Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

(1)

ANALISIS TERHADAP ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM HUBUNGANNYA TERHADAP ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HADI ASTRA DARMANA SIMANGUNSONG 110200361

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS TERHADAP ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM HUBUNGANNYA TERHADAP ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

110200361

HADI ASTRA DARMANA SIMANGUNSONG

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL DISETUJUI OLEH

KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

NIP. 195612101986012001 Dr. CHAIRUL BARIAH, SH.,M.Hum.

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum

NIP. 197302202002121001 NIP. 195610101986031003 Dr. Sutiarnoto, SH.,M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, nikmat islam dan nikmat kesehatan serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Terhadap ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap ASEAN Economic Community 2015 dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia” tepat pada waktunya.

Skripsi merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana sekaligus merupakan pembelajaran bagi mahasiswa. Pemilihan judul diatas didasarkan pada pengamatan dan ketertarikan penulis akan perkembangan yang terjadi di kawasan ASEAN, khususnya perkembangan pariwisata ASEAN dan Komunitas Ekonomi ASEAN. Sejak persetujuan pariwisata ASEAN di ratifikasi oleh Republik Indonesia dan Negara-negara anggota ASEAN, banyak perkembangan yang telah terjadi pada bidang pariwisata dan meningkatnya perekonomian setiap Negara anggota ASEAN. ASEAN Tourism Agreement merupakan salah satu program yang mendukung ASEAN Community khususnya pada ASEAN Economic Community di bidang jasa pariwisata.

Di dalam skripsi ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan yang selayaknya dapat diperbaiki dan luput dari perhatian penulis. Oleh karena itu, penulis meminta kritikan dan saran dari setiap orang yang membaca skripsi ini


(4)

sehingga dapat menjadi bahan penilaian dan acuan bagi penulis dalam membuat karya tulis selanjutnya.

Selama proses perkuliahan sampai penulisan skripsi ini berjalan, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan dan bimbingan serta masukan dari beberapa pihak, pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Ibu Dr. Chairul Bariah, SH.,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan memberikan sumbangsih pemikiran dan saran-sarannya;

4. Bapak Dr. Sutiarnoto, SH.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini dengan meluangkan waktu untuk mengkoreksi dan memberikan sumbangsih pemikiran dan saran-sarannya;

5. Bapak Makhdin Munthe, SH.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik selama perkuliahan;

6. Dosen-Dosen Departemen Hukum Internasional, yaitu: Bapak Arif, SH.,M.H, Bapak Deni Amsari Purba, SH.,L.L.M, Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.,M.Hum, , Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.,M.Hum, Bapak Prof. Syamsul


(5)

Arifin, SH.,M.H., Ibu Rosmalinda, SH.,L.L.M, Bapak Abdul Rahman, SH.,M.H.;

7. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas jasa-jasanya yang telah membantu saya selama saya menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Kedua orang tua penulis, ayah saya, Alm. H. Aman Simangunsong, yang telah lama meninggalkan kami, namun semangat dan ilmu-ilmu yang beliau ajarkan kepada saya tetap saya terapkan, kemudian mamak saya, Hj. Mujiyem, beliau merupakan mamak terbaik yang pernah saya jumpai, orang yang saya cintai sepanjang masa, beliau sudah berhasil membimbing saya sampai menuju sarjana dan menjadi manusia yang lebih baik lagi; 9. Kakak dan abang saya, Nurmaini Simangunsong, A.Md, Deliana

Simangunsong, Heri Susanto Simangunsong, SE, terima kasih karena kalian telah menginspirasi saya untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi;

10.Mas Pri Ismono, terima kasih atas bimbingan dan arahannya selama saya berada di Medan, dan telah mengarahkan saya untuk bisa berjuang di Kota Medan;

11.Yana anisah, yang sama-sama berjuang menjemput sarjana dan berlari bersama menuju gedung Auditorium.

12.Teman-teman Grup H dan Grup D stb.2011, kalian yang mewarnai kehidupan saya di kampus;


(6)

13.Tim Spektra 2011, winaldi, sandi, ika, dita, yuli, aldri, ulun, virsa, saydesi, aulia, mimi, diba, terima kasih atas pengalaman menarik selama satu periode bersama kalian, kebahagian dan kesedihan bersama yang telah sama-sama kita lewati;

14.Badan Ta’mirul Mushalla (BTM) Aladdinsyah, SH, yang menjadi tempat saya untuk mengasah pikiran, belajar berorganisasi, mengenal banyak orang dan memberikan segudang ilmu;

15.Teman-teman serta adik-adik Divisi Kewirausahaan Badan Ta’mirul Mushalla (BTM) Aladdinsyah, SH, semangat untuk kita semua, semangat menjadi entrepreneur di masa depan;

16.Teman-teman International Law Student Association (ILSA), Yohana Rosendra (ketua), Aan Febriyanto, Ashari Maulana Reza Siregar, M.Virsa Aka, Nurul Pertiwi, ko William dan semua anggota ILSA periode 2014-2015;

17.Alumni Beijing 2014, Beijing sudah kita taklukan, kota mana lagi selanjutnya;

18.Bang Dedi HI, terima kasih atas bantuan dan sumber informasi selama di departemen.

Medan, April 2015 Hormat Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Istilah... ix

Abstrak ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 7

D.Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penulisan ... 16

G.Sistematika Penulisan ... 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 BAGI MASYARAKAT ASEAN A.Sejarah Terbentuknya ASEAN ...21

B.Proses Menuju Kesepakatan ASEAN EconomicCommunity 2015 .... 25

C.Struktur Kelembagaan ASEAN EconomicCommunity 2015 ... 33


(8)

BAB III ASEAN TOURISM AGREEMENT(ATA) 2002 DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

A.Perjanjian Internasional ... 67

1. Pengertian Perjanjian Internasional ... 67

2. Unsur-unsur Perjanjian Internasional ... 71

3. Ruang Lingkup Perjanjian Internasional ... 74

4. Jenis-jenis Perjanjian Internasional ... 77

5. Tahapan dalam Perjanjian Internasional ... 80

B. ASEAN Tourism Agreement 2002 ... 90

1. Latar Belakang ASEAN Tourism Agreement(ATA) 2002 ... 90

2. Tujuan dan Manfaat ASEAN Tourism Agreement(ATA) 2002 ... 91

3. Pokok-pokok Ketentuan dalam ASEANTourism Agreement(ATA) 2002 ... 92

C.ASEAN Tourism Agreement 2002 Dalam Perspektif Hukum Perjanjian Internasional ...96

1. ASEAN Tourism Agreement(ATA) 2002 Sebagai Perjanjian Internasional ... 96

2. Ketentuan Mengikat ASEAN Tourism Agreement(ATA) 2002 ... 97

3. Ratifikasi ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 ... 99


(9)

BAB IV ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM

HUBUNGANNYA TERHADAPASEAN ECONOMIC COMMUNITY

2015DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA

A.Hak dan Kewajiban Indonesia Pada ASEAN Tourism Agreement

2002 ... 108

B.Hak dan Kewajiban Indonesia Pada ASEANEconomic Community 2015 ... 116

C.Pemberlakuan ASEAN Tourism Agreement 2002 dan ASEAN

Economic Community 2015 danPengaruhnya Terhadap Indonesia ... 121

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 131 B. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Daftar Tabel:

Tabel 1. Sektor Prioritas Integrasi ...56 Tabel 2. Jumlah wisatawan asing dan devisa wisatawan mancanegara

Tahun 2007-2013 ...122 Tabel 3. Kedatangan wisatawan Internasional ke negara-negara ASEAN ...123 Tabel 4. Posisi kepariwisataan Indonesia (The Travel and Tourism

Competitiveness Index) ...125

Daftar Gambar:

Gambar 1. Skema Menuju MEA 2015 ...25 Gambar 2. Struktur baru koordinasi kerjasama ekonomi ASEAN

sesuai piagam ASEAN ...37 Gambar 3. Kontribusi kepariwisataan Indonesia terhadap devisa

2009-2013...124 Gambar 4. Perubahan PDB di bawah skenario relatif AEC untuk

baseline, 2015, 2020 dan 2025 (persen) ...127 Gambar 5. Perubahan konsumsi, investasi, ekspor dan impor di bawah

skenario relatif AEC ke baseline, 2025 (persen)...128 Gambar 6. Perubahan tenaga kerja di bawah skenario relatif AEC dengan


(11)

Daftar Istilah:

ACCCP : ASEAN Coordinating Protection;

ACCCQ : ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality;

ACIA : ASEAN Comprehensive Investment Agreement

AEC : ASEAN Economic Community

AEC Council : ASEAN Economic Community Counci AEGC : ASEAN Experts Group on Competition;

AEM : ASEAN Economic Ministers

AFAS : ASEAN Framework Agreement on Service

AFDM : Finance Ministers and Deputies Meeting;

AFMM : ASEAN Finance Minister Meeting

AFTA Council : ASEAN Free Trade Area Council

AFTA : ASEAN Free Trade Area

AHSOM : ASEAN Heads of Statistical Office Meeting Committee on

Consumer;

AIA : ASEAN Investment Area

AIA Council : ASEAN Investment Area Council

AMAF : ASEAN Minister Meeting on Agriculture and Forestry AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation

AMEM : ASEAN Minister on Energy Meeting

AMMin : ASEAN Ministerial Meeting on Mineral

AMMST : ASEAN Minister Meetingon Science and Technology ASEAN : Association of Southeast Asian Nations


(12)

