PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMAN KOTA BINJAI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN STAD BERBANTUAN TEKNIK PROBING.

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN

KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMAN KOTA BINJAI

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS

DENGAN STAD BERBANTUAN TEKNIK PROBING

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi pendidikan matematika

Oleh

HABIBULLAH

NIM. 8096171008

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMAN KOTA BINJAI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN STAD

BERBANTUAN TEKNIK PROBING Habibullah, Dian Armanto dan Sahyar

Universitas Negeri Medan [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah menelaah perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa SMA yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD berbantuan teknik probing, menelaah perbedaaan peningkatan kemampuan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD berbantuan teknik probing, mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD berbantuan teknik probing, mengetahui ketuntasan belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD berbantuan teknik probing, mengetahui proses penyelesaian masalah pada masing masing pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen dengan populasi siswa kelas X SMAN Kota Binjai. Sampel yaitu SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 7 Binjai. Hasil utama dari penelitian ini adalah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa SMA yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD berbantuan teknik probing. Respon aktif siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan STAD berbantuan teknik probing, ketuntasan belajar secara klasikal yang ditekankan pada kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika tercapai. Pola jawaban siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih bervariasi dibandingkan yang diajarkan dengan model pembelajaran tipe TPS. Berdasarkan kesimpulan disarankan pembelajaran tipe TPS maupun STAD berbantuan teknik probing dapat dijadikan alternative pembelajaran karena dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa secara signifikan dan mendapat respon positif dari siswa.


(5)

iii

THE DIFFERENCES THE ABILITY OF COMPREHENSION AND COMMUNICATION MATHEMATICS SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS BY PROBING TECHNIQUE IN COOPERATIVE LEARNING

TYPE TPS AND STAD ABSTRACT

The purposes of this research are to review the difference of enhancing the ability of mathematics comprehension senior high school student which is thought by using cooperative learning type TPS and STAD, to review the difference of enhancing the ability of mathematics comprehension senior high school student mathematics communication by using cooperative learning type TPS and STAD with probing technique , to know student passing grade by using cooperative learning type TPS and STAD with probing technique , and to know problem solving in each learning. This research is a semi – experimental research . The samples are SMA Negeri 5 and SMA Negeri 7 Binjai . The main result of main research is there are The differences the ability of comprehension and communication mathematics senior high school students by probing technique . student responses are positive student passing grade classically which is emphasized in mathematical comprehension and communication are achieved, patterns of students answer who are thought by using cooperative learning type TPS and STAD with probing technique in cooperative type STAD is variative than TPS. Based on the conclusion, its recommended that cooperative learning type TPS and STAD by using probing technique can be an alternative learning because it can enhance students ability of comprehension and communication mathematics skill significantly and received a positive response from student.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia dan izin-nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Perbedaan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMAN Kota Binjai Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan STAD Berbantuan Teknik Probing .

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dian Armanto, M.Pd. M.Sc, M.A, Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis .

2. Prof. Dr. Sahyar, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis .

3. Prof. Dr. Sahat Saragih, M. Pd, selaku narasumber/penguji sekaligus ketua Prodi Pendidikan Matematika PPs Unimed Medan telah banyak memberi masukan untuk perbaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. Edi Syahputra M.Pd, selaku Validator dan Ketua Prodi yang banyak memberi masukan dan motivasi demi terselesaikannya tesis ini.

5. Prof. Dr. Hasratudin, M.Pd. selaku Narasumber/Penguji sekaligus Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika PPs Unimed Medan yang telah banyak memberi masukan untuk perbaikan tesis ini.


(7)

v

6. Dr Amin Fauzi M.Pd selaku Narasumber/Penguji yang telah banyak memberi masukan untuk perbaikan tesis ini.

7. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberikan ilmu dan pencerahan kepada penulis.

8. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Binjai beserta dewan guru. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Binjai beserta dewan guru yang telah membantu kelancaran proses penelitian.

9. Kepada kedua oarang tua saya Alm. Malim Pareso Lubis dan ibunda Ompu Manggur Daulay yang telah menanamkan perlunya semangat juang yang tinggi dalam menyelesaikan suatu urusan.

10. Kepada Istriku tercinta Zulazriani Lubis S.Pd dan anak-anak kami yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan penuh demi suksesnya perkuliahan penulis.

11.Seluruh Keluarga, sahabat, teman baik yang telah memberikan dukungan penuh dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, Mei 2012

Penulis


(8)

vi DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN………..i ABSTRAK………...……….………..ii ABSTRACT………...iii KATA PENGANTAR………...iv DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR GAMBAR………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN………....xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 14

1.3Batasan Masalah ... 15

1.4Rumusan Masalah ... 15

1.5Tujuan Penelitian ... 16

1.6Manfaat Penelitian ... 17

1.7Defenisi Operasional ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis ... 20

2.1.1Hakikat belajar Matematika ... 20

2.1.2Kemampuan Pemahaman Matematika ... 23

2.1.3Kemampuan Komunikasi Matematika ... 26

2.1.4Hakikat Pembelajaran Matematika ... 31

2.1.5Model Pembelajaran Kooperatif ... 34

2.1.6Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Berbantuan Teknik Probing ... 37

2.1.7Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Teknik Probing ... 39

2.1.8Perbedaan paedagogi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 41

2.2 Penelitian yang Relevan ... 42

2.3. Kerangka Konseptual ... 45

2.3.1 Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Yang Diajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dibandingkan dengan Siswa yang Diajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Teknik Probing... 45


(9)

vii

2.3.2 Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Yang Diajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dibandingkan dengan Siswa yang Diajar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan

Teknik Probing ... 47

2.3.3 Respons Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Teknik Probing ... 48

2.3.4 Ketuntasan belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Teknik Probing ... 49

2.3.5 Proses Dan Bentuk-Bentuk Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Pada Tiap-Tiap Pembelajaran ... 51

2.4 Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 53

3.2Populasi dan Sampel ... 53

3.3Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

3.4Variabel Penelitian ... 56

3.5Desain Penelitian ... 56

3.6Prosedur Penelitian ... 57

3.7Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Penelitian ... 59

3.8Sumber Data ... 60

3.9Alat dan teknik Pengumpulan Data ... 60

3.10Uji CobaTes ... 66

3.11Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 84

4.1.1 Hasil Penelitian Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 85

4.1.1.1Deskripsi Hasil Pretes ... 85

4.1.1.2 Deskripsi Hasil Postes kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 95

4.1.1.3Gain Normal Kemampuan Pemahaman Matematika ... 106

4.1.2 Hasil Penelitian Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 116

4.1.2.1Deskripsi Hasil Pretes ... 116

4.1.2.2Definisi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 126


(10)

viii

4.1.2.3 Gain Normal Kemampuan Komunikasi Matematika ... 137 4.1.3 Deskripsi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 149 4.1.4 Pola Jawaban Siswa Untuk Kemampuan Pemahaman

matematika ... 150 4.1.5 Pola Jawaban Siswa Untuk Kemampuan Komunikasi

Matematika ... 162 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan ... 180 5.2Saran ... 181 DAFTAR PUSTAKA ... 183


(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Perbedaan Paedagogi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

dan STAD Berbantuan Tehnik Probing ... 41

Tabel 3.1: Akreditasi Dan Banyak Rombongan Belajar Kelas X SMA Negeri Kota Binjai T.P. 2011/2012 ... 53

Tabel 3.2 : Jadwal Penelitian ... 55

Tabel 3.3. : Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu ... 59

Tabel 3.4. : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemahaman Matematika ... 61

Tabel 3.5. : Kisi-Kisi Tes Komunikasi Matematika ... 63

Tabel 3.6. : Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 64

Tabel 3.7. : Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 67

Tabel 3.8. : Hasil Validasi Pos-Tes Kemampuan Pemahaman Matematik ... 68

Tabel 3.9. : Hasil Validasi Pos-Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 68

