Pengaruh penerapan konsep Good Corporate Governance terhadap kinerja non-keuangan di Kantor Pusat PT Asuransi Jasa Indonesia

PENGARUH PENERAPAN KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA NON-KEUANGAN DI KANTOR PUSAT PT
ASURANSI JASA INDONESIA

IRVIAN SYAHBANI IRWONDY

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan
dalam naskah saya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Konsep Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Non-Keuangan di Kantor Pusat PT Asuransi Jasa
Indonesia” merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri. Naskah ini
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada jurnal atau penerbit mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir naskah ini.

Bogor, 2014

Irvian Syahbani Irwondy
NIM . H24124009

ABSTRAK

IRVIAN SYAHBANI IRWONDY. Pengaruh Penerapan Konsep Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Non-Keuangan di Kantor Pusat PT Asuransi Jasa
Indonesia. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS
Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik
menjelaskan hubungan antara berbagai unsur dalam perusahaan yang menentukan
kinerja perusahaan. Dengan penerapan GCG didalam perusahaan, maka
perusahaan mengharapkan adanya perbaikan kinerja, baik secara keuangan
maupun non-keuangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana mengkaji penerapan konsep GCG dan kinerja PT Asuransi Jasa indonesia

dan bagaimana pengaruh GCG terhadap kinerja non-keuangan perusahaan.
Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil
analisis regresi linear berganda didapatkan bahwa penerapan konsep GCG secara
bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja PT Asuransi Jasa
Indonesia, prinsip Accountability berpengaruh nyata terhadap kinerja PT Asuransi
Jasa Indonesia dan koefisien determinasi (R2) adalah 0,187 (18,7%) menunjukan
penerapan konsep GCG masih kecil kontribusinya terhadap kinerja PT Asuransi
Jasa Indonesia.
Kata kunci: good corporate governance, kinerja.
ABSTRACT

IRVIAN SYAHBANI IRWONDY. Influence of Good Corporate Governance
Implementation towards PT Asuransi Jasa Indonesia Performance. Supervised by
H. MUSA HUBEIS
Good corporate governance defines a correlation of corporate‟s elements
which can determine the performance of the corporate. With the implementation
of GCG within the corporates, it hopes existence of corporate‟s performance
improvement in financial and non-financial sector. The purposes of this research
are to analyze how the implementation of GCG and performance of PT. Asuransi
Jasa Indonesia and how the GCG‟s influence towards corporate performance. The

analytical method that use in this research is multiple linear regression analysis.
Based on the result of multiple linear regression analysis shows the GCG
implementation not significantly effected to PT Asuransi Jasa Indonesia
performance. Accountability has significantly effected to PT Asuransi Jasa
Indonesia performance and R2 with 0,187 (18,7%) showed that GCG
implementation have a small contribution to PT Asuransi Jasa Indonesia
performance
Keywords: performance, good corporate governance.

PENGARUH PENERAPAN KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA NON-KEUANGAN DI KANTOR PUSAT PT
ASURANSI JASA INDONESIA

IRVIAN SYAHBANI IRWONDY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanauwata‟ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
Penelitian yang dipilih dalam penelitian yang diselesaikan sejak bulan April 2014
hingga bulan Agustus 2014 ini ialah Pengaruh Penerapan Konsep Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Non-Keuangan di Kantor Pusat PT
Asuransi Jasa Indonesia.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubies,
MS, DipL. Ing, DEA. selaku dosen pembimbing dan Bapak Deddy Cahyadi
Sutarman, STP, MM. Atas masukan yang diberikan. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada pihak PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) serta

kepada seluruh responden yang telah membantu selama proses penelitian.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas dukungan doa dan kasih sayang yang selalu menyertai penulis,
tidak lupa kepada teman-teman satu bimbingan skripsi, teman-teman Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen angkatan 10 dan sahabat-sahabat yang selalu
memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan penulis mohon
maaf apa bila dalam penelitian ini terdapat kekurangan.

Bogor, Oktober 2014

Irvian Syahbani Irwondy

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

Good Corporate Governance

4

Prinsip Good Corporate Governance


4

Kinerja Perusahaan

5

Penelitian Terdahulu yang Relevan

6

METODE

7

Kerangka Pemikiran

7

Lokasi dan Waktu Penelitian


8

Pengumpulan Data

9

Pengolahan dan Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Gambaran Umum Perusahaan

13

Stuktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia


13

Produk PT Asuransi Jasa Indonesia

14

Penerapan Konsep Good Corporate Governance

14

Analisis Deskriptif

16

Uji Validitas

18

Uji Reliabilitas


18

Uji Normalitas

19

Uji Multikolinearitas

19

Uji Heteroskedastisitas

20

Analisis Regresi Linear Berganda

21

Uji F

23

Uji t

23

Koefisien Determinasi

24

Implikasi Manajerial

25

SIMPULAN DAN SARAN

26

DAFTAR PUSTAKA

28

16

viii

DAFTAR TABEL

1. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian
2. Karakteristik responden
3. Hasil analisis deskriptif
4. Hasil uji normalitas Kolmogorov - Smirnov
5. Hasil uji multikolinearitas
6. Hasil analisis regresi linear berganda
7. Hasil uji F
8. Hasil uji t
9. Hasil koefisien determinassi

10
17
18
19
20
21
23
23
24

DAFTAR GAMBAR

1. Claim Recovery PT Asuransi Jasa Indonesia 2013
2. Kerangka pemikiran penelitian
3. Hasil uji heteroskedastisitas

2
8
20

DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia
2. Kuesioner penelitian
3. Output uji validitas dan uji reliabilitas
4. Output regresi