ASOF : ASEAN Senior Officials on Forestry;

ASOMM : ASEAN Senior Official Meeting on Minerals;

ASW : ASEAN Single Window

ATA : ASEAN Tourism Agreement

ATIGA : ASEAN Trade in Goods Agreement

ATM : ASEAN Transport Minister Meeting

CCC : Coordinating Committee on Customs;

CCCA : Coordinating Committee on the Implementation on the CEPT

Scheme for AFTA;

CCI : Coordinating Committee on Investment; CCS : Coordinating Committee on Services;

CCS : Coordinating Committee on Services

CEPT : Common Effective Preferential Tariff

COST : ASEAN Committee on Science and Technology; DG of Customs : ASEAN Directors General of Customs Meeting;

EPG : Eminent Person Group

HLTF : High Level Task Force

IAI Task Force : Initiative for ASEAN Integration Task Force;

IGA : Investment Guarantee Agreement

KTT : Konferensi Tingkat Tinggi

M-ATM : Meeting of ASEAN Tourism Minister

MFN : Most Favoured Nation


(13)

MRA : Mutual Recognition Agreement

MRAs : Mutual Recognition Arrangements

NTOs : National Tourism Organizations;

NTP : National Treatment Principle

PIS : Priority Integration Sectors

RIA : Roadmap for Integration of ASEAN

ROO : Rules of Origin

SLOM : Senior Labour Officials Meeting;

SMEWG : ASEAN SME Working Group;

SOM AMAF : Senior Official Meeting-ASEAN Ministries on Agriculture

and Forestry;

SOME : Senior Officials Meeting on Energy; STOM : Senior Transport Officials Meeting;

TAC : Treaty of Amity and Cooperation

TEL : Temporary Exclusion List

TELMIN : ASEAN Telecomunication and IT Minister Meeting TELSOM : Telecommunications and IT Senior Officials Meeting;

VAP : Vientiane Action Program

WGIPC : Working Group on Intellectual Property Cooperation

WTO : World Trade Organizations

WTTC : World Travel and Tourism Council


(14)

ABSTRAK

Hadi Astra Darmana Simangunsong1 Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum**

Dr. Sutiarnoto, SH.,M.Hum***

Perkembangan organisasi internasional lebih merupakan jawaban terhadap kebutuhan yang nyata, yang diakibatkan oleh pergaulan internasional

(international intercourse) daripada jawaban terhadap himbauan falsafah atau

ideologis dari pengertian pemerintahan dunia (World Government). Pembentukan ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara, berkembang untuk menjadi lebih mandiri dengan terbentuknya ASEAN Vision 2020 tahun 1997 yang di realisasikan pada KTT ke-9 ASEAN tahun 2003dan ASEAN menyetujui pembentukan ASEAN

Community 2015 yang terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community,

ASEAN Political Security Community, dan ASEAN Socio Cultural Community. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (legal research). Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan maksud melakukan analisis terhadap ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam hubungannya terhadap ASEAN Economic Community 2015. Data yang digunakan adalah data sekunder karena data diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan (library

research) yang terdiri dari bahan hokum primer, sekunder dan tersier.

Prioritas sektor pada ASEAN Economic Community 2015di bidang sektor jasa, yaitu, penerbangan, jasa online, pariwisata, kesehatan dan logistik. ASEAN

Tourism Agreement (ATA) 2002 adalah jawaban atas dukungan dibidang

pariwisata untuk mewujudkan ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi pertumbuhan sosial – ekonomi negara anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan-keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi itu semua ditunjukan dengan menyepakati dan merealisasikan setiap kesepakatan-kesepakatan yang ada pada ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan

blueprint ASEAN Economic Community 2015 karena keterikatan suatu negara

terhadap perjanjian internasional merupakan konsekuensi hukum dari keinginan dan tindakan berdaulat negara untuk membuat perjanjian.

Kata kunci : Organisasi Internasional, ASEAN, ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002, ASEAN Economic Community 2015

1

Mahasiswa Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**

Dosen Pembimbing I

***


(15)

ABSTRAK

Hadi Astra Darmana Simangunsong1 Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum**

Dr. Sutiarnoto, SH.,M.Hum***

Perkembangan organisasi internasional lebih merupakan jawaban terhadap kebutuhan yang nyata, yang diakibatkan oleh pergaulan internasional

(international intercourse) daripada jawaban terhadap himbauan falsafah atau

ideologis dari pengertian pemerintahan dunia (World Government). Pembentukan ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara, berkembang untuk menjadi lebih mandiri dengan terbentuknya ASEAN Vision 2020 tahun 1997 yang di realisasikan pada KTT ke-9 ASEAN tahun 2003dan ASEAN menyetujui pembentukan ASEAN

Community 2015 yang terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community,

ASEAN Political Security Community, dan ASEAN Socio Cultural Community. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (legal research). Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan maksud melakukan analisis terhadap ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam hubungannya terhadap ASEAN Economic Community 2015. Data yang digunakan adalah data sekunder karena data diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan (library

research) yang terdiri dari bahan hokum primer, sekunder dan tersier.

Prioritas sektor pada ASEAN Economic Community 2015di bidang sektor jasa, yaitu, penerbangan, jasa online, pariwisata, kesehatan dan logistik. ASEAN

Tourism Agreement (ATA) 2002 adalah jawaban atas dukungan dibidang

pariwisata untuk mewujudkan ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi pertumbuhan sosial – ekonomi negara anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan-keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi itu semua ditunjukan dengan menyepakati dan merealisasikan setiap kesepakatan-kesepakatan yang ada pada ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan

blueprint ASEAN Economic Community 2015 karena keterikatan suatu negara

terhadap perjanjian internasional merupakan konsekuensi hukum dari keinginan dan tindakan berdaulat negara untuk membuat perjanjian.

Kata kunci : Organisasi Internasional, ASEAN, ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002, ASEAN Economic Community 2015

1

Mahasiswa Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**

Dosen Pembimbing I

***


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, sama halnya dengan Negara juga membutuhkan hubungan dengan Negara-negara lainnya untuk memenuhi kebutuhan Negara-negaranya.

Suatu kelompok manusia yang berkembang menjadi besar pasti akan menyusun dirinya dalam suatu kesatuan masyarakat dan berusaha untuk dapat hidup secara tertib dan teratur. Makin besar perkembangan kelompok, makin diperlukan kaidah-kaidah agar masyarakat tersebut dapat hidup dengan tentram2. Bangsa yang sedang berkembang dan berekspansi dapat bertemu dan berhubungan dengan bangsa lain baik secara bersahabat maupun secara kekerasan (perang). Di dalam dunia modern hubungan antarbangsa sudah tersebar ke seluruh pelosok dunia ini. Tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang dapat membebaskan diri dari keterlibatannya dengan bangsa dan Negara lain, karena semua bangsa merupakan warga dunia3

Banyak sekali terdapat perbedaan-perbedaan di antara Negara yang ada. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan bangsa, falsafah hidup, struktur pemerintahan, tata masyarakat, kekuatan militer, ekonomi, keuangan dan lain sebagainya. Hubungan dapat terjadi di antara mereka yang bertindak untuk

.

2

Sumarsono Mestoko, Indonesia dan hubungan antarbangsa, Sinar Harapan, Jakarta, 1985, h. 9.

3


(17)

dan atas nama suatu Negara, misalnya berunding atau membuat perjanjian dalam berbagai bidang baik untuk kepentingan individu maupun seluruh masyarakat4

Perkembangan organisasi internasional lebih merupakan jawaban terhadap kebutuhan yang nyata, yang diakibatkan oleh pergaulan internasional (international intercourse) daripada jawaban terhadap himbauan falsafah atau ideologis dari pengertian pemerintahan dunia (World

Government)

.

5

Pada tahun 1967 lima negara Asia Tenggara sepakat untuk mengadakan kerja sama dan ikatan sesuai dengan kepentingan timbal balik antara bangsa seregion. Lima Negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Pada tanggal 8 Agustus 1967, Negara-negara tersebut menandatangani suatu Deklarasi di Bangkok yang menandai adanya suatu perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Namun demikian perhimpunan ini masih memberi kesempatan kepada negara-negara lain di Wilayah Asia Tenggara untuk menjadi anggota baru ASEAN, sepanjang kelima anggota perhimpunan tersebut menyetujuinya

.

6

4

Ibid, h. 13.

5

Hasnil Basri Siregar, Hukum Organisasi Internasional, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1994, h. 52.

6

Sumarsono Mestoko, Op.cit., h.132.

. Sejak didirikannya pada tahun 1967 ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) memang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara. Negara-negara anggota ASEAN juga berusaha untuk saling membantu dalam usaha-usaha


(18)

yang menjadi perhatian bersama khususnya dibidang ekonomi dan sosial, kebudayaan dan ilmu pengetahuan antara lain dengan memanfaatkan secara efektif berbagai sektor seperti pertanian dan industri serta memperluas perdagangan mereka, termasuk perdagangan komoditi internasional. Negara-negara ASEAN juga bertekad untuk memerangi kemelaratan, kelaparan, penyakit dan buta huruf sebagai perhatian utama bagi Negara-negara anggotanya. Untuk itu ASEAN telah berusaha untuk mengadakan kerjasama secara intensip dibidang ekonomi dan pembangunan sosial dengan mengutamakan peningkatan sosial dan perbaikan kehidupan rakyat di Asia Tenggara7

ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi pertumbuhan sosial – ekonomi Negara Anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan-keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi

.

