL.

3. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya serta merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran, termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Mereka yang aktif kemungkinan memiliki resiko yang rendah untuk terkena penyakit kardiovaskuler termasuk diantaranya dislipidemia.

Olahraga dan aktivitas fisik juga dapat memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL, serta dapat memperbaiki HDL, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sensitivitas insulin. Aktivitas fisik perlu diikuti 3 tahap, pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit, aerobik selama 20-30 menit, pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan-lahan, selama 5-10 menit. Jumlah latihan sebaiknya 2-3 kali/minggu (Lindarto, 2014).

2.7.3.2Terapi farmakologi

Pada saat ini dikenal sedikitnya 5 jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum, yaitu statin (HMG-CoA reductase inhibitor), resin, derivat asam fibrat, asam nikotinat (Niasin) dan ezetimib.

1. Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor)

Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan paling baik toleransinya untuk mengobati dislipidemia. Ada enam jenis statin dipasarkan, yaitu lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastatin, atrovastatin dan rosuvastatin. Obat ini bekerja menghambat enzim HMG-CoA reductase, yaitu suatu enzim di hati yang berperan


(41)

23

dalam sintesis kolesterol. Sintesis kolesterol di hati akan menurun, sehingga sterol

regulatory element binding protein (SREBP) yang terdapat pada membran

teruraioleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain VLDL, IDL dan LDL menurun serta HDL meningkat.

2. Resin

Terdapat tiga golongan resin, yaitu cholestyramin, colestipol dan colesevelam. Resin merupakan obat hipolipidemia yang paling aman karena tidak diabsorpsi saluran cerna. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna di usus halus dan akan dieksresi melalui feses, asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke hati, sehingga kolesterol serum menurun.

3. Derivat asam fibrat

Terdapat empat jenis, yaitu gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat dan fenofibrat. Obat ini bekerja dengan cara berinteraksi dengan reseptor

peroxysome proliferator-activated receptors (PPARs). Fibrat menurunkan

trigliserida melalui stimulasi oksidasi asam lemak yang diperantarai oleh PPARα, meningkatkan sintesis LPL dan menurunkan apoC-III di hati yang berfungsi sebagai inhibitor proses lipolisis sehingga dapat meningkatkan bersihan VLDL. Peningkatan HDL oleh fibrat terjadi karena stimulasi peningkatan apoA-1 dan


(42)

24 apoA-II oleh PPARα.

4. Asam nikotinat (Niasin)

Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid yang pertama kali diperkenalkan, untuk mengobati dislipidemia. Obat ini bekerja menghambat hidrolisis trigliserida oleh enzim hormon sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas ke hati. Asam lemak bebas dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL, dengan menurunnya sintesis VLDL di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserida dan juga kolesterol-LDL di plasma. Pemberian asam nikotinat ternyata juga meningkatkan kolesterol-HDL.

5. Ezetimib

Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan kolesterol total. Obat ini pada umumnya tidak digunakan secara tunggal, tetapi dikombinasikan dengan obat penurun lipid lain, misalnya HMG-CoA reductase


(43)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after (Sastroasmoro dan Ismael, 2013). Tahapan penelitian yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul, pengujian pre formulasi, evaluasi sediaan kapsul dan uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid sebelum dan sesudah pemberian kapsul.

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan 3.1.1 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah herba sambiloto dan daun salam serta bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian adalah akuades, amilum maidis, amilum manihot, asam klorida, cangkang kapsul, etanol 96%, etanol 70 %, etanol 50%, kloralhidrat, kloroform, laktosa, toluen.

3.1.2 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), alat pengukur kolesterol (Easy Touch), alat pengukur tekanan darah (Omron HEM-7111), alat pengisi kapsul, blender (Panasonic), blood lancet (GEA Medical), cawan beralas datar, krus porselin, lemari pengering, lumpang dan stamfer, microtoise stature meter (General Care), mikroskop (Olympus),


(44)

26

neraca kasar (Ohaus), neraca analitik (Vibra AJ), oven (Memmert), plasterin dan ikatan pembendungan (Torniquet), rotary evaporator (Haake D), seperangkat alat destilasi untuk penentuan kadar air (Boeco), spuit (Terumo), tanur (Nabertherm), test strip (Easy Touch), timbangan berat badan (GEA® Medical).

3.2 Penyiapan Bahan Tanaman

Penyiapan bahan tanaman meliputi pengambilan bahan, identifikasi bahan dan pengolahan bahan.

