Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

MANAJEMEN LABA

PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (2008-2010)

OLEH

Popy Trijalmalia 070503050

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertandsa tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa sripsi saya dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2011 Yang Membuat Pernyataan,

Popy Trijalmalia NIM. 070503050


(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good

corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam penelitian

ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit,

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2010 yang berjumlah 75 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 25 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian.

Hasil studi ini menunjukan bahwa (1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap manajemen laba (2) kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terghadap manajemen laba (3) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (4) komite audit berpengaruh positif tidak significant terhadap manajemen laba (5) secara simultan dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba.


(4)

ABSTRACT

The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good governance mechanism consist of managerial ownership, institutional ownership, the propotion of board of director and auditors committee.

The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesia Stock Market Directory in during the period 2005-2009 in amoun of 125 companies. Based on the criteria, there are get 31 companies chosen as sample.

The result show that (1) institutional ownership negative influence on earning managemen but not significant, (2) managerial ownership negative influence on earning managemen but not significant, (3) propotion of independent board of commissioner ownership positive influence and significant on earning managemen, (4) Audit committee ownership influence on earning managemen but not significant, (5) simultaneously of managerial ownership, institutional ownership, and proportion of independent board of commissioners have influence on earning managemen.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim, Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul ” Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme

Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)”

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis, khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Di samping itu, penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada universitas sumatera utara. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, dukungan, dan kerja sama semua pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Firman Syarif, SE, Msi, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Mutia Ismail, SE, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iskandar Muda, SE, Msi, selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu, memberikan waktu, kesempatan,


(6)

bimbingan dan arahan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Wahidin Yasin, MSi, Ak selaku dosen penguji I dan Bapak Abdillah Arief Nasution SE, Msi, Ak selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini. 6. Untuk kedua orangtua saya tercinta, Jailani dan Nurma Leni yang telah

memberikan kasih sayang, semangat, doa dan pengorbanan. Semoga penulis dapat menjadi suatu kebanggaan tersendiri di hati Ayah dan Ibu tercinta. Untuk abang penulis Roky Mundarfa, Ori Jalma dan adik-adik penulis tersayang, Rahmi Razabda, Silsi F. Mulya, Resti Radya dan Wesi Izzati Jalma yang telah memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini, kalian adalah orang-orang spesial.

7. Teman-teman stambuk 2007 akuntansi, teman hardupan, teman-teman asrama putri dan semua pihak yang telah membantu penulis. Bersama kalian terukir kenangan indah.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan keterbatasan kemampuan penulis, kritik dan saran yang membangun dalam penulisan untuk masa yang akan datang. Akhir kata. penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, September 2011 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pernyataan ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Agency Theory ... 10

2.1.2 Kepemilikan Manajerial ... 11

2.1.3 Kepemilikan Institusional ... 12

2.1.4 Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 13

2.1.5 Komite Audit ... 14

2.1.6 Good Corporate Governance ... 15

2.1.6.1 Pengertian GCG ... 15

2.1.6.2 Prinsip-prinsip GCG ... 17

2.1.6.3 Tujuan GCG ... 20

2.1.7 Manajemen Laba ... 21

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 23

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 29

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.3.1 Populasi Penelitian ... 30

3.3.2 Sampel Penelitian ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.5.1 Variabel Independen ... 40


(8)

3.6 Metode Analisis Data ... 44

3.6.1 Pengujian asumsi Klasik ... 45

3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda………… ... 48

3.6.3 Pengujian Hipotesis……….. 49

3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda…………... 48

3.7 Jadwal Penelitian ... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 51

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 51

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 52

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 54

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 54

4.2.2.2 Uji Autokorelasi ... 57

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 59

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas ... 60

4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 62

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 63

4.2.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 64

4.2.4.2 Uji Simultan (Uji F) ... 65

4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis ... 66

4.3 Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25

3.1 Proses Seleksi Sampel Penelitian ... 31

3.2 Sampel Penelitian ... 39

3.3 Difinisi Operasional Penelitian ... 43

3.4 Jadwal Penelitian ... 52

4.1 Statistik Deskriptive ... 53

4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 58

4.3 Model Summary ... 60

4.4 Coefficientsa ... 62

4.5 Coefficientsa ... 63

4.6 Coefficientsa ... 65


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka konseptual ... 28

4.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 55

4.2 Histogram ... 56


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lamp Judul Halaman

i Proses Seleksi Sampel ... 77

ii Sampel Penelitian ... 84

iii Data Kepemilikan Institusional ... 85

iv Data Kepemilikan Manajerial ... 86

v Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 87

vi Komite Audit ... 88

vii Manajemen Laba ... 89

viii Descriptive Statistics ... 90

ix Normal P-P Plot of Regression Standarlized Residual ... Sebelum Transformasi ... 91

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... Setelah Transformasi ... 91

Histogram Sebelum Transformasi ... 92

Histogram Setelah Transformasi ... 92

x One-Sample Kolmogorov Test – Smirnov Sebelum ... Transfortasi ... 93

One-Sample Kolmogorov Test – Smirnov Setelah ... Transformasi ... 93

xi Model Summaryb ... 94

xii Scatterplot Sebelum Transformasi ... 95

Scatterplot Setelah Transformasi ... 95

xiii Coefficientsa ... 96

xiv ANOVAb ... 97


(12)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good

corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam penelitian

ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit,

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2010 yang berjumlah 75 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 25 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian.

Hasil studi ini menunjukan bahwa (1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap manajemen laba (2) kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terghadap manajemen laba (3) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (4) komite audit berpengaruh positif tidak significant terhadap manajemen laba (5) secara simultan dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba.