Dalam hal ini Indonesia yang merupakan anggota ASEAN dan merupakan salah satu negara pendiri ASEAN yang telah meratifikasi ASEAN

Tourism Agreement (ATA) 2002 melalui Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism

Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN), melalui persetujuan ini

merupakan bentuk untuk mendukung terwujudnya ASEAN Vision 2020.

7

Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasionaledisi II, Alumni, Bandung, 1997, h. 92-93.


(19)

pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan.

Pertimbangan-pertimbangan untuk membentuk ASEAN Tourism

Agreement (ATA) 2002 dimulai pada Deklarasi Manila Tahun 1987, ASEAN

bertekad untuk mendorong perjalanan intra ASEAN dan memperkuat industri pariwisata ASEAN, lalu rencana aksi Ha Noi yang telah disahkan pada KTT ke-6 yang diadakan di Ha Noi Tahun 1998, dan Kesepakatan Kerjasama Pariwisata ASEAN Tingkat Menteri Tahun 1998 di Cebu, Filipina, yang mencakup pengembangan dan promosi ASEAN sebagai destinasi wisata tunggal yang memiliki standar, sarana dan daya tarik wisata kelas dunia. Pada tahun 1995 dibentuklah Kerangka Kerja Persetujuan ASEAN di Bidang Jasa, yang ditandatangani di Bangkok, berisi prinsip-prinsip dasar dan cakupan perundingan mengenai perdagangan jasa antar Negara Anggota ASEAN yang menuju liberalisasi perdagangan jasa intra-ASEAN. Untuk mengurangi perbedaan tingkat pembangunan ekonomi dan mengenalkan latar belakang keragaman budaya ke Negara-negara Anggota ASEAN.

Peran penting pariwisata dalam memperkecil jurang pembangunan antar Negara Anggota ASEAN serta dalam mendorong stabilitas kawasan diperlukan upaya untuk memperkuat, memperdalam dan memperluas kerjasama di bidang pariwisata antar Negara Anggota ASEAN dan antar sektor-sektor swasta sesuai dengan sifat daya tarik wisata yang saling mendukung. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama ASEAN.


(20)

Untuk mewujudkan perjalanan ke dan di dalam ASEAN yang lebih mudah dan lebih efisien, akhirnya pada KTT ASEAN ke-7 tanggal 4 November 2001 di Brunei Darussalam di tandatangani suatu persetujuan pariwisata ASEAN yaitu ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 yang kemudian diratifikasi melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pengesahan ASEAN Tourism Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN).

Terwujudnya ASEAN sebagai wadah kerja sama bangsa-bangsa Asia Tenggara, yang hidup dalam perdamaian dan kemakmuran, menyatu dalam kemitraan yang dinamis dan komunitas yang saling peduli serta terintegrasi dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia8

Dalam sektor pariwisata telah diusulkan sebuah proyek mengenai “ASEAN Cooperation on Tourism” (kerjasama ASEAN di bidang Pariwisata) yang akan dibiayaia oleh UNDP (United Nations Development

Project = proyek pengembangan dari PBB). Adanya promosi pariwisata yang

sudah berjalan telah berhasil mencapai tarif keliling (Circle Tarrif Fare) ASEAN sebesar 25% potongan dari tariff biasa dalam rangka kerjasama dengan perusahaan-perusahaan penerbangan ASEAN

, itu merupakan visi ASEAN yang tertuang dalam Deklarasi Bangkok.

9

Perkembangan atas permasalahan dan keinginan Negara-negara ASEAN untuk mensejahterakan dan menyelesaikan masalah yang ada di ASEAN maka pada tahun 1997 disepakatilah ASEAN Vision 2020 di Kuala

.

8

Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan Integrase Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Ghalia Indonesia,Jakarta, 2003, h. 43.

9


(21)

Lumpur yang di realisasikan pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada Tahun 2003, dan ASEAN menyetujui pembentukan ASEAN Community 2015 yang terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN), ASEAN Political Security Community (Komunitas Politik-Keamanan ASEAN), dan ASEAN Socio Cultural Community (Komunitas Sosial-Budaya ASEAN).

Perwujudan ASEAN Community 2015 adalah suatu keinginan bersama yang telah disepakati oleh para pemimpin Negara-negara anggota ASEAN. Pada tahun 2015 diharapkan akan dicapai suatu komunitas yang terjaga kolektivitasnya melalui pencapaian positif dalam ketiga pilar ASEAN

Community sebagai bentuk nyata. Pertimbangannya tentu adalah secara nyata

program tersebut harus membawa manfaat positif yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sampai ke lapisan bawah di seluruh negara-negara di ASEAN. Kerjasama ASEAN selama ini cenderung berjalan sebagai komunitas diplomatik. Sementara itu ASEAN Community 2015 sebagai suatu program keluaran dari ekspektasi bersama seluruh masyarakat ASEAN memiliki peluang sekaligus tantangan dalam hal perwujudannya. Gagasan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau MEA, dapat ditelusuri kembali ke pembentukan Wilayah Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) di tahun 1992. Pada KTT ASEAN di Phnom Penh di bulan November 2002 para pemimpin ASEAN menyepakati prakarsa Perdana Menteri Goh Chok Tong untuk menyebut bentuk berikut dari proses integrasi ekonomi ASEAN sebagai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic


(22)

Community atau AEC)10

B. Rumusan Masalah

. Sejalan dengan aspek ekonomi dalam visi ASEAN 2020, Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi di mana arus barang, jasa, investasi, modal dan pekerja terampil bisa bebas bergerak.

Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana mewujudkan ASEAN Economic Community 2015 yang dapat bermanfaat bagi masyarakat ASEAN dan Indonesia khususnya?

2. Bagaimana status ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam perspektif hukum perjanjian internasional?

3. Bagaimana pengaruh ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan ASEAN Economic Community 2015 terhadap Indonesia?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Secara umum penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atas pemberlakuan ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan ASEAN Economic Community 2015 bagi masyarakat ASEAN dan Indonesia khususnya.

Berdasarkan tujuan umum tersebut dapat diuraikan tujuan khusus penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

10

C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar, dkk, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008,h. 49.


(23)

1. Untuk mengetahui ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam perspektif hukum perjanjian internasional;

2. Untuk mengetahui dan mempelajari ASEAN Economic Community 2015;

3. Untuk mengetahui pengaruh ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dan ASEAN Economic Community 2015 terhadap Indonesia. 2. Manfaat

Manfaat secara teoritis dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 sebagai bentuk dari perjanjian internasional yang disepakati oleh Indonesia; 2. Untuk mengetahui ASEAN Economic Community 2015 sebagai

bentuk kesepakatan Negara-negara ASEAN, yaitu ASEAN

Community;

3. Untuk menambah pengetahuan dalam hukum internasional, khususnya hukum perjanjian internasional dan hukum organisasi internasional. Manfaat praktis dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada perpustakaan Fakulas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Dapat dijadikan sebagai kajian bagi para pihak akademisi dalam menambah pengetahuan terutama di bidang hukum internasional, hukum perjanjian internasional dan hukum organisasi internasional.


(24)

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang “Analisis Terhadap ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 dalam

Hubungannya Terhadap ASEAN Economic Community 2015 dan

Pengaruhnya Terhadap Indonesia” belum pernah dilakukan, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang ASEAN dan Asean Economic Community 2015 sebelumnya, seperti “ASEAN dan Peranannya dalam Pertumbuhan Perekonomian Regional” dan “Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota ASEAN dalam Rangka Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Jadi penulisan ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu, jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan penelitian ini.

E. Tinjauan Pustaka

1. Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu11

11

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, h. 117.

. Dari batasan tersebut jelas kiranya, bahwa untuk dapat dinamakan perjanjian internasional, perjanjian itu harus diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional yang menjadi anggota masyarakat internasional. Jadi, pertama-tama termasuk didalamnya adalah


(25)

perjanjian antarnegara, antara Negara dengan organisasi internasional dan diantara organisasi internasional itu sendiri. Sedangkan menurut Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia, perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik12, tidak berbeda jauh dengan bunyi pasal 2 ayat 1 butir a Konvensi Wina 196913

Secara fungsional dilihat dari segi sumber hukum, maka pengertian perjanjian internasional dapat dibedakan kedalam dua golongan yaitu

treaty contract” dan “law making treaties”. Yang dimaksud dengan

treaty contract” adalah perjanjian-perjanjian seperti suatu kontrak atau

perjanjian dalam hukum perdata yang mengakibatkan hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu saja, contoh perjanjian perbatasan, dan perjanjian perdagangan. Pengertian “law making treaties” dimaksudkan sebagai perjanjian yang meletakkan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara

, yang menyatakan sebagai berikut, perjanjian artinya, suatu persetujuan internasional yang diadakan antar negara-negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur oleh hukum internasional, baik yang berupa satu instrument tunggal atau berupa dua atau lebih instrument yang saling berkaitan tanpa memandang apapun juga namanya.

12

Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000Tentang Perjanjian Internasional.

13


(26)

keseluruhan, misalnya Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional dan Konvensi Hukum Laut 1982.

Dalam rangka memperoleh pengertian yang lebih luas tentang perjanjian internasional kiranya perlu diketengahkan tentang berbagai istilah yang digunakan bagi perjanjian internasional itu sendiri. Dalam hal ini sering diketemukan istilah seperti treaty, convention, protocol, declaration, agreement, charter, covenant, pact, statue, exchange of notes,

modus vivendi, accord dan sebagainya. Dilihat secara yuridis semua istilah

tersebut memiliki pengertian yang sama dengan perjanjian internasional seperti diuraikan diatas14

2. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)

. Perjanjian internasional telah memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan pergaulan masyarakat bangsa-bangsa sehingga sebagai suatu sumber hukum internasional kedudukan perjanjian internasional sangat menonjol dibandingkan sumber hukum internasional lainnya.

