EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Mo

(1)

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA KELAS VIII SMP AL-ISLAM

KARTASURA TAHUN AJARAN 2016/2017

Naskah Publikasi disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

DEWI LARASATI

A 410120115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA KELAS VIII SMP AL-ISLAM

KARTASURA TAHUN AJARAN 2016/2017

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh pendekatan Kontekstual dan pendekatan Saintifik terhadap hasil belajar matematika, (2) pengaruh tingkat motivasi terhadap hasil belajar matematika, (3) perbedaan pengaruh interaksi antara pendekatan dan tingkat motivasi terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester gasal SMP Al-Islam Kartasura tahun ajaran 2016/2017. Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan  =5%. Berdasarkan analisis data didapat kesimpulan bahwa : (1) ada perbedaan pengaruh antara pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar matematika, (2) ada perbedaan pengaruh tingkat motivasi terhadap hasil belajar matematika, (3) tidak ada interaksi antara pendekatan dan motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika.

Kata Kunci: kontekstual, saintifik, motivasi, hasil belajar matematika.

Abstract

The aim of this study is to find out: (1) thedifferent effect of Contextual approach and Scientific

approach on student’s mathematics learning outcomes, (2) the different effect of learning motivation on students mathematics learning outcomes, (3)the effect of interaction between learning approaches and learning motivation mathematics learning opproachs. This is a quasi experiment study. The population of this study are all students of the 8th grade of SMP Al Islam Kartasura year 2016/2017. Tha sample of this study are students from two classess who were chosen using cluster random sampling. The data collection was conducted using test and documentation. The data analysis was conducted using analysis of variance of two different cells with 5% level of significance. Based on the data analysis, it can be concluded that: (1) there are different effects of contextual approach and cientific approach on mathematics learning outcomes. (2)there are different effects level of motivation on mathematics learning outcomes. (3) there is no effect of interaction between of approach and motivation for mathematics learning outcomes.

Keywords: contextual, scientific, motivation, mathematics learning outcomes.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung di segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan yang baik yaitu pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswa untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga memberi bekal dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di sekolah akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang mereka pelajari dan ketahui. Permasalahan yang


(6)

terjadi dan dihadapi saat ini adalah lemahnya kegiatan pembelajaran karena siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir (Hamdayama, 2014: 51).

Pengembangan pola pikir yang kritis, rasional dan kreatif, serta membentuk sifat konstruktif yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa merupakan tujuan dalam pembelajaran matematika. Menurut Sudjana (2009: 3) hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sekarang ini kualitas belajar matematika di Indonesia masih kalah atau berada dibawah negara-negara lain.

Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu model pembelajaran, metode dan pendekatan yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, lingkungan dan sarana prasarana yang kurang mendukung serta motivasi belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat akan berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Di antara pendekatan pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik.

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Hamdayama, 2014: 51). Pendekatan pembelajaran ini bisa diumpamakan sebuah orkes simponi yang terdiri atas biola, selo, klarinet, bas dan lain-lain, yang dimainkan secara harmonis. Tiap unsur dari pembelajaran mempunyai peran tertentu bagi perkembangan belajar siswa. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya

(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).

Sementara itu menurut Hosnan (2014: 34-35) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif membangun konsep dan prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep dan prinsip yang ditemukan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan dengan harapan siswa memahami bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi yang diberikan searah dari guru. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan ketrampilan proses, seperti


(7)

mengamati, mengklarifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan membutuhkan bantuan guru di dalam pelaksanaan pembelajaran.