Tebel 3.10. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematika .... 70

Tabel 3.11. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematika .... 70

Tabel 3.12. Reliability Statistics Pemahaman Matematik ... 72

Tabel 3.13. Reliability Statistics Komunikasi Matematik ... 73

Tabel 3.14. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 73

Tabel 3.15. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 74

Tabel 3.16. Hasil Analisis Daya Pembeda ... 75

Tabel 3.17.Hasil Analisis Daya Pembeda Kemampuan Komunikasi ... 76

Tabel 3.18 Interpretasi Respon Siswa ... 81

Tabel 3.19 Interpretasi Aktivitas Guru ... 82

Tabel 4.1. : Hasil Pretes Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps Dengan STAD berbantuan Teknik Probing ... 85

Tabel 4.2. : Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Pemahaman Matematika ... 86


(12)

x

Tabel 4.4. Hasil Uji Statistik Pretes Pemahaman Matematika Siswa ... 89

Tabel 4.5. Hasil Postes Pemahaman Matematika Siswa Menurut Indikator ... 91

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Pretes Pemahaman Berdasarkan Indikator ... 97

Tabel 4.7. Uji Perbedaan Pretes Kemampuan Interpretasi ... 92

Tabel 4.8. Uji Perbedaan Pretes Kemampuan Translasi ... 93

Tabel 4.9. Uji Perbedaan Pretes Kemampuan Ekstrapolasi ... 95

Tabel 4.10. Hasil Postes Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Berbantuan Teknik Probing dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Teknik Probing 96 Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing dan Kelompok STAD Berbantuan Teknik Probing... 97

Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing dan Kelompok STAD Berbantuan Teknik Probing ... 98

Tabel 4.13. Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 99

Tabel 4.14. Hasil Uji Statistik Postes Pemahaman Matematika Siswa ... 100

Tabel 4.15.Data Hasil Postes Indikator Pemahaman Matematis ... 101

Tabel 4.16. Hasil Uji Normalitas Postes Pemahaman Matematik ... 102

Tabel 4.17.Uji Perbedaan Postes Kemampuan Interpretasi ... 103

Tabel 4.18. Uji Perbedaan Postes Kemampuan Translasi………105

Tabel 4.19.Uji Perbedaan Postes Kemampuan Ekstrapolasi ... 106

Tabel 4.20.Rerata dan Standart Deviasi Gain Normal Pemahaman Pemahaman Matematika ... 107

Tabel 4.21. Hasil Uji Normalitas Gain Normal Kemampuan Pemahaman Matematik ... …………...108

Tabel 4.22. Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Normal Kelompok TPS dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 109


(13)

xi

Tabel 4.24. Data Hasil Gain Pemahaman Matematis ... 111

Tabel 4.25. Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemahaman... 112

Tabel 4.26.Uji Perbedaan Gain Kemampuan Interpretasi ... 113

Tabel 4.27.Uji Perbedaan Gain Kemampuan Traanslasi ... 114

Tabel 4.28 Uji Perbedaan Gain Kemampuan Ekstrapolasi ... 116

Tabel 4.29. Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 117

Tabel 4. 30 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematik ... ………118

Tabel 4.31 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 119

Tabel 4.32 Hasil Uji Statistik Pretes Komunikasi Matematika Siswa ... 120

Tabel 4. 33 Hasil Pretes Komunikasi Matematika Menurut Indikator ... 121

Tabel 4.34 Hasil Uji Normalitas Pretest Komunikasi Berdasarkan Indikator .. 122

Tabel 4.35 Uji Perbedaan Kemampuan Menulis Matematik ... 123

Tabel 4. 36 Uji Perbedaan Pretes Kemampuan Menggambar Matematika ... 124

Tabel 4.37 Uji Perbedaan Pretes Kemampuan Ekspresi Matematika ... 126

Tabel 4.38 Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 127

Tabel 4.39 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing dan Kelompok STAD Berbantuan Teknik Probing ... 128

Tabel 4.40 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelompok STAD Berbantuan Teknik Probing dan Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing ... 129

Tabel 4.41 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik Probing…… ... ………..129

Tabel 4.42 Hasil Uji Statistik Postes Komunikasi Matematika Siswa .. ……...131

Tabel 4. 43 Data Hasil Postes Indikator Komunikasi Matematik ... 131

Tabel 4.44 Hasil Uji Normalitas Postes Indikator Komunikasi Matematika ... 132

Tabel 4.45 Uji Perbedaan Postes Kemampuan Menulis Matematik ... 134

Tabel 4.46 Uji Perbedaan Postes Kemampuan Menggambar Matematika ... 135


(14)

xii

Tabel 4.48 Rerata dan Standart Deviasi Gain Normal Kemampuan

Komunikasi Matematika ... 138

Tabel 4.49 Hasil Uji Normalitas Gain Normal Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelompok TPS Berbantuan Teknik Probing dan

Kelompok STAD Berbantuan Teknik Probing ... 139 Tabel 4.50 Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Normal Kelompok TPS

Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik

Probing………… ... …………..139 Tabel 4.51 Hasil Uji Statistik Gain Normal Komunikasi Matematika Siswa .. 141 Tabel 4.52 Data Hasil Gain Komunikasi Matematik ... 141 Tabel 4.53 Hasil Uji Normalitas Gain Indikator Komunikasi Matematik ... 142 Tabel 4.54 Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Menggambar dan Ekspresi

Matematik ... 143 Tabel 4.55 Uji Perbedaan Gain Kemampuan Menulis Matematik………… .... 145 Tabel 4.56 Uji Perbedaan Gain Kemampuan Menggambar Matematik ... 146 Tabel 4.57 Uji Perbedaan Gain Kemampuan Ekspresi Matematika …… ... 147 Tabel 4.58 Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi

Matematika ………...……… ... 148 Tabel 4.59 Rata-Rata Nilai Postes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi

Siswa ... 169 Tabel 4.60 Ketuntasan Belajar Siswa ……… 175


(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Mean dan Standart deviasi kemampuan pemahaman

matematika siswa ... 96

Gambar 4.2 Mean dan Standart deviasi kemampuan komunikasi matematika siswa ... 127

Gambar 4.3 Pola jawaban tipe 1 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing ... 151

Gambar 4.4 Pola jawaban tipe 2 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing ... 151

Gambar 4.5 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing ... 152

Gambar 4.6 Pola jawaban tipe 2 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing ... 152

Gambar 4.7 Pola jawaban tipe 1 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing ... 153

Gambar 4.8 Pola jawaban tipe 2 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing .... 154

Gambar 4.9 Pola jawaban tipe 3 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing ... 154

Gambar 4.10 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing ... 155

Gambar 4.11 Pola jawaban tipe 2 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing ... 155

Gambar 4.12 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 157

Gambar 4.13 Pola jawaban tipe 2 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing .... 157

Gambar 4.14 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 158

Gambar 4.15 Pola jawaban tipe 2 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing ... 159

Gambar 4.16 Pola jawaban tipe 2 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing ... 159

Gambar 4.17 Pola jawaban tipe 1 kelas STAD dan TPS Berbantuan Teknik Probing ... 161

Gambar 4.18 Pola jawaban tipe 2 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing ... 161

Gambar 4.19 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 163

Gambar 4.20 Pola jawaban tipe 2 kelas TPS Berbantuan Teknik Probing dan STAD Berbantuan Teknik Probing ... 163

Gambar 4.21 Pola jawaban tipe 3 kelas STAD Berbantuan Teknik Probing ... 164 Gambar 4.22 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS dan STAD Berbantuan