ASEAN didirikan berdasarkan Deklarasi Bangkok15

14

Yudha Bakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga Rampai, Alumni, Bandung, 2003, h. 107-108.

15

Biro Hubungan dan Studi Internasional Direktorat Internasional Bank Indonesia, Kerja Sama Perdagangan Internasional : Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004, h. 172-174.

pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, dan Thailand. Tujuan utama pembentukan ASEAN adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan, sebagaimana terlihat dari dua butir isi deklarasi (butir 1 dan 3) sebagai berikut: (i) mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan budaya di


(27)

kawasan melalui upaya bersama dengan semangat kesetaraan dan persahabatan dalam rangka memperkuat landasan untuk mencapai masyarakat Negara-negara Asia Tenggara yang makmur dan damai, dan (ii) Mendukung kerja sama yang aktif dan saling membantu atas persoalan yang menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, masalah teknis dan ilmu pengetahuan. Keanggotaan ASEAN terus bertambah sehingga pada saat ini sudah berjumlah sepuluh Negara. Diawal dengan keikutsertaan Brunei pada tanggal 8 Januari 1984, kemudian Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, diiikuti dengan Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan terakhir kamboja pada tanggal 30 April 1999.

ASEAN juga memiliki beberapa prinsip dasar yang tertuang dalam dua dokumen, pertama dalam Deklarasi Zona Damai, Merdeka dan Netral yang dikenal nama ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality) yang mendeklarasikan agar Negara-negara ASEAN meningkatkan upaya untuk menjamin pemahaman kawasan ASEAN sebagai zona damai, merdeka dan netral, bebas dari campur tangan kekuatan luar. Selain itu, dilakukan upaya bersama untuk memperluas cakupan kerja sama yang dapat berkontribusi pada kekuatan, solidaritas, dan hubungan yang semakin dekat antar Negara ASEAN. Kedua, prinsip yang tercantum dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja sama atau Treaty of Amity and

Cooperation (TAC) di Asia Tenggara yang ditandatangani pada tanggal 24


(28)

anggota dalam hubungan bernegara harus didasari prinsip saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, kesatuan wilayah dan identitas nasional dari seluruh Negara. Tidak saling mencampuri dalam urusan domestik, penyelesaian perbedaan atau sengketa dengan cara musyawarah, penolakan atas segala bentuk ancaman atau kekuatan dan kerja sama yang efektif antar Negara anggota merupakan prinsip-prinsip lain dalam kerja sama ASEAN. Prinsip-prinsip tersebut terutama prinsip saling menghormati kemerdekaan dan kedaulatan serta identitas nasional apakah merupakan suatu kekuatan atau kelemahan dari ASEAN dapat dilihat dari perkembangan kerja sama ekonomi di kawasan ASEAN.

3. ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002

ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi pertumbuhan sosial – ekonomi Negara Anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan-keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. Indonesia meratifikasinya melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN)

Kepala-kepala Pemerintahan/Negara Republik Indonesia, Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Malaysia, Republik Demokratik Rakyat


(29)

Laos, Persatuan Myanmar, Republik Philipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam yang tergabung sebagai negara anggota Asosiasi Negara Asia Tenggara atau ASEAN (Association

Southeasth Asian Nation) telah menyepakati sebuah persetujuan yang

membahas kepentingan-kepentingan industri pariwisata di Negara-negara anggota ASEAN, yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama industri pariwisata, meningkatkan pembangunan dan promosi ASEAN, serta pengembangan sumber daya manusia . Melalui persetujuan ini wisatawan yang terdiri dari masyarakat ASEAN akan mendapatkan kemudahan dibidang pariwisata dan manfaat-manfaat yang dapat mendukung negara anggota ASEAN untuk mempromosikan pariwisatanya ke negara-negara aggota ASEAN khususnya dan negara-negara di seluruh dunia umumnya. Wisatawan akan mendapatkan kemudahan jasa transportasi, lokasi-lokasi wisata yang berkualitas, terjaminnya keselamatan dan keamanan wisatawan selama di Negara tersebut dan lain sebagainya.

4. ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN)

ASEAN Economic Community (Komunitas Ekonomi ASEAN) adalah salah satu dari tiga pilar yang saling berkaitan yang menjadi landasan untuk terbentuknya komunitas ASEAN (ASEAN Community). Keputusan penting pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu Januari 2007 adalah mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN dari target semula tahun 2020 menjadi 2015. Percepatan jadwal ini semula diusulkan dalam KTT ASEAN ke-11 di Kuala Lumpur tahun 2005 dan diperkuat dengan


(30)

rekomendasi dari ASEAN Economic Ministerial Meeting ke-38 pada Agustus 2006. Dalam situasi persaingan ekonomi yang semakin tajam, ada kekhawatiran bahwa Asia Tenggara akan tertinggal jauh dari pesatnya pertumbuhan ekonomi China dan India. Gagasan membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan bisa mengalirkan semangat baru untuk berintegrasi ke dalam dan meningkatkan daya saing kawasan agar dapat merebut investasi asing. Sejalan dengan aspek ekonomi dalam visi ASEAN 2020, Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi pasar tunggal dan basis produksi di mana arus barang, jasa, investasi, modal dan pekerja terambil bisa bebas bergerak16

Menurut ASEAN Vision 2020 yang menjadi rujukan bagi pembentuk Komunitas ASEAN, tujuan akhir dari integrase ekonomi di kawasan Asia Tenggara adalah terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunitas ekonomi oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari Deklarasi Bali Concord II mengenai konsep Komunitas Ekonomi ASEAN

.

17

1. Komunitas Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang digariskan dalam ASEAN Vision 2020 untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, sejahtera dan berdaya saing tinggi.

:

16

C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar, dkk, Op.cit, h. 110.

17


(31)

2. Landasan bagi Komunitas Ekonomi ASEAN adalah kepentingan bersama di antara Negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerja sama yang sedang berjalan dan inisiatif baru dalam kerangka waktu yang jelas. 3. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjadikan ASEAN sebagai suatu

pasar tunggal dan basis produksi, dengan mengubah keanekaragaman yang menjadi karakter kawasan menjadi peluang bisnis yang saling melengkapi.

4. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjamin bahwa perluasan dan pendalaman integrasi ASEAN harus dibarengi dengan kerja sama teknik dan pembangunan dalam usaha mengatasi jurang pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi anggota baru (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam).

5. Untuk mencapai komunitas ekonomi yang terintegrasi secara penuh, ASEAN perlu menerapkan langkah-langkah liberalisasi dan kerja sama.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan ditempuh dalam memperoleh data-data atau bahan-bahan dalam penelitian ini meliputi:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalamperaturan perundang-undangan dan putusan


(32)

pengadilan18

2. Data dan Sumber data

. Pada penelitian hukum normatif yang dipergunakan adalah merujuk pada sumber bahan hukum, yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam perangkat hukum.

Adapaun sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian ini hanya untuk menggambarkan tentang situasi atau keadaan yng terjadi terhadap permasalahan yang telah di kemukakan dengan membatasi kerangka studi kepada suatu analisis terhadap Asean Tourism

Agreement (ATA) 2002 dalam hubungan dengan Asean Economic

Community 2015 dan pengaruhnya terhadap Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian skripsi adalah diperoleh dari:

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan yang mengikat yakni: peratuan perundang-undangan terkait, seperti: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Asean Tourism Agreement (Persetujuan Pariwisata Asean), Konvensi Wina Tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian, dan ASEAN Tourism Agreement tahun 2002.

b) Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, hasil-hasil seminar, karya dari pakar hukum, dan lain sebagainya.

18

Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, h. 14.


(33)

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan primer dan sekunder, seperti kamus besar Bahasa Indonesia dan Ensiklopedia19

3. Teknik Pengumpul Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi dokumen, yaitu pengumpulan data dengan cara penelusuran kepustakaan. Penelitian kepustakaan (Library Research) dilakukan dengan cara meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, seperti buku-buku hukum, majalah hukum, artiket-artikel, peraturan perundang-undangan, pendapat para sarjana dan bahan-bahan lainnya.

4. Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Peraturan-Perundang-Undangan yang terkait, Perjanjian Internasional terkait, kemudian dikaitkan dengan data-data dari buku-buku mengenai hukum perjanjian internasional, hukum organisasi internasional, ASEAN

Economic Community, dan buku-buku yang terkait dengan judul

penelitian, selain itu terdapat juga data dari artikel-artikel hukum, dan hasil seminar yang didalamnya terdapat beberapa data berbentuk tabel, grafik, dan gambar.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 Bab, masing-masing bab terdiri dari:

19

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 370.


(34)

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini merupakan bagian pendahuluan dari keseluruhan skripsi ini yang didalamnya mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASEAN ECONOMIC

COMMUNITY 2015 BAGI MASYARAKAT ASEAN

Pada Bab II akan memaparkan sejarah tentang ASEAN sebagai organisasi internasional dan gambaran umum tentang ASEAN

Economic Community 2015 sebagai salah satu dari program ASEAN

Community 2015, dari proses menuju ASEAN Economic Community

2015, struktur kelembagaan ASEAN Economic Community 2015 serta karakteristik dan elemen kerja ASEAN Economic Community 2015.