Selain pendekatan pembelajaran yang digunakan, keberhasilan pembelajaran dipengaruhi juga oleh motivasi siswa. Menurut Daryanto (2012: 31) motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menjadi tanggung jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan dalam pembelajaran dapat dilihat dari tingkat motivasi belajar yang berdampak pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan dan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan pada pembelajaran matematika yang ada sekarang ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing kategori pendekatan Kontekstual dan pendekatan Saintifik, tingkat motivasi, serta interaksi pendekatan dan tingkat motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester gasal SMP Al-Islam Kartasura tahun ajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini pengambilan sampelnya dilakukan dengan teknik cluster random sampling dimana pengambilan sampel tidak hanya mengambil siswa-siswa tertentu yang dipilih kemudian dikelompokkan dalam kelas khusus. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan dua kelas penelitian, yaitu kelas eksperimen yang pembelajarannya mengguanakan pendekatan kontekstual dengan sampel sebanyak 34 siswa kelas VIII C dan kelas kontrol menggunakan pendekatan saintifik dengan sampel sebanyak 36 siswa kelas VIII D.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes dan dokumentasi. Metode dokumen digunakan untuk memperoleh data awal kemampuan awal siswa berupa nilai UAS siswa kelas VII SMP Al-Islam Kartasura tahun ajaran 2015/2016. Data tersebut digunakan untuk melakukan uji keseimbangan sebelum diberikan perlakuan yaitu dengan uji t. Metode tes digunakan untuk mendapatkan data tingkat motivasi siswa dan hasil belajar matematika setelah dua kelas penelitian mendapat perlakuan pembelajaran yang berbeda. Instrumen tes yang digunakan untuk mendapatkan data tingkat motivasi siswa berbentuk angket/kuisioner, sedangkan tes yang digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar matematika berbentuk pilihan ganda. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Sebelum uji analisis variansi dilakukan uji prasyarat


(8)

menggunakan metode Liliefors untuk menguji normalitas, metode Bartlett untuk menguji homogenitas variansi. Tindak lanjut yang harus dilakukan apabila menghasilkan H0 ditolak

dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Sceffe.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilaksanakan pembelajaran matematika, dipastikan terlebih dahulu kemampuan awal kedua kelas penelitian yaitu kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dan kelas kontrol menggunakan pendekatan saintifik sama. Oleh sebab itu, sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu dilakuakn uji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji t didapat t hitung = -0,018 dengan t

tabel(0,025:70) = 1,96, karena t hitung t tabel maka H0 diterima. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa

kemampuan awal sama antara pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik sebelum diberikan perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama setelah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogeneitas variansi.

Rangkuman hasil perhitungan uji analisis variansi dua jalan sel tak sama dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK F obs F tabel

pendekatan

pembelajaran 265,2403 1 265,2403 12,48049 3,99 tingkat motivasi 6964,843 2 3482,422 163,8602 3,14 Interaksi 44,01765 2 22,00882 1,035593 3,14 Kesalahan 1317,649 62 21,2524

Total 8591,75 67

Berdasarkan tabel 1 didapat kesimpulan bahwa untuk uji antar baris (A) diperoleh FA >

Fa maka keputusan uji H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh

pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar matematika. Hasil perhitungan uji antar kolom (B) diperoleh FB > Famaka keputusan uji H0 ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan

pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika. Karena terdapat tiga kategori tingkat motivasi maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar kolom. Rangkuman uji komparasi ganda antar kolom dengan metode scheffe (Budiono, 2009: 215-2017) dapat dilihat pada tabel 2 berikut.


(9)

Tabel 2. Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom

keputusan

81,14695 11,8 ditolak 341,8995 11,8 ditolak 80,23823 11,8 ditolak

Berdasarkan tabel 2 diperoleh kesimpulan bahwa: (1) terdapat pengaruh motivasi tinggi dan motivasi sedang terhadap hasil belajar matematika. (2) terdapat pengaruh motivasi tinggi dan motivasi rendah terhadap hasil belajar matematika. (3) terdapat pengaruh motivasi sedang dan motivasi rendah terhadap hasil belajar matematika.

