BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan

  manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, sama halnya dengan Negara juga membutuhkan hubungan dengan Negara- negara lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

  Suatu kelompok manusia yang berkembang menjadi besar pasti akan menyusun dirinya dalam suatu kesatuan masyarakat dan berusaha untuk dapat hidup secara tertib dan teratur. Makin besar perkembangan kelompok, makin diperlukan kaidah-kaidah agar masyarakat tersebut dapat hidup dengan

  

  tentram . Bangsa yang sedang berkembang dan berekspansi dapat bertemu dan berhubungan dengan bangsa lain baik secara bersahabat maupun secara kekerasan (perang). Di dalam dunia modern hubungan antarbangsa sudah tersebar ke seluruh pelosok dunia ini. Tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang dapat membebaskan diri dari keterlibatannya dengan bangsa dan Negara

   lain, karena semua bangsa merupakan warga dunia .

  Banyak sekali terdapat perbedaan-perbedaan di antara Negara yang ada. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan bangsa, falsafah hidup, struktur pemerintahan, tata masyarakat, kekuatan militer, ekonomi, keuangan dan lain sebagainya. Hubungan dapat terjadi di antara mereka yang bertindak untuk 2 Sumarsono Mestoko, Indonesia dan hubungan antarbangsa, Sinar Harapan, Jakarta, 1985, h. 9. 3 dan atas nama suatu Negara, misalnya berunding atau membuat perjanjian dalam berbagai bidang baik untuk kepentingan individu maupun seluruh

   masyarakat .

  Perkembangan organisasi internasional lebih merupakan jawaban terhadap kebutuhan yang nyata, yang diakibatkan oleh pergaulan internasional (international intercourse) daripada jawaban terhadap himbauan falsafah atau ideologis dari pengertian pemerintahan dunia (World

5 Government ) .

  Pada tahun 1967 lima negara Asia Tenggara sepakat untuk mengadakan kerja sama dan ikatan sesuai dengan kepentingan timbal balik antara bangsa seregion. Lima Negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Pada tanggal 8 Agustus 1967, Negara-negara tersebut menandatangani suatu Deklarasi di Bangkok yang menandai adanya suatu perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Namun demikian perhimpunan ini masih memberi kesempatan kepada negara-negara lain di Wilayah Asia Tenggara untuk menjadi anggota baru ASEAN, sepanjang

  

  kelima anggota perhimpunan tersebut menyetujuinya ejak didirikannya pada tahun 1967 ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) memang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara. Negara-negara anggota ASEAN juga berusaha untuk saling membantu dalam usaha-usaha 4 5 Ibid, h. 13.

  

Hasnil Basri Siregar, Hukum Organisasi Internasional, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1994, h. 52. 6 yang menjadi perhatian bersama khususnya dibidang ekonomi dan sosial, kebudayaan dan ilmu pengetahuan antara lain dengan memanfaatkan secara efektif berbagai sektor seperti pertanian dan industri serta memperluas perdagangan mereka, termasuk perdagangan komoditi internasional. Negara- negara ASEAN juga bertekad untuk memerangi kemelaratan, kelaparan, penyakit dan buta huruf sebagai perhatian utama bagi Negara-negara anggotanya. Untuk itu ASEAN telah berusaha untuk mengadakan kerjasama secara intensip dibidang ekonomi dan pembangunan sosial dengan mengutamakan peningkatan sosial dan perbaikan kehidupan rakyat di Asia

  Dalam hal ini Indonesia yang merupakan anggota ASEAN dan merupakan salah satu negara pendiri ASEAN yang telah meratifikasi ASEAN

  Tourism Agreement (ATA) 2002 melalui Peraturan Presiden Republik

  Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism

  Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN), melalui persetujuan ini merupakan bentuk untuk mendukung terwujudnya ASEAN Vision 2020.

  ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi pertumbuhan sosial – ekonomi Negara Anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan-keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi

7 Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasionaledisi II, Alumni,

  pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan.

