PEMBERIAN EKSTRAK LABU SIAM (SECHIUM EDULE)MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS PUTIH JANTAN(RATTUS NORVEGICUS) DISLIPIDEMIA LEBIH BAIK DARIPADA SIMVASTATIN.

(1)

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK LABU SIAM (SECHIUM

EDULE) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS

PUTIH JANTAN (RATTUS NORVEGICUS)

DISLIPIDEMIA LEBIH BAIK DARIPADA

SIMVASTATIN

CHERIA VALENTINA

1490761018

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STRUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

ii

PEMBERIAN EKSTRAK LABU SIAM (SECHIUM

EDULE) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS

PUTIH JANTAN (RATTUS NORVEGICUS)

DISLIPIDEMIA LEBIH BAIK DARIPADA

SIMVASTATIN

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

CHERIA VALENTINA NIM 1490761018

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STRUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 Januari 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof.Dr.dr.Wimpie I. Pangkahila, Sp.And.,FAACS Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila,M.SC.,Sp.And

NIP. 194612131971071001 NIP. 19440211964091001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr.dr.Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc,Sp.GK Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 195805211985031002 NIP. 195902151985102001


(4)

iv

Hasil Penelitian ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal : 28 Januari 2016

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 598/UN.14.4/HK/2016 tertanggal 25 Januari 2016

Penguji :

Ketua : Prof.Dr.dr.Wimpie I. Pangkahila, Sp. And., FAACS Anggota :

1. Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC, Sp.And 2. Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK 3. Dr.dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes.


(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : dr. Cheria Valentina

NIM : 1490761018

Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Anti-Aging Medicine)

Judul : Pemberian Ekstrak Labu Siam (Sechium edule) Memperbaiki Profil Lipid Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Dislipidemia Lebih Baik Daripada Simvastatin

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini , maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010

dan Peraturan Perundang-undang yang berlaku.

Denpasar, 28 Januari 2016

Yang membuat pernyataan,


(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul

Pemberian Ekstrak Labu Siam (Sechium edule) Memperbaiki Profil Lipid Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Dislipidemia Lebih Baik Daripada Simvastatin dapat diselesaikan dalam rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh

Gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik,

kekhususan Anti Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Selama penelitian ini, penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat

memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses

pembelajaran hidup penulis, baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial.

Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang

senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit. Pada kesempatan

ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A selaku Asdir I dan Prof.

Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, MS selaku Asdir II yang telah memberikan

kesepatan untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana

2. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAAC, selaku pembimbing I, yang

dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan dorongan,

bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan manfaatnya oleh


(7)

vii

3. Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC, Sp.And, selaku pembimbing II, yang

telah dengan sabar memberikan dorongan, semangat, masukan dan saran

ilmiah kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

4. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc,Sp.GK, selaku Ketua Program

Studi dan penguji yang dengan bersemangat membimbing dan banyak sekali

memberi masukan serta pembelajaran yang sangat dirasakan manfaatnya oleh

penulis selama penyusunan tesis ini.

5. Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes, selaku penguji yang telah banyak

memberikan perhatian yang begitu besar, bimbingan dan masukan yang

sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

6. Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp. MK, M.Kes, selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini.

7. Ferbian, S.KH yang telah banyak membantu selama penulis melakukan

penelitian di laboratorium Patologi Veteriner, Universitas Udayana serta

memberikan masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat

berguna bagi penulis dalam menyusun tesis ini.

8. Semua staf bagian serta teman-teman mahasiswa Program Magister Biomedik

kekhususan Anti Aging Medicine atas doa, semangat dan dukungannya. 9. Keluarga besar tercinta, suami (Segaryanto Tejo, SE), putra tercinta

(Richmond Wilson Tejo), orang tua serta mertua atas doa, dukungan,

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh


(8)

viii

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua

pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Denpasar, Januari 2016


(9)

ix ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK LABU SIAM (SECHIUM EDULE) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS PUTIH JANTAN (RATTUS

NORVEGICUS) DISLIPIDEMIA LEBIH BAIK DARIPADA SIMVASTATIN

Dislipidemia berpengaruh dalam proses penuaan dengan menyebabkan penuaan dini serta aterosklerosis yang pada akhirnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular. Terapi obat sintetis antidislipidemia memiliki efek samping dan harga yang relatif mahal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berbagai senyawa alami seperti flavonoid, saponin, tanin, fenol, antioksidan yang juga terkandung dalam buah labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL. Hal ini berarti labu siam dapat berguna sebagai anti kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas ekstrak labu siam dan simvastatin terhadap penurunan kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta peningkatan kolesterol HDL pada tikus putih jantan dislipidemia.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre test-post test control group yang dilaksanakan di Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan ,Universitas Udayana. Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) dewasa jantan yang diinduksi diit tinggi kolesterol, yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol obat (Simvastatin 0.36 mg/ 200 grBB) dan kelompok perlakuan (Ekstrak Labu Siam 40 mg/200 gr BB) selama 21 hari.

Hasil menunjukkan bahwa pada kelompok simvastatin terdapat penurunan kadar kolesterol total dari 215,40±7,11 mg/dl menjadi 149,00±9,13 mg/dl (30,8%),

penurunan kadar trigliserida dari 121,80±9,29 mg/dl menjadi 80,60±2,95 mg/dl

(33,8%), penurunan kadar LDL dari137,20±8,56 mg/dl menjadi 109,90±12,03

mg/dl (19,9%), peningkatan kadar HDL dari 51.00±3,37 mg/dl menjadi

81,50±6,60 mg/dl (59,8%). Pada kelompok ekstrak labu siam terdapat penurunan

kadar kolesterol total dari 219,90±10,61 mg/dl menjadi 139,20±8,28 mg/dl

(36,7%), penurunan kadar trigliserida dari 116,50±12,87 mg/dl menjadi

93,80±5,16 mg/dl (19,5%), penurunan kadar LDL dari136,50±7,78 mg/dl menjadi

93,60±8,0 mg/dl (31,4%), peningkatan kadar HDL dari 49,40±3,95 mg/dl menjadi

64,70±5,31 mg/dl (31%). Rerata kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL kedua

kelompok sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan perbedaan secara bermakna (p<0,05), namun ekstrak labu siam memberikan efek penurunan kolesterol total dan LDL lebih besar dibandingkan dengan simvastatin. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak labu siamdapat dipakai sebagai obat tambahan dalam menangani dislipidemia khususnya menurunkan kolesterol total dan LDL. Kata kunci : ekstrak labu siam, simvastatin, kolesterol total, LDL, dislipidemia


(10)

x ABSTRACT

CHAYOTE EXTRACTS (SECHIUM EDULE) IMPROVING LIPID PROFILE BETTER THAN SIMVASTATIN IN DYSLIPIDEMIA MALE

RATS (RATTUS NORVEGICUS)

Dyslipidemia had an impact on aging process by causing an early aging and atheroclerosis, which in turn led to cardiovascular disease. The antidyslipidemia synthetic drug therapy had adverse side effects and the price was relatively expensive. Number of studies showed that various natural compounds such as flavonoid, saponin, tanin, fenol, antioxidant that also can be found in chayote can lower the total and LDL cholesterol level. This mean that chayote can be useful as anti-cholesterol. This study aimed to compare the effectiveness of the chayote extract compared to simvastatin in decreasing the total cholesterol, LDL, and trigliserides level and increasing of HDL cholesterol in dyslipidemia male rats.

This study was an experimental research with randomized pretest-posttest control group design that were performed at the Laboratory of Veterinary Pathology, Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University. This study used 20 male rats (Rattus norvegicus) induced by high-cholesterol diet, which was divided into two groups: control group (Simvastatin drug 0.36 mg/200 grBW) and treatment group (chayote extracts 40 mg/200 grBW) for 21 days.

The results showed that in the simvastatin group, there were a decreasing level of total cholesterol from 215.40±7.11 mg/dl to 149.00±9.13 mg/dl (30.8%),

decreasing level of trigliserides from 121.80±9.29 mg/dl to 80.60±2.95 mg/dl

(33.8%), decreasing level ofLDL from 137.20±8.56 mg/dl to 109.90±12.03 mg/dl

(19.9%), increasing level of HDL from 51.00±3.37 mg/dl to 81.50±6.60 mg/dl

(59.8%). Chayote extracts group showed a decreasing level of total cholesterol from219.90±10.61 mg/dl to 139.20±8.28 mg/dl (36.7%), decreasing level of

trigliserides from 116.50±12.87 mg/dl to 93.80±5.16 mg/dl (19.5%), decreasing

level ofLDL from 136.50±7.78 mg/dl to 93.60±8.0 mg/dl (31.4%), increasing

level of HDL from 49.40±3.95 mg/dl to 64.70±5.31 mg/dl (31%). The mean of the

total cholesterol, trigliserides, LDL and HDL both groups before and after the intervention were significantly different (p<0.05). However, Chayote extracts provided a greater effect in decreasing the level of total cholesterol and LDL rather than simvastatin. This study showed that Chayote extracts can be used as an additional medicine for treatment of dyslipidemia, especially in lowering total cholesterol and LDL blood level.