Hasil perhitungan uji anava diperoleh , maka keputusan uji diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara pendekatan dan motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika. Adapun hasil rerata antar sel dan rerata marginal dapat di lihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rangkuman Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal Pendekatan

Pembelajaran

tingkat motivasi rerata marginal tinggi sedang rendah

Kontekstual 83,63636 73 59,23077 71,95571096 Saintifik 81,25 66,81818 55,90909 67,99242424 rerata marginal 82,44318 69,90909 57,56993

3.1. Pengaruh pendekatan kontekstual dan saintifik terhadap hasil belajar matematika Pada penelitian ini, karena variabel pendekatan hanya memiliki dua nilai yaitu pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik, maka untuk antar baris tidak perlu dilakukan uji komparasi pasca anava. Kalau pun dilakukan komparasi ganda antara rerata pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik, dapat dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan ditolak. Untuk mengetahui pendekatan mana yang lebih baik cukup dilihat rerata marginal dari masing-masng pendekatan. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rerata marginal kontekstual sebesar 71,956 lebih tinggi dari pada rerata marginal saintifik sebesar 67,992. Hal ini menunjukkan bahwa rerata marginal hasil belajar matematika menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada rerata marginal hasil belajar matematika menggunakan pendekatan saintifik. Mayoritas siswa mengalami peningkatan nilai yang cukup baik setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.


(10)

Kondisi ini sejalan dengan penelitian Arifin (2014: 97) menyebutkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan strategi REACT dengan pendekatan kontekstual telah mencapai kentutasan klasikal, artinya siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan batas tuntas. Hal tersebut didukung di lapangan bahwa pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, siswa dihadapkan pada masalah yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Siswa didorong untuk membangun dan mengindentifikasi masalah agar dapat menemukan sendiri solusi permasalahan. Menurut Wiraswanto (2015) model pembelajaran relacting, experiencing, apllying, cooperating, dan transfering atau biasa disebut REACT juga menjadi alternatif model pembelajaran matematika.

Tidak jauh dari pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran dengan pendekatan saintifik membuat siswa dihadapkan pada permasalahan yang diharuskan untuk mengenal dan memahami berbagai materi. Penerapan pendekatan saintifik melibatkan ketrampilan proses, seperti mengamati, menanya, mengidentifikasi, mengukur, menjelaskan dan menyimpulkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astnan dan Rahmita (2013) memberikan hasil bahwa Suatu pendekatan berpikir dan berbuat yang diawali dengan mengamati dan menanya sampai kemudian mereka berupaya untuk mencoba, mengolah, menyaji, menalar ini akan bermuara kepada tingkatan mencipta (to create) yang tentunya terdapat unsur kreativitas di dalamnya. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian Nahdliyanti (2016: 1219) memberikan hasil bahwa pendekatan saintifik dengan model PjBL efektif untuk menumbuhkan kemandirian siswa. Penggunaan pendekatan saintifik dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap hasil belajar, namun tidak setinggi pendektan kontekstual.

3.2. Pengaruh tingkat motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika

Adanya perbedaan dari tingkat motivasi siswa tinggi, tingkat motivasi siswa sedang, dan tingakat motivasi siswa rendah perlu diketahui rerata hasil belajar dan perlu diuji komparasi ganda antar kolom dengan menggunakan scheffe. Hasil uji komparasi didapat kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi siswa tinggi lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi siswa sedang dan rendah, siswa dengan tingkat motivasi siswa sedang lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi siswa rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Heriyanto (2011: 37) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar dipengaruhi oleh adanya tingkat motivasi siswa. Semakin tinggi tingkat motivasi siswa semakin mudah siswa tersebut memahami materi, lebih berkonsentrasi dan siap menghadapi masalah yang akan diberikan.