  Pertimbangan-pertimbangan untuk membentuk ASEAN Tourism

  

Agreement (ATA) 2002 dimulai pada Deklarasi Manila Tahun 1987, ASEAN

  bertekad untuk mendorong perjalanan intra ASEAN dan memperkuat industri pariwisata ASEAN, lalu rencana aksi Ha Noi yang telah disahkan pada KTT ke-6 yang diadakan di Ha Noi Tahun 1998, dan Kesepakatan Kerjasama Pariwisata ASEAN Tingkat Menteri Tahun 1998 di Cebu, Filipina, yang mencakup pengembangan dan promosi ASEAN sebagai destinasi wisata tunggal yang memiliki standar, sarana dan daya tarik wisata kelas dunia. Pada tahun 1995 dibentuklah Kerangka Kerja Persetujuan ASEAN di Bidang Jasa, yang ditandatangani di Bangkok, berisi prinsip-prinsip dasar dan cakupan perundingan mengenai perdagangan jasa antar Negara Anggota ASEAN yang menuju liberalisasi perdagangan jasa intra-ASEAN. Untuk mengurangi perbedaan tingkat pembangunan ekonomi dan mengenalkan latar belakang keragaman budaya ke Negara-negara Anggota ASEAN.

  Peran penting pariwisata dalam memperkecil jurang pembangunan antar Negara Anggota ASEAN serta dalam mendorong stabilitas kawasan diperlukan upaya untuk memperkuat, memperdalam dan memperluas kerjasama di bidang pariwisata antar Negara Anggota ASEAN dan antar sektor-sektor swasta sesuai dengan sifat daya tarik wisata yang saling mendukung. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama ASEAN.

  Untuk mewujudkan perjalanan ke dan di dalam ASEAN yang lebih mudah dan lebih efisien, akhirnya pada KTT ASEAN ke-7 tanggal 4 November 2001 di Brunei Darussalam di tandatangani suatu persetujuan pariwisata ASEAN yaitu ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 yang kemudian diratifikasi melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

  2 Tahun 2007 Tentang Pengesahan ASEAN Tourism Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN).

  Terwujudnya ASEAN sebagai wadah kerja sama bangsa-bangsa Asia Tenggara, yang hidup dalam perdamaian dan kemakmuran, menyatu dalam kemitraan yang dinamis dan komunitas yang saling peduli serta terintegrasi

  

  dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia , itu merupakan visi ASEAN yang tertuang dalam Deklarasi Bangkok.

  Dalam sektor pariwisata telah diusulkan sebuah proyek mengenai “ASEAN Cooperation on Tourism” (kerjasama ASEAN di bidang Pariwisata) yang akan dibiayaia oleh UNDP (United Nations Development

  

Project = proyek pengembangan dari PBB). Adanya promosi pariwisata yang

  sudah berjalan telah berhasil mencapai tarif keliling (Circle Tarrif Fare) ASEAN sebesar 25% potongan dari tariff biasa dalam rangka kerjasama

   dengan perusahaan-perusahaan penerbangan ASEAN .

  Perkembangan atas permasalahan dan keinginan Negara-negara ASEAN untuk mensejahterakan dan menyelesaikan masalah yang ada di ASEAN maka pada tahun 1997 disepakatilah ASEAN Vision 2020 di Kuala 8 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan Integrase Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi , Ghalia Indonesia,Jakarta, 2003, h. 43. 9 Lumpur yang di realisasikan pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada Tahun 2003, dan ASEAN menyetujui pembentukan ASEAN Community 2015 yang terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN), ASEAN Political Security Community (Komunitas Politik-Keamanan ASEAN), dan ASEAN Socio Cultural Community (Komunitas Sosial-Budaya ASEAN).

  Perwujudan ASEAN Community 2015 adalah suatu keinginan bersama yang telah disepakati oleh para pemimpin Negara-negara anggota ASEAN.

  Pada tahun 2015 diharapkan akan dicapai suatu komunitas yang terjaga kolektivitasnya melalui pencapaian positif dalam ketiga pilar ASEAN

  

Community sebagai bentuk nyata. Pertimbangannya tentu adalah secara nyata

  program tersebut harus membawa manfaat positif yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sampai ke lapisan bawah di seluruh negara-negara di ASEAN. Kerjasama ASEAN selama ini cenderung berjalan sebagai komunitas diplomatik. Sementara itu ASEAN Community 2015 sebagai suatu program keluaran dari ekspektasi bersama seluruh masyarakat ASEAN memiliki peluang sekaligus tantangan dalam hal perwujudannya. Gagasan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau MEA, dapat ditelusuri kembali ke pembentukan Wilayah Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) di tahun 1992. Pada KTT ASEAN di Phnom Penh di bulan November 2002 para pemimpin ASEAN menyepakati prakarsa Perdana Menteri Goh Chok Tong untuk menyebut bentuk berikut dari proses integrasi ekonomi ASEAN sebagai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic

10 B.

  Community atau AEC)

   Rumusan Masalah

  . Sejalan dengan aspek ekonomi dalam visi ASEAN 2020, Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi di mana arus barang, jasa, investasi, modal dan pekerja terampil bisa bebas bergerak.

  Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah:

  1. Bagaimana mewujudkan ASEAN Economic Community 2015 yang dapat bermanfaat bagi masyarakat ASEAN dan Indonesia khususnya?

  2. Bagaimana status ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam perspektif hukum perjanjian internasional?

3. Bagaimana pengaruh ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan

  ASEAN Economic Community 2015 terhadap Indonesia? C.

   Tujuan Dan Manfaat Penulisan 1.

  Tujuan Secara umum penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atas pemberlakuan ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan

  ASEAN Economic Community 2015 bagi masyarakat ASEAN dan Indonesia khususnya.

  Berdasarkan tujuan umum tersebut dapat diuraikan tujuan khusus penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

10 C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar, dkk, Masyarakat Asia Tenggara Menuju

  1. Untuk mengetahui ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam perspektif hukum perjanjian internasional;

2. Untuk mengetahui dan mempelajari ASEAN Economic Community

  2015; 3. Untuk mengetahui pengaruh ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan ASEAN Economic Community 2015 terhadap Indonesia.

2. Manfaat

  Manfaat secara teoritis dari penulisan skripsi ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 sebagai bentuk dari perjanjian internasional yang disepakati oleh Indonesia;

  2. Untuk mengetahui ASEAN Economic Community 2015 sebagai bentuk kesepakatan Negara-negara ASEAN, yaitu ASEAN

  Community ; 3.

  Untuk menambah pengetahuan dalam hukum internasional, khususnya hukum perjanjian internasional dan hukum organisasi internasional.

  Manfaat praktis dari penulisan skripsi ini adalah: 1.

  Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada perpustakaan Fakulas Hukum Universitas Sumatera Utara; 2. Dapat dijadikan sebagai kajian bagi para pihak akademisi dalam menambah pengetahuan terutama di bidang hukum internasional, hukum perjanjian internasional dan hukum organisasi internasional.

D. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang “Analisis Terhadap ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam Hubungannya Terhadap ASEAN Economic Community 2015 dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia” belum pernah dilakukan, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang ASEAN dan Asean Economic Community 2015 sebelumnya, seperti “ASEAN dan Peranannya dalam Pertumbuhan Perekonomian Regional” dan “Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota ASEAN dalam Rangka Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Jadi penulisan ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu, jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan penelitian ini.

E. Tinjauan Pustaka 1.

  Perjanjian Internasional Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan

  

  akibat-akibat hukum tertentu . Dari batasan tersebut jelas kiranya, bahwa untuk dapat dinamakan perjanjian internasional, perjanjian itu harus diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional yang menjadi anggota 11 masyarakat internasional. Jadi, pertama-tama termasuk didalamnya adalah Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, h. perjanjian antarnegara, antara Negara dengan organisasi internasional dan diantara organisasi internasional itu sendiri. Sedangkan menurut Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia, perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak

  

  dan kewajiban di bidang hukum publik , tidak berbeda jauh dengan bunyi

  

  pasal 2 ayat 1 butir a Konvensi Wina 1969 , yang menyatakan sebagai berikut, perjanjian artinya, suatu persetujuan internasional yang diadakan antar negara-negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur oleh hukum internasional, baik yang berupa satu instrument tunggal atau berupa dua atau lebih instrument yang saling berkaitan tanpa memandang apapun juga namanya.

  Secara fungsional dilihat dari segi sumber hukum, maka pengertian perjanjian internasional dapat dibedakan kedalam dua golongan yaitu “treaty contract” dan “law making treaties”. Yang dimaksud dengan “treaty contract” adalah perjanjian-perjanjian seperti suatu kontrak atau perjanjian dalam hukum perdata yang mengakibatkan hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu saja, contoh perjanjian perbatasan, dan perjanjian perdagangan. Pengertian “law making treaties” dimaksudkan sebagai perjanjian yang meletakkan ketentuan-ketentuan 12 atau kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara

Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000Tentang Perjanjian Internasional.

13 Konvensi Wina Tahun 1969 Tentang Hukum Perjanjian Internasional.

  keseluruhan, misalnya Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional dan Konvensi Hukum Laut 1982.

  Dalam rangka memperoleh pengertian yang lebih luas tentang perjanjian internasional kiranya perlu diketengahkan tentang berbagai istilah yang digunakan bagi perjanjian internasional itu sendiri. Dalam hal ini sering diketemukan istilah seperti treaty, convention, protocol,

  declaration, agreement, charter, covenant, pact, statue, exchange of notes, modus vivendi, accord dan sebagainya. Dilihat secara yuridis semua istilah

  tersebut memiliki pengertian yang sama dengan perjanjian internasional

  

  seperti diuraikan diatas . Perjanjian internasional telah memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan pergaulan masyarakat bangsa-bangsa sehingga sebagai suatu sumber hukum internasional kedudukan perjanjian internasional sangat menonjol dibandingkan sumber hukum internasional lainnya.

2. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)

   ASEAN didirikan berdasarkan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8

  Agustus 1967 oleh lima Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, dan Thailand. Tujuan utama pembentukan ASEAN adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan, sebagaimana terlihat dari dua butir isi deklarasi (butir 1 dan 3) sebagai berikut: (i) mempercepat 14 pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan budaya di

  Yudha Bakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga Rampai, Alumni, Bandung, 2003, h. 107-108. 15 Biro Hubungan dan Studi Internasional Direktorat Internasional Bank Indonesia, Kerja Sama Perdagangan Internasional : Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia , Elex Media

  kawasan melalui upaya bersama dengan semangat kesetaraan dan persahabatan dalam rangka memperkuat landasan untuk mencapai masyarakat Negara-negara Asia Tenggara yang makmur dan damai, dan (ii) Mendukung kerja sama yang aktif dan saling membantu atas persoalan yang menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, masalah teknis dan ilmu pengetahuan. Keanggotaan ASEAN terus bertambah sehingga pada saat ini sudah berjumlah sepuluh Negara. Diawal dengan keikutsertaan Brunei pada tanggal 8 Januari 1984, kemudian Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, diiikuti dengan Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan terakhir kamboja pada tanggal 30 April 1999.

  ASEAN juga memiliki beberapa prinsip dasar yang tertuang dalam dua dokumen, pertama dalam Deklarasi Zona Damai, Merdeka dan Netral yang dikenal nama ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality) yang mendeklarasikan agar Negara-negara ASEAN meningkatkan upaya untuk menjamin pemahaman kawasan ASEAN sebagai zona damai, merdeka dan netral, bebas dari campur tangan kekuatan luar. Selain itu, dilakukan upaya bersama untuk memperluas cakupan kerja sama yang dapat berkontribusi pada kekuatan, solidaritas, dan hubungan yang semakin dekat antar Negara ASEAN. Kedua, prinsip yang tercantum dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja sama atau Treaty of Amity and

  

Cooperation (TAC) di Asia Tenggara yang ditandatangani pada tanggal 24

  Februari 1976. Perjanjian tersebut mendeklarasikan bahwa negara-negara anggota dalam hubungan bernegara harus didasari prinsip saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, kesatuan wilayah dan identitas nasional dari seluruh Negara. Tidak saling mencampuri dalam urusan domestik, penyelesaian perbedaan atau sengketa dengan cara musyawarah, penolakan atas segala bentuk ancaman atau kekuatan dan kerja sama yang efektif antar Negara anggota merupakan prinsip-prinsip lain dalam kerja sama ASEAN. Prinsip-prinsip tersebut terutama prinsip saling menghormati kemerdekaan dan kedaulatan serta identitas nasional apakah merupakan suatu kekuatan atau kelemahan dari ASEAN dapat dilihat dari perkembangan kerja sama ekonomi di kawasan ASEAN.

3. ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002

  ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi pertumbuhan sosial – ekonomi Negara Anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan- keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. Indonesia meratifikasinya melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN)

  Kepala-kepala Pemerintahan/Negara Republik Indonesia, Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Malaysia, Republik Demokratik Rakyat Laos, Persatuan Myanmar, Republik Philipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam yang tergabung sebagai negara anggota Asosiasi Negara Asia Tenggara atau ASEAN (Association

  

Southeasth Asian Nation ) telah menyepakati sebuah persetujuan yang

  membahas kepentingan-kepentingan industri pariwisata di Negara-negara anggota ASEAN, yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama industri pariwisata, meningkatkan pembangunan dan promosi ASEAN, serta pengembangan sumber daya manusia . Melalui persetujuan ini wisatawan yang terdiri dari masyarakat ASEAN akan mendapatkan kemudahan dibidang pariwisata dan manfaat-manfaat yang dapat mendukung negara anggota ASEAN untuk mempromosikan pariwisatanya ke negara-negara aggota ASEAN khususnya dan negara-negara di seluruh dunia umumnya.

  Wisatawan akan mendapatkan kemudahan jasa transportasi, lokasi-lokasi wisata yang berkualitas, terjaminnya keselamatan dan keamanan wisatawan selama di Negara tersebut dan lain sebagainya.

4. ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN)

  ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN) adalah salah satu dari tiga pilar yang saling berkaitan yang menjadi landasan untuk terbentuknya komunitas ASEAN (ASEAN Community). Keputusan penting pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu Januari 2007 adalah mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN dari target semula tahun 2020 menjadi 2015. Percepatan jadwal ini semula diusulkan dalam KTT ASEAN ke-11 di Kuala Lumpur tahun 2005 dan diperkuat dengan rekomendasi dari ASEAN Economic Ministerial Meeting ke-38 pada Agustus 2006. Dalam situasi persaingan ekonomi yang semakin tajam, ada kekhawatiran bahwa Asia Tenggara akan tertinggal jauh dari pesatnya pertumbuhan ekonomi China dan India. Gagasan membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan bisa mengalirkan semangat baru untuk berintegrasi ke dalam dan meningkatkan daya saing kawasan agar dapat merebut investasi asing. Sejalan dengan aspek ekonomi dalam visi ASEAN 2020, Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi pasar tunggal dan basis produksi di mana arus barang, jasa, investasi, modal dan

   pekerja terambil bisa bebas bergerak .

  Menurut ASEAN Vision 2020 yang menjadi rujukan bagi pembentuk Komunitas ASEAN, tujuan akhir dari integrase ekonomi di kawasan Asia Tenggara adalah terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunitas ekonomi oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari Deklarasi Bali Concord II mengenai konsep Komunitas

17 Ekonomi ASEAN : 1.

  Komunitas Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang digariskan dalam ASEAN Vision 2020 untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, sejahtera dan berdaya saing tinggi.

  16 17 C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar, dkk, Op.cit, h. 110.

  2. Landasan bagi Komunitas Ekonomi ASEAN adalah kepentingan bersama di antara Negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerja sama yang sedang berjalan dan inisiatif baru dalam kerangka waktu yang jelas.

  3. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjadikan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, dengan mengubah keanekaragaman yang menjadi karakter kawasan menjadi peluang bisnis yang saling melengkapi.

  4. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjamin bahwa perluasan dan pendalaman integrasi ASEAN harus dibarengi dengan kerja sama teknik dan pembangunan dalam usaha mengatasi jurang pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi anggota baru (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam).

5. Untuk mencapai komunitas ekonomi yang terintegrasi secara penuh, ASEAN perlu menerapkan langkah-langkah liberalisasi dan kerja sama.

F. Metode Penelitian

  Metode penelitian yang akan ditempuh dalam memperoleh data-data atau bahan-bahan dalam penelitian ini meliputi:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalamperaturan perundang-undangan dan putusan

  

  pengadilan . Pada penelitian hukum normatif yang dipergunakan adalah merujuk pada sumber bahan hukum, yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam perangkat hukum.

  Adapaun sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian ini hanya untuk menggambarkan tentang situasi atau keadaan yng terjadi terhadap permasalahan yang telah di kemukakan dengan membatasi kerangka studi kepada suatu analisis terhadap Asean Tourism

  Agreement (ATA) 2002 dalam hubungan dengan Asean Economic Community 2015 dan pengaruhnya terhadap Indonesia.

2. Data dan Sumber data

  Data yang digunakan dalam penelitian skripsi adalah diperoleh dari:

  a) Bahan hukum primer, yaitu bahan yang mengikat yakni: peratuan perundang-undangan terkait, seperti: Undang-Undang Dasar Negara

  Republik Indonesia Tahun 1945, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Asean Tourism Agreement (Persetujuan Pariwisata Asean), Konvensi Wina Tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian, dan ASEAN Tourism Agreement tahun 2002.

  b) Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, hasil-hasil seminar, karya dari pakar hukum, dan lain sebagainya.

18 Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,Raja Grafindo

  c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan primer dan sekunder, seperti

  

  kamus besar Bahasa Indonesia dan Ensiklopedia 3. Teknik Pengumpul Data

  Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi dokumen, yaitu pengumpulan data dengan cara penelusuran kepustakaan. Penelitian kepustakaan (Library Research) dilakukan dengan cara meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, seperti buku-buku hukum, majalah hukum, artiket-artikel, peraturan perundang-undangan, pendapat para sarjana dan bahan-bahan lainnya.

4. Analisis Data

  Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Peraturan- Perundang-Undangan yang terkait, Perjanjian Internasional terkait, kemudian dikaitkan dengan data-data dari buku-buku mengenai hukum perjanjian internasional, hukum organisasi internasional, ASEAN

  Economic Community , dan buku-buku yang terkait dengan judul

  penelitian, selain itu terdapat juga data dari artikel-artikel hukum, dan hasil seminar yang didalamnya terdapat beberapa data berbentuk tabel, grafik, dan gambar.

  G.

  Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 Bab, masing-masing bab terdiri dari:

19 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

  BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini merupakan bagian pendahuluan dari keseluruhan

  skripsi ini yang didalamnya mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASEAN ECONOMIC

COMMUNITY 2015 BAGI MASYARAKAT ASEAN Pada Bab II akan memaparkan sejarah tentang ASEAN sebagai

  organisasi internasional dan gambaran umum tentang ASEAN

  Economic Community 2015 sebagai salah satu dari program ASEAN Community 2015, dari proses menuju ASEAN Economic Community

  2015, struktur kelembagaan ASEAN Economic Community 2015 serta karakteristik dan elemen kerja ASEAN Economic Community 2015.

  

BAB III ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM

PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL Pada Bab III akan memaparkan gambaran umum tentang perjanjian

  internasional, gambaran umum tentang ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002, mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat serta pokok-pokok ketentuan yang terdapat dalam ASEAN Tourism

  Agreement (ATA) 2002, dan penjelasan mengenai ASEAN Tourism

  Agreement (ATA) 2002 dalam perspektif hukum perjanjian internasional.

BAB IV ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM HUBUNGANNYA TERHADAP ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA Pada Bab IV penulis akan menyatukan bagian-bagian yang saling

  berkaitan dari bab-bab sebelumnya dan menyatukannya menjadi satu bagian sebagai kumpulan fakta-fakta untuk menjawab permasalahan yang ada. Pada bagian ini juga akan dipaparkan pengaruh terhadap Indonesia atas pemberlakuan ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 yang meliputi hak dan kewajiban yang diterima Indonesia dan ASEAN Economic Community 2015 yang meliputi hak dan kewajiban yang diterima Indonesia serta pemberlakuan ASEAN

  Tourism Agreement (ATA) 2002 dan ASEAN Economic Community 2015 di Indonesia.

BAB V PENUTUP Pada Bab V merupakan bagian penutup dari skripsi ini, terdiri dari

  kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan penulis akan memberi simpulan dari jawaban permasalahan pada rumusan masalah yang sudah dijawab pada Bab 2 - Bab 4. Pada bagian saran penulis akan memaparkan gagasan yang dimiliki oleh penulis berdasarkan dari temuan fakta-fakta yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya penulis juga akan memberikan saran sebagai bentuk rekomendasi untuk melengkapi Bab V ini.

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

9 87 153

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

2 82 130

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

1 51 87

Tinjauan Yuridis Terhadap Open Sky Asean 2015 Dan Regulasinya Terhadap Penerbangan Di Indonesia

0 0 22

Tinjauan Yuridis Terhadap Open Sky Asean 2015 Dan Regulasinya Terhadap Penerbangan Di Indonesia

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Status Perjanjian Internasional Antara Indonesia Dengan Asean Dalam Pendirian Sekretariat Asean Di Jakarta Terkait Dengan Host Country Agreement (Hca)

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Indonesia

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Integrasi Dan Volatilitas Harga Beras Regional Asean Terhadap Pasar Beras Indonesia

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemberlakuan Perjanjian Internasional Di Indonesia Dikaitkan Dengan Judicial Review Terhadap Piagam Asean Di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

0 0 28

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 BAGI MASYARAKAT ASEAN E. Sejarah Terbentuknya ASEAN - Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indones

0 0 46