Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

(1)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh: Maharanni 100200007

Departemen Hukum Internasional

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh: Maharanni 100200007

Departemen Hukum Internasional

Disetujui oleh,

KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM USU

Dr. Chairul Bariah, SH., M.hum NIP. 195612101986012001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum NIP. 1973022002121001 NIP. 197308012002121002


(3)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRAK

ASEAN Economic Community (AEC) 2015 menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan di kawasan regional ASEAN untuk menciptakan pasar tunggal yang mejadi wadah sebesar-besarnya bagi negara anggota ASEAN dalam mengembangkan perekonomian dan perdagangan ke arah yang lebih baik. Kesepakatan pelaksanaan ASEAN Economic Community pertama kali termuat dalam Bali Concord II yang dihasilkan melalui KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community Blueprint 2015) yang merupakan grand design AEC yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar AEC. Skripsi ini membahas regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional menurut hukum internasional yang berlaku, bagaimana hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015, dan bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dengan cara penelitian pustaka.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : pertama, kedudukan ASEAN dalam Hukum Internasional adalah sebagai sebuah organisasi internasional yang didirikan melalui Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Kedua, hak dan kewajiban negara ASEAN dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015 mendatang tercantum seluruhnya dalam Deklarasi ASEAN Economic Community Blueprint 2015 yang dibuat di Singapura, 20 November 2007. Ketiga, pemerintah telah membentuk regulasi-regulasi antara lain, Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008 tentang Fokus Progam Ekonomi, Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, Keputusan Presiden No. 23 tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN, Program Logistik Nasional, Penyusunan Roadmap Daya Saing, serta pembuatan Policy Paper mengenai kesiapan Indonesia menghadapi AEC 2015.


(4)

Kata Kunci : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulasi

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I


(5)

A REVIEW OF INTERNATIONAL LAW REGARDING THE REGULATION OF THE NATIONAL LAWS OF INDONESIA AS ASEAN MEMBER

COUNTRIES IN ORDER TO FACE THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRACT

ASEAN Economic Community (AEC) by 2015 is becoming a necessity for ASEAN in the region is carried out to create a single market that became as big as possible for the ASEAN member countries in developing the economy and commerce towards a better. Implementation of the ASEAN Economic Community agreement was first included in the Bali Concord II which is generated through the 9th ASEAN SUMMIT in Bali in 2003, and the blueprint of the ASEAN Economic Community 2015 (the ASEAN Economic Community Blueprint 2015) which is a grand design which contains the AEC schedule strategically, the milestone of the respective pillars of the AEC. This thesis discusses the regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

Problems in this thesis is how ASEAN positions as international organizations according to the applicable international law, how the rights and obligations of ASEAN member countries in the field of the economics associated with the ASEAN Economic Community 2015, and how regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

The research method used is the juridical normative research methods by using secondary data obtained by means of a research library.

Based on the results of the study it can be concluded that: first, the position of ASEAN in international law is as an international organization that was established through the Bangkok Declaration on August 8, 1967 by five countries in Southeast Asia, were Indonesia, Malaysia, Thailand, the Philippines and Singapore. Secondly, the rights and obligations of the ASEAN countries in the ASEAN Economic Community by 2015 entirely contained in the Declaration of the ASEAN Economic Community Blueprint 2015 made in Singapore, 20 November 2007. Third, the Government has established regulation-regulation among others, presidential instruction No. 5 in 2008 about the focus of the economic Program, presidential instruction No. 11 in 2011 on the implementation of the commitment of the ASEAN Economic Community Blueprint, Presidential Decree No. 23 of 2012 about the composition of the membership of the ASEAN National Secretariats, National Logistics Program, drafting the Roadmap, as well as the creation of Competitiveness Policy Paper concerning the readiness of Indonesia against the AEC by 2015.


(6)

Keywords : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulation

*) Student of Law Faculty of USU **) Counselor I


(7)

DAFTAR SINGKATAN

ACIA : ASEAN Comprehensive Investment Agreement

AEC : ASEAN Economic Community

AEM : The ASEAN Economics Ministers

AFAS : ASEAN Framework Agreement on Services

AFMM : ASEAN Finance Ministers Meeting

AFTA : ASEAN Free Trade Area

AIA : ASEAN Investement Area

AMAF : ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry

AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation

AMEM : ASEAN Ministers on Energy Meeting

AMM : The Annual Ministerial Meetings

AMMin : ASEAN Ministerial Meeting on Minerals

AMMST : ASEAN Ministers Meeting on Science and Technology

ASA : Association of Southeast Asia

ASC : ASEAN Standing Committee

ASEAN : Association of South East Asian Nation

ATA : ASEAN Tourism Agreement

ATIGA : ASEAN Trade in Goods Agreement


(8)

CEPT : Common Effective Preferential Tarif

COSD : Committee on Social Development

HLTF : High Level Task Force

HPA : Hanoi Plan of Action

IGO : Inter-Governmental Organisation

KTT : Konferensi Tingkat Tinggi LCGC : Low Cost and Green Car

M-ATM : Meeting of ASEAN Tourism Ministers

MFN : Most Favoured Nation

MRAs : Mutual Recognation Arrengements

NGO : Non Government Organisation

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PTA : Preferential Tarif Arrangement

RIA : Roadmap for Integration of ASEAN

SEANWFZ : South-East Asia Nuclear Weapon Free Zone

SEATO : Southeast Asia Treaty Organisation

SEOM : Senior Economic Official Meeting

TAC : The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia

TELMIN : ASEAN Telecominicatrion and IT Ministers Meeting


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala berkah dan karunia-Nya yang selalu menyertai Penulis sampai penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi yang berjudul: TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 adalah guna memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis sadar akan ketidaksempurnaan penulisan skripsi ini sehingga berharap agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari Penulis dapat menghasilkan sebuah karya yang lebih baik, baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Chairul Bariah, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Internasional dan Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas arahan yang diberikan hingga penyelesaian skripsi ini.


(10)

2. Bapak Mahmul Siregar, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing 1 dan Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas bantuan dan bimbingan beliau yang bermanfaat.

3. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas segala bantuan, kritikan, saran, kesabaran dalam membimbing Penulis, dan telah menjadi tempat bertanya dan berkeluh kesah Penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Prof. Syamsul Arifin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas arahan sejak menjadi mahasiswa baru sampai sekarang.

5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu yang telah diberikan.

6. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Marsiati dan Ripsodianto. Adik-adik Penulis, Tridasa Putri Lestari dan Richa Mahardhina. Beserta seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih atas segala doa, semangat, dan dukungan yang tak pernah berhenti diberikan. Semoga kelak Penulis dapat membanggakan kalian semua.

7. Mama Koestrini dan Papa Hardi Selamat Hood. Terima kasih untuk segala dukungan, doa dan motivasi yang diberikan hingga saat ini. Semoga Penulis dapat membalas kebaikannya.


(11)

8. Kekasih Tersayang, Tengku Mahmood Al-Rasjid. Terima kasih telah menjadi teman berbagi yang teristimewa dalam suka dan duka, untuk segala doa dan dukungan yang tak pernah berhenti.

9. Keluarga besar Bapak H.T.M. Ichsan Al-Rasjid, keluarga besar Ibu Rahmi Meiliani Sari, keluarga Kak Ivana Muswar, keluarga Bapak Pahlawi. Terima kasih atas segala kemurahan hati, dukungan, dan motivasi yang diberikan, serta telah menjadi pengganti keluarga bagi Penulis di perantauan. Semoga kelak Penulis dapat membalas kebaikan kalian semua. 10.Sahabat-sahabat kecil Penulis, Rosiana, Yuyu Tresna Ayu, dan Septi

Pramuliawati. Terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan. Semoga persahabatan ini tidak akan berakhir.

11.Ratih Damara Barus, sahabat terbaik yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah Penulis sejak menjadi mahasiswa baru hingga sekarang, serta Febrina Permatasari, Anissa Nurachmi, Dessy Saida, Defina Anggriani, Antony Jahdin, Sofyan Siregar, Frisdar Rio, Theodorus Arie, Andhika sebagai sahabat-sahabat yang telah mewarnai hari-hari Penulis selama menjalankan perkuliahan. Semoga kelak kita semua akan berhasil.