(16)

xiv

Teknik Probing ... 165 Gambar 4.23 Pola jawaban kelas TPS dan STAD Berbantuan Teknik Probing 166 Gambar 4.24 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS dan STAD Berbantuan

Teknik Probing ... 167 Gambar 4.25 Pola jawaban tipe 2 kelas TPS dan STAD Berbantuan

Teknik Probing ... 167 Gambar 4.26 Pola jawaban tipe 1 kelas TPS dan STAD Berbantuan


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 188

Lampiran 2 : Lembar Aktivitas Siswa ... 234

Lampiran 3 : Kisi-Kisi Soal Pretes Kemampuan Pemahaman Matematika ... 247

Lampiran 4 : Pretes Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa ... 248

Lampiran 5 : Kisi-Kisi Soal Pretes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 250

Lampiran 6 : Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 251

Lampiran 7 : Kunci (Alternatif) Jawaban Pretes Kemampuan Pemahaman... 253

Lampiran 8 : Kunci Alternatife Jawaban Pre-Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 255

Lampiran 9 : Tes Kemampuan Pemahaman Matematik ... 257

Lampiran 10 : Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 259

Lampiran 11 : Kunci (Alternatif) Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman ... 261

Lampiran 12 : Kunci Alternatife Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 263

Lampiran 13 : Kisi- Kisi Respon Siswa Terhadap Teknik Probing dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ……….265

Lampiran 14 : Kisi- Kisi Respon Siswa Terhadap Teknik Probing dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 268

Lampiran 15 : Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 271

Lampiran 16: Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 273

Lampiran 17 : Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 280

Lampiran 18 : Hasil Instrumen Penelitian Pretes Kemampuan Pemahaman Kelas TPS ... 319

Lampiran 19 : Hasil Instrumen Penelitian Pretes Kemampuan Pemahamanmatematika Kelas STAD ... 322

Lampiran 20 : Hasil Instrumen Penelitian Pretes Kemampuan Komunikasi Kelas TPS ... 325

Lampiran 21 : Hasil Instrumen Penelitian Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas STAD ... 328


(18)

xvi

Lampiran 22 :Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Postes Kemampuan

Pemahaman Matematika Kelas TPS ... 331 Lampiran 23 :Hasil Instrumen Penelitian Kemampuan Pemahaman

Matematika Kelas STAD ... 334 Lampiran 24 :Hasil Instrumen Penelitian Postes Kemampuan Komunikasi

Kelas TPS ... 337 Lampiran 25 :Hasil Uji Instrumen Penelitian Postes Kemampuan Komunikasi

Matematika Kelas STAD ... 340 Lampiran 26. :Tabel X^2_Hitung Postes Kemampuan Pemahaman

Matematik TPS ... 343 Lampiran 27. :Tabel X^2_Hitung Postes Kemampuan Pemahaman

Matematik STAD ... 344 Lampiran 28 :Tabel X^2_Hitung Postes Kemampuan Komunikasi

Matematik TPS ... 345 Lampiran 29 :Tabel X^2_Hitung Postes Kemampuan Komunikasi

Matematika Kelas STAD ... 346 Lampiran 30 :Perhitungan Gain Kemampuan Pemahaman Siswa

Di Kelas TPS ... 347 Lampiran 31 :Perhitungan Gain Kemampuan Pemahaman Siswa

Di Kelas STAD ... 350 Lampiran 32 :Perhitungan Gain Kemampuan Komunikasi Siswa

Di Kelas TPS ... 353 Lampiran 33 :Perhitungan Gain Kemampuan Komunikasi Siswa

Di Kelas STAD ... 356 Lampiran 34 :Respon Siswa Terhadap Teknik Probing Dalam Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS ... 359 Lampiran 35 :Respon Siswa Terhadap Teknik Probing Dalam Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD ... 360 Lampiran 36 :Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Guru ... 361


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan terarah dan mempunyai sasaran yang sangat kompleks. Hal ini seperti dinyatakan dalam UU Sisdiknas (2003: 1) “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Tujuan utama diselenggarakan proses belajar adalah berhasilnya siswa dalam belajar, baik pada suatu mata pelajaran tertentu maupun pendidikan pada umumnya. Berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mulai dari penyempurnaan kurikulum, penyesuaian materi pelajaran, dan metode belajaran terus dilakukan sehingga benar-benar tercipta sebuah terobosan pem-belajaran yang cocok dengan kondisi siswa di lapangan.

Matematika sebagai ilmu dasar mempunyai peranan penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, ini seperti dinyatakan dalam kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006, bentuk tujuan pembelajaran matematika adalah :

1. Melatih cara berpikir dalam bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, mengekplorasi, ekspresi, mewujudkan kesamaan perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.


(20)

2

2. Mengembangkan aktifitas kreatif, yang melibatkan imajinasi, dan penemuan, dapat mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomuni- kasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Hal ini sejalan dengan tujuan umum pembelajaran matematika yang diru- muskan National Council of Teacher of Mathematics (2000) yaitu : (1) Belajar untuk komunikasi ( mathematical communication ); (2) Belajar untuk bernalar (mathematical reasioning); (3) Belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving ); (4) Belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); (5) Pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitutes towart matematics), (Somakim, 2010: 32).

Sementara kenyataan di lapangan banyak siswa cenderung tidak menyenangi matematika, bahkan menganggap matematika itu ibarat monster yang menakutkan, seperti dinyatakan Asrori (2008: 241) seperti berikut :

Pelajaran matematika seringkali sulit dirasakan oleh siswa sehingga cenderung tidak disenangi anak. Bahkan tidak jarang anak memandang matematika sebagai momok yg menakutkan, meskipun ada sebagian siswa yang menyenangi atau bahkan justru “ jagoan” dibidang matematika tetapi selalu saja ada siswa yang menganggap matematika itu ibarat “monster” yang menakutkan. Akibatnya tidak sedikit siswa yang malas untuk mempelajari matematika dan akhirnya menjadi siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Saragih (2011: 3) yakni : “ Sementara itu, tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan, menyeramkan dan bahkan menakutkan. Banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini jelas sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan matematika kedepan. Oleh karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi prioritas utama”.


(21)

3

Fenomena tersebut diungkapkan juga oleh Rusefendi (Ansari, 2009: 2) “ Bahwa bagian terbesar dari matematika yang dipelajari siswa disekolah tidak diperoleh melalui ekplorasi matematika, tetapi melalui pemberitahuan. Kenyataan dilapangan juga menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat siswa pasif (product orientid education)”. Selanjutnya Ansari (2009: 2) mengemukakan beberapa komentar tentang kondisi persekolahan juga datang dari berbagai praktisi yang umumnya mengemukakan bahwa merosotnya pemahaman matematika dikelas antara lain karena: (a) dalam mengajar guru sering mencontohkan bagaimana menyelesaikan soal ; (b) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematika, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri; (c) pada saat mengajar matematika guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh, soal dan latihan.

Berdasarkan uraian diatas kemampuan pemahaman matematika adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hapalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan, memahami keterkaitan antar konsep dan memberi arti. Untuk dapat memenuhi hubungan antara bagian matematika, antara satu konsep dengan konsep lain seharusnya saling terkait karena kemampuan pemahaman siswa pada topik tertentu menuntut pemahaman pada topik sebelumnya. Oleh karena itu dalam belajar matematika siswa harus memahami


(22)

4

terlebih dahulu makna dan penurunan konsep, prinsip, hukum, aturan dan rumusan yang diperoleh.