30
31
36
39

18

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik
menjelaskan hubungan antara berbagai unsur dalam perusahaan yang menentukan
kinerja perusahaan. GCG mulai berkembang di Indonesia semenjak terjadinya
krisis moneter yang dialami Indonesia dan menghancurkan perekonomian
nasional tahun 1998 yang lalu. Untuk memperbaiki keadaan ini, perusahaanperusahaan di Indonesia mulai menerapkan GCG di perusahaannya, dengan tujuan
menguatkan kinerja perusahaan. Pada tahun 2004, melalui keputusan Menteri
Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/11TAHUN 2004
dibentuklah Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dengan misi
mendorong dan meningkatkan efektivitas penerapan good governance di
Indonesia dalam rangka membangun budaya yang berwawasan good governance,
baik di sektor publik maupun korporasi (KNKG 2006). Tidak hanya itu, pada
tanggal 15 Agustus 2007 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Perseroan
Terbatas (PT) No.40 yang mewajibkan perusahaan untuk menerapkan mekanisme
GCG (Kementerian BUMN 2007).
Penerapan GCG di dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimulai
dengan adanya Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002
tanggal 1 Agustus 2002 tentang penerapan GCG pada Badan Usaha Milik Negara
dan telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG) yang
mewajibkan BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten dan/atau mejadikan
prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasionalnya (Arafat 2011). Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap
mementingkan kepentingan stakeholders lainnya dengan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Pada tahun 2011 dibentuklah Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) yang bertindak sebagai pengawas lembaga keuangan non
bank. OJK mengeluarkan peraturan yang mewajibkan perusahaan perasuransian di
Indonesia menerapkan GCG pada kegiatan operasionalnya melalui Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/POJK.05/2014 tentang tata kelola perusahaan
yang baik bagi perusahaan perasuransian.
Salah satu perusahaan yang menerapkan praktek GCG adalah perusahaan
BUMN yang bergerak di bidang asuransi umum, yaitu PT Asuransi Jasa Indonesia
(JASINDO). GCG pada JASINDO sudah menjadi budaya sejak berdirinya
perusahaan, yaitu semenjak 2 Juni 1973. JASINDO menerapkan prinsip-prinsip
pengelolaan korporat dan budaya tata kelola perusahaan dengan menanamkan
budaya Asah, Asih dan Asuh (3A) sebagai falsafah dasar. Dalam proses
penerapan konsepnya, JASINDO mengalami 5 (lima) masa, yaitu Masa
Awareness, Masa Transformasi, Masa Pemetaan GCG, Masa Internalisasi, serta
Masa Metamorfosa dan Publikasi (Asuransi Jasindo 2014).
Dengan penerapan GCG didalam perusahaan, maka perusahaan
mengharapkan adanya citra yang baik mengenai perusahaan di mata publik dan
investor. Keberadaan GCG dalam perusahaan juga berperan dalam fungsi

2

monitoring atas kinerja manajemen perusahaan untuk membantu membuat
perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan dan
meningkatkan kinerja, selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
perbaikan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Kinerja perusahaan merupakan
gambaran pencapaian pelaksanaan suatu program dalam mewujudkan visi, misi
dan tujuan perusahaan. peningkatan kinerja perusahaan akan bermanfaat bagi
perusahaan, stakeholders dan shareholders.
Dengan begitu, pentingnya mengpenerapan konsepkan GCG terhadap
peningkatan kinerja non-keuangan perusahaan akan mendorong perusahaan untuk
lebih memerhatikan dan menjaga mutu pelaksanaan prinsip-prinsip dari GCG
dalam setiap kegiatan operasionalnya
Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mencari pengaruh penerapan
konsep GCG terhadap kinerja non-keuangan di kantor pusat PT Asuransi Jasa
Indonesia. Berdasarkan hasil annual report tahun 2013 PT Asuransi Jasa
Indonesia mengenai penanganan klaim, didapatkan data kinerja non-keuangan
perusahaan sebagai berikut :
4,000,000

dalam juta Rupiah

3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
Claim Recovery
Klaim Bruto

2009

2010

2011

2012

2013

839,312

751,780

840,095

2,744,063

882,278

1,232,621

1,157,562

1,456,640

3,405,128

1,518,216

Sumber: Asuransi Jasindo (September 2014)
Gambar 1. Claim Recovery PT Asuransi Jasa Indonesia 2013
Pada Grafik 1, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan pada claim
recovery oleh PT Asuransi Jasa Indonesia dari tahun 2009-2013 yang cenderung
tidak stabil. Penerapan GCG diharapkan dapat menciptakan perubahan yang lebih
stabil di setiap tahunnya dengan mendorong adanya peningkatan kinerja nonkeuangan dengan penerapan konsep prinsip-prinsip GCG yang ada dalam
perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dilakukan
penelitian berjudul “Pengaruh Penerapan Konsep Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Non-Keuangan di Kantor Pusat PT Asuransi Jasa Indonesia”.

3

Rumusan Masalah
Penerapan konsep GCG ini diharapkan untuk memengaruhi kinerja nonkeuangan perusahaan, makadilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan
berikut:
1.
2.
3.

Bagaimana penerapan konsep GCG pada PT Asuransi Jasa Indonesia
(Persero) ?
Bagaimana kinerja non-keuangan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) ?
Bagaimana pengaruh penerapan konsep GCG terhadap kinerja non-keuangan
PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) ?

Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.
2.
3.

Mengkaji penerapan konsep GCG pada PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Memprediksi kinerja non-keuangan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Menganalisis pengaruh dari penerapan konsep Good Corporate Governance
terhadap kinerja non-keuangan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero).

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1.

2.
3.
4.

Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat dalam melihat pengaruh penerapan konsep GCG terhadap kinerja
non-keuangan perusahaan.
Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh GCG
terhadap kinerja non-keuangan perusahaan.
Kalangan akademis, sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya dalam
bidang IPTEK.
Masyarakat umum, yang ingin menambah pengetahuannya mengenai GCG
dan pengaruhnya terhadap kinerja non-keuangan perusahaan dan informasi
mengenai perusahaan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terfokus pada penerapan konsep GCG dan kinerja nonkeuangan perusahaan dan pengaruh penerapan konsep GCG terhadap kinerja nonkeuangan perusahaan. Perusahaan yang dimaksud adalah BUMN yang bergerak di
bidang asuransi umum, yaitu PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) yang telah
menerapkan GCG dalam kegiatan operasionalnya. Penelitian ini dilakukan di

4

Kantor Pusat PT Asuransi Jasa Indonesia yang bertempat di Pancoran, Jakarta
Selatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Good Corporate Governance
GCG merupakan struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organorgan perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambahperusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya yang berlandaskan moral, etika, budaya dan
aturan berlaku lainnya (IICG 2014). GCG menekankan pada dua hal, yakni
pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi yang
benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan
terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholders.
(Kaihatu 2006).
Daniri dalam Nur‟aini et al. (2013) mengatakan bahwa GCG terkait dengan
teori keagenan. Teori keagenan dikembangkan oleh Michael Johnson, seorang
profesor dari Harvard, yang memandang bahwa manajemen perusahaan
merupakan para „agen‟ dari para pemegang saham dan bertindak dengan penuh
kesadaran diri sendiri, bukan sebagai arif dan bijaksana dan adil kepada para
pemegang saham.
Perusahaan yang memiliki GCG yang baik tidak hanya akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan sendiri, melindungi kepentingan investor, tetapi juga
pihyak yang lain yang memiliki hubungan langsung maupun yang tidak langsung
dengan perusahaan. Dengan GCG, maka proses pengambilan keputusan akan
dapat berlangsung lebih baik, sehingga akan menghasilkan keputusan yang
optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja perusahaan
yang lebih sehat. Penerapan GCG akan memberikan dampak positif bagi kinerja
non-keuangan perusahaan (Sakai dan Asaoka 2003).

Prinsip Good Corporate Governance
Dalam penerapan GCG, terdapat tiga belas prinsip yang harus diterapkan
dan dijaga oleh perusahaan untuk menciptakan budaya tata kelola perusahaan
yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan
(fairness), kompetensi, komitmen, misi, kepemimpinan, kolaborasi, moral etika,
strategi dan iklim etikal. Namun penelitian ini hanya berfokus pada lima prinsip
utama GCG. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Transparansi (Transparancy)
Keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
pengungkapan dan penyediaan informasi yang relevan mengenai perusahaan,

5

yang mudah diakses oleh Pemangku Kepentingan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang perasuransian serta standar, prinsip, dan praktik
penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat (OJK 2014).
Penyediaan informasi yang memadai, akurat dan tepat waktu kepada
stakeholders harus dilakuakn oleh perusahaan agar dapat dikatakan transparan.
Dengan penyampaian informasi tersebut dapat membantu para investor dalam
membuat keputusan terhadap risiko dan keuntungan dari investasinya. Selain
itu, dengan transparansi yang dilakukan perusahaan akan dapat memberikan
pengetahuan kepada publik untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kinerja
non-keuangan perusahaan tersebut (Sutedi 2012).
2. Akuntabilitas (Accountability)
Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban Organ Perusahaan
Perasuransian sehingga kinerja non-keuangan perusahaan dapat berjalan secara
transparan, wajar, efektif dan efisien (OJK 2014).
Kurangnya akuntabilitas dapat menimbulkan potensi terjadinya konflik
kepentingan, maka dari itu dapat berakibat terhadap rendahnya ingritas
manajemen dan etika bisnis yang buruk (Sutedi 2012).
3. Responsibilitas (Responsibility)
Kesesuaian pengelolaan Perusahaan Perasuransian dengan peraturan
perundang-undangan di bidang perasuransian dan nilai-nilai etika serta standar,
prinsip dan praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat (OJK
2014).
4. Independensi (Independency)
Keadaan Perusahaan Perasuransian yang dikelola secara mandiri dan
profesional serta bebas dari Benturan Kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
di bidang perasuransian dan nilai-nilai etika serta standar, prinsip, dan praktik
penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat (OJK 2014)
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Kesetaraan, keseimbangan, dan keadilan di dalam memenuhi hak-hak
Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian, peraturan
perundang-undangan, dan nilai-nilai etika serta standar, prinsip, dan praktik
penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat (OJK 2014). Setiap
shareholders dan stakeholders harus dijelaskan hak-haknya tentang
kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang berlaku mengenai hakhaknya tersebut.

Kinerja Perusahaan
Helfert mengatakan seperti yang dikutip Nuswandari (2012), kinerja
adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu
tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan
operasional perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

6

Kinerja perusahaan merupakan kemampuan perusahaan mengelola sumber daya
yang dimiliki untuk memberikan nilai tambah kepada perusahaan itu sendiri.
Terdapat hubungan erat antara kinerja perorangan dengan kinerja organisasi,
dengan kata lain bila kinerja karyawan baik maka kemungkinan besar kinerja
organisasi baik.
Dengan kinerja perusahaan yang baik maka dapat didatangkan berbagai
keuntungan seperti peningkatan pelayanan, peningkatan kemampuan mencetak
laba, bertambahnya nilai perusahaan di mata para investor dan timbulnya citra
yang baik terhadap perusahaan.
Kinerja dapat dilihat melalui dua aspek, yaitu aspek keuangan dan non
keuangan. Kinerja aspek keuangan dapan digambarkan melalui laporan keuangan
perusahan dan data-data keuangan lainnya. Semakin baik laporan keuangan dan
data-data keuangan lainnya maka dapat dikatakan semakin baik pula kinerja
perusahaan. Sedangkan kinerja aspek non-keuangan melihat dari sisi lainnya.
Kinerja non-keuangan dapat dilihat dari bagaimana kemampuan SDM
diperusahaan, bagaimana kegiatan operasional perusahaan berjalan, dan
sebagainya. Kedua aspek kinerja ini saling berkaitan, apabila kinerja nonkeuangan baik maka akan menghasilkan kinerja keuangan yang baik pula. Umar
seperti yang dikutip Cahyani (2012) menyebutkan ada 10 komponen data untuk
mengukur kinerja, yaitu:
1. Kualitas pekerjaan
2. Kejujuran karyawan
3. Inisiatif
4. Kehadiran
5. Sikap
6. Kerja sama
7. Keandalan
8. Pengetahuan tentang pekerjaan
9. Tanggung jawab
10. Pemanfaatan waktu

Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan Iswari (2011) yang
berjudul Penilaian Kinerja Aspek Finansial Dan Non-keuangan Perusahaan
Daerah Pasar Kota Denpasar menunjukan bahwa hasil penelitian dalam menilai
kinerja aspek non-keuangan melalui perspektif kepuasan pedagang pasar dapat
disimpulkan bahwa pedagang pasar merasa cukup puas dengan pelayanan dan jasa
yang telah diberikan oleh PD. Pasar Kota Denpasar.
Prasinta (2012) yang berjudul Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan menunjukan bahwa penerapan GCG yang dilakukan
perusahaan tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan pada penelitian ini menggunakan indikator Return
On Assest (ROA), Return On Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Contoh penelitian ini
perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan peserta ajang CGPI
Awards 2006-2010.

7

Caesari (2013) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan dan Harga Saham Perusahaan
yang Masuk Ke Dalam Pemeringkat Corporate Governance Perception Index.
Alat analisis yang digunakan adalan Regresi Linear Sederhana. Dari penelitian ini
ditemukan bahwa penerapan GCG tidak memberikan pengaruh positif nyata
terhadap kinerja keuangan perusahaan.

METODE

Kerangka Pemikiran
GCG didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara
lain transparancy, accountability, responsibility, independency dan fairness
(TARIF) yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen
perusahaan (direksi dan komisaris), pihak kreditur, karyawan, serta stakeholder
lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Penerapan GCG di perusahaan diperlukan untuk meningkatkan kinerja dari
perusahaan tersebut. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh penerapan konsep GCG terhadap kinerja non-keuangan
perusahaan pada PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Pengukuran penerapan
GCG dan pengaruh GCG terhadap kinerja non-keuangan perusahaan dilakukan
dengan melakukan observasi langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada
karyawan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Penelitian ini menganalisis pengaruh dari penerapan GCG terhadap kinerja
non-keuangan perusahaan sehingga termasuk ke dalam jenis penelitian eksplanatif
asosiatif. Penelitian eksplanatif asosiatif berguna untuk menguji hubungan antara
suatu peubah dengan peubah lainnya. Hubungan antar peubah tersebut
dirumuskan dalam hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya.

8

PT Asuransi Jasa
Indonesia (Persero)

Penerapan GCG
 Transparancy
 Accountability
 Responsibility
 Independency
 Fairness

Kinerja NonKeuangan
Perusahaan

Analisis Regresi Linear
Berganda

Pengaruh Penerapan
KonsepGCG terhadap
Kinerja non-keuangan

Rekomendasi Perbaikan
Peningkatan Kinerja

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Pusat PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)
yang berada di Jl. Letjend M.T. Haryono Kav.61 Pancoran, Jakarta Selatan.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, dengan pertimbangan PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai salah satu perusahaan BUMN yang
bergerak di bidang asuransi yang menerapkan praktek GCG dalam perusahaan.
Penelitian dan proses pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli 2014
hingga Agustus 2014.

9

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari narasumber atau responden
melalui studi lapangan atau observasi langsung ke lapangan, kuesioner dan
wawancara.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh jajaran
struktural di Kantor Pusat PT Asuransi Jasa Indonesia mulai dari Kepala Subdivisi
hingga Direktur Utama. Contoh adalah bagian dari populasi yang digunakan
untuk memperkirakan karakteristik populasi (Sugiyono 2007). Pengambilan
contoh dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling
dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan
contoh berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan contoh dalam penelitian ini adalahkaryawan PT Asuransi Jasa
Indonesia (Persero) yang bekerja di Kantor Pusat dan memiliki posisi minimal
Kepala Sub Divisi.
Umar (2011) mengatakan bahwa jumlah contoh dapat dicari dengan
menggunakan rumus Slovin, yaitu:
n=

.................................................................................................. (1)

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan
dari rumus tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
n=

= 45,95

n = dibulatkan menjadi 46
Pada saat dilakukan pengumpulan data, peneliti menyebarkan 85
kuesioner yang diberikan kepada pihak perusahaan. Saat kuesioner dikembalikan,
kuesioner yang didapat oleh peneliti adalah sebanyak 64 kuesioner yang telah
diisi oleh responden yang dituju. Kemudian peneliti mengolah 46 kuesioner sesuai
dengan hasil perhitungan Slovin yang kemudian dilakukan analisis untuk
menjawab penelitian ini.

Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan fenomena
atau karakteristik dari data. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian
ini berupa nilai rataan, maksimum, minimum dan standar deviasi. Data yang akan
dianalisis secara deskriptif didapatkan dari hasil pengisian kuesioner oleh

10

karyawan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dengan menggunakan skala
Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap
terhadap suatu obyek dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden.
Tabel 1. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian
Keterangan
Skala Likert
Sangat Baik
5
Baik
4
Cukup
3
Buruk
2
Sangat Buruk
1
Sumber: Olahan sendiri (September 2014)
Setelah dibobotkan akan dicari skor rataan, penelitian ini menggunakan
desain skala Likert nilai rentan 1-5. Dalam tahap pengolahan data jawaban diganti
dengan angka 1-5 agar dapat dijumlahkan. Total nilai yang semakin besar
menandakan semakin sering responden merespon dan mengenal peubah, dan
sebaliknya.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui alat ukur (instrumen) mengukur
apa yang ingin diukur (Umar 2011). Uji ini menunjukan validitas pertanyaanpertanyaan yang diajukan mewakili obyek yang diamati dengan correlation
coeficien Pearson yang hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritis
tabel korelasi nilai r. Data dikatakan valid, apabila nilai korelasi hitung data
tersebut melebihi nilai korelasi tabelnya. Jika rhitung positif dan lebih besar dari
rtabel maka peubah tersebut dikatakan valid. Uji coba ini dilakukan pada awal
penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan pengujian suatu nilai yang menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar
2011). Uji reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Uji reliabilitas
dilakukan bersamaan dengan uji validitas. Data dikatakan reliabel jika nilai α >
dari 0,6.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
peubah terikat dan peubah bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati data normal. Uji normalitas dilakukan dengan analisis grafik dengan
melihat grafik histogram, normal probability, atau dengan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov (uji K-S).
Uji Multikoleniaritas
Uji multikolenearitas berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
linear secara sempurna atau mendekati sempurna antar peubah bebas dalam model