3.2.1 Pengambilan bahan tanaman

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah herba sambiloto diperoleh dari Desa Blang Mirah, Kota Bireuen, Provinsi Aceh dan daun salam diperoleh dari daerah Pancur Batu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi tanaman

Identifikasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi, Bogor.

3.2.3 Pengolahan bahan tanaman

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah herba sambiloto dan daun salam yang masih segar. Pengolahan bahan diawali dengan pemanenan bahan tanaman. Herba sambiloto dan daun salam dipisahkan dari pengotor lain dan dipilih bagian yang akan digunakan lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang. Diperoleh berat basah herba sambiloto 5,12 kg dan daun salam 5,26 kg. Herba sambiloto dan daun salam dikeringkan dalam lemari pengering secara terpisah sampai herba sambiloto dan daun salam kering. Bahan


(45)

27

tanaman yang telah kering ditimbang dan diperoleh berat simplisia herba sambiloto 1,23 kg dan daun salam 1,86 kg. Simplisia dihaluskan dan disimpan di dalam wadah tertutup.

3.3Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam (Depkes RI, 1980).

3.3.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati warna, bentuk, ukuran dan tekstur dari bahan tanaman segar dan simplisia.

3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap daun sambiloto segar dan daun salam segar, serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam. Pemeriksaan mikroskopik sampel segar dilakukan sebagai berikut: dibuat irisan melintang dan membujur yang tipis. Hasil masing-masing irisan diletakkan di atas kaca objek lalu ditetesi larutan kloralhidrat, ditutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop pada berbagai perbesaran. Pemeriksaan mikroskopik untuk serbuk simplisia dilakukan sebagai berikut: ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop.

3.3.3 Penetapan kadar air


(46)

28

Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.

a. Penjenuhan toluen

Sebanyak 200 ml toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 2 ml air suling, kemudian dipasang alat penampung dan pendingin dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.

b. Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan toluen diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik, setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar, setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).

3.3.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrate sampai kering dalam cawan penguap


(47)

29

yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1980).

3.3.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1980).

3.3.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porcelin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1980).

3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan (Depkes RI, 1980).


(48)

30

3.4 Pembuatan Ekstrak

3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto

Pembuatan ekstrak herba sambiloto dilakukan dengan cara perkolasi. Serbuk simplisia herba sambiloto 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup, ditambahkan etanol 50% sehingga semua simplisia terendam, aduk- aduk dan diamkan selama 3 jam. Dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam, buka kran perkolator. Dibiarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa, selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga didapat ekstrak kental (Depkes RIa, 2000).

3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam

Pembuatan ekstrak daun salam dilakukan dengan cara perkolasi. Serbuk simplisia daun salam 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup, ditambahkan etanol 70% sehingga semua simplisia terendam, aduk- aduk dan diamkan selama 3 jam. Dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam, buka kran perkolator. Dibiarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia.


(49)

31

Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa, selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan

rotary evaporator sehingga didapat ekstrak kental (Depkes RIa, 2000).

3.5Pembuatan Sediaan 3.5.1Formula kapsul

Setiap kapsul mengandung 100 mg ekstrak herba sambiloto dan 100 mg ekstrak daun salam kental, serta bahan pengisi kapsul.

R/ Ekstrak herba sambiloto 100 mg Ekstrak daun salam 100 mg Amilum manihot 10 % Amilum maidis 5 % Laktosa ad 450 mg

3.5.2 Pembuatan sediaan kapsul

a. Pembuatan masa ekstrak herba sambiloto

Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak herba sambiloto ke dalam lumpang dan digerus, lalu ditambahkan sebagian dari 90 g amilum manihot, lalu digerus, ditambahkan sebagian dari 45 g amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa secukupnya. Digerus sampai terbentuk masa yang bisa dikempa.

b. Pembuatan masa ekstrak daun salam

Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak daun salam ke dalam lumpang dan digerus, lalu ditambahkan sisa amilum manihot, lalu digerus, ditambahkan sisa amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa sedikit dan digerus.

c. Pencampuran masa ekstrak herba sambiloto dan daun salam


(50)

32

ekstrak daun salam, lalu digerus, ditambahkan laktosa sampai 900 g. Digerus lalu diayak, dikeringkan granul dalam oven dengan suhu 30°C selama 15 menit. Dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan sisa laktosa, dihomogenkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam kapsul kosong.

3.5.3 Pengujian pra-formulasi

Pengujian pra-formulasi terhadap granul yang kering meliputi uji waktu

alir dan penetapan sudut diam.