Berdasarkan penjajakan lapangan pembelajaran matematika ditemukan masih secara konvensional, drill atau bahkan ceramah . Masih banyak guru yang menggunakan paradigma lama yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered), bukan berpusat pada siswa (student centered). Hal ini patut diduga membuat siswa pasif, tegang, dan mengakibatkan merosotnya kemampuan pemahaman matematika siswa.

Kemampuan pemahaman matematika siswa sangat rendah, hal ini dapat terlihat dari hasil tes yang dilakukan penulis, terhadap siswa yang baru masuk dikelas X SMAN 5 Binjai T.P 2010/2011 terungkap bahwa sangat banyak siswa yang tidak memahami konsep operasi perhitungan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Setyono (2010: 7) “Jika anda tanyakan -25 + 29 setelah dua atau tiga kali menjawab baru benar? Bukankah itu materi untuk anak SD? Yang mengherankan saya adalah mengapa anak seperti itu sampai SMU. Ajaibnya lagi banyak anak seperti itu yang lulus SMU!”

Begitu juga apabila diperhatikan hasil try-out bidang studi matematika siswa kelas XII SMA Negeri 5 Binjai TP 2010/2011 hasilnya sangat memprihatinkan, dimana dari 287 siswa hanya 5% yang mencapai skor diatas 6 . Hal yang hampir sama terjadi di SMA Negeri 7 Binjai, dimana dari 220 siswa TP 2010/2011 yang mengikuti try-out bidang studi matematika hanya 4% yang mencapai skor diatas 6.


(23)

5

Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang dilakukan penulis di SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 7 Binjai serta wawancara dengan rekan guru di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa pada umumnya siswa kurang terampil dalam melaksanakan operasi perhitungan, menginterpretasikan ide yang dinyatakan dengan gambar dalam bahasa sendiri, menemukan dan menyatakan inti pembelajaran. Penulis telah melakukan uji coba tes terhadap siswa kelas X SMA Negeri 5 Binjai untuk melihat kemampuan pemahaman matematika siswa tersebut, yaitu soal menyelesaikan grafik fungsi kuadrat. Namun pada umumnya siswa tidak mampu menyelesaikan soal fungsi kuadrat dengan bahasa sendiri dengan tepat dan benar begitu juga dalam menginterpretasi ide yang dinyatakan dalam soal. Adapun persoalan kemampuan pemahaman yang diajukan kepada siswa adalah Gambarkan grafik fungsi kuadrat y = - �2 + 9 dengan terlebih dahulu menentukan titik potong terhadap sumbu koordinat, sumbu simetri dan titik puncak! Dari jawaban yang diperoleh 30 % siswa tidak dapat memahami cara menentukan titik potong dengan sumbu koordinat, sumbu simetri dan titik puncak, 50 % siswa memahaminya tetapi terkendala dalam memahami konsep perhitungannya sehingga jawaban siswa cendrung tidak sempurna, hanya 20 % siswa yang menjawab dengan sempurna. Dari penjelasan diatas dapat terlihat siswa mengalami kesulitan mengartikan simbol matematika ke dalam bahasa sendiri (translasi), menggambar grafik fungsi dari persamaan fungsi yang diberikan (interpretasi) dan meramalkan arah penyelesaian soal (Ekstrapolasi).

Setelah kemampuan pemahaman diperoleh maka tuntutan selanjutnya bagi siswa adalah memiliki kemampuan komunikasi yaitu kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika,


(24)

6

menjelaskan ide, situasi secara lisan dan tulisan, mendengarkan, berdiskusi, menulis tentang matematika, membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, membuat konjektur, menjelaskan dan membuat pertanyaan yang sedang dipelajari (Sumarmo, 2005: 7).

Mengapa kemampuan komunikasi itu penting untuk dimiliki oleh siswa, Baroody (Ansari, 2004: 4) mengungkapkan sedikitnya ada dua alasan untuk menjawab betapa pentingnya kemampuan komunikasi dimiliki oleh siswa. Pertama, matematika adalah bahasa, artinya matematika bukan hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, akan tetapi matematika merupakan perangkat yang tak dapat dinilai, karena dapat mengkomunikasikan berbagai jenis ide secara jelas dan ringkas. Kedua, belajar matematika merupakan kegiatan sosial; artinya, sebagai aktifitas sosial dalam pembelajaran matematika sehingga tercipta wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Namun kenyataannya kemampuan komunikasi matematika siswa juga masih rendah. Siswa kurang mampu berkomunikasi untuk menyampaikan ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan pendapat orang lain. Bahkan tidak jarang mereka tidak mampu mengkomunikasikan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari beberapa soal.

Penulis juga telah mengadakan uji coba untuk melihat kemampuan komunikasi matematika siswa, penulis membuat 1 soal komunikasi matematika yaitu soal aplikasi fungsi kuadrat. Adapun soal yang menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah dapat dilihat dari salah satu persoalan berikut: Kawat ram yang panjangnya 100 m akan digunakan untuk


(25)

7

memagari kandang ayam. Kandang ayam tersebut berbentuk persegi panjang yang salah satu sisinya adalah tembok. Tentukan model matematika yang berkaitan dengan masalah tersebut agar diperoleh luas kandang ayam maksimal, dan tentukan luas maksimalnya! Dari masalah diatas terlebih dahulu siswa dapat menghubungkan masalah secara lisan maupun tulisan melalui gambar untuk memudahkan siswa menyelesaikan persoalan. Misalnya sesuai dengan gambar diatas yaitu sketsa kandang ayam tersebut sebagai berikut:

Tembok

y

x

Kemudian melalui gambar diharapkan siswa dapat memikirkan langkah seterusnya yaitu menginterpretasi dan mengevaluasi idea-idea, simbol dan informasi matematika atau menyatakan situasi yang ada dalam permasalahan ke dalam model matematikanya, menyusun prosedur penyelesaian yaitu luas kandang ayam maksimum. Tetapi siswa jarang memulai pekerjaannya dengan menuangkan informasi atau data ke dalam bentuk gambar, pembuatan model matematika sehingga dalam penyelesaiannya banyak siswa yang terkendala. Dari persoalan diatas terlihat kekurang mampuan siswa menulis jawaban dari jawaban permasalahannya (menulis matematik), menulis gambar secara lengkap dan benar (menggambar matematik), memodelkan matematika dengan benar, melakukan perhitungan dan solusi secara lengkap dan benar (ekspresi matematik). Selanjutnya dari 32 siswa yang hadir pada saat tes berlangsung, jumlah siswa yang menginterpretasi soal ke dalam bentuk gambar adalah 16 orang atau 50 %


(26)

8

dari jumlah siswa, menemukan pola dan memodelkan matematika ada 8 orang atau 25 %, menyelesaikan model dan luas maksimum 4 orang atau 12,5 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri 5 Binjai sangat rendah.

Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan pemahaman dan kemampuan komunikasi matematika siswa akibat pembelajaran selama ini belum menjadikan komunikasi matematika sebagai tujuan pembelajaran. Padahal kenyataan menunjukkan kemampuan komunikasi merupakan hal yang sangat esensial dalam kehidupan sehari-hari, seperti dinyatakan pearson dan velson

(dalam Mulyana, 2007: 25) bahwa berkomunikasi bertujuan untuk (1) Kelangsungan hidup sendiri yang meliputi: Keselamatan fisik, meningkatkan

kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi, (2) Kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan suatu keberadaan masyarakat. Artinya bahwa komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan dunia. Bila komunikasi berjalan efektif maka arus informasi berjalan lancar sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan. Kegagalan komunikasi dalam kehidupan dapat berakibat fatal. Baik secara individu maupun sosial. Secara individu kegagalan komunikasi menimbulkan frustrasi, demoralisasi, alienasi dan penyakit jiwa. Secara sosial kegagalan komunikasi menghambat saling pengertian, kerjasama, toleransi dan merintangi pelaksanaan norma-norma agama.