12.Teman-teman seperjuangan International Law Student Association

(ILSA), terutama Sakafa Guraba dan Reisky Ananias Nadeak sebagai

partner terbaik dalam kepengurusan ILSA 2010, Ekpi Yossara Simbolon, Paul Brena Tarigan, Rahma Sari, Mutiara Parwita, Reza Endara Arham, Bima Syahputra, serta teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan


(12)

satu-persatu. Terima kasih atas segala waktu yang telah dihabiskan bersama Penulis selama masa perkuliahan hingga sekarang.

13.Berbagai narasumber dan pihak-pihak lain yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, September 2014


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR SINGKATAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsep ... 8

G. Metode Penelitian ... 15

BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN ... 21

B. Tujuan Pembentukan ASEAN ... 28

C. Struktur Kelembagaan ASEAN ... 31

D. Kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional yang Berlaku ... 35

BAB III ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) SEBAGAI BENTUK INTEGRASI EKONOMI ASEAN A. Kesepakatan ASEAN dalam Bidang Ekonomi ... 46

B. Tahap Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC)... 52

C. Struktur Kelembagaan ASEAN Economic Community (AEC) ... 59

D. Hak dan Kewajiban Negara Anggota ASEAN dalam Bidang Ekonomi Terkait dengan ASEAN Economic Community 2015 ... 66

BAB IV PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 A. ASEAN Economic Community Blueprint sebagai Pedoman Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ... 73

B. Integrasi Perangkat Hukum ASEAN mengenai Sektor-Sektor Prioritas ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ... 76


(14)

C. Pengaturan Arus Barang dan Arus Bebas Jasa dalam ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 ... 80 D. Regulasi Hukum Nasional Indonesia sebagai Negara Anggota ASEAN

dalam

Rangka Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 108


(15)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRAK

ASEAN Economic Community (AEC) 2015 menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan di kawasan regional ASEAN untuk menciptakan pasar tunggal yang mejadi wadah sebesar-besarnya bagi negara anggota ASEAN dalam mengembangkan perekonomian dan perdagangan ke arah yang lebih baik. Kesepakatan pelaksanaan ASEAN Economic Community pertama kali termuat dalam Bali Concord II yang dihasilkan melalui KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community Blueprint 2015) yang merupakan grand design AEC yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar AEC. Skripsi ini membahas regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional menurut hukum internasional yang berlaku, bagaimana hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015, dan bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dengan cara penelitian pustaka.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : pertama, kedudukan ASEAN dalam Hukum Internasional adalah sebagai sebuah organisasi internasional yang didirikan melalui Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Kedua, hak dan kewajiban negara ASEAN dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015 mendatang tercantum seluruhnya dalam Deklarasi ASEAN Economic Community Blueprint 2015 yang dibuat di Singapura, 20 November 2007. Ketiga, pemerintah telah membentuk regulasi-regulasi antara lain, Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008 tentang Fokus Progam Ekonomi, Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, Keputusan Presiden No. 23 tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN, Program Logistik Nasional, Penyusunan Roadmap Daya Saing, serta pembuatan Policy Paper mengenai kesiapan Indonesia menghadapi AEC 2015.


(16)

Kata Kunci : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulasi

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I


(17)

A REVIEW OF INTERNATIONAL LAW REGARDING THE REGULATION OF THE NATIONAL LAWS OF INDONESIA AS ASEAN MEMBER

COUNTRIES IN ORDER TO FACE THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRACT

ASEAN Economic Community (AEC) by 2015 is becoming a necessity for ASEAN in the region is carried out to create a single market that became as big as possible for the ASEAN member countries in developing the economy and commerce towards a better. Implementation of the ASEAN Economic Community agreement was first included in the Bali Concord II which is generated through the 9th ASEAN SUMMIT in Bali in 2003, and the blueprint of the ASEAN Economic Community 2015 (the ASEAN Economic Community Blueprint 2015) which is a grand design which contains the AEC schedule strategically, the milestone of the respective pillars of the AEC. This thesis discusses the regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

Problems in this thesis is how ASEAN positions as international organizations according to the applicable international law, how the rights and obligations of ASEAN member countries in the field of the economics associated with the ASEAN Economic Community 2015, and how regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

The research method used is the juridical normative research methods by using secondary data obtained by means of a research library.

Based on the results of the study it can be concluded that: first, the position of ASEAN in international law is as an international organization that was established through the Bangkok Declaration on August 8, 1967 by five countries in Southeast Asia, were Indonesia, Malaysia, Thailand, the Philippines and Singapore. Secondly, the rights and obligations of the ASEAN countries in the ASEAN Economic Community by 2015 entirely contained in the Declaration of the ASEAN Economic Community Blueprint 2015 made in Singapore, 20 November 2007. Third, the Government has established regulation-regulation among others, presidential instruction No. 5 in 2008 about the focus of the economic Program, presidential instruction No. 11 in 2011 on the implementation of the commitment of the ASEAN Economic Community Blueprint, Presidential Decree No. 23 of 2012 about the composition of the membership of the ASEAN National Secretariats, National Logistics Program, drafting the Roadmap, as well as the creation of Competitiveness Policy Paper concerning the readiness of Indonesia against the AEC by 2015.


(18)

Keywords : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulation

*) Student of Law Faculty of USU **) Counselor I


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum internasional yang ada pada saat ini memiliki peranan yang sangat efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional. Berkembangnya hukum tersebut tidak terlepas dari subjek-subjek atau para pelakunya. Sejak awal lahirnya hukum internasional, negara merupakan subjek hukum utama dan satu-satunya yang ada, namun seiring perkembangan zaman melalui munculnya teori-teori baru ataupun konflik yang lahir, maka lahirlah beberapa subjek hukum internasional.

Salah satu subjek hukum internasional ialah organisasi internasional. Selayaknya kehidupan bermasyarakat, maka negara pun tidak dapat berdiri sendiri, sehingga negara perlu untuk bergaul dengan negara lain. Kebutuhan untuk memperluas pergaulan sebuah negara dengan negara lain diiringi dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi pengangkutan, komunikasi dan informasi.

Berkumpulnya negara-negara dalam satu pergaulan dengan kepentingan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dibalut dalam satu kelompok yang biasa disebut organisasi internasional. Disamping dibentuknya organisasi internasional ini, pada waktu yang sama juga berkembang organisasi-organisasi pemerintah (NGO's)1

1

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung, hal: 459

, sebagai contoh ialah organisasi non-pemerintah yang sangat terkenal pada awal abad ke-20, yaitu International Committee of The Red Cross.


(20)

Organisasi internasional yang paling mendunia yang sangat diakui keberadaannya secara internasional ialah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB adalah organisasi yang dibentuk akibat dari kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam usahanya untuk mengakhiri peperangan dan mendamaikan dunia.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia2

Organisasi terbesar yang dimasuki Indonesia adalah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dimana organisasi tersebut beranggotakan hampir seluruh negara merdeka di dunia. Indonesia resmi menjadi negara anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan revolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/491 (V) tentang "Penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa", kurang dari satu tahun setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag

.

Indonesia sebagai sebuah negara yang juga merupakan salah satu subjek hukum internasional, dapat melakukan hubungan dengan negara lain. Selain itu, dengan status Indonesia sebagai negara berkembang, maka dianggap penting bagi Indonesia untuk melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan negara lain, bahkan untuk menjadi negara anggota dari sebuah organisasi internasional.

3

2

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

3

http://id.m.wikipedia.org/wiki/indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014


(21)

Keanggotaan sebuah negara dalam suatu organisasi internasional harus didasari oleh cita-cita dan tujuan bersama serta memiliki konsep pemikiran atau adanya kepentingan yang membuat sebuah negara memasuki organisasi tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Indonesia, pada saat PBB meresmikan keberadaan Malaysia sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB pada tahun 1964, Indonesia merasa hal tersebut tidak menguntungkan negaranya, sehingga pada saat itu Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari keanggotaan PBB dan oleh Soeharto, Indonesia masuk kembali pada 28 September 1966 menjadi anggota PBB untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan PBB, dan untuk melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB4

ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang ekonomi, diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada tahun 1977

.

Organisasi dengan ruang lingkup terdekat yang melibatkan Indonesia sebagai negara anggotanya ialah ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang merupakan organisasi bagi negara-negara di Asia Tenggara. ASEAN terbentuk melalui Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967, yang melahirkan berbagai kesepakatan serta kerja sama antar negara anggotanya.

5

4

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130304061948AAfiNuf, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

5

Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, hal. 3

. Perjanjian tersebut mengarah kepada keterbukaan dalam bidang perdagangan di daerah Asia Tenggara. Perdagangan yang dimaksud adalah perdagangan yang bebas tarif (pajak) untuk memberikan keuntungan bagi para pedagang yang berasal dari negara-negara di ASEAN. Namun, sistem PTA tidak


(22)

memberikan banyak manfaat untuk mengembangkan perdagangan di antara negara anggota ASEAN6

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IX ASEAN di Kuala Lumpur, Desember 2005, kepala negara/pemerintah ASEAN bersepakat untuk menyusun rancangan sebuah piagam agar ASEAN jadi suatu organisasi berdasar hukum dan peraturan hukum (legally based) yang memiliki legal personality

.

Tidak berhenti pada PTA saja, ASEAN terus membuat kesepakatan dalam bidang ekonomi demi memajukan perekonomian regional, salah satu yang paling menonjol ialah ASEAN-China FTA (Free Trade Area) pada tahun 2004 yang merupakan kerja sama pertama negara di luar ASEAN dalam bidang ekonomi.

7

ASEAN Charter menjadi dasar hukum untuk integrasi sub-kawasan sebagai kesatuan yang dilandaskan dengan 3 (tiga) pilarnya, yaitu: (1) komunitas politik; (2) komunitas ekonomi; (3) komunitas sosial budaya

. Rancangan tersebut akhirnya menghasilkan ASEAN Charter (Piagam ASEAN) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 19-22 November 2007 di Singapura.

8

Menguatnya eksistensi ASEAN sebagai suatu organisasi yang sangat berperan dalam perkembangan perekonomian Asia Tenggara dan berdasarkan ASEAN Charter yang telah dibentuk, membuat ASEAN perlu untuk melakukan tindakan yang lebih nyata sebagai aksi berkelanjutan dari AFTA (Asian Free

. Ketiga pilar tersebut menjadi pendorong terbentuknya komunitas ASEAN.

6

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 134

7

http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=C1MEAAVSBgAL, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

8

http://hazpohan.blogspot.com/2010/10/implikasi-terbentuknya-asean-komunitas.html?m=1, diakses pada tanggal 18 Februari 2014


(23)

Trade Area) untuk mencapai perdagangan yang bebas dibuktikan dengan adanya kesepakatan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) 2015 sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN. Suatu landasan produksi yang terintegrasi akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi pembagian kegiatan industri di ASEAN dan dengan demikian menciptakan kesempatan bagi efisiensi industri yang lebih besar dan cost competitiveness dalam rangkaian pilihan produk dan jasa yang lebih besar pula9.

ASEAN Economic Community (AEC) 2015 merupakan wadah terbesar dan membuka sebesar-besarnya peluang bagi seluruh negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia untuk mengembangkan perekonomian dan perdagangan menuju arah yang lebih baik. Namun, dengan adanya keterbukaan pasar yang terjadi di anatara negara, tidak tertutup kemungkinan terjadinya persaingan yang menimbulkan konflik di masa yang akan datang. Hal inilah yang membuat ASEAN perlu untuk membuat pedoman pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 serta penerapannya terhadap regulasi hukum nasional Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting untuk dibahas mengenai pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan pengaturannya dalam hukum nasional Indonesia.

9

C.P.F. Luhulima, Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 40-41.


(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, berapa rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah :

1. Bagaimana kedudukan ASEAN sebagai organisasi internasional menurut hukum internasional yang berlaku?

2. Bagaimanakah hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015?

3. Bagaimanakah regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui mengenai kedudukan ASEAN dalam pergaulan masyarakat

internasional sebagai salah satu organisasi internasional

2. Untuk memberikan informasi mengenai aspek historis dan yuridis keberadaan ASEAN sebagai organisasi internasional

3. Untuk mengetahui kesiapan regulasi nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.


(25)

D. Manfaat Penulisan

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah bahan literatur bagi Hukum Internasional pada umumnya dan hukum Organisasi Internasional pada khususnya. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya pada bidang yang sama

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pemerintah terkait untuk mempersiapkan regulasi yang memadai dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015

b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pelaksanaan

ASEAN Economic Community 2015 agar masyarakat dapat membekali diri dengan kemampuan yang dapat bersaing dengan masyarakat internasional

c. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha mengenai peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksaan ASEAN Economic Community 2015

E. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI


(26)

NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015” telah diperiksa melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sepengetahuan penulis belum pernah ditulis oleh siapapun di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Data yang digunakan guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh dari literatur yang ada dan berbagai media, baik itu media cetak atau pun pengumpulan informasi melalui media elektronik.

F. Kerangka Teori dan Konsep

Untuk menghindari kesalahpahaman istilah, maka diberikan batasan pengertian sebagai berikut :

1. Subjek Hukum dan Subjek Hukum Internasional Definisi mengenai subjek hukum, yaitu :

Subjek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi subjek hukum dalam sistem hukum Indonesia, yang barang tentu bertitik tolak dari sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi, institusi)10

10

.

Beberapa definisi mengenai subjek hukum internasional menurut para ahli, yaitu :


(27)

a. Mochtar Kusumaatmadja, subjek hukum internasional merupakan pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Hampir serupa dengan subjek hukum perdata, dalam hukum internasional, subjek hukum harus memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi subjek hukum internasional, diantaranya adalah memiliki personalitas sebagai subjek hukum internasional dan memiliki kecakapan tertentu11

b. Boer Mauna, subjek hukum internasional adalah semua pihak atau entitas yang dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Hak dan kewajiban tersebut berasal dari semua ketentuan baik yang bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional ataupun dari kebiasaan internasional

.

12

Subjek hukum internasional terdiri dari : .

1) Negara

2) Tahta Suci Vatikan

3) Palang Merah Internasional 4) Organisasi Internasional 5) Individu

6) Belligerent

2. Organisasi dan Organisasi Internasional

Februari 2014

tanggal 20 Februari 2014


(28)

Beberapa pengertian organisasi menurut para ahli, yaitu13

a. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama

:

b. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adlaah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama

c. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

d. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan

Berikut ini beberapa pengertian organisasi internasional menurut para ahli14

a. Bowwet D.W. : “...tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen (sebagai contoh, jawatan pos atau KA) yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan :

13


(29)

merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya” b. Starke hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta

wewenang dari lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke berpendapat : “Pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan hukum tata negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi nasional”

c. Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilandari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerja sama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul

d. T. Sugeng Susanto menjelaskan yang dimaksud dengan organisasi internasional dalam pengertian luas adalah bentuk kerjasama antar pihak-pihak yang bersifat internasional untuk tujuan yang bersifat internasional. Pihak-pihak yang bersifat


(30)

internasional itu dapat berupa orang-perorangan, badan-badan bukan negara yang berada di berbagai negara atau pemerintah negara. Adapun yang dimaksud dengan tujuan internasional ialah tujuan bersama yang menyangkut kepentingan berbagai negara

e. Boer Mauna menyebutkan bahwa pengertian organisasi internasional menurut Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional, yang mana dalam pasal itu disebutkan bahwa organisasi internasonal adalah organisasi antar pemerintah. Menurut Boer Mauna, pengertian yang diberikan konvensi ini sangat sempit karena hanya membatasi diri pada hubungan antar pemerintah. Menurutnya, definisi ini mendapat tantangan dari para penganut definisi yang luas termasuk NGO’s15

f. T. May Rudy berpendapat secara sederhana, organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai pengaturan bentuk kerja sama internasional yang melembaga antar negara-negara umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Organisasi internasional akan lebih lengkap dan menyuluruh jika didefinisikan sebagai

.

15

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung, hal: 462


(31)

pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dnegan didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda16

Bila dilihat dari ciri-ciri organisasi internasional, seperti yang dikemukakan oleh Leroy Bennet, organisasi internasional mempunyai ciri sebagai berikut17

a) A permanent organization to carry on a continuing set of functions

:

b) Voluntary membership of eligible parties

c) Basic instrument stating goals, structure and methods of operation

d) A broadly representative consultative conference organ

e) Permanent secretariat to carry on countinous administrative, research and information functions

Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara sesuai dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, sebagai berikut18

16

T. May Rudy, Hukum Internasional 2, PT. Refika Aditama, Bandung, hal. 93-94 17

Sri Setyaningsih Suardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 5-6


(32)

a) Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi didasarkan pada waktu

b) Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik

(Public International Organization) dan Organisasi Internasional Privat (Private International Organization)

atau Non Governmental Organization (NGO)

c) Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya, organisasi universal, dan organisasi tertutup

d) Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang menganalisis norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Lebih lanjut lagi, menurut Jhonny Ibrahim, metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya19

18

Ibid, hal. 21. 19

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, malang, 2005, hal. 47

. Melalui metode penelitian hukum normatif, penelitian ini menganalisis norma-norma hukum nasional dan hukum internasional yang terdapat dalam deklarasi, konvensi dan peraturan perundang-undangan.


(33)

2. Sumber Data

Penelitian hukum pada umumnya membedakan sumber data ke dalam dua bagian, yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang terdiri dari20

a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan, dalam hal ini berupa:

:

− Perjanjian internasional

− Deklarasi

− Konvensi-konvensi

b) Bahan hukum sekunder adalah bahan acuan yang bersumber dari buku-buku, surat kabar, media internet serta media massa lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, seperti;

− Karya Ilmiah sarjana

− Jurnal-jurnal hukum

− Hasil penelitian

c) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti;

− Kamus-kamus

− Ensiklopedia

20


(34)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi Dokumen atau bahan pustaka merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis21

Menurut Berndl Berson, “Content analysis is a research technique for the obyective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication.”

. Pengertian lain, menyatakan bahwa Studi Kepustakaan

(Library Research), yaitu studi dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

4. Analisis Data

22

a. Teknik analisis data kuantitatif yaitu menganalisis dengan pengukuran data statistik secara objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel yang menghubungkan antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis

(kajian isi adalah teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari suatu bentuk komunikasi). Teknik analisis data dapat digolongkan sebagai berikut :

23

21

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1984, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 21

22

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989, hal. 179

.

23


(35)

b. Teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan berupa huruf, kemudian menghubungkan teori yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil yang mempergunakan pendekatan yuridis dan sosiologis.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif, karena lebih cenderung menggunakan pendekatan teoritis yang lebih mengutamakan dalamnya data daripada jumlahnya. Penelitian ini juga merumuskan masalah dan menyimpulkannya dengan pendekatan yuridis dan sosiologis.

5. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi harus disusun secara sistematis agar mempermudah dalam pemahaman mulai dari awal permasalahan hingga pembahasan. Sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama dimulai dari memaparkan latar belakang lahirnya permasalahan hingga mampu dirumuskan ke dalam 3 (tiga) inti masalah, serta menguraikan tujuan, manfaat, keaslian penelitian dan menjabarkan kerangka teori dan konsep serta metode penelitian.

Bab kedua mulai membahas permasalahan yang pertama, yaitu aspek yuridis dan historis dari keberadaan ASEAN sebagai organisasi internasional. Bab ini terdiri dari latar belakang dan tujuan pembentukan ASEAN, struktur organisasi ASEAN, serta peranan ASEAN dalam hukum internasional.


(36)

Bab ketiga berisi tentang ASEAN Economic Community (AEC)

sebagai bentuk integrasi ekonomi di Asia Tenggara. Bab ini menjelaskan tentang kesepakatan yang lahir di dalam organisasi ASEAN dan tahap-tahap pembentukan konsep ASEAN Economic Community, serta pedoman pelaksanaannya.

Bab keempat membahas permasalahan akhir, yaitu kesiapan perangkat hukum nasional indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Bab ini akan memaparkan lebih jelas mengenai keberadaan hukum nasional serta kesiapan hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community.

Bab kelima merupakan bab penutup dari skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan

dari jawaban permasalahan yang menjadi objek penelitian dan saran yang berdasarkan hasil dari penelitian.


(37)

BAB II

ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN

Negara-negara di Asia Tenggara mengenal organisasi regional pada terbentuknya SEATO (Southeast Asia Treaty Organization). Organisasi ini sebenarnya merupakan upaya Amerika untuk membendung pengaruh komunis di kawasan Asia sehingga lebih merupakan prakarsa dari luar kawasan Asia Tenggara. Sedangkan organisasi yang dibentuk sepenuhnya oleh negara-negara Asia Tenggara untuk pertama kalinya adalah The Association of Southeast Asia

(ASA) pada 1961 yang beranggotakan Malaysia, Philipina dan Thailand. Tujuan ASA adalah memajukan pertumbuhan ekonomi dan budaya melalui saling kerja sama dan bantu membantu di antara negara-negara anggotanya.24 Namun organisasi ini tidak bertahan lama karena pecahnya konflik antara Philipina dan Malaysia atas status daerah sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina.25 Selain itu dikarenakan tidak cukup banyaknya negara yang tergabung dan terwakili dalam organisasi regional tersebut.26

Kawasan Asia Tenggara yang saling berdekatan hingga menjadi jalur lalu lintas internasional, membuat kawasan ini menjadi strategis. Demi terjaganya

24

ASA tidak berkembang karena masih adanya pertikaian internal pada sesama negara-negara Asia Tenggara, terutama mengenai status Sabah, dan tidak masuknya Indonesia pada organisasi ini. (Huala Adolf, op.cit. hal 125)

25

Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, 2007, Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal. 12

26


(38)

stabilitas pada masing-masing negara di kawasan ini maka dianggap perlu untuk mengadakan jalinan kerja sama yang baik dan terus-menerus.

Terdapat kekhawatiran negara-negara di Asia Tenggara terhadap ancaman eksternal dan internal di kawasan ini pada tahun 1960-an.27

Selain itu juga persamaan kedudukan di dalam keanggotaan merupakan salah satu prinsip dalam kerja sama ini, tanpa mengurangi kedaulatan masing-masing anggota. Hal ini dikarenakan, mulai abad ke-16 bangsa-bangsa barat mulai berdatangan dan berebut pengaruh dikawasan ini, satu demi satu negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara menjadi daerah jajahan mereka, kecuali Muangthai (sekarang disebut Thailand).

Ancaman internal tersebut diantaranya ialah menyebarnya paham komunis di Asia dan konflik yang terjadi antar sesama negara Asia Tenggara. Segi eksternal, dikarenakan kawasan yang strategis, Asia Tenggara rawan menjadi ajang persaingan kepentingan-kepentingan yang datang dari luar.

28

Deklarasi Bangkok merupakan instrumen terpenting bagi ASEAN, karena dalam Preamble Deklarasi menegaskan keinginan negara-negara anggota untuk mendirikan suatu federasi yang kokoh untuk tindakan bersama guna memajukan Melalui Deklarasi Bangkok 1967 yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1967, ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan oleh lima negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia (Adam Malik), Malaysia (Tun Abdul Razak), Thailand (Thanat Khoman), Filipina (Narsisco Ramos), dan Singapura (Rajaratman).

27

Bambang Cipto, op.cit, hal. 123

diakses pada tanggal 23 Februari 2014


(39)

kerja sama regional, memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial dan untuk memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar.29

Tahun-tahun pertama ASEAN didirikan belum ada suatu kegiatan aktif yang dilakukan, namun hal itu sebenarnya merupakan suatu periode pemantapan saling pengertian dan menghilangkan saling curiga antar anggotanya guna memantapkan kerja sama yang sedang ditumbuhkan.30 Pada tahap-tahap permulaan itu, ASEAN berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu forum tempat negara anggota dapat belajar memahami satu sama lain, berbicara bersama-sama dan menentukan masalah bersama secara sendiri-sendiri dan secara berkelompok.31

Hingga pada Februari 1976 diadakan pertemuan tingkat tinggi para penguasa ASEAN yang berlangsung di Bali yang menghasilkan 3 (tiga) kesepakatan penting, yakni32

1. The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia

:

The Treaty Of Amity and Cooperation in South-East Asia (TAC) (perjanjian persahabatan dan kerjasama) ditandatangani di Bali pada 24 Februari 1976. Perjanjian ini menegaskan kembali aspirasi dan tujuan pendirian ASEAN, yakni perdamaian, persahabatan dan kerjasama. Ketentuan penting yang dihasilkan dalam TAC adalah kesepakatan dari

the high contracting parties (negara-negara anggota ASEAN) mengenai

29

Huala Adolf, op.cit, hal. 124 30

Sekretariat Nasional ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Departemen Luar Negeri RI, 1991, Jakarta, hal. 2

31

M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, 1992, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 59

32


(40)

pengakuan terhadap prinsip fundamental kerjasama antar negara anggota ASEAN. Prinsip fundamental tersebut adalah:

a. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, prinsip persamaan, integritas wilayah dan identitas nasional semua negara (anggota ASEAN);

b. Hak setiap negara untuk mengurus bangsanya tanpa campur tangan, subversi atau tekanan;

c. Prinsip non-interfensi di dalam urusan dalam negeri negara anggota lain;

d. Penolakan atas setiap penggunaan atau ancaman kekerasan; e. Prinsip kerja sama efektif di antara negara anggota;

f. Penyelesaian sengketa secara damai.