3.5.3.1 Uji waktu alir

Sebanyak 100 gr granul ditimbang dimasukkan kedalam corong alir, ratakan permukaannya, lalu dialirkan hingga seluruh granul mengalir. Dicatat waktu dari granul mengalir sampai seluruh granul mengalir keluar.

Syarat: waktu alir tidak lebih dari 10 detik

3.5.3.2 Pengujian sudut diam

Sebanyak 100 gr granul ditimbang dimasukkan kedalam corong alir yang ditutup bagian bawahnya, ratakan permukaannya. Dibuka penutup corong sehingga granul mengalir bebas. Diukur tinggi dan sudut tumpukan granul yang terbentuk. Dihitung sudut diam granul.

Syarat: Sudut diam granul 30°- 40°

3.5.4 Evaluasi sediaan kapsul uji

Dilakukan evaluasi sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam sesuai dengan yang tertera pada farmakope Indonesia edisi III meliputi penyimpangan bobot.

3.5.4.1 Penyimpangan bobot


(51)

33

keluarkan isi kapsul. Ditimbang berat dan dihitung deviasi dari masing masing isi kapsul terhadap bobot rata-rata.

Syarat: tidak lebih dari satu kapsul mempunyai deviasi diatas 7,5% dan tidak lebih dari dua kapsul yang mempunyai deviasi diatas 15% (Depkes RIa, 1979).

3.6 Uji Klinis Pendahuluan 3.6.1 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Medan meliputi Kecamatan Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Maimun dan Percut Sei Tuan.

3.6.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015.

3.6.3 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after. Pada uji ini, peneliti maupun peserta mengetahui obat yang diberikan (Sastroasmoro dan Ismael, 2013).

3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian

Kriteria inklusi subjek penelitian ini adalah: a. pasien laki laki dan perempuan

b. umur 20-60 tahun c. pasien dislipidemia

d. pola makan yang kurang baik seperti banyak makan makanan berlemak, kurang makan buah-buahan dan sayur-sayuran

e. gaya hidup yang kurang baik seperti kurang berolahraga dan sering merokok (khususnya laki-laki)


(52)

34 f. dapat melakukan aktivitas sehari hari

g. tidak mengkonsumsi obat penurun kolesterol dalam dua minggu terakhir

h. bersedia ikut dalam penelitian, mengikuti prosedur penelitian dan menanda tangani informed consent.

Kriteria ekslusi subjek penelitian ini adalah : a. wanita hamil, menyusui, nifas

b. ada penyakit komplikasi yang diketahui dari anamnesis c. adanya kebiasaan mengkonsumsi alkohol

d. tidak teratur mengkonsumsi kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam e. tidak mengikuti kontrol selama penelitian (meninggal, pindah alamat dan

mengundurkan diri).

3.6.5 Teknik pengambilan subyek penelitian

Teknik pengambilan subyek dalam penelitian ini adalah Consecutive

sampling, yaitu semua subyek yang memenuhi kriteria (berdasarkan kriteria

inklusi) dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmono dan Ismael, 2013). Semua responden diberi penjelasan singkat sebelum diberikan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam, selanjutnya bagi responden yang setuju mengikuti penelitian menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian.

3.6.6 Jumlah subyek penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien dewasa pria dan wanita dengan dislipidemia. Sampel untuk populasi penelitian didapatkan dari rumus Slovin. Keterangan :


(53)

35

� = N

1 + N (0,05)² n = Sampel N = Populasi

e = Interval keyakinan (0,05)

Jumlah sampel populasi penelitian minimal 18 orang berdasarkan Rumus Slovin:

Uji klinik pendahuluan ini pertama kalinya formula baru diberikan pada manusia untuk melihat efek farmakologi merupakan uji klinis terbuka dan sederhana, artinya tanpa pembanding dan tidak tersamar, pada sejumlah kecil subyek dengan pengamatan intensif. Total jumlah subyek pada fase ini bervariasi antara 20-50 orang (Setiawati, dkk., 2007), maka pada penelitian ini jumlah subyek yang dibutuhkan minimal 20 orang pasien dislipidemia.

3.6.7 Pemberian sediaan kapsul

Setiap pasien diberikan secara bertahap 84 kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam dosis 3 kali sehari 1 kapsul sesudah makan selama 28 hari.

3.6.8 Tahapan dan cara kerja uji klinis pendahuluan

a. dilakukan pencarian pasien dengan wawancara meliputi pola makan, gaya hidup, pemeriksaan kolesterol yang pernah dilakukan dan riwayat penyakit untuk memperoleh diagnosis dan mengisi kuesioner penelitian

b. dilakukan pemeriksaan vital sign pasien meliputi penimbangan berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan tekanan darah. Pengukuran kadar kolesterol menggunakan alat pengukur kadar kolesterol Easy Touch

� = 20

1 + 40 (0,05)²

= 20 1,1 = 18


(54)

36

c. pasien yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian, akan diberikan informasi menyangkut penggunaan obat tradisional sebelumnya dan pemberian informasi untuk mendapatkan persetujuan (informed consent) tentang kegiatan penelitian, manfaat maupun resiko penelitian

d. setiap pasien mengisi lembar persetujuan penelitian

e. setiap pasien diambil darah sebanyak 3 ml yang dilakukan oleh tenaga analis kesehatan dan pengambilan dilakukan setelah pasien puasa 6-12 jam. Darah diambil sebanyak 3 ml melalui vena mediana cubiti pada lipat siku, terlebih dahulu dibersihkan diatas lokasi tusuk dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering. Dipasang ikatan pembendungan (Torniquet) pada lengan atas dan pasien diminta untuk mengepal dan membuka telapak tangan berulang kali agar vena jelas, vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45 derajat, kemudian darah disedot mengalir kedalam spuit, torniquet dilepas, lalu jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol dan bekas tusukan ditutup dengan plester. Darah yang diperoleh di sentrifuge membentuk serum kemudian serum digunakan untuk pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dengan metode kolorimetri sebelum penggunaan (H0) sediaan kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam. Diberikan secara bertahap dari 84 kapsul sediaan kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam untuk penggunaan 3 kali sehari selama 28 hari, selanjutnya pada hari ke-14 dan 28 diambil darah sebanyak 3 ml di sentrifuge lagi membentuk serum kemudian diperiksa kembali profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) menggunakan metode kolorimetri. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah, Dinas


(55)

37 Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

3.6.9 Pemeriksaan medis

Pemeriksaan medis yang dilakukan pada setiap pasien adalah sebagai berikut:

a. melihat riwayat penyakit, pola makan dan gaya hidup pasien

b. pemeriksaan fisik, meliputi: berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah c. pemeriksaan klinis, meliputi: kolesterol total, trigliserida LDL dan HDL (pada

H0, H14 dan H28).

3.6.10 Tindakan keamanan

Selama pengobatan pasien di follow up terhadap kepatuhan, efek samping, komplikasi atau pun kondisi klinis yang dianggap penting. Apabila terjadi komplikasi maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

3.7 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent )

Pada uji klinis pendahuluan ini, digunakan informed consent sebagai lembaran persetujuan tindakan medis untuk pasien yang bersedia ikut dalam penelitian. Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien untuk turut serta dalam penelitian setelah pasien menerima informasi lengkap dan memahami tindakan tersebut (Sastroasmono dan Ismael, 2013).

3.8 Izin Komite Etik

Untuk melengkapi kelayakan pada penelitian uji klinis ini, diperlukan adanya izin komite etik untuk memberikan jaminan bahwa subjek penelitian diperlakukan dengan etis dan hak-haknya terpenuhi sebagai pasien. Bila izin


(56)

38

komite etik telah dilakukan, maka akan dikeluarkan surat persetujuan etik yang disebut ethical clearance yang dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 18. Data analisis menggunakan metode Paired Sample T Ttest dan Wilcoxon Signed


(57)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tanaman

Hasil identifikasi tanaman yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, menunjukkan bahwa tanaman yang diteliti adalah herba sambiloto Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees, suku Acanthaceae dan daun salam Syzigium polyanthum (Wight) Walp. suku Myrtaceae dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 59.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik tanaman herba sambiloto segar diperoleh yaitu batang berkayu, sangat keras dan berwarna hijau. Daun segar berwarna hijau tua pada bagian atas dan lebih muda pada bagian bawah, daun tunggal, bersilang berhadapan, pangkal dan ujung runcing, tepi rata, panjang ± 5 cm, lebar ± 1,5 cm. Bunga terdapat di ketiak daun dan di ujung batang, dengan panjang 6 mm, bagian atas berwarna putih dan bagian bawah berwarna ungu. Buah bulat panjang, ujung runcing dan berwarna hijau. Simplisia herba sambiloto berwarna hijau kecoklatan, tepi bergelombang, panjang ± 4 cm, lebar ± 1 cm. Bunga terdapat di ketiak daun dan menggulung, panjang 4 mm, bunga bagian atas berwarna kuning kecoklatan. Buah terbuka pecah menjadi 2 keping berwarna kuning. Pemerian serbuk simplisia herba sambiloto adalah berwarna hijau tua.


(58)

40

daun tunggal bertangkai pendek, panjang tangkai daun 5-10 mm, tepi daun rata, ujung meruncing, pangkal runcing, panjang 10-14 cm, lebar 4-8 cm, permukaan atas berwarna hijau tua, licin, mengkilat, permukaan bawah berwarna hijau muda, tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan bawah daun. Simplisia daun salam panjang tangkai daun 4-8 mm, tepi dan ujung daun menggulung, panjang 6-8 cm, lebar 2-4 cm, permukaan atas berwarna kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau kecoklatan. Pemerian serbuk simplisia daun salam adalah berwarna hijau kecoklatan.

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan terhadap daun sambiloto segar pada sayatan melintang melalui tulang daun terlihat rambut penutup, sel epidermis dan sistolit, terdapat juga kolenkim, jaringan palisade, jaringan spon, berkas pembuluh tipe bikolateral dan epidermis bawah. Sayatan membujur permukaan daun sambiloto bagian bawah terlihat stomata tipe bidiastik, sistolit dan sel kelenjar. Serbuk simplisia herba sambiloto terlihat stomata, sel batu dari kulit buah, berkas pembuluh dan sistolit dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 63. Hasil pemeriksaan mikroskopik sayatan melintang daun salam segar terlihat kutikula, sel epidermis kelenjar lisigen, jaringan palisade, jaringan spon dan hablur kalsium oksalat. Sayatan membujur daun salam permukaan bawah tampak stomata tipe parasitik. Serbuk simplisia daun salam terlihat epidermis, stomata tipe parasitik, berkas pembuluh, hablur kalsium oksalat dan serabut sklerenkim dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 65.

4.2.3 Hasil pemeriksaan simplisia herba sambiloto dan daun salam


(59)

41 pada Tabel 4.1 dan daun salam pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto

Parameter Hasil (%) Persyaratan

MMI Keterangan

Kadar air 3,95 <10 Kadar sari larut dalam air 19,20 ≥18

Kadar sari larut dalam etanol 15,11 ≥9,7 Memenuhi syarat Kadar Abu total 7,10 ≤12

Kadar abu yang tidak larut

dalam asam 1,25 ≤2,2

Hasil pemeriksaan karakterisasi dari serbuk herba sambiloto diperoleh kadar air 3,95 %, kadar sari larut dalam air 19,20 %, kadar sari larut dalam etanol 15,11 %, kadar abu total 7,10 % , kadar abu yang tidak larut asam 1,25 %, seperti tercantum pada Tabel 4.1. Hasil penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut asam memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia Jilid III (1979).

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam

Parameter Hasil (%) Persyaratan

MMI (%) Keterangan

Kadar air 7,98 ≤ 10

Kadar sari larut dalam air 12,83 ≥ 12

Kadar sari larut dalam etanol 9,54 ≥ 8 Memenuhi syarat Kadar Abu total 3,71 ≤ 5

Kadar abu yang tidak larut dalam

asam 0,53 ≤ 1

Hasil pemeriksaan karakterisasi dari serbuk daun salam diperoleh kadar air 7,98 %, kadar sari larut dalam air 12,83 %, kadar sari larut dalam etanol 9,54%, kadar abu total 3,71 % , kadar abu yang tidak larut asam 0,53 %, seperti tercantum pada Tabel 4.2. Hasil penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar


(60)

42

sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut asam memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia Jilid IV (1980).

Hasil penetapan kadar air simplisia memenuhi persyaratan, yaitu tidak melebihi 10%. Kadar air yang melebihi persyaratan akan terjadinya pertumbuhan jamur. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang tersari dalam pelarut air. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan zat-zat yang tersari dalam pelarut etanol tetapi mungkin tidak larut dalam air (Depkes RIa, 2000).

Penetapan kadar abu dilakukan untuk mengetahui gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari awal proses yang terkandung dalam simplisia, sedangkan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat (Depkes RIa, 2000).