Menyadari kenyataan di lapangan bahwa kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa masih tergolong rendah maka betapa pentingnya


(27)

9

teknik pembelajaran yang mampu memberikan rangsangan kapada siswa agar siswa menjadi aktif. Siswa aktif disini diartikan siswa mampu dan berani mengemukakan ide, menjelaskan masalah, bertukar pikiran dengan teman dan mencari alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan efektif dalam menyampaikan suatu materi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Riyanto (2010: 21) bahwa “ Hal ini mengarahkan kita bahwa sebagai seorang profesional, maka kita mempunyai tugas untuk memilih dan menentukan metode apa yang dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian bahan ajar agar dapat diterima dengan mudah oleh siswa”. Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membimbing murid-muridnya amat dituntut, jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesional dalam melaksanakan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya yang berkualitas akan tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Asrori (2007: 15) “ Pada aspek inovasi pembelajaran, guru perlu memiliki keinginan untuk senantiasa mengubah, mengembangkan, meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu menghasilkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya”.

Dalam paradigma baru pembelajaran peran guru bukan lagi sebagai penyampai informasi tetapi merupakan pemberi semangat belajar dan fasilitator, guru harus memberikan kesempatan peran maksimal kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sullivan (Ansari, 2004: 3), bahwa peran dan tugas guru sekarang adalah memberikan kesempatan belajar maksimal pada siswa, memberikan kebebasan berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengarkan ide temannya.


(28)

10

Proses pembelajaran matematika dapat digunakan dengan berbagai metode, salah satu metode pembelajaran adalah pembelajaran melalui metode tanya jawab. Guru berfungsi merangsang siswa untuk berpikir, sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009: 23) Dapat anda rasakan, pembelajaran akan sangat membosankan manakala selama berjam-jam guru menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancingan atau pertanyaan untuk mengajak siswa berfikir. Oleh karena itu dalam setiap proses pembelajaran, strategi pembelajaran apapun yang digunakan bertanya merupakan bagian yang selalu merupakan bagian yang tak terpisahkan. Selanjutnya Sagala (2005: 28) mengatakan dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk (1). menggali informasi baik administrasi maupun akademis, (2). mengecek pemahaman siswa, (3). membangkitkan respon siswa, (4). mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa, (5). mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6). memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7). untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan (8). untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (Suparno, 2000: 21), bahwa Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa dapat merangsang pemikiran dan mengembangkan skema pengetahuan awal yang ia miliki terhadap pengalaman baru sehingga dapat terjadi suatu proses asimiliasi. Seandainya dalam menghadapi pertanyaan atau situasi baru diluar skema yang ia miliki tidak bisa

mengasimilasikannya, maka siswa tersebut akan mengalami dua hal: (1) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru, atau


(29)

11

proses itulah yang dikenal dengan akomodasi. Dalam perkembangan kognitif antara asimilasi dan akomodasi perlu terjadi keseimbangan, seandainya telah mencapai keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi ini disebut ekuilibrium. Dengan demikian kemampuan siswa akan setingkat lebih baik dari kemampuan awal yang ia miliki. Apabila ini terus dilakukan secara sistematis akan mengakibatkan kemampuan siswa jauh lebih meningkat dibanding dengan kemampuan awalnya. Teknik membimbing dengan serangkaian pertanyaan seperti demikian disebut teknik probing.

Pembelajaran teknik probing dapat mengembangkan semua jenis pertanyaan. Baik pertanyaan tingkat rendah seperti pertanyaan ingatan kognitif dan konvergen maupun pertanyaan tingkat tinggi seperti pertanyaan divergen dan evaluasi. Pertanyaan dalam pembelajaran dengan teknik probing memungkinkan siswa berfikir secara optimal, dan juga bisa meningkatkan perkembangan skema awal yang ia miliki menjadi skema baru yang lebih baik melalui pengalaman belajar yang ia alam. Ini sejalan dengan pendapat Wijaya (dalam Murtini, 2009 ) teknik probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan suatu seri pertanyaan untuk membimbing pembelajar/siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru.

Suyatno (2008) teknik probing merupakan suatu teknik membimbing dengan cara mengajukan seri pertanyaan. Dengan demikian teknik probing merupakan suatu cara bertanya guru kepada siswa dengan harapan bisa menggiring siswa pada pemahaman yang di harapkan.


(30)

12

Pertanyaan yang diajukan oleh guru bisa berupa pertanyaan terbuka atau pertanyan tertutup. Pertanyaan tertutup adalah jenis pertanyaan yang memiliki jawaban tertentu (biasanya satu jawaban). Sedangkan pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang jawabannya bisa berbeda (lebih dari satu jawaban).

Pertanyaan yang diajukan oleh guru dan diselesaikan secara berkelompok, memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa sekelompok dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan oleh teman sekelompok bisa saja menjadi suatu pengalaman baru dalam skema siswa yang lain bahkan bagi dirinya sehingga dengan proses share terjadi juga proses asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium pengetahuan siswa. Seandainya ini dilanjutkan terus ketahap antara siswa, antar kelompok dan antara siswa dengan guru, sedemikian terjadi proses pertanyaan multi arah dan pertanyaan-pertanyaan diajukan secara sistematis dan terarah terhadap topik yang kita hadapi, tentu saja akan memungkinkan proses pemahaman dan kemampuan komunikasi matematika siswa lebih meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukadi (2006: 29) :

Suasana belajar mengajar tidak efektif apabila pola komunikasi yang terjadi hanya searah, yakni dari guru kepada siswa. Menurut pandangan modren, efektivitas pembelajaran sangat ditentukan oleh pola komunikasi multi trafic (multi trafic communication). Dalam pola komunikasi multi trafic ini, komunikasi terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

Suatu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Think-Pair-Share (Berfikir–berpasangan-berbagi). Dan model pembelajaran Student Team Avhievement Division (STAD).


(31)

13

Think - Pair – Share (TPS) Merupakan pembelajaran kooperatif yang memberikan banyak waktu siswa untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Langkah-langkahnya guru memberikan persoalan atau isu dan siswa diminta untuk memikirkannya (Think) secara mandiri kemudian siswa diminta untuk berpasangan dan mendiskusikan isu tersebut (Pair), setelah itu beberapa pasang diminta untuk mengkomunikasikan apa yang mereka diskusikan pada teman-teman lain (share), (Ansari, 2009: 65).

Selanjutnya Mahmuddin (2009) menyatakan:

Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan idea-idea orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji idea dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berfikir sehingga bermamfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.

Student Team Achievement Devision (STAD) merupakan pembelajaran kooperatif yang memungkinkan meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa, seperti dinyatakan (Sanjaya, 2008: 234). Salah satu mamfaat pembelajaran kooperatif ini adalah terjadinya sharing proses antar siswa. Bentuk sharing ini bisa berupa curah pendapat, saran kelompok, kerjasama dalam kelompok, Presentasi kelompok dan feedback dari guru sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan pikirannya baik secara lisan maupun tulisan. Selanjutnya seperti dinyatakan (Widyantini: 7) Alasan dipilih pembahasan pembelajaran kooperatif tipe STAD Karena pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu dapat digunakan untuk memberi pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi


(32)

14

tersebut telah dipersiapkan guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain”.

Berdasarkan latar belakang masalah serta melihat karakteristik siswa-siswi SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 7 Binjai penulis tertarik membandingkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematika Siswa SMAN Kota Binjai Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dan STAD Berbantuan Teknik Probing”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya konsep pemahaman matematika siswa.