BAB III ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

Pada Bab III akan memaparkan gambaran umum tentang perjanjian internasional, gambaran umum tentang ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002, mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat serta pokok-pokok ketentuan yang terdapat dalam ASEAN Tourism


(35)

Agreement (ATA) 2002 dalam perspektif hukum perjanjian internasional.

BAB IV ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM

HUBUNGANNYA TERHADAP ASEAN ECONOMIC

COMMUNITY 2015 DAN PENGARUHNYA TERHADAP

INDONESIA

Pada Bab IV penulis akan menyatukan bagian-bagian yang saling berkaitan dari bab-bab sebelumnya dan menyatukannya menjadi satu bagian sebagai kumpulan fakta-fakta untuk menjawab permasalahan yang ada. Pada bagian ini juga akan dipaparkan pengaruh terhadap Indonesia atas pemberlakuan ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 yang meliputi hak dan kewajiban yang diterima Indonesia dan ASEAN Economic Community 2015 yang meliputi hak dan kewajiban yang diterima Indonesia serta pemberlakuan ASEAN

Tourism Agreement (ATA) 2002 dan ASEAN Economic Community

2015 di Indonesia.

BAB V PENUTUP

Pada Bab V merupakan bagian penutup dari skripsi ini, terdiri dari kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan penulis akan memberi simpulan dari jawaban permasalahan pada rumusan masalah yang sudah dijawab pada Bab 2 - Bab 4. Pada bagian saran penulis akan memaparkan gagasan yang dimiliki oleh penulis berdasarkan dari temuan fakta-fakta yang telah dikemukakan pada


(36)

bab-bab sebelumnya. Selanjutnya penulis juga akan memberikan saran sebagai bentuk rekomendasi untuk melengkapi Bab V ini.


(37)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 BAGI MASYARAKAT ASEAN

E. Sejarah Terbentuknya ASEAN

Pembentukan Association of South East Asian Nations (ASEAN) dilatarbelakangi oleh kekhawatiran negara-negara Asia Tenggara terhadap ancaman external dan internal di kawasan ini pada tahun 1960-an. Ancaman external adalah semakin kuatnya pengaruh komunisme di kawasan Asia umumnya. Selain itu perang Vietnam pada waktu itu semakin panas. Ancaman internal adalah adanya pertikaian sesama negara di kawasan ini, misalnya konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia20

Secara geopolitik dan geoekonomi, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang sangat strategis. Namun sebelum ASEAN didirikan, berbagai konflik kepentingan juga pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia Tenggara seperti konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, klaim teritorial antara Malaysia dan Filipina mengenai Sabah, serta berpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia. Dilatarbelakangi oleh hal itu, negara-negara Asia Tenggara menyadari perlunya dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan membangun rasa saling percaya, serta mendorong kerjasama pembangunan kawasan. Sebelum ASEAN terbentuk pada tahun 1967, negara-negara Asia Tenggara telah melakukan berbagai upaya untuk menggalang kerjasama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra

.

20


(38)

kawasan seperti Association of Southeast Asia (ASA), Malaya, Philipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Ministers of Education

Organization (SEAMEO), South East Asia Treaty Organization (SEATO)

dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Namun organisasi-organisasi tersebut dianggap kurang memadai untuk meningkatkan integrasi kawasan21

Untuk mengatasi perseturuan yang sering terjadi di antara negara-negara Asia Tenggara dan membentuk kerjasama regional yang lebih kokoh, maka lima negara yang merupakan founding father

.

22

Deklarasi tersebut menandai berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN). Masa awal pendirian ASEAN lebih diwarnai oleh upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence building) antar negara anggota guna

ASEAN (Association

South East Asian Nations), yaitu Adam Malik dari Indonesia, Thanat Koman

dari Thailand, S. Raja Ratnam dari Singapura, Narsisco Ramos dari Pilipina, dan Tun Abdul Razak dari Malaysia berkumpul pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok menorehkan sejarah di regional Asia Tenggara membangun suatu Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara yang kemudian dikenal dengan Deklarasi Bangkok.

Brunei Darussalam kemudian bergabung pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, Lao PDR dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999.

21

Buku Menuju ASEAN Economic Community 2015, hal 1-3, diakses melaui http://www.ditjenkpi.kemendag.go.id%2Fwebsite_kpi%2FUmum%2FSetditjen%2FBuku%2520 Menuju%2520ASEAN%2520ECONOMIC%2520COMMUNITY%25202015.pdf pada tanggal 28-11-2014.

22


(39)

mengembangkan kerjasama regional yang bersifat kooperatif namun belum bersifat integratif. Tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah untuk :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsabangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;

2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalahmasalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;

4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi;

5. Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas perdagangan dan pengkajian masalahmasalah komoditi internasional, memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka;


(40)

6. Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara; dan

7. Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa, dan untuk menjajali segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri.

Adapun prinsip utama dalam kerjasama ASEAN, seperti yang terdapat dalam

Treaty of Amity and Cooperation in SouthEast Asia (TAC) pada tahun 1976

adalah:

1. Saling menghormati;

2. Kedaulatan dan kebebasan domestik tanpa adanya campur tangan dari luar;

3. Non interference;

4. Penyelesaian perbedaan atau sengketa dengan cara damai; 5. Menghindari ancaman dan penggunaaan kekuatan/senjata; dan 6. Kerjasama efektif antara anggota.

Dalam tahun-tahun pertama pembentukannya, ASEAN tidak begitu aktif. Tidak banyak kebijakan dan pengaturan bersama yang berhasil dikeluarkan. ASEAN baru kelihatan kegiatannya pada bulan Februari 1976 ketika pertemuan tingkat tinggi para penguasa ASEAN di Bali. Pertemuan di Bali ini menghasilkan 3 kesepakatan penting yakni: 1) The Agreement of

Establishment of the Permanent Secretariat of ASEAN; 2) The ASEAN of


(41)

kesepakaan ini beserta deklarasi ASEAN tahun 1967 menjadi instrumen penting ASEAN23

F. Proses Menuju Kesepakatan Asean Economic Community 2015

.

24

Pembentukan ASEAN Economic Community, tidaklah mudah dan butuh proses yang panjang sampai terbentuknya kesepakatan negara-negara ASEAN untuk menerapkan ASEAN Economic Community2015, berikut ini merupakan proses terbentuknya kesepakatan ASEAN Economic Community 2015:

Gambar 1. Skema Menuju MEA 2015

Sumber: Association of Southeast Asian Nation (ASEAN)

1. ASEAN Vision 2020

23

Ibid, h. 112.

24


(42)

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-2 ASEAN tanggal 15 Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia, para pemimpin ASEAN mengesahkan Visi ASEAN 2020 dengan tujuan antara lain sebagai berikut:

a. Menciptakan Kawasan Ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas, arus lalu lintas modal yang lebih bebas, pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan social ekonomi;

b. Mempercepat liberalisasi perdagangan di bidang jasa;

c. Meningkatkan pergerakan tenaga professional dan jasa lainnya secara bebas di kawasan.

2. Ha Noi Plan of Action

Pada KTT ke-6 ASEAN tanggal 16 Desember 1998 di Ha Noi - Viet Nam, para pemimpin ASEAN mengesahkan Rencana Aksi Hanoi (Hanoi Plan of Action /HPA) yang merupakan langkah awal untuk merealisasikan tujuan dari Visi 2020 ASEAN. Rencana Aksi ini memiliki batasan waktu 6 tahun yakni dari tahun 1999 s/d 2004. Pada KTT tersebut, para pemimpin ASEAN juga mengeluarkan Statement on Bold

Measures dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku

usaha, mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi dan finansial.


(43)

Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri Begawan - Brunei Darussalam disepakati perlunya dibentuk Roadmap

for Integration of ASEAN (RIA) guna memetakan tonggak penting yang

harus dicapai berikut langkah-langkah spesifik dan jadwal pencapaiannya. Menindaklanjuti kesepakatan KTT ke-7 tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN dalam pertemuannya yang ke-34 tanggal 12 September 2002 di Bandar Seri Begawan - Brunei Darussalam mengesahkan RIA dimaksud. Di bidang perdagangan jasa sejumlah rencana aksi telah dipetakan, antara lain:

a. Mengembangkan dan menggunakan pendekatan alternatif untuk liberalisasi;

b. Mengupayakan penerapan kerangka regulasi yang sesuai;

c. Menghapuskan semua halangan yang menghambat pergerakan bebas perdagangan jasa di kawasan ASEAN;

d. Menyelesaikan Kesepakatan Pengakuan Timbal Balik (MRA) untuk bidang jasa profesional.

4. Bali Concord II

Krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara pada periode 1997–1998 memicu kesadaran negara-negara ASEAN mengenai pentingnya peningkatan dan penguatan kerjasama intra kawasan. ASEAN Economic Community merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali


(44)

mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN

Community). Pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan bagian

dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain itu, juga merupakan upaya ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak kepada kawasan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip utama ASEAN yaitu saling menghormati (mutual respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri (non-interference), konsensus, dialog dan konsultasi. Pada saat berlangsungnya KTT ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos, tahun 2004, konsep Komunitas ASEAN mengalami kemajuan dengan disetujuinya Vientiane Action Program (VAP) 2004-2010 yang merupakan strategi dan program kerja utuk mewujudkan ASEAN Vision.