2. Declaration of ASEAN Concord

The Declaration of ASEAN Concord (Deklarasi Kesepakatan ASEAN) yang ditandatangani di Bali pada tanggal 24 Februari 1976 (Deklarasi 1976) memuat ketentuan yang lebih detil mengenai tujuan-tujuan dalam Deklarasi ASEAN 1967. Deklarasi 1976 ini juga mengesahkan suatu program aksi sebagai kerangka kerjasama ASEAN. Perkembangan terakhir, Declaration of ASEAN Concord kembali dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu ASEAN Concord atau Bali Concord


(41)

II33 pada 7 Oktober 2003 dan ASEAN Concord atau Bali Concord III34

Contoh hasil kerja sama di bidang politik dan keamanan yang sudah terjadi di Asia Tenggara antara lain, penyelenggaraan kerja sama untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan wilayah Asia Tenggara, pelepasan tuntutan kepemilikan atas wilayah Sabah oleh Filipina kepada Malaysia, dan penandatanganan kesepakatan tentang Asia Tenggara sebagai kawasan bebas nuklir.

pada KTT ASEAN ke-19 di Bali, 17 November 2011.

Tujuan yang hendak dicapai antara lain mengharmonisasikan pandangan para negara anggota. Apabila memungkinkan, Deklarasi juga mengupayakan suatu tindakan aksi bersama dalam menghadapi masalah-masalah di bidang politik.

35

Dalam kerja sama ekonomi, Deklarasi membuka kemungkinan kerja sama di bidang komoditi, khususnya di bidang makanan dan energi serta kerja sama di bidang proyek-proyek industri ASEAN, dan

Deklarasi mensyaratkan dilakukannya suatu kajian guna membuka kemungkinan kerja sama di bidang hukum, termasuk kemungkinan ditandatanganinya kerja sama ekstradisi ASEAN.

33

Bali Concord II mengacu pada penerapan kesempatan dalam bidang membangun dan mengembangkan integrasi regional yang saling menguntungkan satu sama lain (antar negara anggota) dan bertekad untuk menjamin terciptanya stabilitas dan keamanan Asia Tenggara itu sendiri dari segala macam pengaruh dan campur tangan asing. (Lebih lanjut dapat dilihat di Februari 2014)

34

Bali Concord III lebih mempertegas dan memperluas bagaimana ASEAN yang merupakan salah satu organisasi internasional yang sukses menerapkan partisipasi dan kontribusi yang dimiliki terhadap dunia global. (Ibid)

35


(42)

menekankan pentingnya upaya bersama guna mencapai pengaturan preferensi perdagangan dan upaya untuk meningkatkan akses ke pasar di luar ASEAN. Deklarasi juga menegaskan perlunya suatu pendekatan bersama untuk menghadapi masalah komoditi internasional dan masalah ekonomi dunia lainnya.

Mengenai proyek industri bersama, telah dilaksanakan beberapa proyek, antara lain pendirian pabrik pupuk urea di Indonesia (Provinsi NAD) dan di Malaysia, pendirian pabrik tembaga di Filipina, proyek abu soda di Thailand dan proyek vaksin di Singapura.36

Kerja sama ASEAN di bidang sosial juga diiringi dengan perkembangan kebudayaan. Committee On Social Development (COSD) adalah badan yang menaungi kerja sama ASEAN di bidang sosial dan budaya. Beberapa programnya, antara lain program peningkatan kesehatan, pertukaran budaya dan seni termasuk festival film ASEAN, penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata ASEAN

Bidang sosial, Deklarasi mengharapkan suatu tindakan bersama untuk mengakselerasi pembangunan kelompok-kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah dan penduduk kurang maju. Bidang sosial ini juga mensyaratkan kerja sama lebih intensif dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika dan lalu lintas di bidang obat-obatan terlarang.

36


(43)

Tourism Agreement (ATA) dan penyelenggaraan pesta olahraga

SEA-Games.37

3. Agreement of Establishment of the Permanent Secretariat

Bidang keamanan regional, Deklarasi menyetujui kelanjutan kerjasama bukan atas dasar kerja sama ASEAN antara negara anggota ASEAN sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Deklarasi tidak dengan tegas menyatakan digunakannya ketentuan “kerja sama bukan atas dasar kerja sama ASEAN (cooperation on a non-ASEAN basis). Alasan yang dapat diterima adalah karena memang sejak awal ASEAN bukan organisasi regional yang bergerak di bidang kerja sama keamanan atau militer.

The Agreement of Establishment of The Permanent Secretariat

(Perjanjian Pembentukan Sekretariat Tetap ASEAN) ditandatangani pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Perjanjian ini mendirikan suatu Sekretaris Jenderal (Secretary General) ASEAN yang tugasnya mengkoordinasikan fungsi-fungsi sekretaris-jenderal nasional ASEAN (yang didirikan oleh Deklarasi ASEAN 1967).

Perjanjian ini juga menetapkan tiga biro di bawah sekretariat tetap, yakni di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sosial dan budaya. Menindaklanjuti perjanjian ini, seseorang Secretary General

37


(44)

ditunjuk pada bulan Juni 1976 dan Sekretariat ASEAN didirikan oleh perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969.

Suatu dana untuk ASEAN ditetapkan oleh suatu perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969. Dana ini terdiri dari satu jumlah yang disepakati oleh setiap negara anggota. Dana ini digunakan untuk membiayai, antara lain, proyek-proyek ASEAN yang disetujui.

B. Tujuan Pembentukan ASEAN

Deklarasi Bangkok, 8 Agustus 1967 menyatakan bahwa38

1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural development in the region through joint endeavours in the spirit of equality and partnership in order to strengthen the foundation for a prosperous and peaceful community of South-East Asian Nations;

:

...the aims and purpose of the Association shall be:

2. To promote regional peace and stability through abiding respect of the region and adherence to the principle of the United Nations Charter; 3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of

common interest in the economic, social, cultural, technical, scientific and administrative fields;

4. To provide assistance to each other in the form of training and research facilities in the educational, professional, technical and administrative spheres;

diakses


(45)

5. To collaborate more effectively for the greater utilization of their agriculture and industries, the expension of their trade, including the study of the problems of international and communications facilities and the rising of the living standards of their peoples;

6. To promote South-East Asian studies;

7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international and regional organizations with similiar aims and purpose, and explore all avenues for even closer cooperation among themselves.

Maksud dan tujuan pembentukan ASEAN sesuai yang dicantumkan dalam Deklarasi Bangkok, adalah39

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;

:

2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);

3. Untuk meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;

39


(46)

4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;

5. Untuk bekerja sama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional, perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka;

6. Untuk memajukan pengakajian mengenai Asia Tenggara;

7. Untuk memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi-organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara erat di antara mereka sendiri.

Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang terbentuk pada tahun 2007 kembali merumuskan tujuan ASEAN secara detil yang sejalan dengan konsep tujuan masyarakat ekonomi ASEAN, yaitu: (i) menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, dan (ii)mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara negara anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling menguntungkan.40

40

ASEAN Charter: Chapter 1, Article 1 – to create a single market and production base which is stable, prosperous, highly competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and investment in which there is free flow of goods, services, and investment; facilitated movement of bussiness persons, professionals, talents and labor, and free of capital, and to alleviate poverty and narrow the development gap whitin ASEAN through mutual assistance and cooperation. (paragraf 5 dan 6)


(47)

C. Struktur Kelembagaan ASEAN

ASEAN adalah suatu organisasi regional yang khas. Instrumen hukum yang mendasari berdirinya ASEAN yakni Deklarasi Bangkok tidak memuat struktur organisasi ASEAN secara seksama.41 Karena itu, bentuk organisasi ASEAN akan terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia. Otoritas/kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN adalah pertemuan Kepala Pemerintahan, yang bersidang bilamana diperlukan untuk memberikan pengarahan pada ASEAN.42

1. Summit Meeting, badan pembuat keputusan tertinggi adalah Pertemuan Para Kepala Negara dan Pemerintahan negara anggota ASEAN (The Meeting of the ASEAN Heads of State and Government atau biasa disebut ASEAN SUMMITS).

Berdasarkan perkembangannya, struktur kelembagaan ASEAN terdiri dari:

43

Summit Meeting atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bali pada tahun 1976 merupakan titik puncak sejarah ASEAN, karena untuk pertama kalinya para kepala negara ASEAN bersedia ikut hadir dalam konferensi ASEAN, sedang sebelumnya KTT paling tinggi hanya dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri, selain itu dalam KTT Bali diambil keputusan-keputusan pokok yang berjangkauan jauh yang tidak hanya membawa perubahan mendasar dalam kelembagaan ASEAN, tetapi juga memberi arah yang lebih terpadu dalam operasinya44

41

Huala Adolf, op.cit, hal. 131 42

Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal.3 43

Huala Adolf, loc.cit

44

M. Sabir, op.cit, hal. 65


(48)

2. Ministeral Meeting, sidang para Menteri Luar Negeri sebagai badan utama pengambil keputusan yang bersidang sekali setahun dan bergiliran antar anggota, diadakan atas permintaan salah satu anggota. Pertemuan ini terdiri dari 3 macam, yaitu45

a) Pertama, the Annual Ministerial Meetings (AMM). Pertemuan ini adalah tempat para menteri luar negeri mengkoordinasikan berbagai kebijakan unit-unit kerja ASEAN. AMM bertugas memformulasikan kebijakan meninjau semua keputusan dan menyetujui kebijakan dan rencana program berbagai committees

atau badan-badan ASEAN; ;

b) Kedua, the ASEAN Economic Ministers (AEM), yakni suatu badan kelengkapan kerja sama ekonomi. Badan ini dibentuk pada tahun 1976. Badan ini biasanya bersidang setiap 6 bulan atau setiap saat yang dipandang perlu. Badan yang kemudian menangani semua aspek kerja sama ASEAN adalah the Senior Economic Officials Meeting (SEOM);

c) Ketiga, the ASEAN Ministerial Meetings lainnya. Badan ini bertugas membuat rencana kerja sama di bidang para menteri yang bersangkutan. Berbagai committees dibentuk untuk membantu di dalam persiapan, memberikan fasilitas untuk berbagai pertemuan dan melaksanakan kebijakannya.

45


(49)

3. ASEAN Standing Committee (ASC), yaitu Panitia Tetap yang bertugas mengadakan koordinasi dan meninjau kegiatan-kegiatan ASEAN. Badan ini berkedudukan secara bergiliran, dengan dibantu oleh para duta besar ASEAN yang ditunjuk untuk negeri itu;

4. The Scretary General ASEAN, yang ditunjuk berdasarkan keahliannya. Sekjen ASEAN bertugas selama 5 tahun, ia bertugas melaksanakan, menasehati, mengkoordinasikan, dan melaksanakan inisiatif ASEAN. Para anggota staf Sekretariat ASEAN ditunjuk berdasarkan prinsip rekruitmen terbuka dan atas dasar persaingan di wilayah (region) ASEAN46

5. The ASEAN Secretariat (Sekretariat ASEAN). Badan ini dibentuk pada waktu pertemuan tinggi tingkat Bali berlangsung pada tahun 1976. Badan ini bertindak sebagai organ administratif pusat ASEAN, dan mengkoordinasikan organ-organ ASEAN guna lebih mengefektifkan pelaksanaan proyek-proyek ASEAN

;

47

6. The ASEAN National Secretariats (sekretariat nasional ASEAN). Badan ini terdapat di setiap negara anggota ASEAN. Badan-badan ini bertugas mengkoordinasikan berbagai hal di negara masing-masing. Ia juga bertugas menegosiasikan dan mempersiapkan agenda untuk Standing Committee dan the Ministerial Meeting. Badan ini terdapat di dalam Kementerian Luar Negeri masing-masing negara anggota

;

48

7. Berbagai ASEAN Committees di berbagai negara ketiga yang terdiri dari para kepala pimpinan missi diplomatik di berbagai ibukota negara.

;

46

Huala Adolf, loc.cit

47

Huala Adof, loc.cit

48


(50)

Committees dibentuk guna memfasilitasi hubungan lebih erat dan meningkatkan dialog dengan negara tuan rumah. Tugas ini sebenarnya untuk meningkatkan hubungan eksternal ASEAN dengan negara ketiga. Committees seperti ini dibentuk misalnya di Brussels (the ASEAN-Brussels Committee), Jenewa (khusus untuk menangani perundingan tarif dan perdagangan, yakni the ASEAN-Geneva Committee), London (the ASEAN-London Committee), Paris, Washington DC, Tokyo, Canberra, Ottawa, Wellington, Seoul, New Delhi, New York, Beijing dan Islamabad.49

Setelah terbentuknya Piagam ASEAN, maka susunan struktur kelembagaan ASEAN menjadi50

1. Badan pengambilan keputusan tertinggi di ASEAN adalah ASEAN

Summit Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT), yakni forum yang terdiri dari Kepala Negara/Pemerintahan negara anggota. KTT ASEAN diselenggarakan satu tahun sekali di negara yang menjadi Ketua ASEAN. Masa jabatan Ketua ASEAN berlaku satu tahun dan dirotasi berdasarkan urutan alfabet

:

2. KTT ASEAN dibantu oleh ASEAN Coordinating Council yang terdiri dari Menteri Luar Negeri ASEAN, yang melakukan pertemuan paling sedikit 2 tahun sekali. Badan ini akan mengkoordinasikan kebijakan, efisiensi, dan kerja sama dalam mencapai Masyarakat ASEAN

49

Huala Adolf, loc.cit

50

Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Strategi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, 2008, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta


(51)

3. Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils) yang terdiri dari tiga pilar komunitas ASEAN, yaitu (i) Dewan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community Council), (ii) Dewan Komunitas Ekonomi (ASEAN Economic Community Council), (iii) Dewan Komunitas Sosial-Budaya (ASEAN Socio-Cultural Community Council)

4. ASEAN Sectoral Ministerial Bodies merupakan badan di bawah koordinasi ASEAN Community Councils sesesuai dengan masing-masing pilar dalam Masyarakat ASEAN. Badan ini akan melakukan kerja sama di masing-masing sektor dan mengimplementasikan keputusan-keputusan KTT ASEAN

5. Committee of Permanent Representatives to ASEAN, merupakan komite wakil tetap ASEAN yang terdiri dari wakil tetap negara ASEAN pada tingkat duta besar dan berkedudukan di Jakarta

6. Sekretariat Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 (empat) orang wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN

7. ASEAN National Secretariats, yang dipimpin oleh pejabat senior untuk melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN

D. Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional Yang Berlaku

Suatu organisasi internasional yang telah mampu menunjukkan kemandiriannya, berarti organisasi tersebut telah memiliki kepribadian hukum


(52)

internasional (internasional legal personality).51 Seorang sarjana hukum internasional, Ian Brownlie, mengemukakan pandangannya tentang kualifikasi dari suatu organisasi internasional yang sudah memiliki international legal personality, yaitu52

a) A permanent association of states, with lawful objects, equipped with organs; organisasi internasional itu merupakan suatu persekutuan antara negara-negara yang bersifat permanen dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, serta dilengkapi dengan organ-organnya;

:

b) A distinction, in terms of legal powers and purposes, between the organisation and its member states; adanya suatu pemisahan atau pembedaan dalam kewenangan hukum maupun maksud dan tujuan dari organisasi internasional itu sendiri pada satu pihak dengan negara-negara anggotanya;

c) The existance of legal power exercisable on the international plane and not solely within the system of one or more states; adanya suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan oleh organisasi internasional itu sendiri, tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari satu atau lebih negara-negara, tetapi juga pada tingkat internasional.

Berdasarkan kualifikasi di atas, ASEAN sebagai suatu organisasi internasional sudah dapat dikategorikan memiliki kepribadian/kedudukan hukum. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

51

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung, hal. 105

52


(53)

Pertama, Jika dilihat dari kualifikasi organisasi internasional adalah kumpulan dari negara-negara permanen yang sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dan memiliki organ, maka ASEAN merupakan organisasi internasional antar-negara atau antar-pemerintah (inter-governmental organisation/IGO) yang didirikan oleh para anggotanya, yang terdiri dari 5 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. ASEAN juga memiliki anggota yang tetap, keanggotaan ASEAN terbuka bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara calon anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi ASEAN.53

ASEAN didirikan untuk mencapai tujuan yang dapat dibenarkan berdasarkan hukum yang berlaku, baik hukum internasional maupun hukum nasional negara-negara anggotanya.

Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang semula hanya terdiri dari lima negara yang merupakan negara pendiri mengalami penambahan, pada tahun 1987 Brunei Darussalam meresmikan dirinya sebagai negara keenam anggota ASEAN setelah kemerdekaan negara tersebut, negara anggota ketujuh ditempati oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi negara anggota ASEAN kedepalan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, diikuti oleh Kamboja pada 16 Desember 1998.

54

53

Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal. 7 54

I Wayan Parthiana, op.cit, hal. 107

Untuk mencapai tujuannya, ASEAN telah merumuskan hal-hal sebagai pedoman pelaksanaannya pada Deklarasi Bangkok dan Piagam ASEAN. Selain itu, ASEAN juga telah dilengkapi dengan


(54)

organ-organ (struktur kelembagaan) yang menjalankan mekanisme organ-organisasi demi tercapainya tujuan tersebut.

Kedua, berkaitan dengan kualifikasi yang memerlukan adanya pemisahan atau pembedaan kewenangan hukum, demi menghindari adanya tumpang tindih dalam pelaksanaannya serta demi membedakan dan memisahkan hak dan kewajiban maupun tanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak ketiga, maka perlu adanya pemisahan atau pembedaan antara kekuasaan atau kewenangan hukum (legal power atau legal authority).

Ketiga, sejalan dengan kulifikasi yang kedua maka organisasi dapat berjalan secara mandiri melakukan hubungannya dengan organisasi lain hingga skala internasional, maka adanya struktur kelembagaan ASEAN serta dasar pelaksanaan organisasi tersendiri yang tercantuk dalam perjanjian-perjanjian atau deklarasi-deklarasi antar negara ASEAN, membuktikan bahwa ASEAN mampu memisahkan seluruh kepentingan organisasi dengan kepentingan negara secara pribadi. Hal tersebut membuat ASEAN dapat bertindak secara mandiri dalam hubungan-hubungan internasional tanpa intervensi negara-negara anggotanya.

Kepribadian hukum internasional dari suatu organisasi internasional tidak begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian Brownlie di atas, hal ini dikarenakan tingkat integrasi antara negara-negara anggotanya sendiri yang berbeda-beda dalam setiap organisasi internasional, terutama organisasi regional.55

55


(55)

Kenyataannya, ASEAN merupakan organisasi yang tampak masih longgar atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN adalah memberikan legal personality kepada ASEAN. Adanya identitas tersendiri bagi ASEAN yang terpisah dari status negara anggotanya membuat ASEAN beraktivitas dan membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan dituntut secara hukum.56

Piagam ASEAN merupakan konstitusional yang memuat tentang norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN menegaskan bahwa negara-negara anggota mampu mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hak-hak sipil dan politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan HAM berdasarkan perjanjian internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain57

1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat internasional;

:

56

Bank Indonesia, op.cit, hal. 14

23 Februari 2014


(56)

2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan, fungsi-fungsi dan kewenangan-kewenangan seperti organisasi internasional lainnya. Dengan kata lain, Piagam ini akan mengubah ASEAN menjadi

into a rulesbasedorganization;

3. Pembentukan mekanisme legislatif, the rule-making mechanism/organs and procedures di dalam ASEAN;

4. Pembentukan sebuah mekanisme eksekutif atau organ yang bertugas untuk melaksanakan serta memonitoring pelaksanaan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan organisasi;

5. Pembentukan mekanisme judicial dan quasi judicial yang berfungsi untuk menginterpretasikan dan melaksanakan setiap peraturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh ASEAN;

6. Secara langsung Piagam ASEAN akan membantu untuk mendorong dan memperkuat penataan terhadap perjanjian-perjanjian ASEAN oleh negara anggotanya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sense of region di antara pemerintah ASEAN.

Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk “instrumen pokok” apapun akan memiliki suatu personalitas hukum di dalam hukum internasional.58

58

Pembentukan ASEAN sebagai organisasi internasional telah dilakukan di bawah hukum internasional. Bangkok Declaration

1967, Kuala Lumpur Declaration 1971, Declaration of the ASEAN Secretariat

1976, dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) 1976, semuanya adalah


(57)

persetujuan-persetujuan internasional antara kelima negara anggotanya yang mengikat secara hukum internasional.59

Sebagai sebuah keputusan atau resolusi atau deklarasi, maka ia mengikat terhadap negara-negara anggotanya. Pada ASEAN, sepanjang menyangkut keputusan dari organisasi internasional regional yang tingkat integrasi dan kerja sama antara negara-negara anggotanya dalam kerangka organisasi internasional tersebut, tampak cukup baik dan intensif, maka dapat dikatakan keputusan-keputusannya itu mengikat sebagai hukum bagi para anggotanya. Apabila para anggotanya ada yang bersengketa mengenai suatu masalah yang sudah diatur di dalam keputusan organisasi internasional itu, penyelesaian sengketa tersebut baik oleh suatu badan peradilan ataupun di kalangan intern atau di dalam organisasi internasional itu sendiri, badan peradilan ataupun para pihak dapat mencari dan menerapkan norma hukum yang terkandung di dalam keputusan organisasi internasional tersebut.60

Treaty of Amity and Cooperation (TAC) yang ditandatangani di Bali pada KTT pertama ASEAN tahun 1976 sering disebut sebagai wujud dari nilai-nilai global yang mendasari pembentukan organisasi regional.61

59

Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, 1997, Alumni, Bandung, hal. 85

60

I Wayan Parthiana, ibid, hal. 296 61

Bambang Cipto, op.cit. hal 23

Hal ini sejalan dengan pendapat Acharya, ada beberapa norma dasar yang tumbuh dalam proes evolusi ASEAN selaku organisasi regional. Terdapat paling tidak empat norma dan


(58)

prinsip yang melandasi kehidupan ASEAN, yang dapat diuraikan sebagai berikut62

1. Menentang Penggunaan Kekerasan dan Mengutamakan Solusi Damai :

Berakhirnya konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan ASEAN merupakan blessing in disguise bagi pembentukan norma hubungan antarnegara yang menentang penggunaan kekerasan ( no-use of force). Walaupun konfrontasi menciptakan ketegangan luar biasa, keputusan Soeharto untuk menghentikan konfrontasi tersebut melegakan negara-negara tetangga dan memuluskan jalan menuju pembentukan organisasi regional yang menentang prinsip penggunaan kekerasan dalam membangun hubungan sesama anggota. Di samping itu, pembentukan ASEAN pada hakikatnya membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengaruh tanpa harus menggunakan kekerasan

2. Otonomi Regional

Prinsip otonomi regional lahir karena adanya akesepakatan antar negara anggota ASEAN bahwa sebagai organisasi internasional yang masih muda, ASEAN tidak mungkin menolak sepenuhnya pengaruh negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara sebagaimana yang dikatakan Lee Kuan Yew, negara-negara ASEAN paling tidak dapat meminta negara-negara besar untuk memperhatikan kepentingan mereka bukan sebagai negara tetapi sebagai organisasi regional. Dengan demikian,

62


(59)

ASEAN dapat lebih leluasa menumbuhkan dan mengembangkan harapan mereka selaku organisasi otonom.

Selain itu, prinsip otonomi regional juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan global yang mengarah pada kebutuhan masing-masing negara di kawasan Asia Tenggara untuk mengembangkan politik luar negeri mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan negara-negara besar.

3. Tidak Mencampuri Urusan Internal Negara Anggota Lain

Prinsip tidak mencampuri urusan negara lain atau doctrine of non- interference merupakan salah satu pondasi paling kuat menopang kelangsungan regionalisme ASEAN. Berlandaskan pada doktrin ini, ASEAN dapat memelihara hubungan internal sehingga menutup pintu bagi konflik militer antar negara ASEAN.

Sudut pandang negara anggota ASEAN, doktrin ini muncul sebagai bentuk kesadaran masing-masing negara anggota yang pada tingkat domestik masih rentan terhadap ancaman internal berupa kerusuhan hingga kudeta. Ancaman komunis di sebagian besar negara anggota merupakan alasan dasar mengapa negara-negara ASEAN menganggap ancaman domestik lebih berat dibandingkan ancaman luar.

Selanjutnya, Doctrine of Non Interference ini menjadi alasan bagi negara anggota ASEAN untuk : (a) Berusaha agar tidak melakukan penelitian kritis terhadap kebijakan pemerintah negara anggota terhadap rakyatnya masing-masing agar tidak menjadi penghalang bagi


(60)

kelangsungan organisasional ASEAN, (b) Mengingatkan negara anggota lain yang melanggar prinsip tersebut, (c) Menentang pemberian perlindungan bagi kelompok oposisi negara anggota lain, (d) Mendukung dan membantu negara anggota lain yang sedang menghadapi gerakan anti- kemapanan.

4. Menentang Pakta Militer, Mendukung Kerja Sama Pertahanan Bilateral Sejak awal pembentukannya para negara anggota ASEAN cenderung menolak kerja sama militer dalam kerangka ASEAN. Perhatian awal ASEAN adalah pada isu-isu ekonomi dan kebudayaan walaupun isu keamanan sudah pasti mempengaruhi pembentukan ASEAN, sedangkan dalam isu-isu keamanan ASEAN cenderung mendukung bilateralisme. Berlakunya Piagam ASEAN maka ASEAN mengalami evolusi dari suatu asosiasi longgar menjadi rule-based organization dan mempunyai legal personality. Seluruh isi Piagam ASEAN masih merupakan gambaran dan penjelasan yang bersifat umum, dengan berbagai kata kunci yang komprehensif sifatnya. Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN karena Piagam ASEAN makin mengekalkan kebiasaan lama, misalnya pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara negara anggotanya terjadi. Apabila terjadi sengketa wajib diselesaikan secara damai sesuai dengan Piagam ASEAN dan TAC. Dengan demikian efektivitas Piagam ASEAN dapat dilihat dari kepatuhan


(61)

dan kesediaan negara-negara anggota ASEAN untuk menerapkan Piagam ASEAN dan hal-hal yang diatur dalam TAC.63

63


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Makalah :

Adolf, Huala. Hukum Ekonomi Internasional, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, 2007, Pustaka Belajar,

Yogyakarta.

Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Strategi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, 2008, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung.

C.P.F. Luhulima, Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta.

Dibyo Prabowo dan Sonia Wardoyo, AFTA Suatu Pengantar, 2004, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Ditjen Kementerian Perdagangan Internasional, Informasi Umum: Masyarakat Ekonomi ASEAN – ASEAN Community in a Global Community of Nations.

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung.

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, malang, 2005.

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989.

M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, 1992, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.


(2)

Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan, 1995, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1984, Universitas Indonesia, Jakarta

Sri Setyaningsih Suardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, 1997, Alumni, Bandung.

T. May Rudy, Hukum Internasional 2, PT. Refika Aditama, Bandung.

B. Undang-Undang/Perjanjian Internasional :

ASEAN Charter 2007

ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 1995, tentang

Persetujuan dan Kerja Sama dalam Rangka Liberalisasi Perdagangan Bidang Jasa dalam Forum ASEAN

ASEAN Free Trade Area (AFTA) 1992, tentang Pembebasan Hambatan Tarif dan Non-Tarif bagi negara-negara ASEAN

ASEAN Investment Area (AIA) 1998, tentang Persetujuan Kerja Sama dalam Bidang Investasi

ASEAN Preferential Trade Association 1997, tentang Penurunan Bea Masuk Dalam Perdagangan Antar Anggota ASEAN

Declaration of ASEAN Concord II 2003, tentang Persetujuan

Pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) berisi Tiga Konsep Komunitas ASEAN yang Terdiri dari Tiga Pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN SecutiryCommunity), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN

Economic Community), dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultiral Community)

Declaration of ASEAN Concord III 2011

Declaration on the ASEAN Economic Community Blueprint 2007, to adoptation of ASEAN Economic Community Blueprint


(3)

Deklarasi Kesepakatan ASEAN 1976 memuat ketentuan yang lebih detil mengenai tujuan-tujuan dalam Deklarasi ASEAN 1967

Indonesia, Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN

Indonesia, Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008 tentang Fokus Progam Ekonomi

Indonesia, Keputusan Presiden No. 23 tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN

Indonesia, Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Basis Industri Manufaktur Tahun 2010 - 2014

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Agro Tahun 2010 – 2014

Indonesia, Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

The Treaty Of Amity and Cooperation in South-East Asia (TAC) 1976

C. Internet :

Anonim. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Februari 2014

Anonim. Keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. diakses tanggal 18 februari 2014

Anonim. Konferensi Tingkat Tinggi IX ASEAN. 18 Februari 2014

Hazpohan. 2010. Terbentuknya Komunitas ASEAN.

Anonim. Subjek Hukum diakses tanggal 20 Februari 2014


(4)

Anonim. Subjek Hukum Internasional.

Lisasih, Yasmin. 2011. Subjek Hukum Internasional. tanggal 20 Februari 2014

Anonim. Organisasi tanggal 20 Februari 2014

Putra, Mahendra. 2010. Organisasi Onternasional.

Anonim. Penelitian Kuantitatif.

2014

Anonim. 2014. Latar Belakang Terbentuknya ASEAN.

Anonim. 2014. Kerjasama Negara-Negara ASEAN.

Anonim. Bali Concord II dan Bali Concord III. tanggal 23 Februari 2014

Anonim. The ASEAN Declarati

Anonim. Kedudukan ASEAN Charter.

diakses tanggal 23 Februari 2014

Anonim. Organisasi Internasional.

Anonim. Pertukaran Jasa dalam Deklarasi Bangkok.

Anonim. Modus Perdagangan Jasa AFAS diakses tanggal 20 Maret 2014

Anonim. Kesepakatan Ekonomi ASEAN.

Maret 2014

Anonim. Skema Menuju Ekonomi Berdaya Saing. tanggal 30 Juni 2014

Jasrizal, Senju. Hanoi Plan of Action. 2012.

senjujasrizal.blogspot.com/2012/02/tiga-pilar-asean-dalam-asean-community.html?m=1, diakses tanggal 30 Juni 2014


(5)

Anonim. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.

diakses tanggal 20 Maret 2014

Anonim. Piagam

ASE diakses 30 Juni 2014

Putri, Wiedwi. 2013. Organisasi. Internasional.

tanggal 3 Juli 2014

Anonim. 2013. Ratifikasi Piagam ASEAN.

Juli 2014

Anonim. 2014. Hak-Hak Negara ASE

Anonim. Tantangan AEC 2015.

tanggal 3 Juli 2014

Anonim. Peluang Pembentukan Komunitas ASEAN. 2014

Anonim. Kebijakan Pemerintah dalam AEC.

diakses tanggal 14 gaustus 2014

Wawancara Mari Elka Pangestu pada Tempo, 27 februari 2014.

diakses tanggal 14 Agustus 2014

Anonim. Jasa Logistik Nasional.

Anonim. Bidang Usaha Sektor Perhubungan untuk Modal Asing.

2014

Pengaturan Tenaga Kesehatan Asing.

tanggal 14 Agustus 2014

Wawancara Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumberdaya

Kesehatan Kementerian Kesehatan Tritarayati

Undang-Undang ITE dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2014. diakses tanggal 12 Agustus 2014

Undang-Undang ITE


(6)

Anonim. 2014. Prestasi Otomotif Indonesia.

Anonim. Perindustrian Indonesia.

Anonim.

tanggal 10 Agustus 2014

Anonim. Masyarakat Ekonomi ASEAN.

diakses tanggal 5 Agustus 2014

Diskusi Universitas Pelita Harapan "ASEAN Through Integration Law" di

Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (29/7), dari

Anonim. Sektor Prioritas Ekonomi ASEAN.


Dokumen yang terkait

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 1 21

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 7

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 1

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 13

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 54

Mutual Recognition Arrangements(Mras) Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community)Dalam Perspektif Hukum Internasional Danpengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia

0 0 4