(11)

Kondisi ini sejalan dengan penelitian Retnasari (2016: 398) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pendekatan kentekstual dengan tingkat motivasi siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa ditunjang dengan peningkatan kinerja guru dan keaktifan siswa. Guru memberikan penguatan yang positif pada aktivitas siswa yang positif sehingga siswa lebih bersemangat untuk mengikuti setiap proses pembelajaran dan guru juga memberikan teguran dan nasehat pada aktivitas negatif sehingga siswa atidak mengulangi lagi kegiatan tersebut. Hal ini didukung dengan penelitian Sappaile (2007: 1000) menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar matematika. Siswa yang memiliki motivasi prestasi akan cenderung untuk selalu belajar matematika.

3.3. Interaksi antara pendekatan dan tingkat motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikasi  = 5% didapat FAB < F tabel maka H0AB diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara

pendekatan dan tingkat motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada masing-masing pendekatan, hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi tinggi lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi sedang dan rendah. Siswa dengan tingkat motivasi sedang lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi rendah. Hasil belajar dengan pendekatan kontekstual lebih baik dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadianto (2009) menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap prestasi yang dimiliki siswa. Hal ini disebabkan karena penerapan pendekatan yang diberikan dalam pembelajaran terlalu tiba-tiba. Belum ada persiapan yang dilakukan siswa untuk menghadapi atau mengikuti pembelajaran yang tidak biasa meraka terima.

Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam pengajaran. Kebiasaan positif yang dilakukan secara berkala akan mempengaruhi sikap dan cara belajar siswa dalam pembelajaran. Menutut Hosnan (2014: 442) bahwa proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat membuat siswa mendapat kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya. Guru cenderung menggunakan metode ceramah yang membuat siswa kurang berfikir kreatif dan aktif serta kurangnya siswa dalam keterlibatan dalam proses pembelajaran.


(12)

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar matematika siswa yang diberi perlakuan dengan pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar yang diberi perlakuan dengan pendekatan saintifik, (2) Siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi memperoleh hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat motivasi sedang dan rendah, siswa yang memiliki motivasi sedang memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah. (3) Pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan pendekatan saintifik untuk setiap motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi sedang dan rendah, serta hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi sedang lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, Pemilihan pendekatan yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu untuk masukan bagi guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran ini dalam materi tertentu untuk mendapatkan hasil belajar matematika siswa yang maksimal. Selain itu, dari kesimpulan peneliti menunjukkan tingkat motivasi mempengaruhi hasil belajar matematika. Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Kartono, dan Sutarto. (2014). “Keefektifan Strategi Pembelajaran React Pada Kemampuan

Siswa Kelas VII Aspek Komunikasi Matematis”. Jurnal Kreano. 5(1): 91-98.

Atsnan, M. F dan Gazali, R Y. (2013). “Tentang Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Matematika Smp Kelas VII Materi Bilangan Pecahan”. Makalah

Dipresentasikan Dalam Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, Pada 9 November, Jurusan Pendidikan Matematika Fmipa Uny, Yogyakarta.

Budiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Daryanto dan Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Gava Medika.

Hadianto, U. (2009).” Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Group Investigation Terhadap

Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi”. Tesis, Pendidikan Matematika Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


(13)

Hamdayama, J. (2014). Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hendriana. (2014). “Mathematical Connection Ability Self-Confidence (An Experiment On Junior

High School Students Through Contextual Teaching And Learning With Mathematical

Manipulative)” International Journal Of Education. 8(1): 1-11.

Heriyanto, d. (2011)”Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw”. Jurnal pendidikan.1(1): 29-39.

Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nahdliyanti, R, Parmin, dan M. Taufiq. (2016). “Efektivitas Pendekatan Saintifik Model Projrct Based Learning Tema Ekosistem Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa SMP”. Unnes Science Education Journal. 5(2): 1213-1220

Retnasari, R, Maulana, dan Julia. (2016). “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv Pada

Materi Bilangan Bulat”. Jurnal Pena Ilmiah.1(1): 391-400.

Sappalie, B.I. (2007). “Hubungan Kemampuan Penalaran Dalam Matematika dan Motivasi

Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Jurnal pendidikan dan kebudayaan.

13(69): 985-1003.

Sudjana, N. (2000). Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo

Wiraswanto, M, Sri Sutarni, dan Sri Rejeki. (Eds.) (2015). prosiding dari Seminar Nasional Pendidikan Matematika UMS. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (Pmri) Dan Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, And Transfering (React) Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(1)

menggunakan metode Liliefors untuk menguji normalitas, metode Bartlett untuk menguji homogenitas variansi. Tindak lanjut yang harus dilakukan apabila menghasilkan H0 ditolak dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Sceffe.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilaksanakan pembelajaran matematika, dipastikan terlebih dahulu kemampuan awal kedua kelas penelitian yaitu kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dan kelas kontrol menggunakan pendekatan saintifik sama. Oleh sebab itu, sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu dilakuakn uji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji t didapat t hitung = -0,018 dengan t

tabel(0,025:70) = 1,96, karena t hitung  t tabel maka H0 diterima. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal sama antara pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik sebelum diberikan perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama setelah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogeneitas variansi.

Rangkuman hasil perhitungan uji analisis variansi dua jalan sel tak sama dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK F obs F tabel

pendekatan

pembelajaran 265,2403 1 265,2403 12,48049 3,99 tingkat motivasi 6964,843 2 3482,422 163,8602 3,14 Interaksi 44,01765 2 22,00882 1,035593 3,14 Kesalahan 1317,649 62 21,2524

Total 8591,75 67

Berdasarkan tabel 1 didapat kesimpulan bahwa untuk uji antar baris (A) diperoleh FA >

Fa maka keputusan uji H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar matematika. Hasil perhitungan uji antar kolom (B) diperoleh FB > Fa maka keputusan uji H0 ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika. Karena terdapat tiga kategori tingkat motivasi maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar kolom. Rangkuman uji komparasi ganda antar kolom dengan metode scheffe (Budiono, 2009: 215-2017) dapat dilihat pada tabel 2 berikut.


(2)

Tabel 2. Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom

keputusan

81,14695 11,8 ditolak

341,8995 11,8 ditolak

80,23823 11,8 ditolak

Berdasarkan tabel 2 diperoleh kesimpulan bahwa: (1) terdapat pengaruh motivasi tinggi dan motivasi sedang terhadap hasil belajar matematika. (2) terdapat pengaruh motivasi tinggi dan motivasi rendah terhadap hasil belajar matematika. (3) terdapat pengaruh motivasi sedang dan motivasi rendah terhadap hasil belajar matematika.

Hasil perhitungan uji anava diperoleh , maka keputusan uji diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara pendekatan dan motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika. Adapun hasil rerata antar sel dan rerata marginal dapat di lihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rangkuman Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal Pendekatan

Pembelajaran

tingkat motivasi rerata marginal tinggi sedang rendah

Kontekstual 83,63636 73 59,23077 71,95571096 Saintifik 81,25 66,81818 55,90909 67,99242424 rerata marginal 82,44318 69,90909 57,56993

3.1. Pengaruh pendekatan kontekstual dan saintifik terhadap hasil belajar matematika

Pada penelitian ini, karena variabel pendekatan hanya memiliki dua nilai yaitu pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik, maka untuk antar baris tidak perlu dilakukan uji komparasi pasca anava. Kalau pun dilakukan komparasi ganda antara rerata pendekatan kontekstual dan pendekatan saintifik, dapat dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan ditolak. Untuk mengetahui pendekatan mana yang lebih baik cukup dilihat rerata marginal dari masing-masng pendekatan. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rerata marginal kontekstual sebesar 71,956 lebih tinggi dari pada rerata marginal saintifik sebesar 67,992. Hal ini menunjukkan bahwa rerata marginal hasil belajar matematika menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada rerata marginal hasil belajar matematika menggunakan pendekatan saintifik. Mayoritas siswa mengalami peningkatan nilai yang cukup baik setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.