Berdasarkan program tersebut, High Level Task Force (HLTF) diberikan kewenangan untuk melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi dalam mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang merupakan program pelaksanaan untuk 6 tahun kedepan sekaligus merupakan kelanjutan dari HPA guna merealisasikan tujuan akhir dari Visi ASEAN 2020 dan Deklarasi Bali Concord II. Pencapaian ASEAN Community semakin kuat dengan ditandatanganinya

Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an

ASEAN Community by 2015” oleh para Pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. Para


(45)

Pemimpin ASEAN juga menyepakati percepatan pembentukan ASEAN

Economic Community (AEC) dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.

Keputusan untuk mempercepat pembentukan AEC menjadi 2015 ditetapkan dalam rangka memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global seperti dengan India dan China. Selain itu beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah:

1. Potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20% untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi;

2. Meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik internasional, HAKI dan adanya persaingan.

5. ASEAN Charter (Piagam ASEAN)

Guna mempercepat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut, ASEAN menyusun ASEAN Charter (Piagam ASEAN) sebagai ”payung hukum” yang menjadi basis komitmen dalam meningkatkan dan mendorong kerjasama diantara negara-negara anggota ASEAN di kawasan Asia Tenggara. Piagam tersebut juga memuat prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh seluruh Negara Anggota ASEAN dalam mencapai tujuan integrasi di kawasan ASEAN. Lahirnya Piagam ASEAN telah dimulai sejak dicanangkannya Vientiane Action Programme (VAP) pada KTT ASEAN ke-10 di Vientiane, Laos pada tahun 2004. KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina pada tahun 2007 telah membentuk High

Level Task Force (HLTF) on the ASEAN Charter yang bertugas


(46)

rekomendasi Eminent Person Group (EPG) on the ASEAN Charter. Naskah Piagam ASEAN kemudian ditandatangani oleh para Kepala Negara/Pemerintahan Negara-negara Anggota ASEAN pada KTT ke-13 di Singapura, 20 November 2007. Piagam ASEAN ini mulai berlaku efektif bagi semua Negara Anggota ASEAN pada tanggal 15 Desember 2008. Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN pada tanggal 6 November 2008 dalam bentuk Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Pengesahan Charter Of The Association Of Southeast Asian

Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara)

6. ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint

Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk mengembangkan ASEAN Economic Community Blueprint yang merupakan panduan untuk terwujudnya AEC. Declaration on ASEAN

Economic Community Blueprint, ditanda tangani pada tanggal 20

November 2007, memuat jadwal strategis untuk masing-masing pilar yang disepakati dengan target waktu yang terbagi dalam empat fase yaitu tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013 dan 2014-2015. Penandatanganan AEC Blueprint dilakukan bersamaan dengan penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN Charter). Jadwal strategis pencapaian masing-masing pilar terdapat pada Lampiran 2. AEC

Blueprint merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN


(47)

untuk melaksanakan komitmen dalam blueprint tersebut. AEC Blueprint memuat empat kerangka utama seperti disajikan pada Bagan 1, yaitu:

a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas;

b. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan,

dan e-commerse;

c. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan

d. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen perndekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Dari keempat pilar tersebut, saat ini pilar pertama yang masih menjadi perhatian utama ASEAN. Oleh karenanya, pada pemaparan selanjutnya, pilar tersebut akan dibahas secara komprehensif.


(48)

Pada KTT ke-14 ASEAN tanggal 1 Maret 2009 di Hua Hin – Thailand, para Pemimpin ASEAN menandatangani Roadmap for an ASEAN Community (2009-2015) atau Peta-jalan Menuju ASEAN

Community (2009–2015), sebuah gagasan baru untuk

mengimplementasikan secara tepat waktu tiga Blueprint (Cetak Biru) ASEAN Community yaitu:

1) ASEAN Political-Security Community Blueprint (CetakBiru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN);

2) ASEAN Economic Community Blueprint (Cetak-Biru Komunitas Ekonomi ASEAN); dan

3) ASEAN Socio-Culture Community Blueprint (Cetak-Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN) serta Initiative for ASEAN Integration (IAI)

Strategic Framework dan IAI Work Plan 2 (2009-2015).

Peta jalan tersebut menggantikan Program Aksi Vientiane (Vientiane

Action Program/VAP), dan diimplementasikan serta dimonitor oleh

Badan Kementerian Sektoral ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan didukung oleh Komite Perwakilan Tetap. Perkembangan terkait dengan implementasi ketiga peta jalan tersebut disampaikan secara reguler kepada para Pemimpin ASEAN melalui Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Council/ACC)-nya masing-masing.

G. Struktur Kelembagaan25

25

Ibid. h. 11-17.


(49)

Dalam melaksanakan proses intergrasi ekonomi ASEAN menuju AEC 2015, sesuai dengan Piagam ASEAN, dibentuk struktur kelembagan ASEAN yang terdiri dari ASEAN Summit, ASEAN Coordinating Council, ASEAN

Community Council, ASEAN Economic Ministers, ASEAN Free Trade Area

Council, ASEAN Investment Area Council, Senior Economic

OfficialsMeeting, dan Coordinating Committee. Langkah awal kesiapan

ASEAN dalam menjalankan integrasi ekonominya setelah diberlakukannya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) adalah dengan ditetapkannya Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN bidang ASEAN Economic Community/AEC dengan tugas mengawasi implementasi AEC Blueprint, memantau dan menfasilitasi proses kesiapan kawasan menghadapi perekonomian global, serta mendukung pelaksanaan inisiatif lainnya dalam rangka integrasi ekonomi ASEAN.

1. ASEAN Summit.

ASEAN Summit merupakan pertemuan tingkat Kepala

Negara/Pemerintahan ASEAN, yang berlangsung 2 (dua) kali dalam setahun dan diselenggarakan secara bergilir berdasarkan alfabet di Negara yang sedang menjabat sebagai Ketua ASEAN. Secara rinci dijelaskan dalam Piagam ASEAN Pasal 7 bahwa ASEAN Summit adalah:

a. Merupakan badan pengambil kebijakan tertinggi ASEAN;

b. Membahas, memberikan arah kebijakan dan mengambil keptusan atas isu-isu utama yang menyangkut realisasi tujuan-tujuan ASEAN, hal-hal pokok yang menjadi kepentingan Negara-Negara Anggota


(50)

dan segala isu yang dirujuk kepadanya oleh ASEAN Coordinating

Council (Dewan Koordinasi ASEAN), ASEAN Community Council

(Dewan Komunitas ASEAN) dan ASEAN Sectoral Ministerial

Bodies (Badan Kementerian Sektoral ASEAN);

c. Menginstruksikan para Menteri yang relevan di tiap-tiap Dewan Terkait untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antar Menteri yang bersifat ad hoc, dan membahas isu-isu penting ASEAN yang bersifat lintas Dewan Komunitas. Aturan pelaksanaan pertemuan dimaksud diadopsi oleh Dewan Koordinasi ASEAN, dalam hal di Indonesia, koordinasikan oleh Departemen Luar Negeri dengan mengundang departemen terkait dibidang masing-masing. d. Menangani situasi darurat yang berdampak pada ASEAN dengan

mengambil tindakan yang tepat;

e. Memutuskan hal-hal yang dirujuk kepadanya berdasarkan Bab VII dan VIII di Piagam ASEAN;

f. Mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan-badan Kementerian Sektoral dan lembaga-lembaga ASEAN;

g. Mengangkat Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan pangkat dan status setingkat Menteri, yang akan bertugas atas kepercayaan dan persetujuan para Kepala Negara/Pemerintahan berdasarkan rekomendasi pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN.


(51)

ASEAN Coordinating Council adalah dewan yang dibentuk untuk mengkoordinasikan seluruh pertemuan tingkat Menteri ASEAN yang membawahi ketiga ASEAN Community Council yaitu ASEAN Political

Security Community Council, ASEAN Economic Community Council,

dan ASEAN Sociocultural Community Council. ACC melakukan pertemuan sekurang-kurangnya dua kali setahun sebelum ASEAN

Summit berlangsung. Berdasarkan amanat Piagam ASEAN Pasal 8 tugas

dan fungsi ASEAN Coordinating Council adalah untuk: a. Menyiapkan pertemuan ASEAN Summit;

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan perjanjian dan keputusan ASEAN

Summit;

c. Berkoordinasi dengan ASEAN Community Council untuk meningkatkan keterpaduan kebijakan, efisiensi dan kerjasama antar mereka;

d. Mengkoordinasikan laporan ASEAN Community Council kepada ASEAN Summit;

e. Mempertimbangkan laporan tahunan Sekretaris Jenderal ASEAN mengenai hasil kerja ASEAN;

f. Mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal ASEAN mengenai fungsi-fungsi dan kegiatan Sekretariat ASEAN serta badan relevan lainnya;

g. Menyetujui pengangkatan dan pengakhiran para Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; dan


(52)

h. Menjalankan tugas lain yang diatur dalam Piagam ASEAN atau fungsi lain yang ditetapkan oleh ASEAN Summit.

3. ASEAN Economic Community Council (AEC Council).

ASEAN Economic Community Council merupakan Dewan yang mengkoordinasikan semua economic sectoral ministersseperti bidang perdagangan, keuangan, pertanian dan kehutanan, energi, perhubungan, pariwisata dan telekomunikasi dan lain-lain (gambar 2). Pertemuan AEC

Council berlangsung sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun

yang dirangkaikan dengan pertemuan ASEAN Summit. Wakil Indonesia untuk pertemuan AEC Council adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan Menteri Perdagangan sebagai alternate. AEC

Council bertugas untuk melaporkan kemajuan di bidang kerjasama

ekonomi kepada Kepala Pemerintahan/ Negara ASEAN.