2. Kemampuan komunikasi matematika siswa rendah, siswa kurang memahami konsep matematika.

3. Dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi matematika belum sepenuhnya dikembangkan seperti kompetensi lainnya.

4. Respon yang diberikan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan adalah respon negatif.

5. Aktivitas aktif siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah. 6. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika belum

sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan.

7. Pembelajaran matematika yang dilakukan kurang relevan dengan karekteristik pembelajaran matematika.


(33)

15

1.3 Batasan Masalah

Melihat banyaknya permasalahan dalam pembelajaran matematika, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan. Maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan pemahaman matematika siswa. 2. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa.

3. Pelaksanaan pembelajaran matematika yang kurang sesuai dengan karekteristik dan tujuan pembelajaran matematika.

4. Efektivitas teknik probing dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS. 5. Efektivitas teknik probing dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. 6. Materi pembelajaran yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

pokok bahasan fungsi kuadrat.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan antara peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa SMA yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing.

2. Apakah ada perbedaan antara peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing.


(34)

16

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap proses pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing? 4. Bagaimana ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran kooperatif

tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan teknik probing?

5. Bagaimana bentuk proses penyelesaian masalah siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian adalah :

1. Menelaah apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa SMA yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing.

2. Menelaah apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing.

3. Mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing. 4. Mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran

kooperatif tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan teknik probing.

5. Mengetahui proses penyelesaian masalah siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.


(35)

17

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang menyeluruh baik terhadap peneliti, siswa, institusi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, adapun manfaat yang diharapkan adalah :

1. Bagi peneliti, melatih kemampuan melaksanakan penelitian serta memperluas pemahaman peneliti tentang teknik-teknik pembalajaran dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika.

2. Bagi siswa, dengan model pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan siswa lebih terbantu untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi di kalangan siswa.

3. Bagi institusi pendidikan, menjadi bahan masukan bagi guru-guru matematika agar lebih memperhatikan sistim pengajaran sehingga menimbulkan interaksi positif dalam kelas.

4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris yang dapat mendukung kajian secara teoritis manakah diantara pembelajaran kooperatif tipe TPS atau STAD dengan menggunakan teknik probing yang paling tepat diterapkan dalam

pembelajaran.

1.7 Defenisi Operasional

1. Teknik probing dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan cara mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa baik pertanyaan kognitif, konvergen maupun divergen, evaluatif, dan apabila siswa mengalami kebuntuan menjawab, guru membimbing melalui pertanyaan-pertanyaan


(36)

18

yang jawabannya bisa memberi petunjuk kebuntuan jawab. Dengan harapan siswa bisa mengembangkan daya pikirnya.

2. Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-Share (TPS) adalah model pembelajaran kooperatif dengan tiga tahap pembelajaran yang terdiri dari tahap Think (berfikir secara mandiri beberapa saat), tahap Pair (mendiskusikan secara berpasangan apa yang didapat pada tahap think dan tahap Share (beberapa pasangan diminta berbagi dengan seluruh kelas apa yang telah mereka diskusikan).

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kerjasama yang terdiri dari beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang, yang diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan motivasi, mengajukan masalah, berdiskusi, persentase kelompok dan diakhiri dengan evaluasi individu dan memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan rata- rata nilai evaluasi individu tiap kelompok. 4. Kemampuan pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi

pemahaman interpretasi (pemberian arti), translasi (pengubahan), dan ekstrapolasi (meramalkan).

5. Kemampuan komunikasi matematik yang dimaksud dalam penelitian ini hanya mencakup; (1) menuliskan matematik, (2) menggambar matematik, (3) Ekspresi matematik.

6. Respon siswa dalam pembelajaran TPS adalah pendapat siswa terhadap kegiatan teknik probing dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS, yakni sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Respon


(37)

19

siswa diukur dengan menggunakan instrumen respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

7. Respon siswa dalam pembelajaran STAD adalah pendapat siswa terhadap kegiatan teknik probing dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, yakni sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Respon siswa diukur dengan menggunakan instrumen respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

8. Ketuntasan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang siswa menguasai kompetensi minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran atau pencapaian skor minimal KKM yaitu nilai 65. Sedangkan keberhasilan kelas dicapai apabila 80 % siswa mencapai nilai minimal KKM.

9. Proses penyelesaian masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah variasi dan pola penyelesaian soal post test kemampuan pemahaman dan kemampuan komunikasi matematik siswa.


(38)

180

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematika SMA yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing. Gain siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan teknik probing 0,64 dan gain siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing 0,70. Rata-rata gain kemampuan interpretasi dan translasi matematik siswa yang diajar melalui pembelajaran kooperatit tipe TPS maupun tipe STAD berbantuan teknik probing adalah sama, sedangkan kemampuan ekstrapolasi berbeda.

2. Ada perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing. Rata-rata gain siswa yang mendapat pembelajaran melalui model kooperatif tipe TPS berbantuan teknik probing sebesar 0,66 sedangkan gain siswa yang mendapat pembelajaran melalui model koperatif tipe STAD 0,69. Rata-rata gain kemampuan menggambar dan ekspresi matematik siswa yang diajar melalui


(39)

181

pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan STAD berbantuan teknik probing adalah sama, sedangkan kemampuan menulis matematik berbeda.

3. Hasil angket menunjukkan respon siswa positif terhadap proses pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing.

4. Ketuntasan belajar secara klasikal yang ditekankan pada kemampuan pemahaman matematika dan kemampuan komunikasi matematik melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan teknik probing dan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan teknik probing tercapai. 5. Pola jawaban siswa yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbantuan tehnik probing lebih bervariasi dibandingkan dengan pola jawaban siswa yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan tehnik probing.

5.2. SARAN

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan maka disarankan beberapa hal berikut :

1. Guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan – gagasan dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa dengan cara mereka sendiri sehingga dalam belajar matematika mereka lebih berani berargumentasi, lebih percara diri dan kreatif.

2. Teknik probing dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS maupun STAD dapat dijadikan alternatif pembelajaran karena dapat meningkatkan


(40)

182

kemampuan perubahan dan komunikasi matematika siswa secara signifikan dan mendapat respon positif dari siswa.

3. Bagi semua pihak sebagai pemerhati pendidikan diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif pada dunia pendidikan serta memberikan manfaat sebagai salah satu referensi dalam usaha meningkatkan kualitas hasil belajar siswa .

4. Bagi semua pihak yang menjadi peneliti disarankan untuk dapat mengembangkan lebih lanjut penelitian ini melalui penelitian yang relevan misalnya peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi dengan tehnik probing dalam tipe pembelajaran kooperatif lainnya.

5. Penelitian ini terbatas pada pokok bahasan fungsi kuadrat dan sampel SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 7 Binjai, untuk itu perlu dilaksanakan penelitian pada pembahasan lainnya serta jenjang dan sekolah lain.


(41)

183

DAFTAR PUSTAKA

Armanto,D. 2011.Tips Bertanya di Kelas PMRI. (online) http:www.pmr or.id/majalah/index files/page0012.htm.diakses pada 11 Maret 2011 Arikunto, S. 2003. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara Ansari, B I. 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh:

Yayasan Pena Banda Aceh

Ardhi, P. 2011. Pengukuran Tingkat Kesukaran Soal Uraian. (online) . http://pakarbelajar .blogspot.com/2011/03/assalamualaikum-wr.html,

diakses pada 15 Juni 2011

Asmin, 2007. Penilaian Hasil Belajar. Medan: Tidak diterbitkan Asrori, M. 2007. Penelitian Tidakan Kelas. Bandung: Wacana Prima Asrori, M . 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima

Bacmand, E. 2005. Metode Belajar Berfikir Kritis Dan Inovatif . Jakarta : Prestasi Pustakarya

Bakhtiar,A. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Bachman, E. 2005. Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Depdiknas. 2003.Undang-Undang R.I. No 23. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2009. Materi diklat / bimtek ktsp SMA tahun 2009. Jakarta: Depdiknas.