11

regresi dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF (Varian Inflantion Factor)
(Santoso 2014). Data yang baik adalah data dengan nilai tolerance lebih dari 0,1
dan VIF kurang dari 10,00.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas berfungsi untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain (Santoso 2014). Jika ragam dari residual satu observasi ke
observasi lainnya tetap disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas
dengan cara melihat grafik scatterplot (Diagram Pencar). Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
Analisis Regresi Linear Berganda
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis
statistik regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan
secara linear antara dua atau lebih peubah independen (
) dengan
peubah terikat (Y). Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan
antara peubah independen dengan peubah dependen apakah masing-masing
peubah independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai
dari peubah dependen apabila nilai peubah independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Model
regresi linear berganda yang digunakan adalah:
Y= a + b1

+ b2

+ b3

+ b4

+b5

+ e......................................(2)

Y : Kinerja non-keuangan perusahaan
X1 : Transparancy
X2 : Accountability
X3 : Responsibility
X4 : Independency
X5 : Fairness
a : Konstanta
b : Koefisien Regresi
e : Galat atau faktor peubah di luar X yang tidak diteliti
Penggunaan regresi linear berganda memerlukan uji persyaratan terlebih
dahulu, yaitu uji penyimpangan asumsi dasar yang terdiri dari uji normalitas, uji
multikoleniaritas, uji linearitas dan uji heteroskedastisitas. Keempat uji tersebut
perlu dilakukan karena akan berpengaruh besar terhadap pola perubahan peubah
terikat. Apabila linearitas uji tersebut telah terpenuhi, maka regresi linear
berganda dapat digunakan.
Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh peubah bebas secara bersamasama terhadap peubah terikat (Umar 2011). Bentuk pengujiannya adalah:

12

Ho : Penerapan GCG tidak berpengaruh secara nyata terhadap kinerja PT
Asuransi Jasa Indonesia.
Ha : Penerapan GCG berpengaruh nyata terhadap kinerja PT Asuransi Jasa
Indonesia
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika Fhitung > Ftabel dan nyata < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika Fhitung < Ftabel dan nyata > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Uji t (Uji Parsial)
Uji-t digunakan untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah
terikat secara parsial. Bentuk pengujiannya adalah:
1.

Ho : Penerapan Transparancy tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja
PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Ha : Penerapan Transparancy berpengaruh nyata terhadap kinerja PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero).

2.

Ho : Penerapan Accountability tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja
PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Ha : Penerapan Accountability berpengaruh nyata terhadap kinerja PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero).

3.

Ho : Penerapan Responsibility tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja
PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Ha : Penerapan Responsibility berpengaruh nyata terhadap kinerja PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero).

4.

Ho : Penerapan Independency tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Ha : Penerapan Independency berpengaruh nyata terhadap kinerja PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero).

5.

Ho : Penerapan Fairness tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja PT
Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Ha : Penerapan Fairness berpengaruh nyata terhadap kinerja PT Asuransi
Jasa Indonesia (Persero).
Kriteria pengambilan keputusan:

Jika peluang < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika peluang > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur proporsi pengaruh
peubah bebas terhadap variasi perubahan peubah terikat. Nilai R2 berkisar antara
0-1, dimana semakin mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh
peubah bebas terhadap peubah terikat.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan
Pembentukan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) bermula pada tahun
1845 saat dilaksanakannya nasionalisasi atas NV Assurantie Maatschappij de
Nederlander, sebuah perusahaan ansuransi umu milik Kolonial Belanda, dan
Bloom Vander, perusahaan asuransi umum milik Inggris yang berkedudukan di
Jakarta.
Saat diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia oleh
Proklamator RI, Ir. Soekarno dan dan Mohammad Hatta, sekaligus diamanatkan
untuk melakukan nasionalisasi terhadap kedua perusahaan tersebut dan mengubah
nama kedua perusahaan tersebut menjadi PT Asuransi Bendasraya yang bergerak
di bidang asuransi umum dalam Rupiah dan PT
Umum Internasional
Underwriters (UIU) yang bergerak di bidang asuransi umum dengan valuta asing.
Kedua perusahaan ini dinasionalisasikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 86
tahun 1958 tentang Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda yang berada dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam perjalanan sejarahnya, melalui Keputusan Menteri Keuangan
No.764/MK/IV/12/1972 tertanggal 9 Desember 1972 memutuskan untuk
melakukan merger antara kedua perusahaan tersebut menjadi PT Asuransi Jasa
Indonesia (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara di bidang asuransi umum
dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) resmi berdiri pada 2 Juni 1973.
PT Asuransi Jasa Indonesia berkantor pusat di Jakarta tepatnya Jl. Letjen
M.T. Haryono Kav.61 Pancoran, Jakarta Selatan. Saat ini, PT Asuransi Jasa
Indonesia (Persero) sudah berkembang pesat dengan memiliki 85 cabang di
seluruh wilayah NKRI dan cabang di luar negeri, serta meluncurkan produkproduk asuransi ritel dan korporasi. Pada tahun 2012 hingga 2014, PT Asuransi
Jasa Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai Asuransi yang berpredikat
“Sangat Bagus” atas kinerja keuangan dari majalah Infobank Insurance Awards.
Tahun 2012 PT Asuransi Jasa Indonesia juga mendapat penghargaan Trust
Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) dari GCG
Award 2012.

Stuktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia
PT Asuransi Jasa Indonesia dalam kegiatan operasionalnya tentu didukung
oleh pejabat struktural serta seluruh karyawan yang ada di perusahaan. Untuk
struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada lampiran 1.

14

Produk PT Asuransi Jasa Indonesia
PT Asuransi Jasa Indonesia memiliki dua kategori produk, yaitu produk
korporasi dan produk ritel. Produk asuransi korporasi yang ditawarkan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Asuransi Kebakaran
Asuransi Rangka Kapal
Asuransi Pengangkutan
Asuransi Pesawat dan Satelit
Asuransi Engineering
Asuransi Oil and Gas
Asuransi Aneka
Asuransi Kecelakaan Diri
Asuransi Keuangan

Kemudian untuk produk ritel yang ditawarkan perusahaan, yaitu:
1. Jasindo Graha
2. Jasindo PA+PHK Bancassurance
3. Jasindo PA+PHK Korporasi
4. Jasindo Oto
5. Jasindo Lintasan
6. Jasindo Pelangi
7. Jasindo Pengangkutan
8. Jasindo Anak Sekolah
9. Inbound Travel Insurance
10. Jasindo Takaful
11. Jasindo Health Care
12. Jasindo Haji & Umroh
13. Asuransi Karisma
14. Asuransi Keluarga

Penerapan Konsep Good Corporate Governance
Penerapan konsep GCG yang dilakukan oleh PT Asuransi Jasa Indonesia
adalah sebagai berikut (Asuransi Jasindo 2012-2013) :
1. Transparancy
Penerapan konsep transparancy di lingkungan PT Asuransi Jasa Indonesia
adalah dengan menyampaikan Annual Report setiap tahunnya dan penyampaian
informasi penting lainnya kepada stakeholders yang meliputi tidak terbatasnya
pada hal prosedur pengadaan dan hubungan dengan rekanan, ketaatan pembayaran
pajak, pengelolaan investasi, dan mekanisme manajemen sumber daya manusia

15

sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam pengungkapan dan penyediaan
informasi yang relevan mengenai perusahaan, yang mudah diakses oleh
Pemangku Kepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta
standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha yang sehat.
2. Accountability
Penerapan konsep accountability PT Asuransi Jasa Indonesia dilakukan
dengan:
a. RUPS yang berwenang untuk mengesahkan Rancangan Anggaran Tahunan,
menyetujui Laporan Tahunan, menetapkan pembagian keuntungan dan deviden
yang dibayarkan.
b. Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusan
perusahaan yang dilakukan oleh Direksi serta memberi nasihat kepada Direksi
termasuk rencana pengembangan, Rencana Kerja dan anggaran tahunan
perusahaan, pelaksanaan ketentuan Anggaran Dasar dan tindak lanjut
Keputusan RUPS.
c. Direksi memiliki tugas pokok memimpin dan mengurus perusahaan sesuai
dengan maksud dan tujuan perusahaan dan senantiasa berusaha untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan untuk menguasai,
memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan.
d. Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban Organ Perusahaan
sehingga kinerja Perusahaan dapat berjalan secara transparan, wajar, efektif,
dan efisien.
e. Mengacu pada SK. No. 125/DMA-114/IV/2013 tanggal 18 April 2013 tentang
Struktur Organisasi Kantor Pusat, Perusahaan telah memastikan adanya review
dan penyempurnaan terhadap struktur organisasi guna menghadapi tuntutan
perkembangan bisnis yang kian kompetitif. Struktur Organisasi ini menjadi
dasar bagi setiap insan perusahaan dalam melakukan fungsi dan perannya yang
dapat dipertanggung jawabkan.
3. Responsibility
Penerapan konsep responsibility di PT Asuransi Jasa Indonesia dilakukan
dengan melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan melaksanakan
kewajiban pengangkatan, penempatan, pemberhentian, kepangkatan, jabatan,
gaji/upah, kesejahteraan dan penghargaan kepada karyawan. Perusahaan juga
melaksanakan kewajiban pembinaan masyarakat sekitar dengan melakukan
kemitraan dan bina lingkungan seperti membangun tempat ibadah, pengembangan
usaha mikro, perbaikan fasilitas umum, penghijauan, pelatihan dan pendidikan,
bantuan korban bencana alam, dan kesehatan masyarakat.
Selain itu perusahaan juga memastikan kesesuaian pengelolaan
Perusahaan dengan peraturan perundangundangan dan nilai-nilai etika serta
standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat.
Bentuk responsibilitas perusahaan adalah kepatuhan terhadap ketentuan dalam

16

Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta peraturan dari
regulator yang berlaku dalam menjalani operasionalnya, antara lain UU
No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, Peraturan Menteri Keuangan No. 53 / PMK.010/2012 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dan PER15/MBU/2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa (BUMN).
4. Independency
Penerapan konsep independency antara lain adalah saling menghormati
hak, kewajiban, tugas, wewenang, dan kewajiban masing-masing diantara organ
perusahaan. Organ perusahaan tidak boleh saling mencampuri dalam pelaksanaan
tugas, hak, dan kewajiban masing-masing. Selain itu Dewan Komisaris, Direksi,
serta karyawan dalam pengambilan keputusan selalu menghindari terjadinya
benturan kepentingan dan perusahaan telah menerbitkan Surat Keputusan
Bersama Dewan Komisaris dan Direksi mengenai mekanisme benturan
kepentingan yang tertuang dalam SKB.005/SKB/I/2013 tanggal 28 Januari 2013.
5. Fairness
Penerapan konsep fairness dilakukan dengan pemegang saham yang
berhak menghadiri dan memberikan suara dalam RUPS sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, perusahaan memperlakukan seluruh pelanggan dan rekanan secara
adil dan transparan, dan perusahaan memberikan kondisi kerja yang baik dan
aman serta kesempatan yang sama untuk menduduki jabatan tertentu dan
meningkatkan kompetensi bagi setiap karyawan sesuai dengan kemampuan
perusahaan dan peraturan yang berlaku. Perusahaan menjamin bahwa setiap pihak
yang berkepentingan (Stakeholders) akan mendapatkan perlakuan yang setara.

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik data.
Karakteristik responden bertujuan untuk mengelompokan responden sesuai
dengan kelompok yang telah ditentukan. Data dalam penelitian ini didapat dari
kuesioner yang disebar oleh peneliti dan diisi oleh responden yang telah
ditentukan peneliti, kemudian data yang didapat diolah dengan software Microsoft
Excel 2010. Dalam penelitian ini, responden dikelompokkan sesuai dengan jenis
kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, dan jabatan dari jumlah seluruh
responden, yaitu 46 orang yang didapat melalui perhitungan rumus Slovin (Tabel
2).

17

Tabel 2. Karakteristik responden
Karakteristik
Jumlah
Jenis Kelamin:
1. Laki-laki
29
2. Perempuan
17
PendidikanTerakhir:
1. D3
0
2. S1
40
3. S2
6
4. S3
0
Lama Bekerja:
1. < 1 tahun
0
2. 1 - 5 tahun
0
3. > 5 tahun
46
Jabatan:
1. KaSubdiv
34
2. KaDiv
11
3. KaBiro
1
4. Deputi Direktur
0
5. Direktur
0
Sumber: Olahan sendiri (September 2014)

Persentase (%)
63%
37%
0%
87%
13%
0%
0%
0%
100%
74%
24%
2%
0%
0%

Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 2, Responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah
29 orang dari 46 responden (63%) dan perempuan berjumlah 17 orang dari 46
responden (37%). Ini menandakan bahwa responden mayoritas adalah berjenis
kelamin laki-laki.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan para responden terlihat bahwa lulusan D3 berjumlah 0,
S1 berjumlah 40 orang dari 46 responden (87%), dan S2 berjumlah 6 orang dari
46 responden (13%). Ini menandakan bahwa tingkat pendidikan para responden
sangat baik, karena mayoritas adalah para lulusan S1.
Lama Bekerja
Karakteristik lama bekerja terlihat bahwa tidak ada responden yang lama
bekerjanya kurang dari 1 tahun dan 1 - 5 tahun. Sedangkan lama bekerja lebih dari
5 tahun berjumlah 46 orang dari 46 responden (100%). Ini menandakan bahwa
seluruh responden bekerja lebih dari lima tahun.
Tingkat Jabatan
Untuk jabatan, terlihat 34 orang dari 46 responden menduduki jabatan
Kepala Subdivisi (74%), 11 orang dari 46 responden menduduki Kepala Divisi
(24%) dan 1 orang sebagai Kepala Biro (2%). Dengan ini terlihat bahwa
mayoritas responden menempati posisi Kepala Subdivisi dengan lama bekerja

18

lebih dari lima tahun dan berpendidikan terakhir S1, serta berjenis kelamin lakilaki.
Karakteristik responden ini mempengaruhi hasil dari penelitian ini, karena
data yang didapat merupakan hasil jawaban dari persepsi masing-masing
responden. Persepsi terbentuk berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh
seseorang sepanjang hidupnya. Jadi, persepsi untuk setiap karakteristik akan
berbeda dan akan mempengaruhi hasil dari penelitian ini.
Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis deskriptif
Minimum

N

Maximum

Mean

Std. Deviation

Transparancy

46

2.12

2.35

2.2239

.07802

Accountability

46

1.97

2.35

2.1850

.07958

Responsibility

46

2.04

2.35

2.2128

.08976

Independency

46

2.06

2.35

2.2428

.08627

Fairness

46

2.12

2.35

2.2074

.07629

46

2.05

2.35

2.2202

.05075

Kinerja non-keuangan
perusahaan
Valid N (listwise)

46

Sumber: Olahan sendiri (September 2014)
Tabel 3 menggambarkan hasil dari analisis deskriptif yang dilakukan
dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) 15.0
menunjukan nilai rataan, maksimum, minimum dan simpangan baku data yang
digunakan dalam penelitian.

Uji Validitas
Uji validitas ini dilakukan dengan 30 kuesioner terlebih dahulu, dengan
tujuan menguji apakah peubah yang diuji sudah valid atau tidak. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan rhitung (Corrected Item-Total Corellation)
dengan rtabel pada tingkat nyata 0,05, yaitu 0,361. Dari hasil uji validitas didapat
bahwa rhitung lebih besar dari rtabel. Dengan demikian, alat ukur yang digunakan
untuk penelitian ini dinyatakan valid. Uji validitas ini dilakukan dengan software
SPSS 15.0, dimana hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Uji Reliabilitas
Pada uji reliabilitas terlihat bahwa nilai α lebih besar dari 0,6 untuk semua
peubah. Dengan demikian, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

19

dinyatakan reliabel untuk digunakan. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan
software SPSS 15.0 dimana hasilnya uji dapat dilihat pada Lampiran 4.

Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan bagian dari uji asumsi klasik yang dilakukan
sebelum melakukan analisis regresi linear. Uji normalitas dilakukan dengan uji
Kolmogorov–Smirnov (Uji K-S) dengan menggunakan software SPSS 15.0. Jika
nilai nyata hitung lebih besar dari 0,05 maka data penelitian dikatakan normal.
Hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji normalitas Kolmogorov - Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Transparancy

Accountability

Responsibility

Independency

46

46

46

46

46

46

2,2239

2,1850

2,2128

2,2428

2,2074

2,2202

0,07802

0,07958

0,08976

0,08627

0,07629

0,05075

0,148

0,142

0,176

0,197

0,200

0,153

Positive

0,148

0,141

0,176

0,168

0,200

0,153

Negative

N
Normal
Parameters
(a,b)

Most Extreme
Differences

Fairness

Kinerja
nonkeuangan
perusahaan

Mean

Std.
Deviation
Absolute

-0,128

-0,142

-0,151

-0,197

-0,138

-0,116

Kolmogorov-Smirnov Z

1,004

0,962

1,191

1,338

1,357

1,036

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,266

0,313

0,117

0,056

0,050

0,234

a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Sumber: Olahan sendiri (September 2014)
Pada Tabel 4 terlihat bahwa Transparancy nilai nyatanya adalah 0,266,
Accountability 0,313, Responsibility 0,117, Independency 0,056, Fairness 0,050,
dan Kinerja non-keuangan perusahaan 0,234. Dilihat dari hasil uji tersebut, dapat
disimpulkan bahwa data bersifat normal, karena nilai nyatanya tidak ada yang
bernilai di bawah 0,05.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Perhitungan
dengan software SPSS 15.0 dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.

20

Tabel 5. Hasil uji multikolinearitas
Model

Collinearity Statistics
Tolerance

1

(Constant)
Transparancy
Accountability
Responsibility
Independency
Fairness

0,745
0,775
0,693
0,920
0,837

VIF
1,342
1,291
1,443
1,087
1,194

a Dependent Variable: Kinerja non-keuangan perusahaan

Sumber: Olahan sendiri (September 2014)
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai VIF dari setiap peubah bernilai
lebih dari 0,1 kurang dari 10,00, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan menggunakan software SPSS 15.0
dilakukan dengan diagram scatterplot. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar
2.

Gambar 3. Hasil uji heteroskedastisitas
Pada Gambar 2 terlihat bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang
jelas dan menyebar di atas dan di bawah angka 0. Ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas pada data.

21

Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil analisis regresi linear berganda dengan software SPSS 15.0 dimuat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil analisis regresi linear berganda
Coefficients(a)

Model
1

(Constant)
Transparancy
Accountability
Responsibility
Independency
Fairness

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
1,775
0,324
-0,151
0,107
-0,232
0,229
0,103
0,359
-0,069
0,097
-0,123
-0,012
0,087
-0,020
0,209
0,104
0,314

t

Sig.

Collinearity
Statistics
Tolerance

5,480
-1,402
2,215
-0,716
-0,137
2,012

0,000
0,169
0,033
0,478
0,892
0,051

0,745
0,775
0,693
0,920
0,837

VIF
1,342
1,291
1,443
1,087
1,194

a Dependent Variable: Kinerja non-keuangan perusahaan

Sumber: Olahan sendiri (September 2014)
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa peubah bebas Accountability dan
Fairness bernilai positif. Sedangkan, peubah bebas Transparancy, Responsibility,
dan Independency bernilai negatif. Maka, persamaan regresi yang terbentuk
adalah:
Y = 1,775 – 0,151 X1 + 0,229 X2 – 0,069 X3 – 0,012 X4 + 0,209 X5+ e
Ket:
Y : Kinerja Non-keuangan Perusahaan
X1 : Transparancy
X2 : Accountability
X3 : Responsibility
X4 : Independency
X5 : Fairness
a : Konstanta
b : Koefisien Regresi
e : Galat atau faktor peubah di luar X yang tidak diteliti
Penjelasan:
1. Konstanta (a)
Jika peubah bebas Transparancy, Accountability, Responsibility,
Independency, dan Fairness bernilai nol, maka peubah terikat Kinerja nonkeuangan perusahaan (beta) akan bernilai 1,775 dengan asumsi peubah bebas
lainnya bernilai tetap.
2. Koefisien Regresi pada Peubah X1 (Transparancy)
Nilai koefisien Transparancy adalah -0,151. Jika peubah bebas
Transparancy bertambah 1 satuan, maka peubah terikat Kinerja nonkeuangan perusahaan (beta) akan menurun 0,151, dengan asumsi peubah

22

bebas lainnya bernilai tetap. Hal ini terjadi karena peubah memiliki hubungan
berlawanan (negatif). Sebagai contoh, perusahaan mempublikasikan data
kompetensi SDM yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat menurun kinerja
karena membuka akses bagi para pesaing untuk merekrut karyawan yang
memiliki kompetensi baik sebagai bagian dari perusahaan pesaing tersebut.
3. Koefisien Regresi pada Peubah X2 (Accountability)
Nilai koefisien Accountability adalah 0,229. Jika peubah bebas
Accountability bertambah 1 satuan, maka peubah terikat Kinerja nonkeuangan perusahaan (beta) akan naik 0,229, dengan asumsi peubah bebas
lainnya bernilai tetap. Sebagai contoh perusahaan dalam mengatasi klaim.
Dengan meningkatnya jumlah klaim yang ditangani menunjukan kompetensi
perusahaan yang cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Sehingga hal
tersebut meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan
membuat kinerja perusahaan meningkat dalam penanganan klaim pelanggan.
4. Koefisien Regresi pada Peubah X3 (Responsibility)
Nilai koefisien Responsibility adalah -0,069. Jika peubah bebas
Responsibility bertambah 1 satuan, maka peubah terikat Kinerja nonkeuangan perusahaan (beta) akan menurun 0,069, dengan asumsi peubah
bebas lainnya bernilai tetap. Hal ini terjadi karena peubah memiliki hubungan
berlawanan (negatif). Sebagai contoh, perusahaan menambah kewajiban
dalam bentuk hutang. Keberadaan hutang dalam jumlah yang besar dapat
berdampak pada sikap karyawan dalam bekerja, seperti hilangnya rasa aman
dalam bekerja sehingga karyawan cendrung tidak memenuhi tanggung
jawabnya dan akan membuat kinerja perusahaan menurun.
5. Koefisien Regresi pada Peubah X4 (Independency)
Nilai koefisien Independency adalah -0,012. Jika peubah bebas
Independency bertambah 1 satuan, maka peubah terikat Kin

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)

1 28 108

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah.

0 2 14

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Syariah.

1 3 14

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah.

0 1 13

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia.

0 2 12

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia.

0 3 17

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

0 3 24