(13)

ABSTRACT

The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good governance mechanism consist of managerial ownership, institutional ownership, the propotion of board of director and auditors committee.

The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesia Stock Market Directory in during the period 2005-2009 in amoun of 125 companies. Based on the criteria, there are get 31 companies chosen as sample.

The result show that (1) institutional ownership negative influence on earning managemen but not significant, (2) managerial ownership negative influence on earning managemen but not significant, (3) propotion of independent board of commissioner ownership positive influence and significant on earning managemen, (4) Audit committee ownership influence on earning managemen but not significant, (5) simultaneously of managerial ownership, institutional ownership, and proportion of independent board of commissioners have influence on earning managemen.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah 1) mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan 2) pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Sehingga penerapan konsep good

corporate governance diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan

kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan pemegang saham.

Good Corporate governance yang dimaksud adalah mekanisne

administrasi untuk meluruskan hubungan antara manajemen, pemegang saham, komite audit, dewan komisaris dan kelompok yang berkepentingan (stakeholders). Upaya pengembangan good corporate governance ditujukan untuk mendorong optimalisasi alokasi atau penggunaan sumber daya perusahaan agar pertumbuhan dan kesejahteraan pemilik perusahaan terjaga.


(15)

Good corporate governance secara tradisional berfokus pada problem

pemisahan kepemilikan dan kontrol terhadap manajemen. Namun secara defenitif good corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham

(Stakeholders’ value) serta mengalokasi berbagai pihak yang berkepentingan

dengan perusahaan (Tangkilisan, 2003).

Sistem good corporate governance diperlukan dalam menciptakan produk atau jasa dalam mengalokasikan biaya kepada produk sehingga harga pokok produk dapat ditetapkan secara benar, akurat dan dalam jumlah yang wajar. Para akuntan manajemen perlu mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang setiap hubungan yang ada antara perusahaan dengan pelanggan.

Dalam jangka panjang pelaksanaan good corporate governance dapat meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan karena meningkatkan kepercayaan investor dan menguntungkan pemegang saham (nilai saham dan deviden yang diterima meningkat), memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh

ruturn atas investasi mereka.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi


(16)

perusahaan kepada stakeholders. Akan tetapi terkadang informasi yang dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi (information asymmetric) antara manajemen dengan pihak yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan dalam memonitor tindakan manajeman. Asimetri antara manajeman (agen) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) (Richart, 1998).

Tindakan manajemen laba memunculkan kasus skandal pelaporan akuntansi. Seperti kasus pada PT. Kimia Farma Tbk yang melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari deteksi adanya manipulasi (Boediono,2005) dan kasus manipulasi yang dilakukan oleh World Com. Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Penyebab kasus skandal tersebut salah satunya adalah kurangnya penerapan good corporate governance.

Pelemahan kinerja sektor industri pengolahan yang terjadi sejak krisis 1998 lalu menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia dan industri manufaktur mengalami penurunan drastis. Selain penurunan pertumbuhan industri manufaktur, juga disebabkan adanya beberapa konflik yang terjadi yaitu terdapat beberapa perusahaan yang tidak memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik sebagai wujud dari tanggungjawab atas pengelolaan perusahaan sehingga informasi


(17)

yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal ini menyebabkan pihak manajer berpeluang untuk melakukan tindakan manajemen laba yang nantinya akan mengakibatkan nilai negatif terhadap perusahaan tersebut dimata investor.

Solusi dari permasalahan di atas adalah bagaimana menerapkan GCG sehingga bukan hanya pidato, workshop, atau bahkan penandatanganan fakta integritas namun upaya penerapan GCG itu perlu sistem manajemen yang terintegritas ( Tjahjadi, 2011).

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 karena semakin meningkatnya daya serap pasar terhadap produk dari perusahaan manufaktur serta adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh pemerintah. Kondisi lain adalah Perusahaan manufaktur merupakan industri yang membutuhkan modal jangka panjang justru itu sangat membutuhkan pengelolaan yang baik.

Good corporate governance merupakan salah satu elemen dalam

meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, komite audit, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Good corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring manajemen.


(18)

Untuk meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme good corporate governance dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan. Mekanisme good corporate

governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang

berkepentingan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing (Arifin, 2005)). Mekanisme good corporate

governance tersebut meliputi: kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.

Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate

governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan Go public yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 78 perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh good

corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba dan

kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 58 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.


(19)

Penelitian yang dilakukan oleh Sriwedari (2009) mengenai pengaruh

good corporate governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan.

Penelitian ini menghasilkan bahwa mekanisme GCG yang diproyeksikan ke dalam kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba, Komite audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Isian Mahdalena Girsang (2010) yang berjudul Pengaruh Good

Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan

Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 dan 2008 yang sebelumnya juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya.

Konsep indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari kepemilikan manajerial, komite audit dan proporsi dewan komisaris. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme good corporate governance terdiri dari kepemilikan manajerial, komite audit dan proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap terhadap besarnya manajemen laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:


(20)

1) Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2010, sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI periode 2007-2008. 2) Penelitian ini mengganti variabel y (kinerja perusahaan) pada

penelitian terdahlu dengan variabel x (kepemilikan institusional) untuk penelitian sekarang. Hal ini untuk memfokuskan analisis pengaruh GCG terhadap manajemen laba.

Ketidakkonsistenan hasil-hasil peneliti terdahulu mengenai pengaruh penerapan mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel dari penelitian terdahulu yang telah disebutkan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah ini dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2009-2010).


(21)

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit terhadap manajemen laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk memperoleh bukti empiris apakah mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba?

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai apakah mekanisme good corporate

governance yang diproksikan ke dalam kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba?