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penuaan (Aging) ... 9

2.2 Lemak ... 10

2.2.1 Kolesterol ... 10

2.2.1.2 Biosintesis Kolesterol ... 11

2.2.2 Trigliserida ... 12

2.2.2.1 Hidrolisis Trigliserida ... 13

2.2.3 Fosfolipid ... 15

2.2.4 Asam Lemak ... 16


(12)

xii

2.4. Transpor Lipid ... 19

2.5 Dislipidemia ... 24

2.5.1 Definisidan Klasifikasi Dislipidemia ... 24

2.5.2 Diagnosis Dislipidemia ... 25

2.5.3 Penatalaksanaan Dislipidemia ... 25

2.5.3.1 Terapi Non Farmakologis ... 26

2.5.3.2 Terapi Farmakologis ... 27

2.6 Hubungan Dislipidemia dengan Penuaan (Aging)... 31

2.7 Labu Siam (Sechium edule) ... 32

2.7.1 Morfologi Tanaman ... 33

2.7.2 Kandungan Kimia ... 34

2.7.3 Hubungan Labu Siam dengan Dislipidemia ... 35

2.7 Hewan Percobaan ... 42

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 44

3.1 Kerangka Berpikir ... 44

3.2 Konsep Penelitian ... 45

3.3 Hipotesis Penelitian ... 46

BAB IV METODE PENELITIAN ... 47

4.1 Rancangan Penelitian ... 48

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

4.2.1 Tempat Penelitian ... 48

4.2.2 Waktu Penelitian ... 48

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

4.3.1 Populasi Penelitian ... 48

4.3.2 Sampel Penelitian ... 49

4.3.2.1 Kriteria Inklusi ... 49

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi ... 49

4.3.3 Penentuan Besar Sampel ... 49

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel ... 50


(13)

xiii

4.4.1 Identifikasi Variabel ... 51

4.4.2 Klasifikasi Variabel ... 51

4.4.3 Hubungan Antar Variabel ... 51

4.4.4 Definisi Operasional Variabel ... 52

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 53

4.5.1 Bahan Penelitian... 53

4.5.2 Instrumen Penelitian... 53

4.6 Hewan Percobaan ... 54

4.7 Prosedur Penelitian ... 54

4.7.1 Pelaksanaan Penelitian ... 54

4.7.2 Pemberian Simvastatin ... 56

4.7.3 Cara dan Pemberian Ekstrak Labu Siam ... 56

4.7.4 Cara Pemeriksaan Profil Lipid ... 57

4.8 Alur Penelitian ... 58

4.9 Analisis Data ... 59

BAB V HASIL PENELITIAN ... 60

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN ... 76

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Kolesterol ... 11

Gambar 2.2 Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia ... 12

Gambar 2.3 Oksidasi Beta Asam Lemak untuk Menghasilkan Asetilkoenzim A ... 14

Gambar 2.4 Reaksi Akhir dalam Siklus Asam Sitrat untuk Tiap Molekul Asetil Ko-A ... 15

Gambar 2.5 Jalur Endogen dan Eksogen Metabolisme Lipoprotein ... 18

Gambar 2.6 Cara Kerja Statin ... 30

Gambar 2.7 Labu Siam ... 33

Gambar 2.8 Tikus Rattus Norvegicus ... 43

Gambar 3.1 Konsep Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Hubungan Antar Variabel ... 51

Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ... 65

Gambar 5.2 Grafik Perubahan Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ... 68

Gambar 5.3 Grafik Perubahan LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ... 70

Gambar 5.4 Grafik Perubahan HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ... 72


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Interpretasi Kadar Lipid Plasma... 25

Tabel 2.2 Intervensi Gaya Hidup yang Dapat Dilakukan untuk Mengurangi Kolesterol LDL, HDL dan TG ... 26

Tabel 2.3 Obat Hipolipidemik dan Efek terhadap Kadar Lipid Plasma. 27 Tabel 5.1 Hasil Analisi Desktiptif ... 61

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data ... 62

Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok ... 63

Tabel 5.4 Rerata Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok ... 64

Tabel 5.5 Rerata Kadar Trigliserida Antar Kelompok ... 66

Tabel 5.6 Rerata Kadar LDL Antar Kelompok ... 69

Tabel 5.7 Rerata Kadar HDL Antar Kelompok ... 71

Tabel 5.8 Hasil Uji Komparabilitas Kolesterol Total dan Trigliserida Antara Pre dan Posttest Antar Kelompok ... 73

Tabel 5.9 Hasil Uji Komparabilitas LDL dan HDL Antara Pre dan Posttest Antar Kelompok ... 73

Tabel 5.10 Hasil Uji Komparabilitas Sebelum Perlakuan... 74


(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

PTM : Penyakit Tidak Menular PJK : Penyakit Jantung Koroner

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga LCAT : Cholesterol Acyltransferase

LPL : Lipoprotein Lipase

IDL : Intermediate Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

IPP : Isopentil Pirofosfat

FPP : Farsenil Pirofosfat

NCEP : National Cholesterol Education Program

ATP : Adult Treatment Panel

SAFA : Saturated Fatty Acid

MUFA : Mono and Poly Unsaturated Fatty Acid

PPAR : Peroxisome Proliferator-Activated Receptor

SREBP : Sterol Regulatory Element Binding Proteins

ASCVD : Aterosclerotic Cardiovascular Disease

FFA : Free Fatty Acids

GAEAC : Gallic Acids Equivalent Antioxidant Capacity

ROS : Reactive Oxygen Species

TNF : Tumor Necrosis Factor

SWE : Sechium Water Extracts

SWA : Sechium Polyphenol Extracts

CPT : Karnitin Palmitoyltransferase FLD : Fatty Liver Disease


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Ethical Clearance... 91

Lampiran 2 Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan ... 92

Lampiran 3 Analisa Kuantitatif Kadar GAEAC Ekstrak Labu Siam ... 93

Lampiran 4 Analisa Kuantitatif Kadar Fenol Ekstrak Labu Siam ... 93

Lampiran 5 Analisa Kuantitatif Kadar Flavonoid Ekstrak Labu Siam ... 94

Lampiran 6 Analisa Kuantitatif Kadar Tanin Ekstrak Labu Siam ... 94

Lampiran 7 Analisis Deskriptif ... 95

Lampiran 8 Uji Normalitas ... 98

Lampiran 9 Uji Homogenitas ... 99

Lampiran 10 Analisis Komparasi Sebelum Perlakuan (pretest)... 101

Lampiran 11 Analisis Komparasi Sesudah Perlakuan (posttest) ... 102

Lampiran 12 Analisis Efek Perlakuan ... 103

Lampiran 13 Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 106

Lampiran 14 Data Berat Badan Tikus Selama Penelitian ... 107


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah

seluruh komponen tubuh pada tahap ini tidak dapat berkembang lagi dan mulai

terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan. Pada umumnya manusia

menganggap menjadi tua memang harus terjadi, sudah ditakdirkan, dan semua

masalah yang muncul harus dialami. Lebih dari itu, bahkan banyak yang

berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia

tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan manusia menjadi tua melalui

proses penuaan, yang kemudian menjadi sakit, dan akhirnya membawa kepada

kematian. Anti-aging medicine menanggapi dan memperlakukan penuaan sebagai salah satu penyakit yang dapat dihindari, dicegah, dan diperlambat, bahkan

dihambat, dan kualitas hidup dapat dipertahankan. Terdapat faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi proses penuaan. Faktor internal adalah radikal

bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem

kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup,

stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2011).

Kesehatan merupakan hal yang penting dan modal utama dalam menjaga


(19)

2

maka semua aktivitas tidak dapat dilakukan secara maksimal. Penyakit tidak

menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO

menunjukkan bahwa 57 juta kematian yang yang terjadi di dunia pada tahun 2008,

sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak

Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di

negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh

kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29%

disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%

kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang

dari 70 tahun didapatkan penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar

(39%).

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh

kelainan (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma (Chan dkk.,

2009). Dislipidemia ini akan menyebabkan aterosklerosis dan pada akhirnya akan

menyebabkan penyakit kardiovaskular. Prevalensi PJK semakin meningkat

seiring dengan majunya jaman dimana gaya hidup masyarakat semakin berubah

menjadi tidak sehat (Data dan Informasi Kesehatan, 2012). Di Indonesia angka

kematian yang disebabkan oleh aterosklerosis semakin meningkat tajam dalam

kurun waktu sepuluh tahun terakhir (Fikri, 2009). Dislipidemia ini berpengaruh

dalam proses penuaan dengan menyebabkan penuaan dini.

Pada penyakit kardiovaskular terjadi hambatan aliran darah oleh endapan

aterosklerosis pada arteri koroner yang menyuplai darah ke otot-otot jantung. Dari


(20)

3

darah, makin tinggi angka kejadian kelainan kardiovaskular. Begitu juga dengan

makin rendah kadar kolesterol maka makin rendah kejadian penyakit

kardiovaskular. Setiap penurunan kadar kolesterol total 1% menghasilkan

penurunan resiko mortalitas kardiovaskular sebesar 2%. Begitu juga dengan kadar

kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Penurunan LDL sebesar 1 mg/dL menurunkan resiko kejadian kardiovaskular sebesar 1% (Anwar, 2004).

Banyak faktor yang menyebabkan dislipidemia seperti faktor genetik,

kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak teratur dan jenis makanan yang

dikonsumsi, seperti sedentary lifestyle masyarakat sekarang yang banyak mengkonsumsi junk food yang merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dislipidemia. Dislipidemia dapat diobati dengan cara diet yang baik,

aktivitas fisik atau olahraga serta dapat digunakan obat bila diet dan aktivitas fisik

tidak dapat menurunkan dislipidemia.

Terapi obat sintetis untuk menurunkan kolesterol dan trigliserida yang ada

seperti lovastatin, fenofibrat, klofibrat, gemfibrozil, simvastatin relatif mahal

harganya dan memiliki efek samping, seperti gangguan saluran cerna (mual,

mencret, perut kembung) yang terjadi pada 10% pasien. Efek samping lain yang

dapat terjadi adalah ruam kulit, alopesia, impotensi, anemia, berat badan

bertambah, gangguan irama jantung. Pada pemberian statin dapat terjadi

peningkatan kreatinin kinase dalam plasma, rhabdomiolisis, dan berlanjut ke

gagal ginjal serta miopati (Katzung, 2002). Penggunaan statin juga harus

memperhatikan fungsi hepar karena metabolisme statin melalui sitokrom P450 di


(21)

4

Dengan banyaknya efek samping obat sintetis tersebut maka perlu

dipikirkan cara pengobatan lainnya yang dapat menurunkan kolesterol total, LDL,

dan trigliserida dengan harga yang relatif lebih murah dan dengan efek samping

yang kecil sehingga aman digunakan (Sirtori dkk., 2000).

Salah satu tanaman yang dikenal dapat menurunkan kadar kolesterol

secara empiris adalah labu siam (Sechium edule). Buah labu siam biasa digunakan sebagai sayuran. Dari penelitian terdahulu dilakukan perlakuan dengan dosis 20

mg, 30 mg dan 40 mg didapatkan penurunan kadar kolesterol dan trigliserida tikus putih jantan yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak. Penurunan efek sebanding dengan peningkatan dosisnya. Dosis yang memberikan kadar penurunan terbesar adalah 40 mg/200gr BB. Pada penelitian ini dibandingkan perlakuan selama 3 minggu dan 6 minggu, tetapi didapatkan hasil yang lebih baik pada perlakuan selama 3 minggu (Agustini dan Marlina, 2006).

Pada uji kuantitatif ekstrak labu siam yang dilakukan di Laboratorium

Analisis Pangan di Universitas Udayana didapatkan kadar tanin 451,2929 mg/100

gr, flavonoid 3,9089 mg/100 gr, fenol 87,43/100 gr, antioksidan gallic acids equivalent antioxidant capacity (GAEAC) 48,5105 ppm.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat senyawa

berkhasiat yang dikandung dalam buah labu siam ini. Tidak hanya satu senyawa

yang berperan aktif, tetapi oleh karena senyawa lainnya yang secara sinergis

bekerja sama dalam menurunkan profil lipid. Serat nabati yang terdapat dalam

tanaman ini diduga dapat mengurangi penyerapan kolesterol dalam usus. Saponin


(22)

5

meningkatkan eksresi sehingga dapat secara langsung menurunkan kolesterol

yang berada dalam tubuh (Widodo dkk., 2010). Serta tanin yang termasuk dalam

senyawa polifenol diduga berperan sebagai antioksidan yang r n si a a

nan a ra i a as s r a n a ros s o si asi ( o dkk., 2006). Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman berkhasiat obat

(Supriadi, 2001). Penelitian tentang ekstrak labu siam ini dalam memperbaiki

profil lipid dapat dilakukan untuk kepentingan kesehatan dan anti-aging medicine. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat ekstrak buah labu siam

terhadap penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta

peningkatan kolesterol HDL pada hewan coba yang telah diinduksi diit tinggi

kolesterol. Pada penelitian ini digunakan simvastatin sebagai kontrol obat, karena

simvastatin merupakan salah satu terapi untuk mengatasi dislipidemia dan

merupakan daftar obat esensial dalam keputusan Mentri Kesehatan RI sehingga

merupakan obat yang merata dan terjangkau oleh masyarakat, serta terdapat di

semua fasilitas pelayanan kesehatan (Kepmenkes, 2013).

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pemberian ektstrak labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan kolesterol total lebih baik daripada Simvastatin pada tikus putih jantan


(23)

6

2. Apakah pemberian ekstrak labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan trigliserida lebih baik daripada Simvastatin pada tikus putih jantan

dislipidemia?

3. Apakah pemberian ekstrak labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan kolesterol LDL lebih baik daripada Simvastatin pada tikus putih jantan

dislipidemia?

4. Apakah pemberian ekstrak labu siam (Sechium edule) dapat meningkatkan kolesterol HDL lebih baik daripada Simvastatin pada tikus putih jantan

dislipidemia?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pemberian ekstrak

labu siam (Sechium edule) dalam memperbaiki profil lipid serum (kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL) pada tikus putih jantan

dislipidemia lebih baik daripada simvastatin.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan kolesterol total tikus putih jantan dislipidemia lebih


(24)

7

2. Untuk membuktikan bahwa ekstrak labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan trigliserida tikus putih jantan dislipidemia lebih baik daripada

simvastatin.

3. Untuk membuktikan bahwa ekstrak labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan kolesterol LDL tikus putih jantan dislipidemia lebih baik

daripada simvastatin.

4. Untuk membuktikan bahwa ekstrak labu siam (Sechium edule) dapat meningkatkan kolesterol HDL tikus putih jantan dislipidemia lebih baik

daripada simvastatin.

1.4Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah

Untuk memberikan wawasan pengetahuan tentang pengaruh pemberian

ekstrak labu siam (Sechium edule) dalam dunia kedokteran khususnya dalam memperbaiki profil lipid serum pada tikus jantan (galur Wistar) serta dalam


(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan (Aging)

Penuaan (aging) merupakan suatu proses alami yang ditandai dengan adanya penurunan fungsi tubuh. Penuaan merupakan hal yang menakutkan bagi

sebagian orang karena dikaitkan dengan ketidakmampuan akibat penurunan

fungsi fisik maupun mental. Menua atau menjadi tua tidak pernah dapat dihindari

oleh siapapun, betapapun canggihnya kosmetika dan teknologi kedokteran

modern (Santoso dan Ismail, 2009).

Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya, justru terjadi penurunan karena proses

penuaan. Pada umumnya, manusia tidak pernah mempertanyakan mengapa kita

menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Pada umumnya, orang hanya

menganggap menjadi tua memang harus terjadi, sudah ditakdirkan, dan semua

masalah yang muncul harus dialami. Lebih dari itu, bahkan banyak yang

berpendapat usia setiap orang sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia tertentu,

yang tidak sama pada setiap orang (Pangkahila, 2011).

Padahal ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui

proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa pada

kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor

internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon

yang berkurang, glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun,


(26)

9

Karena berbagai faktor itulah terjadi proses penuaan, sehingga orang menjadi tua,

sakit, dan akhirnya meninggal. Tetapi, kalau faktor penyebab itu dapat dihindari,

maka proses penuaan tertentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin

dihambat, dan bahkan kualitas hidup dapat dipertahankan (Pangkahila, 2007).

2.2Lemak

Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi,

berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.

Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari asupan

makanan dan lemak yang dibentuk oleh tubuh (hasil produksi organ hati), yang

bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai

cadangan energi (Nugroho, 2009).

Lipid merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang mempunyai sifat

umum, yaitu relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut nonpolar, seperti

eter, kloroform, serta benzen. Di dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber

energi yang efisien, baik langsung maupun secara potensial ketika disimpan di

dalam jaringan adiposa (Botham dan Mayes, 2007).

Klasifikasi lipid dapat dibedakan menajdi lipid sederhana, lipid kompleks,

serta prekursor dan derivat lipid. Lemak sederhana merupakan ester asam lemak

dengan berbagai alkohol. Lipid kompleks merupakan ester asam lemak yang

mengandung gugus-gugus lain di samping alkohol dan asam lemak. Yang

termasuk dalam lipid kompleks ini adalah fosfolipid, glikolipid, dan lipid


(27)

10

mencakup asam lemak, gliserol, aldehid lemak, badan keton, hidrokarbon,

vitamin larut lemak, serta berbagai hormon (Botham dan Mayes , 2007).

Secara klinis, lemak yang penting adalah (Lichtenstein dkk. , 2006) : 1. Fosfolipid

2. Trigliserida (lemak netral)

3. Kolesterol

4. Asam Lemak

2.2.1 Kolesterol

Kolesterol yang formulanya ditunjukkan pada gambar 2.1, terdapat dalam

diet semua orang, dan dapat diabsorbsi dengan lambat dari saluran pencernaan ke

dalam limfe usus. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya sedikit larut

dalam air, dan mampu membentuk ester dengan asam lemak (Guyton dan Hall,

2014).

Disamping kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang

disebut kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam

sel tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen

yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh

lain membentuk sedikit kolesterol bahwa banyak struktur membran dari seluruh

sel sebagian disusun oleh zat ini (Gutyon dan Hall, 2014).

Seperti digambarkan oleh formula kolesterol, struktur dasarnya adalah inti

sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari molekul asetil-KoA. Sebaliknya, inti


(28)

11

kolesterol, asam kolat, yang merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk

dalam hati, dan beberapa hormon steroid yang penting yang disekresi oleh korteks

adrenal, ovarium dan testis (Gutyon dan Hall, 2014).

Gambar 2.1

Struktur Kolesterol (Guyton dan Hall, 2014)

2.2.1.1 Biosintesis Kolesterol

Biosintesis kolesterol terjadi pada sel-sel eukariota. Sintesis kolesterol

dimulai dari perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di

peroksisom. Biosintesis kolesterol terjadi di 2 % di organ hati dan 10% di usus

(Guyton and Hall, 2014).

Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu :

1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA).

2. Konversi HMG KoA menjadi mevalonat.

3. Konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil

pirofosfat (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2.

4. Konversi IPP menjadi squalene.

5. Konversi squalene menjadi kolesterol.

Dalam sintesis kolesterol dilibatkan sebanyak sepuluh macam enzim yaitu


(29)

12

kinase, fosfomevalonat kinase, fosfomevalonat dekarboksilase, isopentenil-pirofosfat isomerase (IPP isomerase), farnesil-pirofosfat transferase (FPP transferase), squalene sintase dan squalene epoksidase (Guyton dan Hall, 2014).

Gambar 2.2

Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia (Guyton dan Hall, 2007)

2.2.2 Trigliserida

Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam

lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan

gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak yang

teradapat daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber


(30)

13

2.2.2.1 Hidrolisis Trigliserida

Tahap pertama dalam penggunaan trigliserida untuk energi adalah

hidrolisis dari trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian, asam

lemak dan gliserol ditranspor ke jaringan aktif dimana keduanya dapat dioksidasi

untuk menghasilkan energi.

Gliserol sewaktu memasuki jaringan aktif, dengan segera diubah oleh

enzim intraselular menjadi gliserol 3-fosfat, yang memasuki jalur glikolitik untuk

pemecahan glukosa dan cara ini dipakai untuk menghasilkan energi. Sebelumnya

asam lemak dapat dipakai untuk energi, asam lemak harus diproses lebih lanjut

dalam cara berikut (Guyton dan Hall, 2014) :

1. Masuknya asam lemak ke dalam mitokondria

Degradasi dan oksidasi asam lemak terjadi hanya dalam mitokondria. Langkah

pertama pemakaian asam lemak adalah mentranspor asam lemak ke dalam

mitokondria. Transpor ini adalah proses yang diperantarai oleh carrier yang memakai karnitin sebagai zat carrier. Setelah di dalam mitokondria, asam lemak berpisah dari karnitin dan kemudian didegradasi dan dioksidasi.

2. Degradasi asam lemak menjadi asetil ko-enzim A oleh oksidasi beta

Molekul asam lemak didegradasi dalam mitokondria dengan melepaskan dua

segmen karbon secara bertahap dalam bentuk asetil koenzim-A (asetil-KoA).

Proses ini disebut proses oksidasi beta untuk degradasi asam lemak, yang dapat


(31)

14

Gambar 2.3

Oksidasi Beta Asam Lemak untuk Menghasilkan Asetilkoenezim A (Guyton dan Hall, 2014)

Pada langkah oksidasi beta, persamaan 1 bahwa langkah pertama adalah

penggabungan molekul asam lemak dengan koenzim-A (KoA) untuk membentuk

asil-KoA lemak. Pada persamaan 2, 3, dan 4 melalui beberapa langkah kimia,

karbon beta (karbon kedua dari kanan) dari asil-KoA lemak bergabung dengan

satu molekul oksigen yang berarti karbon beta dioksidasi. Pada persamaan 5,

gugus dua karbon di sebalah kanan dari molekul dipecahkan untuk melepaskan

asetil-KoA ke dalam cairan sel. Pada waktu yang sama, molekul koenzim-A

(KoA) yang lain bergabung pada ujung dari sisa sisa gugus molekul asil KoA

lemak yang baru, tetapi kali ini dua atom karbon menjadi lebih pendek dari

sebelumnya karena hilangnya asetil-KoA dari bagian ujung terminalnya.

Selanjutnya, asil-KoA lemak masuk dalam persamaan 3 dan berlanjut

melalui persamaan 3, 4, dan 5 untuk tetap melepaskan molekul asetil Ko-A yang

lain, sehingga memendekkan molekul asam lemak yang asli sebanyak dua karbon

lagi. Dari putaran dari rangkaian persamaan tersebut, seluruh molekul asam lemak

yang asli dipotong untuk membentuk banyak molekul asetil-koA. Untuk setiap


(32)

15

dilepaskan. Keempat atom hidrogen itu kemudian dioksidasi dalam mitokondria

untuk membentuk sejumlah besar adenosin trifosfat (ATP).

3. Oksidasi asetil ko-enzim A

Molekul asetil-KoA dibentuk melalui oksidasi beta asam lemak di dalam

mitokondria yang segera masuk ke dalam siklus asam sitrat, pertama-tama

bergabung dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat, yang

kemudian didegradasi menjadi karbondioksida dan atom hidrogen.

Gambar 2.4

Reaksi Akhir dalam Siklus Asam Sitrat untuk Tiap Molekul Asetil-KoA (Guyton dan Hall, 2014)

Jadi setelah degradasi awal dari asam lemak menjadi asetil-KoA,

pemecahan akhir sama tepat dengan pembentukan asetil Ko-A dari asam piruvat

selama metabolisme glukosa. Kemudian hidrogen dioksidasi dengan cara yang

sama melalui sistem oksidasi kemiosmotik mitokondria yang digunakan untuk

oksidasi karbohidrat, membebaskan jumlah ATP yang sangat besar.

2.2.3 Fosfolipid

Tipe utama dari fosfolipid tubuh adalah lesitin, sefalin, dan sfingomielin.

Fosfolipid selalu mengandung satu atau lebih molekul asam lemak dan satu

molekul asam lemak dan satu radikal fosforat, dan fosfolipid biasanya berisi basa


(33)

16

karena mereka semua larut dalam lemak, ditrasnpor bersama-sama dalam

lipoprotein, dan dipakai di seluruh tubuh untuk berbagai tujuan struktural, seperti

untuk penggunaaan dalam membran sel dan membran intraselular.

Fosfolipid pada dasarnya dibentuk dalam semua sel tubuh, walaupun sel

tertentu mempunyai kemampuan khusus untuk membentuk fosfolipid dalam

jumlah besar. Mungkin 90% dibentuk dalam sel hati, jumlah yang cukup banyak

juga dibentuk oleh sek epitel usus selama absorbsi lipid dari usus.

2.2.4 Asam lemak

Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Ada dua

macam asam lemak yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid) merupakan asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap. Yang kedua adalah asam lemak tak

jenuh (unsaturated fatty acid). Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap yaitu (Rader dan Hobbs, 2005)

2.3Metabolisme Lipid

Lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi dengan memodifikasi

susunan molekul lipid, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam

air. Pada lipoprotein menunjukkan bahwa pada inti terdapat ester kolesterol dan

trigliserida, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non-ester dan apoliprotein.

Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein larut plasma. Lipoprotein ini

bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat

penggunaannya. Apolipoprotein berfungsi untuk mempertahankan struktur


(34)

17

Lipid darah diangkut dengan 2 cara, yaitu dengan jalur eksogen dan jalur

endogen ( Rader dan Hopp, 2005 ) :

1. Jalur Eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas

sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke

dalam darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak, trigliserida dalam

kilomikron mengambil hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada

permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan

kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke

dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali

(cadangan) atau dioksidasi (energi).

Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian

besar trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterol

tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan

mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol

bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai struktur (membran plasma,

mielin, hormon steroid), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi atau

dieksresikan ke dalam empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) atau diubah

menjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke dalam plasma. Kolesterol juga

dapat disintesis dari asetat di bawah pengaruh enzim HMG-CoA reduktase yang

menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari

darah juga diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel


(35)

18

2. Jalur Endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati diangkut secara endogen

dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi

oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel

lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. LDL merupakan lipoprotein

yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%). LDL mengalami

katabolisme melalui reseptor seperti di atas dan jalur non reseptor. Jalur

katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Pasien

hierkolesterolemia familial heterozigot mempunyai kira-kira 50% reseptor LDL

yang fungsional.

Gambar 2.5

Jalur Endogen dan Eksogen Metabolisme Lipoprotein (Harrison’s, 2015) HDL berasal dari hati dan pengaruh enzim lecithin : cholesterol acyltransferase (LCAT). Ester kolesterol ini akan mengalami perpindahan dari


(36)

19

HDL kepada VLDL atau IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah

transpor kolesterol perifer menuju ke hati untuk dikatabolisasi. Aktivitas ini

mungkin berperan sebagai sifat aterogenik.

2.4 Transpor Lipid

Lipid sukar larut dalam air, pengangkutannya dalam tubuh berbentuk

kompleks dengan protein yang disebut lipoprotrein Lipoprotein merupakan

gabungan molekul lipid dan protein yang disintesis di dalam hati. Seperempat

sampai sepertiga bagian dari lipoprotein adalah protein dan selebihnya lipid

(Almatsier, 2009). Transpor lipid dalam cairan tubuh adalah sebagai berikut :

1. Transpor trigliserida dan lipid lain melalui limfe dari traktus gastrointestinal

kilomikron

Hampir seluruh lemak dari diet kecuali asam lemak rantai pendek,

diabsorbsi dari usus ke dalam limfe. Selama pencernaan, sebagian besar

trigliserida dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak. Sewaktu melalui

epitel sel epitel usus, keduanya disintesis kembali menjadi molekul trigliserida

baru yang berkumpul dan masuk ke dalam limfe dalam bentuk droplet kecil yang tersebar disebut kilomikron. Sejumlah kecil dari protein apoprotein B berabsorpsi

ke permukaan luar kilomikron sehingga meningkatkan stabilitas suspensi

kilomikron dalam cairan limfe dan mencegah perlekatan kilomikron ke dinding

pembuluh limfe (Guyton dan Hall, 2007).

Sebagian besar kolesterol dan fosfolipid diabsorbsi dari saluran


(37)

20

torasikus dan masuk ke dalam darah vena pada pertemuan vena jugularis dan

subklavia (Guyton dan Hall, 2007).

2. Pengeluaran Kilomikron dari Darah

Sekitar satu jam setelah makan makanan yang mengandung banyak lemak,

konsentrasi kilomikron dalam plasma dapat meningkat 1 sampai 2%. Kilomikron

mempunyai waktu paruh kurang dari 1 jam, sehingga plasma menjadi jernih lagi

dalam beberapa jam. Lemak kilomikron dikeluarkan dengan cara berikut :

Hidrolisis trigliserida kilomikron oleh lipase protein, penyimpanan lemak dalam

sel lemak dan sel hati. Kebanyakan kilomikron dikeluarkan dari sirkulasi darah

sewaktu mereka melalui kapiler jaringan adiposa dan hati. Keduanya, jaringan

adiposa dan hati berisi banyak enzim yang disebut lipoprotein lipase. Enzim ini aktif dalam endotel kapiler dimana enzim menghidrolisis trigliserida dari

kilomikron yang melekat pada dinding endotel, melepaskan asam lemak dan

gliserol. Asam lemak, yang sangat menyatu dengan membran sel, dengan segera

berdifusi ke dalam sel lemak jaringan adiposa dan sel hati. Sekali berada dalam

sel ini, asam lemak disintesis kembali menjadi trigliserida, gliserol baru yang

disuplai oleh proses metabolik sel. Lipase juga menyebabkan hidrolisis fosfolipid,

proses ini juga melepaskan asam lemak untuk disimpan dalam sel melalui cara

yang sama. Jadi sebagian besar massa kilomikron dikeluarkan dari sirkulasi darah,

kemudian sisanya diambil terutama oleh hati (Guyton dan Hall, 2007).

3. Transpor asam lemak dalam darah dalam bentuk gabungan dengan albumin – asam lemak bebas


(38)

21

Bila lemak yang telah disimpan dalam jaringan adiposa akan digunakan di

dalam tubuh, biasanya untuk menghasilkan energi, pertama-tama lemak harus

ditranspor ke jaringan lain. Lemak ditranspor terutama dalam bentuk asam lemak bebas. Keadaan ini dicapai dengan hidrolisis trigliserida kembali menjadi asam lemak dan gliserol. Sedikitnya dua jenis rangsangan berperan penting dalam

meningkatkan hidrolisis ini. Pertama, bila persediaan glukosa dalam sel lamak

sangat rendah, salah satu hasil pemecahannya, - gliserofosfat, juga menjadi

sangat rendah. Zat ini dibutuhkan untuk membentuk gugus gliserol dari

trigliserida yang baru disintesis, dan bila zat ini tidak ada, keseimbangan bergeser

ke arah hidrolisis. Kedua, lipase sel yang peka hormon dapat diaktifkan oleh

berbagai hormon, dan hormon ini juga meningkatkan kecepatan hidrolisis

trigliserida (Guyton dan Hall, 2007).

Sewaktu meninggalkan sel lemak, asam lemak mengalami ionisasi dengan

kuat dalam plasma dan segera bergabung dengan molekul-molekul albumin

protein plasma. Asam lemak yang berikatan dengan protein disebut asam lemak

bebas atau asam lemak bukan ester untuk membedakannya dari asam lemak lain

dalam plasma yang terdapat dalam bentuk ester gliserol, kolesterol atau zat

lainnya (Guyton dan Hall, 2007).

Lipoprotein dengan elektroforesis lipoprotein dibedakan menjadi 5

golongan besar ( Rader dan Hopp, 2005 ) :

1. Kilomikron

Lipoprotein berat molekul terbesar ini lebih dari 80% komponennya terdiri


(39)

22

trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka dan kolesterol ke

dalam hati. Trigliserida dari kilomikron terhidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL),

sehingga diameter lipoprotein ini mengecil. Komponen lipid permukaan dan

apoprotein ditrasnfer ke HDL; kilomikron remnan mengalami endositosis lewat

reseptor hepatosit. Kilomikronemia pasca makan (postprandial) mereda 8-10 jam sesudah makan. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu dianggap abnormal.

2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein) Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15%

kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan

perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam lemak bebas

untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan oksidasi di jantung dan otot

skelet. Sebagian VLDL remnan akan diubah menjadi LDL, sehingga dapat terjadi

peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan hipertrigliserida (delta shift). Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari karbohidrat, maka

makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan kadar VLDL.

3. Lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein) IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolesterol

(20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat

perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL.

4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprtotein)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar manusia (70%

total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%.


(40)

23

di hati dan sel lain. Ester kolesterol dari inti LDL di hidrolisis menghasilkan

kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan hormon steroid. Selain lewat

proses endositosis sel juga mendapat kolesterol dari sintesis de novo lewat enzim HMG-CoA reduktase. Produksi enzim ini dan reseptor LDL diatur lewat

transkripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam sel.

5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein)

HDL dapat disubklasifikasikan ke dalam HDL1, HDL2, HDL3 dan

berdasarkan kandungan Apo A-I dan Apo A-Inya. Metabolisme HDL kompleks

dan terdapat petunjuk bahwa Apo A-I plasma yang merupakan inverse predictor

untuk resiko penyakit jantung koroner yang lebih baik daripada kadar HDL. HDL

merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung

koroner. Efek protektifnya diduga karena mengangkut kolesterol dari perifer

untuk dimetabolisasi di hati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui

paraoksonase, suatu protein antioksidan yang bersosialisasi dengan HDL.

6. Lipoprotein (a)

Lipoprotein (a) [Lp(a)] terdiri atas partikel LDL dan suatu apoprotein

selain ApoB-100. Apo(a) ini melekat pada ApoB-100 melalui ikatan disulfida.

Apo(a) pada Lp(a) secara struktural merupakan homolog plasminogen dan

tampaknya bersifat aterogenik karena menghambat fibrinolisis trombus. Kadar


(41)

24

2.5 Dislipidemia

2.5.1 Definisi dan Klasifikasi Dislipidemia

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang

ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.

Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total ,

kolesterol LDL, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL. Dalam proses

terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting, dan erat

kaitannya satu dengan yang lain (Adam dkk., 2004).

Berbagai klarifikasi dapat ditemukan dalam kepustakaan, tetapi yang

mudah digunakan adalah pembagian dislipidemia dalam bentuk dislipidemia

primer dan dislipidemia sekunder (Grundy, 2006).

1. Dislipidemia primer

Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan genetik. Pasien

dislipidemia sedang disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik dan

dislipidemia kombinasi familial. Dislipidemia berat umumnya karena

hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnan, dan hipertrigliseridemia

primer.

2. Dislipidemia sekunder

Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu

penyakit lain misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan


(42)

25

2.5.2 Diagnosis Dislipidemia

Anamnesis yang termasuk pemeriksaan keadaan fisik umum, pola makan,

aktifitas fisik, merokok, riwayat konsumsi alkohol, riwayat penyakit keluarga.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu frekuensi denyut nadi, tekanan darah, dan

auskultasi irama jantung. Pemeriksaan laboratorium darah berupa kadar kolesterol

total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida (Adam dkk., 2006).

Tabel 2.1

Intepretasi Kadar Lipid Plasma

(Sumber : National Cholesterol Education Program, 2001)

2.5.3 Penatalaksanaan Dislipidemia

Faktor resiko untuk penyakit jantung koroner sangat banyak, antara lain

usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat penyakit jantung koroner

sebelumnya, kadar lipid plasma, diabetes mellitus dan toleransi glukosa

terganggu, hipertensi, kebiasaan merokok, obesitas dan berbagai faktor resiko

non-tradisional, misalnya hsCRP, PAI-1 dan adiponektin (Perkeni, 2012)

Penatalaksanaan baru dimulai setelah menentukan tingkat resiko seseorang


(43)

26

terapi non farmakologik dan penggunaan obat untuk memperbaiki dislipidemia.

Terapi kemudian di evaluasi kembali untuk menentukan apakah perlu ditambah

dengan obat dislipidemia (Adam dkk., 2004).

2.5.3.1 Terapi Non-Farmakologis

a. Terapi nutrisi medis

Terapi nutrisi medis sangat penting dalam penatalaksanaan dislipidemia.

Tabel 2.2

Intervensi Gaya Hidup yang Dapat Dilakukan untuk Mengurangi kolesterol LDL, HDL dan TG

(Sumber : Perki, 2013)

b. Aktivitas fisik

Kegagalan penatalaksanaan non-farmakologis terutama disebabkan

kurangnya kepatuhan diet dan aktivitas fisik. Pasien dianjurkan untuk


(44)

27

2.5.3.2 Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis dengan obat penurun lipid terhadap target primer

dilakukan pada pasien dengan konsentrasi awal kolesterol LDL di atas target

terapi (Perki, 2013).

Tabel 2.3

Obat Hipolipidemik dan Efek terhadap Kadar Lipid Plasma

Jenis Obat Kolesterol LDL Kolesterol HDL Trigliserida

Statin 18-55%

Resin 15-30% - Fibrat

Asam

nikotinat

Ezetimibe - (Sumber : Suyatna, 2012)

Obat hipolipidemik adalah obat yang ditujukan untuk

menurunkan/meningkatkan kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian

obat hipolipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila

dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak responsif (Illingworth,

2002).

Statin merupakan persenyawaan yang analog dengan struktur HMGKoA


(45)

28

menjadi water soluble dan lipid soluble. Yang termasuk water soluble ialah pravastatin, rosuvastatin, fluvastatin. Yang termasuk lipid soluble adalah atorvastatin, simvastatin, lovastatin. Statin ini menunjukkan efek metabolisme

lebih rendah pada sistem sitokrom P450 (Sargowo, 2005). Water-soluble statins

tidak dapat masuk dalam otak, tetapi fat-soluble statins dapat masuk dalam otak. Selain pada hati, kolesterol juga diproduksi oleh otak (Rogers, 2011).

a. Kimia dan farmakokinetik

Lovastatin dan simvastatin adalah prodrugs lakton yang tidak aktif yang dihidrolisasi di dalam saluran cerna menjadi turunan betahidroksil yang aktif.

Pravastatin dan fluvastatin diberikan sebagai obat aktif. Kira-kira 30-50%

lovastatin dan pravastatin yang dicerna diabsorbsi secara nyata dibandingkan

fluvastatin, yang hampir seluruhnya diarbsorbsi. Semua penghambat reduktase

mempunyai ekstraksi first-pass yang tinggi oleh hati. Kebanyakan dosis yang diabsorbsi dieksresi dalam empedu; kira-kira 5-20% dieksresi dalam urin

(Katzung, 2002).

b. Mekanisme kerja

Statin menghambat sintesis kolesterol pada fase awal dengan menghambat

HMG-KoA reduktase yang berfungsi sebagai clearance receptor, sehingga mengurangi kadar kolesterol dalam darah (Takemoto dan Liao, 2001). HMG-KoA

reduktase memperantarai langkah pertama biosintesis sterol. Statin memiliki efek


(46)

29

atherosklerosis dan mengurangi reaksi inflamasi serta mengurangi proliferasi otot

polos (Takemoto dan Liao, 2001).

c. Penggunaan terapi dan dosis

Penghambat HMG-KoA sendiri atau dengan resin pengikat asam empedu

atau niasin berguna dalam mengobati kelainan yang melibatkan peningkatan

kadar LDL dalam plasma. (Katzung, 2002). Karena pola biosintesis kolesterol

aktif siang hari, penghambat reduktase sebaiknya diberikan pada malam hari bila

diberikan dosis tunggal. Absorbsi ditingkatkan bila diberikan bersama dengan

makanan. Dosis harian lovastatin bervariasi dari 10 mg sampai 80 mg.

Peningkatan sedang kadar LDL sering akibat pemberian dosis tunggal 20 mg,

lebih baik pada malam hari. Pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial

heterozigot, dengan dosis 20 mg sekali atau dua kali sehari menurunkan kadar

kolesterol total sebanyak 19%-34%. Pravastatin sama potensinya dibandingkan

lovastatin dalam ukuran dasar massa sampai dosis maksimum dalam satu hari, 40

mg. Simvastatin dua kali lebih kuat diberikan dengan dosis 5-40 mg sehari.

Fluvastatin ternyata kira-kira mempunyai potensi setengah dari lovastatin dalam


(47)

30

Gambar 2.6

Cara Kerja Statin (Medscape, 2015)

d. Efek samping

Pada beberapa pasien yang menerima terapi dengan penghambat

HMG-KoA reduktase dapat terjadi peningkatan kecil pada aktivitas kreatin kinase dalam

plasma. Pada kasus tersebut dapat terjadi rhabdomiolisis yang akan berlanjut

menjadi mioglobinuria dan gagal ginjal jika pemakaian obat diteruskan. Miopati

dapat terjadi pada pemberian terapi tunggal. Gejala hipersensitivitas yang

mencakup suatu kelainan yang menyerupai lupus dan neuropati perifer dapat

terjadi walau jarang dilaporkan. Kemiripan struktur dan mekanisme kerja

mengakibatkan gejala hipersensitivitas tersebut dapat terjadi pada semua obat

HMG-KoA reduktase (Katzung, 2002). Pada penggunaan statin fungsi hepar

hendaknya diperhatikan karena metabolisme statin melalui sitokrom P450 di


(48)

31

2.4 Hubungan Dislipidemia dengan Aging

Penuaan berkaitan dengan disfungsi multipel dan sistemik dari tubuh dan

bersamaan dengan gangguan metabolisme lipid dan status inflamasi kronik yang

berperan dalam atherosclerotic cardiovascular disease (ASCVD) (Liu dan Li, 2014). Angka kejadian terjadinya dislipidemia meningkat seiring dengan

bertambahnya usia.

Dislipidemia dikarakteristikkan dengan meningkatnya kadar kolesterol

total, trigliserida, low density lipoprotein (LDL), dan atau penurunan high density lipoprotein (HDL) di dalam darah (Perdomo dan Henry, 2009). Hal ini berkaitan dengan penyakit yang berhubungan dengan penuaan (aging) terutama penyakit kardiovaskuler. Stress oksidatif pada mekanisme dislipidemia dapat memicu

timbulnya penyakit (Singh dan Jialal, 2006). Peningkatan stress oksidatif semakin

tajam seiring dengan makin tingginya derajat dislipidemia (Csont dkk., 2007;

Rui-Li dkk., 2008).

Pada tikus kadar normal kolesterol total adalah 10-54 mg/dL

(Kusumawati, 2004). Kadar normal LDL tikus adalah 17-22 mg/dL dan kadar

normal HDL tikus adalah 77-84 mg/dL (Margareth, 2014), sedangkan kadar

normal trigliserida tikus adalah 26-145 mg/dL (Nichols, 2003). Tikus dikatakan

dislipidemia bila terjadi kenaikan berat badan >20% atau kadar kolesterol serum

>200 mg/dL (Hardini dkk., 2007).

Diet tinggi lemak dan kelebihan TAG (triasigliserol) di jaringan adiposa

akan menstimulasi-pelepasan sitokin seperti TNF-α , yang merupakan sitokin yang diproduksi oleh jaringan lemak dan adiposit. Kadarnya yang meningkat


(49)

32

dihubungkan dengan penekanan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam

lemak bebas dalam hepar meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan

sintesis kolestrol oleh sel hepar meningkat dan terjadi hiperkolestrolemia, dan

menyebabkan terjadinya resistensi insulin dengan meransaang serin fosforilase

dan reseptor insulin substrat (Abbas dkk., 2000).

Dislipidemia juga dapat menyebabkan stress oksidatif dalam tubuh.

Ketersediaan lemak sebagai substrat memicu terjadinya reaksi rantai dan

pembentukan radikal bebas yang lebih tinggi, dengan ditandai meningkatnya

oksidasi LDL, protein dan glukosa. Oksidasi LDL dapat memicu aktivasi jalur

phospoinol-3 kinase (PI-3K)-Akt-Foxo3a (Forkhead box O3) sehingga terjadi penurunan ekspresi manganese-containing superoxide dismutase (MnSOD) dan katalase (Erusalimsky dan Kurz, 2006). Peningkatan stress oksidatif semakin

tajam seiring dengan makin tingginya derajat dislipidemia (Csont dkk., 2007;

Rui-Li dkk., 2008).

2.7 Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw)

Labu siam pertama kali ditemukan oleh Patrick Browne di Jamaika pada

tahun 1756. Jenis tanaman ini banyak ditanam di kawasan Filipina, Malaysia, dan

Indonesia. Labu Siam bukanlah sayuran asing bagi sebagian besar penduduk

Indonesia. Labu siam dikenal dengan beberapa sebutan, seperti labu jipang (Jawa

Tengah), manisah (Jawa Timur), serta waluh siam (Jawa Barat). Di dunia


(50)

33

Taksonomi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Famili : Curcubitaceae (suku labu-labuan) Genus : Sechium

Spesies : Sechium edule (Jacq.) Sw. (Plantamor, 2008)

Gambar 2.7

Labu Siam (Sechium edule) (Yudi, 2014)

2.7.1 Morfologi Tanaman

Habistus labu siam berupa perdu dan merambat. Batangnya lunak, beralur,


(51)

34

Daunnya tunggal, bentuk jantung, tepi bertoreh, ujung meruncing, pangkalnya

runcing, kasap, panjang 4-25 cm, lebar 3-20 cm, tangkai panjang, pertulangan

menjari, dan berwarna hijau. Bunga merupakan bunga majemuk, berada di ketiak

daun, kelopak bertaju lima, mahkota beralur, benang sari lima, kepala sari

berwarna jingga, putik satu, dan berwarna kuning. Buah berbentuk buni bulat,

menggantung, permukaan berlekuk, dan berwarna hijau keputih-putihan. Biji

berbentuk pipih, berkeping dua, dan berwarna putih. Akar berupa akar tunggang,

dan berwarna putih kecoklatan (Astawan dan Wresdiyanti, 2004).

2.7.2 Kandungan Kimia

Dalam 100mg labu siam terkandung Energi 17 kkal, protein 0,82 gr,

lemak 0,13 gr, karbohidrat 3,9 gr, serat 1,7 gr, gula 1,85 gr, kalsium 17 mg, besi

0,34 mg, magnesium 12 mg, fosfor 18 mg, kalium 125 mg, atrium 2 mg, seng

0,74 mg, tembaga 0,12 mg, mangan 0,19 mg, selenium 0,2 mg, vitamin C 7,7 mg,

tiamin 0,03 mg, riboflavin 0,03 mg, niasin 0,47 mg, vitamin B6 0,08 mg, folat 93

mkg, vitamin E 0,12 mkg, vitamin K 4,6 mkg (Astawan dan Wresdiyanti, 2004).

Selain itu, buah labu siam juga kaya akan beberapa asam amino seperti

asam aspartat, asam glutamat, alanin, arginin, sistein, fenilalanin, glisin, histidin,

isoleusin, leusin, metionin, prolin, serin, tirosin, treonin, dan valin (Rosmalena,

2008). Dalam 100 gr daging buah labu siam juga mengandung polifeno 5,

an roan osiani in 5, ( o dkk., 2006).

Pada uji kuantitatif ekstrak labu siam yang dilakukan di Laboratorium


(52)

35

gr, flavonoid 3,9089 mg/100 gr, fenol 87,43/100 gr, antioksidan gallic acids equivalent antioxidant capacity (GAEAC) 48,5105 ppm.

2.7.3 Hubungan Labu Siam dengan Dislipidemia

Kelebihan lipid akan berakumulasi di hati, yang memiliki implikasi dengan obesitas yang berkaitan dengan fatty liver disease (FLD). Fatty liver ini berkaitan dengan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti dislipidemia, hipertensi, aterosklerosis, diabetes tipe 2 dan kanker. Tunas sechium edule telah diverifikasi untuk mengurangi lipid serum dan kolesterol dan mencegah aterosklerosis. Ekstrak air atau sechium water extracts (SWE) dari tunas sechium edule dapat menurunkan serum dan lipid hati (misalnya, triasilgliserol dan kolesterol). Selanjutnya, sechium polyphenol extracts (SPE) melalui AMPK (AMP-mengaktifkan protein kinase) jalur sinyal bisa menurunkan enzim relatif lipogenik, seperti asam lemak sintase atau fatty acid syntase (FAS), HMGCoR (HMG-CoA), dan (protein elemen peraturan sterol mengikat) SREBPs, dan meningkatkan ekspresi CPT-I (karnitin palmitoyltransferase I) dan PPARα, yang regulator penting dari metabolisme lipid hati (Wu dkk., 2014).

Dari penelitian terdahulu dilakukan perlakuan dengan dosis 20 mg, 30 mg dan 40 mg didapatkan penurunan kadar kolesterol dan trigliserida tikus putih jantn yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak. Penurunan efek sebanding dengan peningkatan dosisnya. Dosis yang memberikan kadar penurunan terbesar adalah 40 mg/200gr BB. Pada penelitian ini dibandingkan perlakuan selama 3 minggu


(53)

36

dan 6 minggu, tetapi didapatkan hasil yang lebih baik pada perlakuan selama 3 minggu (Agustini dan Marlina, 2006).

Beberapa senyawa fitokimia dalam labu siam yang diduga dapat

menurunkan profil lipid darah, antara lain adalah :

a. Niasin/asam nikotinat

Niasin merupakan asam monokarboksilat dari pirimidin (Rahayu, 2005).

Niasin merupakan bagian dari vitamin B-kompleks, yang disebut juga vitamin B3.

Niasin dapat menurunkan produksi VLDL di hati, sehingga produksi kolesterol

total, LDL, dan trigliserida menurun (Sotyaningtyas, 2007).

Niasin memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim adenilat siklase,

yang menyebabkan konsentrasi cAMP dalam jaringan adiposa rendah yang

menyebabkan aktivitas lipase berkurang, yang menyebabkan mobilisasi asam

lemak dari jaringan adiposa menurun, dan mengakibatkan berkurangnya substansi

lipoprotein di hati, sehingga pembentukan VLDL, LDL, dan kolesterol total

menurun (Sutarpa, 2005). Meningkatnya niasin akan menghambat aktivitas enzim

HMG-KoA reduktase sehingga terjadi penurunan produksi asam mevalonat dan

menghambat aktivitas lipoprotein lipase, yang menyebabkan produksi VLDL, di

hati turun, dan aliran VLDL yang keluar dari hati berkurang. Akibatnya, produksi

kolesterol total, LDL, trigliserida plasma menurun, dan meningkatnya HDL.

Disamping itu, niasin juga membantu memperlancar keluarnya zat-zat yang tidak

digunakan tubuh (Sutarpa, 2005).

Penelitian menunjukkan bahwa niasin dapat menghambat enzim


(54)

37

trigliserida, pada hepatosit yang secara kompetitif maupun non-kompetitif.

Penghambatan sintesis trigliserida oleh niasin menyebabkan peningkatan

degradasi apo-B intrasel di hepar dan penurunan sekresi partikel VLDL dan LDL

(Ganji dkk. , 2015).

b. Vitamin A

Senyawa vitamin A dibagi menjadi dua, yaitu preformed i a in A ( i a in A, r inoi , r ino , an ri a n a an ro i a in A ( aro noi aro n an s n a a s nis an r a an r rsor i a in A ( o o, 200 a a a sia i a in A a a n aro n ( o dkk., 2006).

Vitamin A mempunyai peran dalam melindungi endotelium dan juga

merupakan antioksidan yang dapat melindungi peroksidasi lemak. Vitamin A

dapat mencegah agregasi platelet, mempengaruhi transpor oksigen dan

penggunaannya, meningkatkan HDL dan meningkatkan kemampuan asam

nikotinat dalam menurunkan lipid darah. Vitamin A dapat berperan dalam

pencegahan primer terhadap kelainan metabolisme yang merupakan penyebab

hiperlipoproteinemia, dan dapat juga berperan dalam pencegahan sekunder utuk

mengurangi lipid darah yang dapat menyebabkan risiko aterogenesis (Markus,


(55)

38

c. Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat dikenal dengan asam heksuronat (C6H8O6).

Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan dalam keadaan tertentu dapat

merupakan reduktor dan antioksidan (Dewoto, 2007).

Pada metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkatkan laju eksresi

kolesterol dalam bentuk asam empedu, meningkatkan kadar HDL, dan dapat

berfungsi sebagai pencahar yang dapat meningkatkan pembuangan kotoran.

Dengan demikain akan menurunkan penyerapan kembali asam empedu dan

pengubahannya menjadi kolesterol.

Vitamin C dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida pada beberapa

orang yang memiliki kadar kolesterol dan trigliserida tinggi, tetapi tidak pada

orang dengan kadar kolesterol dan trigliserida normal. Vitamin C mempunyai

fungsi dalam menjaga keseimbangan (homeostatis) di dalam tubuh

(Sotyaningtyas, 2007).

d. Saponin

Saponin adalah glikosida yang setelah dihidrolisis akan menghasilkan gula

(glikon) dan sapogenin (aglikon). Sebagian besar saponin mudah bergabung

dengan kolesterol yang menyebabkan rendahnya aktifitas saponin, rasa pahit dan

memiliki sifat yang berbusa. Saponin membentuk molekul kompleks dengan

r a ai s n a a β-hidroksisteroid. R s or an r a β-hidroksisteroid termasuk kolesterol membran merupakan tempat aktivitas hemolitik saponin.


(56)

39

Sa onin a ri a an n an r a ai s n a a β- hidroksisteroid dan membentuk molekul kompleks yang sulit untuk dipisahkan (Widodo, 2010).

Saponin dapat terikat dengan garam-garam empedu yang diperlukan untuk

proses absorpsi kolesterol atau karena permukaan golongannya menjadi aktif,

dapat juga menyebabkan garam-garam empedu menjadi terhimpit yang akhirnya

menjadi polisakarida dalam otot. Pengaruh saponin terhadap rendahnya kolesterol

darah akan menghalangi penyerapan kolesterol kembali setelah dikeluarkan dari

empedu sehingga meningkatkan asam empedu dan sterol netral pada feses

(Widodo, 2010). Rendahnya konsentrasi garam-garam empedu yang bebas dapat

menurunkan absorbsi trigliserida dalam usus (Guyton danHall, 2014).

e. Alkaloid

Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah

atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.

Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan, seperti biji, daun,

ranting, dan kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil

dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari

jaringan tumbuhan (Lenny, 2006).

Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase,

sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak

yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak


(57)

40

f. Flavonoid, Polifenol, dan Proantosianidin

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

yang ditemukan di alam, serta berpotensi sebagai antioksidan dan mempunyai

bioaktivitas sebagai obat (Rohyami, 2008). Senyawa-senyawa ini merupakan zat

waran merah, ungu, dan biru sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam

tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai rantai dasar karbon yang terdiri dari 15

atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane

(C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Lenny, 2006).

Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan tergantung pada struktur

molekulnya. Posisi rantai hidroksil pada flavonoid penting untuk perannya

sebagai antioksidan dan untuk mengatasi aktivitas radikal bebas (Buhler dan

Miranda, 2000). Berdasarkan penelitian flavonoid dapat menangkap radikal bebas

dan dapat mencegah proses peroksidasi lipid di mikrosom dan liposom (Peng dan

Kuo, 2003).

Fenol adalah senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat pada cincin

aromatik. Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa fenol sederhana,

antraquinon, asam fenolat, kumarin, lignin, tanin, dan proantosianidin (Rohyami,

2008; Purwitasari, 2010). Senyawa polifenol dan proan osiani in i i i

a i i as an io si an an r n si a a nan a ra i a as s r a n a ros s o si asi ( o dkk., 2006). Polifenol memiliki peran dalam menurunkan sekresi lipoprotein yang terdapat di hepar dan usus. Polifenol


(58)

41

penurunan kadar ester kolesterol, dimana ester kolesterol merupakan komponen

pembentuk utama kilomikron dan VLDL. Efek lain dari polifenol adalah

menghambat sintesis Apo B-48 dan Apo B-100 yang disintesis di dalam enterosit

dan hepar. Kadar Apo B-48 dan Apo B-100 yang menurun menyebabkan

pembentukkan kilomikron, VLDL, IDL, dan LDL terganggu sehingga kadar

trigliserida darah juga menurun (Vidal dkk., 2005).