Gambar 2. Struktur baru koordinasi kerjasama ekonomi ASEAN sesuai piagam ASEAN


(53)

Sumber: Buku Menuju ASEAN Economic Community 2015 Catatan:

Koordinasi Koordinasi

a. AEC Council : ASEAN Economic Community Counci b. AEM : ASEAN Economic Ministers

c. AFTA Council : ASEAN Free Trade Area Council d. AIA Council : ASEAN Investment Area Council

e. AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation f. AFMM : ASEAN Finance Minister Meeting

g. AMAF : ASEAN Minister Meeting on Agriculture and Forestry h. AMEM : ASEAN Minister on Energy Meeting

i. AMMin : ASEAN Ministerial Meeting on Mineral

j. AMMST : ASEAN Minister Meetingon Science and Technology k. TELMIN : ASEAN Telecomunication and IT Minister Meeting l. ATM : ASEAN Transport Minister Meeting


(54)

m. M-ATM : Meeting of ASEAN Tourism Minister 4. ASEAN Economic Ministers (AEM)

ASEAN Economic Ministers (AEM) merupakan dewan Menteri yang mengkoordinasikan negosiasi dan proses implementasi integrasi ekonomi. Para AEM melakukan pertemuan AEM, AEM Retreat, dan dalam rangkaian ASEAN Summit. AEM menyampaikan laporannya kepada AEC Council, dan selanjutnya AEC Council melaporkan semua hasil-hasil implementasi ASEAN Blueprint kepada ASEAN Summit. Di bawah koordinasi AEM, terdapat AFTA Council dan AIA Council, masing-masing dewan Menteri yang membidangi bidang barang dan investasi. AEM dalam setiap pertemuannya menerima laporan serta membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM. AEM selanjutnya menyampaikan laporan secara komprehensif implementasi ASEAN Blueprint kepada AEC Council pada pertemuan ASEAN

Summit. Menteri Ekonomi yang mewakili Indonesia dalam AEM adalah

Menteri Perdagangan.

5. ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council)

AFTA Council adalah dewan menteri ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh Menteri Ekonomi masing-masing Negara Anggota bertanggungjawab atas proses negosiasi dan implementasi komitmen di bidang perdagangan barang ASEAN. AFTA Council melakukan pertemuan tahunan para Menteri Ekonomi ASEAN dalam rangkaian pertemuan sebelum AEM. Dalam pertemuannya, AFTA


(55)

Council pada umumnya menerima laporan dari Coordinating Committee

on the Implementation on the CEPT Scheme for AFTA (CCCA) dan

membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM. Koordinator AFTA Council untuk Indonesia adalah Menteri Perdagangan.

6. ASEAN Investment Area Council (AIA Council)

AIA Council adalah dewan menteri ASEAN yang

bertanggungjawab atas proses negosiasi dan implementasi komitmen di bidang investasi ASEAN. Pada umumnya, AIA Council mengadakan pertemuan tahunan dalam rangkaian dengan pertemuan AEM. AIA

Council menerima laporan dari pertemuan Coordinating Committee on

Investment (CCI) dan membahas isu-isu yang masih pending di tingkat

SEOM. Koordinator Indonesia untuk AIA Council adalah Kepala BKPM yang didampingi oleh Menteri Perdagangan pada setiap pertemuan.

7. Senior Economic Official Meeting (SEOM)

SEOM merupakan pertemuan ASEAN di tingkat pejabat Eselon 1 yang menangani bidang ekonomi. Pertemuan diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, SEOM 1, 2, 3, dan 4. Dalam 2 (dua) pertemuan SEOM (1 dan 3), pertemuan fokus pada isu intra ASEAN sedangkan pada 2 (dua) pertemuan SEOM lainnya (2 dan 4), ASEAN mengundang Negara Mitra Dialog yaitu China, Jepang, Korea, India, Australia & New Zealand untuk melakukan konsultasi dengan SEOM ASEAN. SEOM dalam pertemuannya menerima laporan hasil pertemuan dari dan membahas isu yang masih pending di tingkat Coordinating Committee/ Working Group.


(56)

Selain SEOM, ASEAN membentuk task force tingkat pejabat Eselon 1,

High Level Task Force (HLTF). HLTF dalam pertemuannya membahas

isu-isu penting yang masih pending dan memerlukan pertimbangan khusus untuk dilaporkan ke tingkat Menteri. Pertemuan HLTF biasanya hanya dihadiri oleh SEOM+1.

8. Coordinating Committees / Working Groups

Coordinating Committee/Working Groups merupakan pertemuan

teknis setingkat pejabat Eselon 2 atau Pejabat Eselon 3 di instansi terkait masing-masing Negara Anggota ASEAN. Pertemuan ini diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, dimana hasil pertemuannya akan dilaporkan kepada SEOM untuk diteruskan kepada AEM, AEC Council, ASEAN

Coordinating Council dan ASEAN Summit. Saat ini, ada 22 (dua puluh

dua) Coordinating Committee/Working Groups di bidang ekonomi yaitu : 1) ACCCQ : ASEAN Consultative Committee on Standards and

Quality;

2) ACCCP : ASEAN Coordinating Protection; 3) AEGC : ASEAN Experts Group on Competition; 4) AFDM : Finance Ministers and Deputies Meeting;

5) AHSOM : ASEAN Heads of Statistical Office Meeting Committee

on Consumer;

6) ASOMM : ASEAN Senior Official Meeting on Minerals; 7) ASOF : ASEAN Senior Officials on Forestry;


(57)

9) CCCA : Coordinating Committee on the Implementation on the

CEPT Scheme for AFTA;

10)CCI : Coordinating Committee on Investment; 11)CCS : Coordinating Committee on Services;

12)COST : ASEAN Committee on Science and Technology;

13)DG of Customs : ASEAN Directors General of Customs Meeting; 14)IAI Task Force : Initiative for ASEAN Integration Task Force; 15)NTOs : National Tourism Organizations;

16)SLOM : Senior Labour Officials Meeting; 17)SMEWG : ASEAN SME Working Group;

18)SOM AMAF : Senior Official Meeting-ASEAN Ministries on

Agriculture and Forestry;

19)SOME : Senior Officials Meeting on Energy; 20)STOM : Senior Transport Officials Meeting;

21)TELSOM : Telecommunications and IT Senior Officials Meeting; 22)WGIPC :Working Group on Intellectual Property Cooperation.

H. Karakteristik dan Elemen Kerja26

Untuk mewujudkan AEC pada tahun 2015, seluruh negara ASEAN harus melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja

26


(58)

terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas, sebagaimana digariskan dalam AEC Blueprint.

a. Arus Bebas Barang

Arus bebas barang merupakan salah satu elemen utama AEC

Blueprint dalam mewujudkan AEC dengan kekuatan pasar tunggal dan

berbasis produksi. Dengan mekanisme arus barang yang bebas di kawasan ASEAN diharapkan jaringan produksi regional ASEAN akan terbentuk dengan sendirinya. AEC merupakan langkah lebih maju dan komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN

Free Trade Area/AFTA).

AEC Blueprint mengamanatkan liberalisasi perdagangan barang yang

lebih meaningful dari CEPTAFTA. Komponen arus perdagangan bebas barang tersebut meliputi penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan maupun penghapusan hambatan non-tarif sesuai skema AFTA. Disamping itu, perlu dilakukan peningkatan fasilitas perdagangan yang diharapkan dapat memperlancar arus perdagangan ASEAN seperti prosedur kepabeanan, melalui pembentukan dan penerapan ASEAN

Single Window (ASW), serta mengevaluasi skema Common Effective

Preferential Tariff (CEPT) Rules of Origin (ROO), maupun melakukan

harmonisasi standar dan kesesuaian (standard and conformance).

Untuk mewujudkan hal tersebut, negara-negara anggota ASEAN telah menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 tanggal 27 Februari 2009 di Chaam,


(59)

Thailand. ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) merupakan kodifikasi atas keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam liberalisasi dan fasilitasi perdagangan barang (trade in goods).

Dengan demikian, ATIGA merupakan pengganti CEPT Agreement serta penyempurnaan perjanjian ASEAN dalam perdagangan barang secara komprehensif dan integratif yang disesuaikan dengan kesepakatan ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint terkait dengan pergerakan arus barang (free flow of goods) sebagai salah satu elemen pembentuk pasar tunggal dan basis produksi regional.