(22)

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan

peneliti tentang analisis pengaruh penerapan mekanisme good

corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan

manufaktur.

2. Bagi perusahaan manufaktur, sebagai bahan masukan kepada para praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme good corperate governance serta praktik manajemen laba yang diharapkan dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.

3. Bagi investor, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk berinvestasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan good corporate governance.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Agency Theory

Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para principal dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing -masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

Jensen & Meckling (1976) memecah biaya keagenan menjadi tiga komponen: pertama, biaya-biaya yang dikeluarkan principal (monitoring cost); kedua, bonding expenditure dari agen, dan ketiga


(24)

Good Corporate governance yang merupakan konsep yang

didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

Good Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana

membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek –proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor. Dengan kata lain Good corporate

governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau

menurunkan biaya keagenan (agency cost) .

2.1.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.

Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manejer yang yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan kepentingannya sebagai pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan


(25)

manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama keputusan mengenai laba.

Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, menejer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Dengan keikutsertaan manajer memiliki perusahaan, hal ini menyebabkan manajer melakukan tindakan yang akan memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.

2.1.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan maupun lembaga dan perusahaan lain (Isrina Damayanti,2006).

Kepemilikan institusional umumnya bertidak sebagai pihak yang memonitoring perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistik manajer. Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat


(26)

diketahui, semakin tinggi kepemilikan oleh institusi maka akan semakin kecil peluang manajemen melakukan manipulasi angka-angka dalam bentuk manajemen laba melaui proses monitoring secara efektif. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.

2.1.4 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris independen memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance. Secara umum dewan komisaris independen ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor.

Proporsi dewan komisaris independen dalam mekanisme good

corporate governance berperan penting tidak hanya melihat

kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum. Karakteristik dewan komisaris khususnya komposisi dewan komisaris independen dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Dewan komisaris independen merupakan posisis


(27)

terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

2.1.5 Komite Audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan, komite audit dianggap penghubung antara pemegang saham, dewan komisaris dan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

Agar penyelenggaraan good corporate governance berjalan, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam dengan surat edaran No. SE-03/PM/2000 mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go public di Indonesia wajib membentuk komite audit dengan anggota minimal tiga orang yang diketahui oleh satu orang komisaris independen perusahaan dan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan.

Selain independen, dalam surat edaran tersebut juga mensyaratkan bahwa yang bersangkutan menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dankeuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain :


(28)

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal

4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi

5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berhubungan dengan emiten.

6. Menjaga kerahasiaan dokumen,data, dan rahasia perusahaan.

Penelitian Effendi dalam Sriwedari (2009) mengemukakan bahwa keahlian komite audit di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba. Dengan kewenangan, independensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait, diharapkan peran komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya praktek manajemen laba.

2.1.6 Good Corporate Governance 2.1.6.1 Pengertian GCG

Good corporate governance merupakan suatu aturan

mengenai pengelolaan perusahaan yang perlu diterapkan pada setiap perusahaan terutama perusahaan public (BUMN). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001:3) pengertian corporate governance adalah :

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang intern dan ekstern lainnya


(29)

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan.

Menurut jurnal World Bank dalam Ibnu (2010). Good

corporate governance didifinisikan sebagai:

“The blend of law, regulation and appropriate voluntary private sector practices, which enable a corporation to attact financial and human capital, perform efficiently and thereby prepetuale itself by generating long term economic value for its shateholders and society of the whole”.

Sementara menurut The Organisation for Economic

Co-Operation and Development (OECD) dalam Tangkilisan

(2003):

Good corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Good corporate governance mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan komisaris, direksi dan

stakeholders lainnya.

Dari berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan good corporate governance adalah suatu kerangka hubungan, struktur, pola, sistem yang berdasarkan pada prinsip-prinip dasar dan undang-undang yang berlaku dengan mempertemukan, menjelaskan, mengarahkan dan mengendalikan hubungan antara


(30)

shareholders, manajemen, kreditur, pemerintah dan stakeholders lainnya pada hak dan kewajiban masing-masing

pihak tersebut, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan nilai-nilai jangka panjang yang diinginkan oleh pemegang saham. Pelaksanaan good corporate governance menekankan pada kesejahteraan seluruh stakeholders yang tidak semata-mata memperhatikan kepentingan pemegang saham mayoritas.

2.1.6.2 Prinsip-prinsip GCG

Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar ini diharapkan menjadi rujukan bagi para regulator (pemerintah) daam membangun

framework bagi penerapan good corporate governance.

Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in

Indonesia (FCGI) adalah :

1. Transparency (keterbukaan informasi)

Transparansi yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan mesti menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu dan dapat


(31)

dibandingkan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan. Informasi tersebut mudah diakses stakeholders sesuai dengan haknya.

2. Accountability (akuntabilitas)

Akuntabilitas yang dimaksud yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi dan auditor kepada perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, mengembangkan komite audit dan risiko untuk mendukung pengawasan oleh dewan komisaris, mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi audit intern.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban).

Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Prinsip ini harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar tetap terjaga kelangsungan usahanya. perusahaan harus mampu bertindak sebagai perusahaan yang baik. Peranan pemegang saham harus


(32)

diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang komunikatif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Hal ini merupakan tanggungj awab korporasi sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

4. Independency (Kemandirian)

Independensi yaitu pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa pengaruh atau tekanan pihak mana pun. Artinya perusahaan harus mampu menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder. Pengelola perusahaan disini tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan sepihak. Ia harus bisa menghindari segala bentuk benturan kepentingan (conflict of-interest) berbagai pihak dalam manajemen.