Hasratuddin. 2008. Pembelajaran Matematika Kompeten Meningkatkan Keterampilan Berpikir dan Kecerdasan Emosional. (online) http://hasratuddin.blogspot.com/ diakses pada 11 Maret 2011

Hasratuddin. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik. Medan : Paradikma jurnal pendidikan matematika.

Herdian. 2010.Kemampuan Pemahaman Matematika. (online) http;//herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan pemahaman – matematis . Diakses pada 15 Februari 2011.

Hoetomo, M,A. 2005. Kamus lengkap Inggris –Indonesia. Surabaya : Mitra Pelajar.


(42)

184

Imelda. 2011 . Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Phair-Share (TPS) Dengan Media Sofhware Autograph untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematika Siswa. Tesis Unimed Medan. Tidak diterbitkan.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan Kecerdaskan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Johnson, L. 2005. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Terjemahan Dharyani 2009. Jakarta : Macana Jaya Cemerlang.

Khalim, K.2007.Penerapan Teknik Probing pada Pembelajaran Matematika

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Smp Negeri I Jatirogo. ( online) http:// eprints.umm.ac.id/10427. Diakses 12

Februari 2011.

Lestari, S .2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creatif PSolving(Cps) dengan Menggunakan Software Autograph. Medan Tesis Unimed. Tidak Diterbitkan.

Lubis, Z . 2005. Pendidikan Rekonstruksi Peradaban. Bandung: Ciptapustaka Media.

Mahmuddin .2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think - Pair- Share (TPS) (Online) htt :// mahmudin. wordpress. com/ 2009/ 12/23/ pembelajaran- kooperatif- tipe-think-pair-share-tps/. Diakses pada 20 Pebruari 2011 Marwanta, dkk. 2009. Matematika SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.

Mesra,E. 2009. Matematika itu Perlu Dipahami. (online) http://www.sma3 paya- kumbuh.com/index.php.Diakses 15 Januari 2011

Mulyana, D. 2010 . Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Musrofi. M . 2008. Melejidkan Potensi Otak. Yogjakarta : Pustaka Insan Madani. Murtini ,S. 2009. Kreativitas Teknik Probing. ( online ).http://eduarticles. com/

kreativitas- teknik-probing/ .Diakses 15 Januari 2011

Nofyanti. 2005 . Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Sub Pokok Bahasan Teorema Phytagoras dengan Metode Penemuan pada Siswa

Kelas II SMP Negeri I Salapian Tahun Pelajaran 2004/2005. Medan Skripsi unimed. Tidak diterbitkan.


(43)

185

Rbaryans. 2007. Kemampuan Membaca dalam Pembelajaran Matematika.(Online) http://rbaryans. wordpress. com/ 2007/ 04/25/ kemampuan-membaca-dalam-pembelajaran-matematika. Diakses pada 15 Maret 2011.

Rezeki. 2010. Keefektifan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think – Phair– Share (TPS) dan Student Team Achievement Division (STAD) Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Materi Pokok Persamaan Garis Lurus. (0nline) http:eprints. UNY.ac.ad/2180 /1/keefektifan metode pembelajaran kooperatif.pdf. Diakses pada 20 Maret 2011

Riyanto, Y .2010 . Paradikma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Ruseffendi, E.T . 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Santoso, G.R. 2004. Statistika.Yogjakarta : Andi

Saragih, S. 2011. Menumbuh Kembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positip Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik. (online) www. Scribd. Com/ doc /46749184/aretical. Diakses pada 15 April 2011.

Setyono. A. 2010. Mathemagics Cara Jenius Belajar Matematika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sinaga, B. 2010. An Analysis Of Interaction and Mathematical Communication of High School Student In Jigsaw Cooperative Learning. Medan : Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika

Sobel, A.M & Malettsky. M.E.1999. Mengajar Matematika Sebuah Sumber Buku Alat Peraga, Aktivitas Dan Strategi . Terjemahan Suyono 2004. Jakarta : Erlangga.

Soedarsono, S. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa . Jakarta : Elex Media Komputindo.

Somakim. 2010. Mengembangkan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Matematika. Medan: Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika

Sopandi, A. 2010. Indeks Gain. (online). Http://blog.matematika.us /2010/05/ indeks-gain.html,Diakses pada 25 September 2011.


(44)

186

Spiegel, R.M.2000. Statistik Schaum Easy Outline. Terjemahan Gressando.J. 2004. Jakarta : Erlangga.

Sriwedari, T. 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD dan TPS Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis , Ketrampilan Proses, dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I malang. (0nline) . http :// karya ilmiah. Um. Ac.id/index.php/disertasi /artcle/ view/11214 .Diakses pada 30 Maret2011

Sudarma, R. 2010. Be Alive Motivasion.Yogjakarta. Razan media press

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung : Alfabeta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya

Sukadi. 2006. Guru Power Full Guru Masa Depan, Bandung :Kolbu

Sumarmo, U. 2005, Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Hand Out Perkuliahan. PPS UPI Bandung.

Suparno, P. 2000, Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget.Yogyakarta : Kanisius.

Susilawati .2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD ) dan Stukural Tipe Think- Pair- Share (TPS) pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Sukoharjo, (online) http:// Pasca.uns.ac.id/?p=1393. Diakses pada 12 Marat 2011

Suyatno. 2008. Teknik Probing untuk Menguatkan Kapasitas Siswa (online). http://hgarduguru. blogspot. Com /2008/10 /teknik- probing- untuk Menguatkan.html. Diakses pada 15 Januari 2011

Thoha, C. M. 1990 Teknik Evaluasi Pendidikan Jakarta : Raja Grafindo Persada. Tim instruktur PLPG UNIMED .2009. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi

Guru Bidang Diklat Matematika SMA/SMK. Medan. Tidak diterbitkan. Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI

Bandung : Penerbit JICA

Trianto . 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif Progresif . Jakarta : Ken- cana Prenada Media Group.


(45)

187

Walle, John A. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pembelajaran. Terjemahan oleh Suyono. 2006. Jakarta: Erlangga. Widiyantini. 2009. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelaja-

ran MatematikaSMP.(Online)http://p4tkmatematika.org/2009/04/penera-

pan-pendekatan-kooperatif-stad-dalam-pembelajaran-matematika-smp/.Diakses pada 13 Februari 2011.


(1)

kemampuan perubahan dan komunikasi matematika siswa secara signifikan dan mendapat respon positif dari siswa.

3. Bagi semua pihak sebagai pemerhati pendidikan diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif pada dunia pendidikan serta memberikan manfaat sebagai salah satu referensi dalam usaha meningkatkan kualitas hasil belajar siswa .

4. Bagi semua pihak yang menjadi peneliti disarankan untuk dapat mengembangkan lebih lanjut penelitian ini melalui penelitian yang relevan misalnya peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi dengan tehnik probing dalam tipe pembelajaran kooperatif lainnya.

5. Penelitian ini terbatas pada pokok bahasan fungsi kuadrat dan sampel SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 7 Binjai, untuk itu perlu dilaksanakan penelitian pada pembahasan lainnya serta jenjang dan sekolah lain.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Armanto,D. 2011.Tips Bertanya di Kelas PMRI. (online) http:www.pmr or.id/majalah/index files/page0012.htm.diakses pada 11 Maret 2011 Arikunto, S. 2003. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara Ansari, B I. 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh:

Yayasan Pena Banda Aceh

Ardhi, P. 2011. Pengukuran Tingkat Kesukaran Soal Uraian. (online) . http://pakarbelajar .blogspot.com/2011/03/assalamualaikum-wr.html, diakses pada 15 Juni 2011

Asmin, 2007. Penilaian Hasil Belajar. Medan: Tidak diterbitkan Asrori, M. 2007. Penelitian Tidakan Kelas. Bandung: Wacana Prima Asrori, M . 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima

Bacmand, E. 2005. Metode Belajar Berfikir Kritis Dan Inovatif . Jakarta : Prestasi Pustakarya

Bakhtiar,A. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Bachman, E. 2005. Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Depdiknas. 2003.Undang-Undang R.I. No 23. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2009. Materi diklat / bimtek ktsp SMA tahun 2009. Jakarta: Depdiknas.

Hasratuddin. 2008. Pembelajaran Matematika Kompeten Meningkatkan

Keterampilan Berpikir dan Kecerdasan Emosional. (online)

http://hasratuddin.blogspot.com/ diakses pada 11 Maret 2011

Hasratuddin. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik. Medan : Paradikma jurnal pendidikan matematika.

Herdian. 2010.Kemampuan Pemahaman Matematika. (online) http;//herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan pemahaman – matematis . Diakses pada 15 Februari 2011.

Hoetomo, M,A. 2005. Kamus lengkap Inggris –Indonesia. Surabaya : Mitra Pelajar.


(3)

Imelda. 2011 . Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Phair-Share (TPS) Dengan Media Sofhware Autograph untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematika Siswa. Tesis Unimed Medan. Tidak diterbitkan.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan Kecerdaskan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Johnson, L. 2005. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Terjemahan Dharyani 2009. Jakarta : Macana Jaya Cemerlang.

Khalim, K.2007.Penerapan Teknik Probing pada Pembelajaran Matematika

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Smp Negeri I Jatirogo. ( online) http:// eprints.umm.ac.id/10427. Diakses 12

Februari 2011.

Lestari, S .2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creatif PSolving(Cps) dengan Menggunakan Software Autograph. Medan Tesis Unimed. Tidak Diterbitkan.

Lubis, Z . 2005. Pendidikan Rekonstruksi Peradaban. Bandung: Ciptapustaka Media.

Mahmuddin .2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think - Pair- Share (TPS) (Online) htt :// mahmudin. wordpress. com/ 2009/ 12/23/ pembelajaran- kooperatif- tipe-think-pair-share-tps/. Diakses pada 20 Pebruari 2011 Marwanta, dkk. 2009. Matematika SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.

Mesra,E. 2009. Matematika itu Perlu Dipahami. (online) http://www.sma3 paya- kumbuh.com/index.php.Diakses 15 Januari 2011

Mulyana, D. 2010 . Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Musrofi. M . 2008. Melejidkan Potensi Otak. Yogjakarta : Pustaka Insan Madani. Murtini ,S. 2009. Kreativitas Teknik Probing. ( online ).http://eduarticles. com/

kreativitas- teknik-probing/ .Diakses 15 Januari 2011

Nofyanti. 2005 . Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Sub Pokok Bahasan Teorema Phytagoras dengan Metode Penemuan pada Siswa

Kelas II SMP Negeri I Salapian Tahun Pelajaran 2004/2005. Medan Skripsi unimed. Tidak diterbitkan.


(4)

Rbaryans. 2007. Kemampuan Membaca dalam Pembelajaran Matematika.(Online) http://rbaryans. wordpress. com/ 2007/ 04/25/ kemampuan-membaca-dalam-pembelajaran-matematika. Diakses pada 15 Maret 2011.

Rezeki. 2010. Keefektifan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think – Phair– Share (TPS) dan Student Team Achievement Division (STAD) Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Materi Pokok Persamaan Garis Lurus. (0nline) http:eprints. UNY.ac.ad/2180 /1/keefektifan metode pembelajaran kooperatif.pdf. Diakses pada 20 Maret 2011

Riyanto, Y .2010 . Paradikma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Ruseffendi, E.T . 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Santoso, G.R. 2004. Statistika.Yogjakarta : Andi

Saragih, S. 2011. Menumbuh Kembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positip Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik. (online) www. Scribd. Com/ doc /46749184/aretical. Diakses pada 15 April 2011.

Setyono. A. 2010. Mathemagics Cara Jenius Belajar Matematika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sinaga, B. 2010. An Analysis Of Interaction and Mathematical Communication of High School Student In Jigsaw Cooperative Learning. Medan : Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika

Sobel, A.M & Malettsky. M.E.1999. Mengajar Matematika Sebuah Sumber Buku Alat Peraga, Aktivitas Dan Strategi . Terjemahan Suyono 2004. Jakarta : Erlangga.

Soedarsono, S. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa . Jakarta : Elex Media Komputindo.

Somakim. 2010. Mengembangkan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Matematika. Medan: Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika

Sopandi, A. 2010. Indeks Gain. (online). Http://blog.matematika.us /2010/05/ indeks-gain.html,Diakses pada 25 September 2011.


(5)

Spiegel, R.M.2000. Statistik Schaum Easy Outline. Terjemahan Gressando.J. 2004. Jakarta : Erlangga.

Sriwedari, T. 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD dan TPS Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis , Ketrampilan Proses, dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I malang. (0nline) . http :// karya ilmiah. Um. Ac.id/index.php/disertasi /artcle/ view/11214 .Diakses pada 30 Maret2011

Sudarma, R. 2010. Be Alive Motivasion.Yogjakarta. Razan media press

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung : Alfabeta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya

Sukadi. 2006. Guru Power Full Guru Masa Depan, Bandung :Kolbu

Sumarmo, U. 2005, Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Hand Out Perkuliahan. PPS UPI Bandung.

Suparno, P. 2000, Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget.Yogyakarta : Kanisius.

Susilawati .2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD ) dan Stukural Tipe Think- Pair- Share (TPS) pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Sukoharjo, (online) http:// Pasca.uns.ac.id/?p=1393. Diakses pada 12 Marat 2011

Suyatno. 2008. Teknik Probing untuk Menguatkan Kapasitas Siswa (online). http://hgarduguru. blogspot. Com /2008/10 /teknik- probing- untuk Menguatkan.html. Diakses pada 15 Januari 2011

Thoha, C. M. 1990 Teknik Evaluasi Pendidikan Jakarta : Raja Grafindo Persada. Tim instruktur PLPG UNIMED .2009. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi

Guru Bidang Diklat Matematika SMA/SMK. Medan. Tidak diterbitkan. Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI

Bandung : Penerbit JICA

Trianto . 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif Progresif . Jakarta : Ken- cana Prenada Media Group.


(6)

Walle, John A. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pembelajaran. Terjemahan oleh Suyono. 2006. Jakarta: Erlangga. Widiyantini. 2009. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelaja-

ran MatematikaSMP.(Online)http://p4tkmatematika.org/2009/04/penera-

pan-pendekatan-kooperatif-stad-dalam-pembelajaran-matematika-smp/.Diakses pada 13 Februari 2011.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN THINK PAIR SHARE (TPS).

0 4 44

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI FAKTORISASI ALJABAR KELAS VIII SMP CERDAS MURNI TEMBUNG.

2 7 29

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI 6 PADANGSIDIMPUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) BERBANTUAN AUTOGRAPH.

0 5 32

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII ASMP Muhammadiyah 7 Suraka

0 1 17

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII ASMP Muhammadiyah 7 Suraka

0 2 13

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

0 2 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-FAIR-SHARE (TPS) DENGAN MEDIA SOFTWARE AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA.

0 1 38

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 47

View of PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SMP PGRI PAMANUKAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

0 0 8