4.3 Hasil Ekstraksi Simplisia Herba Sambiloto dan Daun Salam

Ekstraksi dilakukan terhadap serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam yang masing-masing dilakukan dengan cara perkolasi sehingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak cair yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan vakum

rotary evaporator. Hasil penyarian 900 g serbuk simplisia herba sambiloto

dengan pelarut etanol 50% diperoleh ekstrak kental 205,28 g (rendemen 22,81%) dan hasil penyarian 900 g serbuk simplisia daun salam dengan pelarut etanol 70% diperoleh ekstrak kental 200,48 g (rendemen 22,27%) dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 75.


(1)

93

Lampiran 21. (Lanjutan)


(2)

94

Lampiran 21. (Lanjutan)


(3)

95

Lampiran 22. Data analisis statistik SPSS

a.

Hasil uji statistik pemeriksaan kolesterol total

Test Statisticsb

H14 - H0 H28 - H14 H28 - H0

Z -3,920a -3,921a -3,921a

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon signed ranks test

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

H0 20 198,00 308,00 248,5000 29,23498

H14 20 173,00 301,00 216,1500 33,43379

H28 20 118,00 276,00 191,9500 36,84745

Valid N (listwise) 20

b.

Hasil Uji Statistik Pemeriksaan Trigliserida

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

H0 ,125 20 ,200* ,979 20 ,915

H14 ,242 20 ,003 ,907 20 ,057

H28 ,140 20 ,200* ,975 20 ,851

a. Lilliefors significance correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

H0 ,252 20 ,002 ,885 20 ,021

H14 ,157 20 ,200* ,889 20 ,026

H28 ,167 20 ,146 ,904 20 ,048


(4)

96

Test Statisticsb

H14 - H0 H28 - H14 H28 - H0

Z -2,757a -2,856a -3,248a

Asymp. Sig. (2-tailed) ,006 ,004 ,001

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon signed ranks test

c.

Hasil Uji Statistik Pemeriksaan LDL

Lampiran 22. (Lanjutan)

*. This is a lower bound of the true significance.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

H0 20 57 588 271,40 179,721

H14 20 58 483 200,25 119,512

H28 20 55 314 141,10 73,652

Valid N (listwise) 20

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

H0 ,125 20 ,200* ,969 20 ,738

H14 ,132 20 ,200* ,954 20 ,438

H28 ,110 20 ,200* ,959 20 ,529

a. Lilliefors significance correction


(5)

97

Lampiran 22. (Lanjutan)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 H0 - H14

18,700 35,718 7,987 1,983 35,417 2,341 19 ,030

Pair 2 H14 -

H28

15,850 25,090 5,610 4,108 27,592 2,825 19 ,011

Pair 3 H0 - H28

34,550 43,298 9,682 14,286 54,814 3,569 19 ,002

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

H0 20 42 229 144,75 42,379

H14 20 62 207 126,05 34,241

H28 20 57 180 110,20 34,332

Valid N (listwise) 20

d.

Hasil Uji Statistik Pemeriksaan HDL

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

H0 ,117 20 ,200* ,946 20 ,304

H14 ,127 20 ,200* ,953 20 ,423

H28 ,161 20 ,184 ,959 20 ,520

a. Lilliefors significance Correction


(6)

98

Lampiran 22. (Lanjutan)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Devi ation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

H0 - H14

-,650 10,7 42

2,402 -5,678 4,378 -,271 19 ,790

Pair 2

H14 - H28

-3,500 9,24 8

2,068 -7,828 ,828 -1,693 19 ,107

Pair 3

H0 - H28

-4,150 12,0 54

2,695 -9,791 1,491 -1,540 19 ,140

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

H0 20 38 62 49,80 7,396

H14 20 38 62 50,45 7,280

H28 20 33 68 53,95 9,064


Dokumen yang terkait

Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Fungsi Ginjal Pada Pasien Dislipidemia

2 55 110

Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm F) Ness) Dan Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp)Pada Pasien Hiperkolesterolemia

9 96 112

Observasi Klinis Pengaruh Pemberian Kombinasi Serbuk Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domesticaVal.) Pada Pasien Hiperurisemia

3 67 60

Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Kadar ALT dan AST pada Pasien Dislipidemia

3 33 114

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Pengaruh Kombinasi Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight.) Walp.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Balb/C Yang Diinduksi Aloksan.

0 0 31

Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm F) Ness) Dan Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp)Pada Pasien Hiperkolesterolemia

0 0 31

Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm F) Ness) Dan Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp)Pada Pasien Hiperkolesterolemia

0 0 6

Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm F) Ness) Dan Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp)Pada Pasien Hiperkolesterolemia

0 0 24

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm F) Ness) DAN EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) PADA PASIEN HIPERKOLESTEROLEMIA SKRIPSI

0 0 15