5. Fairness (kewajaran)

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak


(33)

sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman perilaku perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam, baik konflik kepentingan, menetapkan tanggung jawab dewan komisaris, direksi, dan komite dan menyajikan informasi secara wajar atau pengungkapan penuh material.

2.1.6.3 Tujuan GCG

Tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Menurut Rahmawati dalam Putri (2006) Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang

lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan

corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan diri investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan


(34)

2.1.6.7 Manajemen Laba

Definisi manajemen laba yang diungkapkan oleh Schipper(1989) dalam Sutrisno (2002) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan.

Scoot dalam Restie (2010) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:

1. Bonus Purpose

Manajer yang memilikiinformasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus mereka berdasarkan

compensation plans perusahaan. 2. Political Motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik.


(35)

Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan aturan yang lebih kuat.

3. Taxation Motivation

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

4. Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan, mereka akan memaksimalkan laba agartidak diberhentikan.

5. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memilki harga pasar sehingga menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini menyebabkan manajer perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya.


(36)

6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga laba perlu disajikan agar investor dapat menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate

governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan Go public yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 78 perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh good

corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba dan

kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 58 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.


(37)

Penelitian yang dilakukan oleh Sriwedari (2009) mengenai pengaruh

good corporate governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan.

Penelitian ini menghasilkan bahwa mekanisme GCG yang diproyeksikan ke dalam kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba, Komite audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Isian Mahdalena Girsang (2010) yang berjudul Pengaruh Good

Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan

Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 dan 2008 yang sebelumnya juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya. Konsep indikator mekanisme good corporate

governance terdiri dari kepemilikan manajerial, komite audit dan proporsi

dewan komisaris. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba, Proporsi dewan komisaris independen dan roporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, Proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan serta komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.


(38)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian Muhammad

Maruf (2006)

Pengaruh Good Corporate

Governance

Terhadap

Manajemen Laba Pada Perusahaan Go

public yang Terdaftar di BEJ

Variabel Dependen : manajemen laba Variabel independen: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit Good Corporate Governance tidak

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Rudi Isnanta (2007)

Pengaruh Good Corporate

Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ

Variabel dependen :

Manajemen Laba, kinerja perusahaan. Variabel independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit,dewan komisaris Good Corporate Governance tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba, tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Tuti Sriwedari (2009) Mekanisme Good Cood Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen: manajemen laba, kinerja keuangan Variabel independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dewan komisaris

Mekanisme Good

Corporate Governanca mempengaruhi manajeman laba dan manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan


(39)

Isian Mahdalena Girsang (2010)

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajeman Laba dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftae di

Bursa Efek Indonesia

Variabel dependen : manajemen laba, kinerja perusahaan.

Variabel independen: struktur kepemilikan,

good corporate governance, proporsi

dewan komisaris, komite audit.

Good Corporate Governance tidak

berpengaruh terhadap lanajemen Laba, tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Sumber : diolah peneliti, 2011

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Sesuai dengan kajian teori keagenan (agency Theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).

Sebagai pengelola perusahaan, manajer lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Untuk itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan informasi perusahaan yang sebenarnya dan dikenel dengan istilah asimetri informasi (information


(40)

(principal) memberi kesempatan manajer untuk melakukan manajemen laba (Richardson, 1998).

Mekanisme Good Corporate Governance terdiri dari

kepemilikan manajerial, kepemilkian institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.

Perilaku manipulatif oleh manajer dapat diminimumkan melalui suatu mekanisma monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (aligment) berbagai kepentingan. Dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling,1976), kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer.

Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor perusahaan dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manejer untuk mengatur laba menjadi berkurang.

Proksi dewan komisaris independen akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena dewan komisaris mengawasi penyeimbangan kepentingan manajemen laba. Hal ini berarti proksi dewan komisaris independen dapat meminimalisasi manajemen laba.

Peranan komite audit juga akan memberikan pengaruh terhadap manajemen. Komite audit berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan yang menutup kemungkinan terjadinya manajemen laba.


(41)

Gambar 2.1 Kerangka konseptual Sumber : diolah peneliti, 2011

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008) Hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konsruk yang menjelaskan atau memprediksi norma-norma.

Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah

Mekanisme

Good Corporate Governance (X)

Manajemen Laba

(Y)

Komite Audit (X4) Proporsi Dewan Komisaris (X3)

Kepemilikan Institusional (X2) Kepemilikan Manajerial (X1)


(42)

mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap manajemen laba.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain asosiatif dengan hubungan kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Umar Husein, 2003). Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan atau mengontrol suatu gejala.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Indonesia

Capital Market Directory dan situs resmi Bursa Efek Indonesia

series, yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat

dalam beberapa waktu tertentu, misalnya dalam waktu tahunan. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen, beserta catatan laporan keuangannya, data-data tentang kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, komite audit serta data dari situs perusahaan yang dimaksud.


(44)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 – 2010 yang berjumlah 75 perusahaan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Menurut Erlina (2008), secara umum ada dua metode pengambilan sampel yang digunakan, yaitu :

a. Probability Sampling, metode pengambilan sampel dimana

setiap elemen populasi mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Metode ini dibedakan atas :

1) Simple random sampling 2) Complex random sampling

b. Non probability sampling, metode pengambilan sampel dimana

tidak elemen populasi mempunyai kemungkinan atau peluang untukterpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terdiri atas: 1) Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel secara

nyaman dimana peneliti mengambil sampel sekehendak hatinya.

2) Purposive sampling, pengambilan sampel berdasarkan

criteria tertentu.

3) Judgement sampling, yaitu pengambilan sampel

berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel penelian adalah sebagai berikut:


(45)

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010.

2. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember periode 2008-2010

3. Laporan keuangan dipublikasikan dalam mata uang rupiah

4. Perusahaan tersebut memiliki sekurang-kurangnya tiga anggota komite audit.

Data tentang sampel penelitian ini didownload Mei 2011. Berdasarkan kriteria maka diproses sampel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Proses seleksi Sampel Penelitian N

O KODE POPULASI

KRITERIA SAMPEL 1 2 3 4

Food and Beverages

1 ADES PT Akasha Wira International √ √ √ × 2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ × 3 AQUA PT. Aqua Golden Mississippi Tbk √ √ √ ×

4 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ ×

5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk √ √ √ ×

6 DLTA PT. Delta Jakarta Tbk √ √ √ √ 1

7 FAST PT. Argha Karya Prima Ind Tbk √ √ √ × 8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ × 9 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ ×

10 MYOR PT. Mayora Indah Tbk √ √ √ √ 2

11 PSDN PT. Prasidha aneka Niaga Tbk √ √ √ × 12 PTSP PT. Pionerindo Gourment International √ √ √ ×

13 SIPD PT. Sierad Produce Tbk √ √ √ √ 3

14 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk √ × √ ×

15 SKLT PT. Sekar Laut Tbk √ √ √ ×

16 SMAR PT. Smart Tbk √ √ √ ×


(46)

18 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk √ × √ × 19 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √ × Tobacco Manufacturers

20 BATI PT. BAT Indonesia Tbk √ √ √ × 21 RMBA PT. Bentoel International Investama

Tbk

√ √ √ ×

22 GGRM PT. Gudang Garam Tbk √ √ √ ×

23 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk √ √ √ ×

Textile Mill Products

24 ARGO PT. Argo Pantes Tbk √ √ √ ×

25 CNTX PT. Century Textile Industry (Centex) Tbk

√ √ √ ×

26 ERTX PT. Eratex Djaja Tbk √ × √ × 27 PAFI PT. Panasia Filament Inti Tbk √ √ √ × 28 HDTX PT. Panasia IndosyntexTbk √ × √ ×

29 RDTX PT. Roda Vivatex Tbk √ √ √ ×

30 SSTM PT. Sunson Textile Manufacture Tbk √ √ × × 31 TEJA PT. Textile Manufacturing Company

Jaya

× × √ ×

32 TFCO PT. Tifico Tbk √ √ × √

33 UNTX Unitex Tbk √ √ √ ×

Apparel and Other Textile Products

34 BATA PT. Sepatu Bata Tbk √ √ √ ×

35 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk √ √ √ × 36 DOID PT. Delta Dunia Petroindo Tbk √ √ √ × 37 ESTI PT. Evershine Textile Industry Tbk √ √ √ × 38 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Tbk × × √ ×

39 INDR PT. Indorama Tbk √ √ × √

40 KARW PT. Karwell Indonesia Tbk √ √ √ × 41 MYRX PT. PT. Hanson International Tbk √ √ √ × 42 MYTX PT. Apac Citra Centertex Tbk √ √ √ ×

43 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tbk √ √ √ √ 4

44 RICY PT. Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ √ × 45 SIMM PT. Surya Intrindo Makmur Tbk √ √ √ × 46 SRSN PT. Indo Acidatama Tbk × × √ × Lumer and Wood Product

47 BRPT PT. Barito Pacific Tbk √ √ √ √ 5

48 DSUC PT. daya Sakti Unggul Corporation Tbk

√ √ √ ×

49 SULI PT. Sumalindo Lestari Tbk √ √ √ × 50 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Tbk √ √ √ × Paper and Allied Products

51 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk √ √ √ √ 6

52 INKP PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk √ √ √ × 53 TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk √ √ √ ×


(47)

54 SPMA PT Suparma Tbk √ √ √ × 55 SAIP PT Surabaya Agung Industry Pulp Tbk √ √ √ × 56 INRU PT. Toba Pulp Lestari Tbk √ √ × ×

Chemical and Allied Products

57 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk × × √ × 58 BUDI PT. Budi Acid Jaya Tbk √ √ √ × 59 CPIN PT. Colorpak Indonesia Tbk √ × √ × 60 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk √ × √ √

61 LTLS PT. Lautan Luas Tbk √ √ √ ×

62 POLY PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk √ × √ × 63 SOBI PT Sorini Corporation Tbk √ × √ × 64 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk √ √ × √

65 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk √ √ √ √ 7

Adhesive

66 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ √ 8 67 EKAD PT. Ekadharma Tape Industry Tbk √ √ √ ×

68 INCI PT. Intanwijaya Internasional Tbk √ √ √ × 69 KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk √ √ √ ×

Plastics and Glass Products

70 AKKU PT. Aneka Kesamindo Utama Tbk √ √ √ × 71 AKPI PT. Argha Karya Prima Ind Tbk √ √ √ × 72 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk √ √ √ × 73 APLI PT. Asiaplast Industries Tbk √ √ √ ×

74 BRNA PT. Berlina Tbk √ √ √ √ 9

75 DYNA PT. Dynaplast Tbk √ √ √ √ 10

76 FPNI PT. Titan Kimia Nusantara Tbk √ × √ × 77 IGAR PT. Kageo Igar Jaya Tbk √ × √ √ 78 LAPD PT. Leyand International Tbk × × √ × 79 LMPI PT. Langgeng Makmur Industry Tbk √ × √ × 80 SIMA PT. Siwani Makmur Tbk √ √ √ × 81 TALF PT. Tunas Alfin Tbk √ × √ ×

82 TRST PT. Trias Sentosa Tbk √ √ √ √ 11

83 YPSA PT. Yanaprima Hasta Persada Tbk √ √ √ × Cement

84 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk √ √ √ × 85 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk √ √ √ × 86 SMGR PT Semen Gresik (Persero) √ √ √ ×

Metal and Allied Products

87 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk

√ √ √ ×

88 BTON PT. Beton Jaya Manunggal Tbk √ √ √ × 89 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk √ √ × ×

90 INAI PT. Indal aluminium Industry Tbk √ √ √ √ 12 91 ITMA PT. Itamaraya Golg Industri Tbk √ √ √ ×


(48)

93 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ √ 14 94 LION PT. Lion Metal Works Tbk √ √ √ ×

95 LMSH PT. Lion Metal Mesh Prima √ √ √ × 96 PICO PT. Pelangi Indah Canindo Tbk √ √ √ √

97 TBMS PT Tembaga Mulia Semanam Tbk √ √ √ √ 15 98 TIRA PT. Tira Austerine Tbk × × √ ×

Fabricated Metal Products

99 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ × 100 KDSI PT. Kedaung Indah Industrial Tbk √ √ √ × Stone, Clay, Glass and Concrete Products

101 ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk √ √ √ √ 16 102 IKAI PT. Intikeramik Alamasri Industri

Tbk

√ √ √ ×

103 KIAS PT. Inti Keramik Alamasri Industry Tbk

√ √ √ ×

104 MLIA PT. Mulia Industrindo Tbk √ √ √ × 105 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk √ √ √ ×

Cables

106 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk √ √ √ × 107 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk √ √ √ × 108 KBLI PT. GT Kabel Indonesia Tbk × √ √ × 109 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk √ √ √ × 110 SCCO Supreme Cable Manufacturing

Commerce Tbk

√ √ √ √ 17

111 VOKS PT. Voksel Electric Tbk √ √ √ × Electronic and Office Equipment

112 ASGR PT. Astra GrapHia Tbk √ √ √ × 113 MLPL PT. Multipolar Corporation Tbk × × √ × 114 MTDL PT. Metrodata Electronics Tk × × √ × 115 MYOH PT. Myoh Technology Tbk × × √ × 116 PTSN PT. Satnusa Persada Tbk √ √ √ ×

Automotive and Allied Product

117 ASII PT. Astra Internasional Tbk √ √ √ × 118 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk √ √ √ × 119 ADMG PT. Polichem Indonesia Tbk √ √ √ × 120 BRAM PT. Indo Korsda (Formerly Branta

Mulia)

√ √ √ ×

121 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk √ √ √ √ 18

122 GDR PT. Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ × 123 HEXA PT. Hexindo Adiperkasa Tbk × × × √ 124 IMAS PT. Indomobil Sukses Makmur Tbk √ × √ ×

125 INDS PT. Indospring Tbk √ √ √ ×

126 INTA PT. Intraco Penta Tbk √ × √ √

127 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ √ 19 128 MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ √ ×


(49)

Sumber : diolah peneliti, 2011

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 karena semakin meningkatnya daya serap pasar terhadap produk dari perusahaan manufaktur serta adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh pemerintah. Kondisi lain adalah

129 NIPS PT. Nippres Tbk √ √ √ ×

130 PRAS PT. Prima Alloy Steel Tbk √ × √ × 131 SQMI PT. Allbond Makmur Usaha Tbk √ √ √ × 132 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk √ √ √ × 133 SUGI PT. Sugi Samapersada Tbk × × √ ×

134 TURI PT. Punas Ridean Tbk √ √ √ √ 20

135 UNTR PT. United Tractors Tbk × × √ × Photographic Equipmen

136 INTD PT. Inter Delta Tbk × × √ × 137 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka

Indonesia Tbk

√ √ √ √ 21

138 MDRN PT. Modern International Tbk √ √ √ √ 22 Pharmaceuticals

139 DVLA PT. Darya – Varia Laboratoria Tbk √ √ √ × 140 INAF PT. Indofarma (persero) √ × √ ×

141 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk √ √ √ ×

142 KAEF PT. Kimia Farma (persero) √ √ √ √ 23 143 MERK PT. Merc Indonesia Tbk √ √ √ ×

144 PYFA PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ 24

145 SCPI PT. Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ × 146 SQBI PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia

Tbk

√ √ √ ×

147 TSPC PT. Scan Pacific Tbk √ √ √ × Consumer Goods

148 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk √ √ √ × 149 PROD PT. Sara Lee Body Care Indonesia

Tbk

√ × √ ×

150 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √ 25


(50)

modal jangka panjang justru itu sangat membutuhkan pengelolaan yang baik.

Berdasarkan proses seleksi sampel pada tabel 3.1 di atas maka diperoleh sampel penelitian pada tabel 3.2 sebagai berikut:


(51)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian No Kode Nama Perusahaan 1 DLTA PT. Delta Jakarta Tbk 2 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 3 SIPD PT. Sierad Produce Tbk 4 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tbk 5 BRPT PT. Barito Pacific Tbk 6 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk 7 TPIA PT.Tri Polyta Indonesia Tbk 8 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 9 BRNA PT. Berlina Tbk

10 DYNA PT. Dynaplast Tbk 11 TRST PT. Trias Sentosa Tbk

12 INAI PT. Indal aluminium Industry Tbk 13 JKSW PT. Jakarta Kyoei Stell Works Tbk 14 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk

15 TBMS PT. Tembaga Mulia Semanam Tbk 16 ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk

17 SCCO Supreme Cable Manufacturing Commerce Tbk 18 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk

19 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk 20 TURI PT. Tunas Ridean Tbk

21 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka Indonesia Tbk 22 MDRN PT. Modern International Tbk

23 KAEF PT. Kimia Farma (persero) 24 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk 25 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk Sumber: diolah peneliti, 2011

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap, yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi. Metode pengumpulan data melalui studi pustaka, yaitu jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data melalui studi dokumentasi, yaitu dengan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan tahunan


(52)

perusahaan manufaktur yang dipublikasikan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Independen ( Bebas )

Variable independen adalah variable yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat) (Erlina,2008).

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.

1). Kepemilikan Institusional.

Adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi / perusahaan (Beiner et al, 2003). Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Perhitungan dari kepemilikan institusional adalah :


(53)

2). Kepemilikan Manajerial.

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah :

x100%

3). Proporsi Dewan Komisaris Independen.

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan memegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004). Proporsi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan. Perhitungan dari proporsi dewan komisaris independen :


(54)

4). Komite Audit.

Adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur bedasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota koite audit. Perhitungan dari komite audit adalah :

3.5.2 Variabel Dependen ( terikat )

Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Manajemen laba dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan dasar rasio akrual modal kerja dengan penjualan sebagai berikut:


(55)

Akrual modal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas Keterangan:

Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t

Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t.

Adapun difinisi operasional dan pengukuran variabel penelitian diperlihatkan pada tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3

Difinisi Operasional Penelitian Nama

Variabel

Variabel Penelitian

Definisi Parameter Skala

Ukuran Kepemilika

n manajerial (X1)

Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola

Persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal

saham yang beredar Rasio Kepemilkan Institusional (X2)

Jumlah persentase hak suara yang dimilki oleh institusi/ perusahaan

Persentase jumlah saham yang dimilki institusi dari seluruh modal

saham yang beredar


(56)

Independen Proporsi Dewan Komisaris Independen (X3)

Anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnaya dan memegang saham pengendali, serta bebes dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluuruh jumlah komisaris perusahaan Rasio Komite Audit (X4)

Suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan

Persentase jumlah komite audit yang

berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah komite audit Rasio Dependen Manajemen Laba (Y)

Suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Akrualisasi

laba berdasarkan kebijakan manajemen.

Koefisien regresi antara working capital (selisih, hutang lancar dan kas/ setara kas) terhaadap

penjualan satu periode.

Rasio

Sumber : diolah peneliti, 2011

3.6 Metode Analisis Data

Data dikumpulkan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini.


(57)

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.6.2.1 Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengatahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat grafik histogram yang membandingkan dengan data observasi dengan distribusi yang mendekati membandingkan dengan data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Menurut Ghozali (2005), ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi grafik dan analisis statistik.

a. Analisis Grafik

Untuk malihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histrogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbuh diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari nilai residualnya. Jika data menyabar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau gafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(58)

b. Analisis Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov

Smirnov (K-S). Pedoman pengambialn keputusan

rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov

Smirnov dapat dilihat dari:

a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05, maka distribusi data adalah normal (Ghozali, 2005).

3.6.1.2 Uji Autokorelasi

Uji multikolinieritas bertujuan untuk meneliti apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan


(59)

adanaya multikolinieritas adalah nilai tolerance <10 atau sama dengan VIF >10 (Ghozali,2005).

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali,2005).


(60)

3.6.1.4 Uji Multikolonearitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series.

Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji

Durbin Watson dengan ketentuan :

1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi.

3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.2 Model Regresi Linear Berganda

Model regresi linear barganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Persamaan regresi linear berganda digunakan yaitu:

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Keterangan:

Y = Manajemen Laba (variabel Dependen)


(61)

β1 β2 β3 β4 = Koefisisen regresi variable X1 X2 X3 X4 X1 = Kepemilikan manajerial

X2 = Kepemilikan institusional

X3 = Proporsi dewan komisaris independen

X4 = Komite

3.6.3 Pengujian Hipotesis 3.6.3.1 Uji Parsial (t-test)

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t- tes. Menurut Ghozali (2005) “ uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji-t dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho : tidak semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Ha : semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan :


(62)

jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

3.6.3.2 Uji Simultan (F-test)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji Ftest. Menurut Ghozali (2005) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap vaiabel dependen atau terikat”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung dengan ketentuan :

1. Jika Fhitung < ttabel pada α 0.05 maka Ha diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara bersama-sama 1keempat variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhaadap variabel dependen.

2. Jika Fhitung > ttabel pada α 0.05 maka Ha ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara bersama-sama keempat variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.


(63)

3.7 Jadwal Penelitian Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Januari 2011 Maret 2011 April 2011 Juli 2011 Agust 2011 Sept 2011 Oktob 2011 Novem 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan proposal skripsi Bimbingan dan perbaikan proposal Seminar Proposal skripsi Pengolahan dan penulisan skripsi Bimbingan dan Penyelesaian Ujian Komprehensif


(64)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengola data dengan menggunakan microsoft

exel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan regresi linear

berganda.

Pengujian asumsi klasik dan regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSSversi 18 for windiws. Prosedur ini dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 25 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini yang diamati selama periode 2008-2010.

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statisti yang yang menggunakan regresi linear berganda.


(65)

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Pada tabel 4.1 berikut ini dijelaskan statistik penelitian:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptive

Sumber: diolah peneliti, 2011

Tabel 4.1 di atas menunjukan pengukuran statistik deskriptif terhadap mekanisme good corporate governance yang diproyeksikan ke dalam empat variabel yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit.

 Variabel kepemilikan (KI) institusional menunjukkan nilai minimum 3,14 dan nilai maksimum 99,75 dengan nilai rata-rata sebesar 65,9652 sedangkan standar deviasinya adalah 18,52159. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ML 75 -1.473262289 34.917161470 .40378502675 4.057537846784

KI 75 3.14 99.75 65.9652 18.52159

KM 75 .00 23.34 3.3253 6.69300

PDKI 75 .000 1.000 .38041 .161045

KA 75 .000 .500 .31000 .083962


(66)

bahwa sebaran data variabel kepemilikan institusional tergolong baik karena standar deviasinya dibawah 2,5.