Proantosianidin berikatan dengan kolesterol dan asam empedu sehingga

meningkatkan ekskresi kolesterol ke dalam feses dan menghambat absorbsi

trigliserida. Proantosianidin menghambat siklus enterohepatik dari kolesterol dan

asam empedu. Proantosianidin meningkatkan proses isomerasi kolesterol menjadi

asam empedu melalui peningkatan ambilan partikel LDL darah dan aktivasi

reseptor LDL di hepar. Proantosianidin menghambat absorbsi kolesterol melalui

penghambatan pembentukan misel. Proantosianidin menurunkan aktivitas enzim

HMG-KoA reduktase sehingga proses produksi VLDL di hati turun dan aliran

VLDL yang keluar dari hati berkurang. Akibatnya, produksi kolesterol total,

LDL, trigliserida plasma menurun (Del Bas dkk. , 2005).

g. Serat Larut (Pektin) dan Serat Tidak Larut

Serat merupakan bagian dari tanaman yang tidak dapat diserap oleh tubuh.

Serat makanan yang terutama yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin

sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakteri di dalam

traktus digestif. Selain menyerap air, serat makanan juga menyerap asam empedu


(1)

c. Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat dikenal dengan asam heksuronat (C6H8O6). Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan dalam keadaan tertentu dapat merupakan reduktor dan antioksidan (Dewoto, 2007).

Pada metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkatkan laju eksresi kolesterol dalam bentuk asam empedu, meningkatkan kadar HDL, dan dapat berfungsi sebagai pencahar yang dapat meningkatkan pembuangan kotoran. Dengan demikain akan menurunkan penyerapan kembali asam empedu dan pengubahannya menjadi kolesterol.

Vitamin C dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida pada beberapa orang yang memiliki kadar kolesterol dan trigliserida tinggi, tetapi tidak pada orang dengan kadar kolesterol dan trigliserida normal. Vitamin C mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan (homeostatis) di dalam tubuh (Sotyaningtyas, 2007).

d. Saponin

Saponin adalah glikosida yang setelah dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan sapogenin (aglikon). Sebagian besar saponin mudah bergabung dengan kolesterol yang menyebabkan rendahnya aktifitas saponin, rasa pahit dan memiliki sifat yang berbusa. Saponin membentuk molekul kompleks dengan r a ai s n a a β-hidroksisteroid. R s or an r a β-hidroksisteroid termasuk kolesterol membran merupakan tempat aktivitas hemolitik saponin.


(2)

Sa onin a ri a an n an r a ai s n a a β- hidroksisteroid dan membentuk molekul kompleks yang sulit untuk dipisahkan (Widodo, 2010).

Saponin dapat terikat dengan garam-garam empedu yang diperlukan untuk proses absorpsi kolesterol atau karena permukaan golongannya menjadi aktif, dapat juga menyebabkan garam-garam empedu menjadi terhimpit yang akhirnya menjadi polisakarida dalam otot. Pengaruh saponin terhadap rendahnya kolesterol darah akan menghalangi penyerapan kolesterol kembali setelah dikeluarkan dari empedu sehingga meningkatkan asam empedu dan sterol netral pada feses (Widodo, 2010). Rendahnya konsentrasi garam-garam empedu yang bebas dapat menurunkan absorbsi trigliserida dalam usus (Guyton dan Hall, 2014).

e. Alkaloid

Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan, seperti biji, daun, ranting, dan kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan (Lenny, 2006).

Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase, sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak yang dapat diabsorpsi (Pane, 2009).


(3)

f. Flavonoid, Polifenol, dan Proantosianidin

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam, serta berpotensi sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat (Rohyami, 2008). Senyawa-senyawa ini merupakan zat waran merah, ungu, dan biru sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai rantai dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Lenny, 2006).

Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan tergantung pada struktur molekulnya. Posisi rantai hidroksil pada flavonoid penting untuk perannya sebagai antioksidan dan untuk mengatasi aktivitas radikal bebas (Buhler dan Miranda, 2000). Berdasarkan penelitian flavonoid dapat menangkap radikal bebas dan dapat mencegah proses peroksidasi lipid di mikrosom dan liposom (Peng dan Kuo, 2003).

Fenol adalah senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat pada cincin aromatik. Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa fenol sederhana, antraquinon, asam fenolat, kumarin, lignin, tanin, dan proantosianidin (Rohyami, 2008; Purwitasari, 2010). Senyawa polifenol dan proan osiani in i i i a i i as an io si an an r n si a a nan a ra i a as s r a n a ros s o si asi ( o dkk., 2006). Polifenol memiliki peran dalam menurunkan sekresi lipoprotein yang terdapat di hepar dan usus. Polifenol yang terdapat mengurangi proses esterifikasi kolesterol sehingga terjadi


(4)

penurunan kadar ester kolesterol, dimana ester kolesterol merupakan komponen pembentuk utama kilomikron dan VLDL. Efek lain dari polifenol adalah menghambat sintesis Apo B-48 dan Apo B-100 yang disintesis di dalam enterosit dan hepar. Kadar Apo B-48 dan Apo B-100 yang menurun menyebabkan pembentukkan kilomikron, VLDL, IDL, dan LDL terganggu sehingga kadar trigliserida darah juga menurun (Vidal dkk., 2005).

Proantosianidin berikatan dengan kolesterol dan asam empedu sehingga meningkatkan ekskresi kolesterol ke dalam feses dan menghambat absorbsi trigliserida. Proantosianidin menghambat siklus enterohepatik dari kolesterol dan asam empedu. Proantosianidin meningkatkan proses isomerasi kolesterol menjadi asam empedu melalui peningkatan ambilan partikel LDL darah dan aktivasi reseptor LDL di hepar. Proantosianidin menghambat absorbsi kolesterol melalui penghambatan pembentukan misel. Proantosianidin menurunkan aktivitas enzim HMG-KoA reduktase sehingga proses produksi VLDL di hati turun dan aliran VLDL yang keluar dari hati berkurang. Akibatnya, produksi kolesterol total, LDL, trigliserida plasma menurun (Del Bas dkk. , 2005).

g. Serat Larut (Pektin) dan Serat Tidak Larut

Serat merupakan bagian dari tanaman yang tidak dapat diserap oleh tubuh. Serat makanan yang terutama yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakteri di dalam traktus digestif. Selain menyerap air, serat makanan juga menyerap asam empedu yang menyebabkan proses pencernaan lemak akan terhambat. Serat makanan


(5)

dapat berikatan dengan garam asam lemak di usus halus, dan akhirnya dilepaskan untuk kerja bakteri di dalam kolon (Kusharto, 2006).

Pektin merupakan serat makanan yang dapat larut (soluble dietary fibers), yang dapat mencegah hiperkolesterol, kanker usus besar, dan diabetes. Efek pektin adalah penurunan absorbsi asam-asam empedu. Pektin juga menstimulasi ekskresi lipid melalui pembuangan kolesterol dan koprostanol, peningkatan oksidasi kolesterol melalui efek induksi pada enzim 7 alfa-hidroksilase dan mengurangi absorbsi lemak di dalam usus. Efek serat pektin ini diperkuat dengan efek polifenol yang terkandung, sehingga efek anti lipemik dari penggabungan pektin dan polifenol jauh lebih kuat daripada efek masing-masing komponen (Aprikian dkk. , 2003).

2.8 Hewan Percobaan

Tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus jenis jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatidjan, 2006).

Tikus putih dalam sistematika hewan percobaan diklasifikasikan sebagai berikut :

Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Classis : Mamalia Subclassis : Placentalia


(6)

Ordo : Rodentia Familia : Muridae Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

Gambar 2.8

Tikus Rattus Norvegicus

Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatominya yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998). Tikus digunakan untuk penelitian karena ada kesamaannya dengan manusia dalam fisiologi, anatomi, nutrisi, patologi, dan metabolismenya (Harini dan Astrin, 2009).


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus L. Merr) PERORAL TERHADAP PERBAIKAN PROFIL LIPID PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) JANTAN STRAIN WINSTAR DISLIPIDEMIA

1 8 18

EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA.

1 9 78

EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA.

1 4 55

PEMBERIAN MINYAK KELAPA (cocos nucifera) TRADISIONAL MEMPERBAIKI PROFIL LIPIDLEBIH BAIK DARIPADA MINYAK SAWIT (Elaeis guineesis)PEMURNIAN MULTI PROSES (PMP) PADA TIKUS (Rattus norvegicus)JANTAN WISTAR DISLIPIDEMIA Dislipidemia.

0 2 46

EKSTRAK DAUN AFRIKA SELATAN (Vernonia amygdalina) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA.

15 113 54

PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PROFIL LIPID dan KADAR NOx TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) DISLIPIDEMIA.

0 1 8

PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PROFIL LIPID dan KADAR NOx TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) DISLIPIDEMIA.

0 0 8

EFIKASI PEMBERIAN JUS LABU SIAM (Sechium edule) TERHADAP PROFIL LIPID TIKUS (Rattus novergicus) MODEL HIPERLIPIDEMIA.

0 0 4

Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) terhadap Profil Lipid Tikus (Rattus novergicus) Model Hiperlipidemia.

0 0 2

EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS LABU SIAM (Sechium edule) TERHADAP PROFIL LIPID TIKUS (Rattus novergicus) MODEL HIPERLIPIDEMIA

0 0 10