(3)

Kondisi ini sejalan dengan penelitian Arifin (2014: 97) menyebutkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan strategi REACT dengan pendekatan kontekstual telah mencapai kentutasan klasikal, artinya siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan batas tuntas. Hal tersebut didukung di lapangan bahwa pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, siswa dihadapkan pada masalah yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Siswa didorong untuk membangun dan mengindentifikasi masalah agar dapat menemukan sendiri solusi permasalahan. Menurut Wiraswanto (2015) model pembelajaran relacting, experiencing, apllying, cooperating, dan transfering atau biasa disebut REACT juga menjadi alternatif model pembelajaran matematika.

Tidak jauh dari pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran dengan pendekatan saintifik membuat siswa dihadapkan pada permasalahan yang diharuskan untuk mengenal dan memahami berbagai materi. Penerapan pendekatan saintifik melibatkan ketrampilan proses, seperti mengamati, menanya, mengidentifikasi, mengukur, menjelaskan dan menyimpulkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astnan dan Rahmita (2013) memberikan hasil bahwa Suatu pendekatan berpikir dan berbuat yang diawali dengan mengamati dan menanya sampai kemudian mereka berupaya untuk mencoba, mengolah, menyaji, menalar ini akan bermuara kepada tingkatan mencipta (to create) yang tentunya terdapat unsur kreativitas di dalamnya. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian Nahdliyanti (2016: 1219) memberikan hasil bahwa pendekatan saintifik dengan model PjBL efektif untuk menumbuhkan kemandirian siswa. Penggunaan pendekatan saintifik dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap hasil belajar, namun tidak setinggi pendektan kontekstual.

3.2. Pengaruh tingkat motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika

Adanya perbedaan dari tingkat motivasi siswa tinggi, tingkat motivasi siswa sedang, dan tingakat motivasi siswa rendah perlu diketahui rerata hasil belajar dan perlu diuji komparasi ganda antar kolom dengan menggunakan scheffe. Hasil uji komparasi didapat kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi siswa tinggi lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi siswa sedang dan rendah, siswa dengan tingkat motivasi siswa sedang lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi siswa rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Heriyanto (2011: 37) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar dipengaruhi oleh adanya tingkat motivasi siswa. Semakin tinggi tingkat motivasi siswa semakin mudah siswa tersebut memahami materi, lebih berkonsentrasi dan siap menghadapi masalah yang akan diberikan.


(4)

Kondisi ini sejalan dengan penelitian Retnasari (2016: 398) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pendekatan kentekstual dengan tingkat motivasi siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa ditunjang dengan peningkatan kinerja guru dan keaktifan siswa. Guru memberikan penguatan yang positif pada aktivitas siswa yang positif sehingga siswa lebih bersemangat untuk mengikuti setiap proses pembelajaran dan guru juga memberikan teguran dan nasehat pada aktivitas negatif sehingga siswa atidak mengulangi lagi kegiatan tersebut. Hal ini didukung dengan penelitian Sappaile (2007: 1000) menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar matematika. Siswa yang memiliki motivasi prestasi akan cenderung untuk selalu belajar matematika.

3.3. Interaksi antara pendekatan dan tingkat motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikasi  = 5% didapat FAB < F tabel maka H0AB diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara pendekatan dan tingkat motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada masing-masing pendekatan, hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi tinggi lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi sedang dan rendah. Siswa dengan tingkat motivasi sedang lebih baik dari siswa dengan tingkat motivasi rendah. Hasil belajar dengan pendekatan kontekstual lebih baik dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadianto (2009) menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap prestasi yang dimiliki siswa. Hal ini disebabkan karena penerapan pendekatan yang diberikan dalam pembelajaran terlalu tiba-tiba. Belum ada persiapan yang dilakukan siswa untuk menghadapi atau mengikuti pembelajaran yang tidak biasa meraka terima.

Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam pengajaran. Kebiasaan positif yang dilakukan secara berkala akan mempengaruhi sikap dan cara belajar siswa dalam pembelajaran. Menutut Hosnan (2014: 442) bahwa proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat membuat siswa mendapat kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya. Guru cenderung menggunakan metode ceramah yang membuat siswa kurang berfikir kreatif dan aktif serta kurangnya siswa dalam keterlibatan dalam proses pembelajaran.


(5)

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar matematika siswa yang diberi perlakuan dengan pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar yang diberi perlakuan dengan pendekatan saintifik, (2) Siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi memperoleh hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat motivasi sedang dan rendah, siswa yang memiliki motivasi sedang memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah. (3) Pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan pendekatan saintifik untuk setiap motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi sedang dan rendah, serta hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi sedang lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, Pemilihan pendekatan yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu untuk masukan bagi guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran ini dalam materi tertentu untuk mendapatkan hasil belajar matematika siswa yang maksimal. Selain itu, dari kesimpulan peneliti menunjukkan tingkat motivasi mempengaruhi hasil belajar matematika. Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Kartono, dan Sutarto. (2014). “Keefektifan Strategi Pembelajaran React Pada Kemampuan Siswa Kelas VII Aspek Komunikasi Matematis”. Jurnal Kreano. 5(1): 91-98.

Atsnan, M. F dan Gazali, R Y. (2013). “Tentang Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Matematika Smp Kelas VII Materi Bilangan Pecahan”. Makalah Dipresentasikan Dalam Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, Pada 9 November, Jurusan Pendidikan Matematika Fmipa Uny, Yogyakarta.

Budiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Daryanto dan Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Gava Medika. Hadianto, U. (2009).” Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Group Investigation Terhadap

Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi”. Tesis, Pendidikan Matematika Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


(6)

Hamdayama, J. (2014). Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hendriana. (2014). “Mathematical Connection Ability Self-Confidence (An Experiment On Junior High School Students Through Contextual Teaching And Learning With Mathematical Manipulative)” International Journal Of Education. 8(1): 1-11.

Heriyanto, d. (2011)”Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw”. Jurnal pendidikan.1(1): 29-39.

Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nahdliyanti, R, Parmin, dan M. Taufiq. (2016). “Efektivitas Pendekatan Saintifik Model Projrct Based Learning Tema Ekosistem Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa SMP”. Unnes Science Education Journal. 5(2): 1213-1220

Retnasari, R, Maulana, dan Julia. (2016). “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv Pada Materi Bilangan Bulat”. Jurnal Pena Ilmiah.1(1): 391-400.

Sappalie, B.I. (2007). “Hubungan Kemampuan Penalaran Dalam Matematika dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Jurnal pendidikan dan kebudayaan. 13(69): 985-1003.

Sudjana, N. (2000). Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo

Wiraswanto, M, Sri Sutarni, dan Sri Rejeki. (Eds.) (2015). prosiding dari Seminar Nasional Pendidikan Matematika UMS. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (Pmri) Dan Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, And Transfering (React) Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Universitas Muhammadiyah Surakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan KOntekstual Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 5 170

PENELITIAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education Dan Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Kelas XI IPA SMA Muhamma

0 2 16

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education Dan Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Kelas XI IPA SMA Muhammad

0 3 16

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas VIII

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas VIII SMP Al-Islam Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017.

0 3 6

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS CONCEPT MAP DAN MIND Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Concept Map Dan Mind Mapping Ditinjau Dari Komunikasi Matematis Kelas VIII SMP Negeri 1

0 2 16

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS CONCEPT MAP DAN MIND Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Concept Map Dan Mind Mapping Ditinjau Dari Komunikasi Matematis Kelas VIII SMP Negeri 1 G

1 6 17

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMA.

0 0 113

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP.

0 1 64

Pengertian Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual

0 0 3