 Variabel kepemilikan manajerial menunjukan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 23,34 dengan nilai rata-rata sebesar 3,3253 sedangkan standar deviasinya adalah 6,69300 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel kepemilikan manajerial tergolong baik karena standar deviasinya dibawah 2,5.

 Variabel Proporsi dewan komisaris independen menunjukan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 1,00 dengan nilai rata-rata sebesar 0,38041 sedangkan standar deviasinya adalah 0,161045 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel kepemilikan manajerial tergolong baik karena standar deviasinya dibawah 2,5.

 Variabel komite audit menunjukan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,500 dengan nilai rata-rata sebesar 0,31000 sedangkan standar deviasinya adalah 0,83962 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel komite audit tergolong baik karena standar deviasinya dibawah 2,5.


(67)

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah penelitian memiliki distribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui 2 cara yaitu analisis grafik dan analisis ststistik, (Ghozali, 2005)

a. Analisis grafik

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(68)

Gambar 4.1

Uji Normalitas Pendekatan Grafik Sumber: diolah peneliti, 2011

Berdasarkan gambar 4.1 Dapat dilihat bahwa titik-titik menyeber di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal . dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini juga dapat dilihat dari histogram dalam gambar 4.2 berikut:


(69)

Gambar 4.2

Uji Normalitas Pendekatan Histogram Sumber: diolah peneliti, 2011

Pada grafik histogram di atas terlihat bahwa variable keputusan berdistribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

b. Uji Statistik

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual distribusi normal. Untuk ini dilakukan uji one sample kolmogorof


(70)

Tabel 4.2 Uji Statistik

Sumber: diolah peneliti, 2011

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model kolmogrov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,161 (di atas nilai signifikan 0,05).

4.2.2.2 Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sabelumnya, (Ghozali, 2005) . Pendeteksian autokorelasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LNRES_1

N 38

Normal Parametersa,b Mean -.1282

Std. Deviation .97568

Most Extreme Differences Absolute .182

Positive .182

Negative -.107

Kolmogorov-Smirnov Z 1.122

Asymp. Sig. (2-tailed) .161

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(71)

pada kasus ini digunakan uji Durbin Waston dengan hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Uji autokorelasi Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .592a .350 .313 3.362801967136 1.913

Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan nilai statistic Durbin Waston (DW) sebesar 1,913. nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai tabel Durbin Waston yang menggunakan signifikansi 5% sengan jumlah sampel 75 dan jumlah variabel independen sebanyak 4 variabel.

Pada tabel Durbin Waston diperoleh nilai batas atas (du) 1.7358 dan nilai batas bawah (dl) 1.4987. Oleh karena itu, nilai DW lebih kecil dari nilai batas atas dan lebih besar dari nilai batas bawah (1,913 > 1.7358 < 1.4987), berarti ada autokotelasi.

a. Predictors: (Constant), LNKA, LNPDKI, LNKM, LNKI b. Dependent Variable: LNML


(72)

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk melihat ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan scater plot. Apabila scatterplot menunjukkan sesuatu yang membentuk pola maka dapat dikatakan terjadi hemoskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji scatterplot adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3 Uji heteroskedastisitas Sumber: diolah peneliti, 2011

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.


(1)

Lampiran x

2)

Statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.27065287 Most Extreme Differences Absolute .230

Positive .230

Negative -.131

Kolmogorov-Smirnov Z 1.991

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LNRES_1

N 38

Normal Parametersa,b Mean -.1282

Std. Deviation .97568 Most Extreme Differences Absolute .182

Positive .182

Negative -.107

Kolmogorov-Smirnov Z 1.122

Asymp. Sig. (2-tailed) .161

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Lampiran xii

Uji Autolorelasi

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .592a .350 .313 3.362801967136

a. Predictors: (Constant), KA, KM, PDKI, KI b. Dependent Variable: ML


(3)

Lampiran xii

Uji Heterokedatisitas

Scatterplot sebelum Transformasi

Scatterplot Setelah Transformasi


(4)

Lampiran xii

Uji Multikolenearitas

Coefficients

a

sebelum Transformasi

Coefficients

a

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.376 2.596 .915 .363

KI -.002 .022 -.007 -.072 .943 .918 1.089

KM -.010 .059 -.016 -.168 .867 .978 1.022

PDKI 10.490 2.436 .416 4.307 .000 .993 1.007 KA -18.793 4.832 -.389 -3.889 .000 .928 1.077 a. Dependent Variable: ML


(5)

Lampiran xiv

Pengujian Hipotesis

Uji Parsial t-test (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Correlations

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part 1 (Constant) 2.376 2.596 .915 .363

KI -.002 .022 -.007 -.072 .943 .107 -.009 -.007 KM -.010 .059 -.016 -.168 .867 -.049 -.020 -.016 PDKI 10.490 2.436 .416 4.307 .000 .448 .458 .415 KA -18.793 4.832 -.389 -3.889 .000 -.421 -.422 -.375 a. Dependent Variable: ML


(6)

Lampiran xvi

Uji Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 426.717 4 106.679 9.434 .000a

Residual 791.591 70 11.308

Total 1218.307 74

a. Predictors: (Constant), KA, KM, PDKI, KI b. Dependent Variable: ML


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 51 83

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1 74 88

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 9 23

ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN MOTIVASI MANAJEMEN LABA TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 11 63

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 16