ATIGA terdiri dari 11 Bab, 98 Pasal dan 10 Lampiran, yang antara lain mencakup prinsip-prinsip umum perdagangan internasional (

non-discrimination, Most Favoured Nations-MFN treatment, national

treatment), liberalisasi tarif, pengaturan non-tarif tarif, ketentuan asal

barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar, regulasi teknis dan prosedur pemeriksaan penyesuaian, SPS (Sanitary and Phytosanitary

Measures), dan kebijakan pemulihan perdagangan (safeguards,

anti-dumping, countervailing measures). ATIGA yang diharapkan mulai

berlaku efektif 180 hari setelah penandatanganannya pada tanggal 27 Februari 2009 bertujuan untuk:

1) Mewujudkan kawasan arus barang yang bebas sebagai salah satu prinsip untuk membentuk pasar tunggal dan basis produksi dalam ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 yang dituangkan dalam AEC Blueprint;


(60)

2) Meminimalkan hambatan dan memperkuat kerjasama diantara Negara-negara Anggota ASEAN;

3) Menurunkan biaya usaha;

4) Meningkatkan perdagangan dan investasi dan efisiensi ekonomi; 5) Menciptakan pasar yang lebih besar dengan kesempatan dan skala

ekonomi yang lebih besar untuk para pengusaha di Negara-negara Anggota ASEAN; dan

6) Menciptakan kawasan investasi yang kompetitif. b. Arus Bebas Jasa

Arus bebas jasa juga merupakan salah satu elemen penting dalam pembentukan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi. Liberalisasi jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa di antara negara-negara ASEAN yang dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS). AFAS merupakan persetujuan di antara Negara-negara ASEAN di bidang jasa yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kerjasama diantara Negara Anggota di bidang jasa dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, diversifikasi kapasitas produksi dan pasokan serta distribusi jasa dari para pemasok jasa masing-masing Negara Anggota baik di dalam ASEAN maupun di luar ASEAN;

2) Menghapuskan secara signifikan hambatan-hambatan perdagangan jasa diantara negara anggota; dan


(61)

3) Meliberalisasikan perdagangan jasa dengan memperdalam tingkat dan cakupan liberalisasi melebihi liberalisasi jasa dalam GATS dalam mewujudkan perdagangan bebas di bidang jasa. Sejak disepakatinya AFAS pada tahun 1995, liberalisasi jasa dilakukan melalui negosiasi ditingkat Coordinating Committee on Services (CCS) dalam bentuk paket-paket komitmen. Hingga saat ini telah disepakati 7 (tujuh) paket komitmen AFAS. Khusus untuk jasa keuangan dan transportasi udara negosiasinya dilakukan oleh di tingkat menteri terkait lainnya. Dalam liberalisasi jasa tidak diperkenankan adanya tindakan mundur dari suatu komitmen yang telah disepakati. Liberalisasi jasa dilakukan dengan pengurangan atau penghapusan hambatan dalam 4 (empat) mode of supply, baik untuk Horizontal Commitment maupun National Treatment sebagai berikut:

1) Mode 1 (cross-border supply): jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada pengguna jasa dalam negeri; 2) Mode 2 (consumption abroad): jasa yang diberikan oleh

penyedia jasa luar negeri kepada konsumen domestik yang sedang berada di negara penyedia jasa;

3) Mode 3 (commercial presence): jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada konsumen di negara konsumen;


(62)

4) Mode 4 (movement of individual service providers): tenaga kerja asing yang menyediakan keahlian tertentu dan datang ke negara konsumen. Liberalisasi jasa pada dasarnya adalah menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan jasa yang terkait dengan pembukaan akses pasar (market access) dan penerapan perlakuan nasional (national treatment) untuk setiap

mode of supply diatas. Hambatan yang mempengaruhi akses

pasar adalah pembatasan dalam jumlah penyedia jasa, volume transaksi, jumlah operator, jumlah tenaga kerja, bentuk hukum dan kepemilikan modal asing. Sedangkan hambatan dalam perlakuan nasional dapat berbentuk peraturan yang dianggap diskriminatif untuk persyaratan pajak, kewarganegaraan, jangka waktu menetap, perizinan, standarisasi dan kualifikasi, kewajiban pendaftaran serta batasan kepemilikan properti dan lahan.

c. Arus Bebas

Investasi negara-negara ASEAN sepakat menempatkan investasi sebagai komponen utama dalam pembangunan ekonomi ASEAN, dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan pokok ASEAN dalam upaya mewujudkan integrasi ekonomi ASEAN (AEC) pada tahun 2015. Prinsip utama dalam meningkatkan daya saing ASEAN menarik PMA adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif di ASEAN. Oleh karenanya, arus investasi yang bebas dan terbuka dipastikan akan meningkatkan


(1)

internasional, mengenai hal ini ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 sesuai dengan konvensi wina tahun 1969 tentang hukum perjanjian.

2. Untuk mewujudkan ASEAN Economic Community 2015 yang dapat bermanfaat bagi masyarakat ASEAN dan Indonesia, di dalam ASEAN Economic CommunityBlueprint terdapat pedoman bagi Negara-negara Anggota ASEAN untuk mencapai ASEAN Economic Community 2015, dimana masing-masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam blueprint tersebut. ASEAN Economic CommunityBlueprint memuat empat kerangka utama yaitu:

1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas;

2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerse;

3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan

4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen perndekatan yang koheren dalam


(2)

hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

3.Pariwisata merupakan sektor yang memiliki ketahanan tinggi (resilience) terhadap krisis. Dalam situasi ketidakpastian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, sektor pariwisata di wilayah Asia Tenggara (ASEAN) termasuk Indonesia mampu tumbuh tinggi.

Salah satu pengaruh ASEAN Tourism Agreement (ATA) 2002 terlihat pada Kinerja pariwisata Indonesia 2013, dengan perolehan devisa US$ 10,05 miliar meningkat 10,23% dibandingkan tahun 2012. Sedangkan dari wisatawan nusantara tahun 2013 terjadi pergerakan 248 juta wisatawan nusantara dengan uang yang dibelanjakan mencapai Rp 154,7 triliun atau dua kali lipat lebih besar dari wisatawan mancanegara. Tahun 2013 kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto sebesar Rp 347,35triliun atau sekitar 3,8% dari total Produk Domestik Bruto Nasional, Dampak terbesar sektor kepariwisataan 2013, terjadi pada penyerapan tenaga kerja mencapai 10,18 juta orang atau 8,89% dari total tenaga kerja nasional.

Pertumbuhan ekonomi Negara ASEAN setelah penerapan ASEAN Economic Community, pada produk domestik bruto di kawasan ASEAN akan menjadi 5% lebih tinggi pada tahun 2015, 6.3% lebih tinggi pada tahun 2020, dan 7,1% lebih tinggi pada 2025, kemudian ekspor akan 15,7% di atas baseline sementara impor naik 15,5%. Investasi di kawasan ASEAN di bawah skenario ASEAN Economic Community pada tahun


(3)

2025 adalah 8% lebih tinggi dari baseline, sementara konsumsi swasta adalah 7,4% di atas baseline. Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di Vietnam, disusul Filipina, Thailand dan Indonesia.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan dan memaksimalkan pariwisata yang ada di Indonesia dan Negara-negara anggota ASEAN lainnya, diperlukan pemerataan fasilitas, teknologi dan kemudahan dalam mencapai lokasi wisata tersebut, serta pusat informasi yang mudah dijumpai oleh wisatawan.

2. Perlu dilakukan pengawasan terhadap penerapan ASEAN Economic CommunityBlueprint, karena di dalam Blueprint sudah terdapat konsep-konsep yang bagus dan telah dibahas bersama oleh kesepuluh negara anggota ASEAN dan untuk mewujudkan ASEAN Economic Community 2015, diperlukan konsistensi dan tanggung jawab setiap Negara, serta karena setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, maka ASEAN sudah seharusnya membantu negara-negara yang memiliki kekurangan dalam hal terwujudnya ASEAN Economic Community, agar setiap negara dapat menikmati hasil dari ASEAN Economic Community.

3. Melalui penerapan ASEAN Tourism Agreement 2002 dan ASEAN Economic Community 2015, Indonesia akan menjadi Negara hebat dengan keunikan yang tidak dimiliki oleh negara-negara ASEAN lainnya, khususnya jumlah sumber daya manusia yang terbanyak, maka dari itu


(4)

perlu dimaksimalkan dengan mengikutsertakan dan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam mewujudkan dan mensukseskan program-program yang ada pada ASEAN Tourism Agreement 2002 dan ASEAN Economic Community 2015.


(5)

DAFTAR PUSTAKA BUKU:

Adolf, Huala, 2003, Hukum Ekonomi Internasional, cetakan ketiga, Jakarta: Raja Grafindo Persada;

Ardhiwisastra, Yudha Bakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni;

Biro Hubungan dan Studi Internasional Direktorat Internasional Bank Indonesia, 2004, Kerja Sama Perdagangan Internasional : Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia, Jakarta: Elex Meda Komputindo;

Brownlie, Ian, 1979, Principles of Public International Law, 3rdedition,Oxford University Press;

Buku Menuju ASEAN Economic Community 2015;

Kansil, C.S.T, Christine S.T. Kansil, 2002, Modul Hukum Internasional, Jakarta: Djambatan;

Kusumaatmadja, Mochtar, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Alumni;

Luhulima, C.P.F., Dewi Fortuna Anwar, dkk, 2008, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, Yogyakarta: Pustaka Pelajar;

Mauna, Boer, 2011, Hukum Internasional Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Edisi Kedua, cetakan keempat, Jakarta: Alumni;

Mestoko, Sumarsono, 1985, Indonesia dan hubungan antarbangsa, Jakarta: Sinar Harapan;


(6)

Phartiana , I Wayan, 2002, Hukum Perjanjian Internasional Bagian : I, Bandung: Mandar Maju;

Siregar, Hasnil Basri, 1994, Hukum Organisasi Internasional, Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

Soekanto, Soerdjono dan Sri Mamudji, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada;

Suherman, Ade Maman, 2003, Organisasi Internasional dan Integrase Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia;

Sunggono, Bambang, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada;

Suryokusumo, Sumaryo, 1997, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional edisi II, Bandung: Alumni;

Suryono, Edy, 1956, Praktik ratifikasi perjanjian internasional di Indonesia, Bandung: Remadja Karya;

Syahmin, A.K, 1985, Hukum Perjanjian Internasional (Menurut Konvensi Wina 1969), Bandung : Armico.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000Tentang Perjanjian Internasional

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pengesahan ASEAN Tourism agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN)