Kajian Kecepatan Aliran dan Sedimen Melayang Sungai Cidurian Kabupaten Serang Provinsi Banten

KAJIAN KECEPATAN ALIRAN DAN SEDIMEN
MELAYANG SUNGAI CIDURIAN KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN

ICKHWAN LUTFI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKIRPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kecepatan
Aliran dan Sedimen Melayang Sungai Cidurian Kabupaten Serang Provinsi
Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ickhwan Lutfi
NIM A14090097

ABSTRAK
ICKHWAN LUTFI. Kajian Kecepatan Aliran dan Sedimen Melayang Sungai
Cidurian Kabupaten Serang Provinsi Banten. Dibimbing oleh LATIEF M.
RACHMAN dan YAYAT HIDAYAT.
Kondisi sungai di Indonesia akhir ini sangat memprihatinkan, hal ini dapat
dilihat dari peningkatan konsentrasi sedimen di sungai-sungai. Peningkatan
konsentrasi sedimen diakibatkan tingginya tingkat erosi di wilayah daerah aliran
sungai. Tingginya sedimentasi mengakibatkan pemanfaatan sungai-sungai di
Indonesia tidak optimal. Penelitian ini bertujuan 1) Mengestimasi besarnya
konsentrasi sedimen melayang dan debit sedimen melayang di bagian hilir
Sungai Cidurian, 2) Mengkaji pola konsentrasi sedimen pada profil Sungai
Cidurian, dan 3) Membandingkan kecepatan aliran hasil pengukuran lapang dan
hasil perhitungan dari model persamaan Vanoni. Metode yang digunakan yaitu
pengambilan sampel air di tiap kedalaman sungai. Pada penelitian ini diambil tiga

profil sungai di bagian hilir Sungai Cidurian yaitu Tanara 1, Tanara 2, dan Tanara
3. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kecepatan aliran sungai bagian atas
lebih tinggi dibandingkan dengan bagian bawah. Nilai kecepatan aliran sungai
bagian atas di Tanara 1 sebesar 0.59 m/detik pada kedalaman rata-rata 0.6 m dan
bagian bawahnya 0.14 m/detik pada kedalaman rata-rata 1.77 m, Tanara 2 bagian
atas sebesar 0.55 m/detik pada kedalaman rata-rata 0.6 m dan bagian bawah 0.16
m/detik pada kedalaman rata-rata 1.8 m dan Tanara 3 bagian atas sebesar 0.43
m/detik pada kedalaman rata-rata 0.71 m dan bagian bawah sebesar 0.08 m/detik
pada
kedalaman rata-rata 2.13 m. Kecepatan aliran berdasarkan posisi
menunjukkan tiap lokasi memiliki nilai yang bervariasi, sangat ditentukan oleh
posisi dan /atau belokan sungainya. Tanara 1 memiliki nilai kecepatan aliran yang
tertinggi pada posisi kiri, Tanara 2 dan Tanara 3 nilai tertingginya terdapat pada
posisi tengah. Dalam batas-batas tertentu, persamaan Vanoni cukup berguna untuk
pendugaan nilai kecepatan aliran. Kecepatan aliran digunakan untuk menghitung
debit aliran sungai. Debit aliran Sungai Cidurian yang paling tinggi berada di
Tanara 1 dan yang terendah berada pada Tanara 3. Konsentrasi sedimen pada
Sungai Cidurian yang diperoleh dari pengambilan sampel memiliki nilai sebagai
berikut, Tanara 1 sebesar 78,24 mg/l, Tanara 2 sebesar 72,86 mg/l, dan Tanara 3
sebesar 22,92 mg/l, dimana seluruh nilai kosentrasi tersebut termasuk dalam

kategori baik. Nilai konsentrasi sedimen dipengaruhi oleh nilai kecepatan aliran,
semakin tinggi nilai kecepatan aliran maka semakin tinggi nilai konsentrasi
sedimen. Nilai debit sedimen dipengaruhi oleh nilai debit aliran, dimana semakin
tinggi debit aliran maka debit sedimen akan tinggi pula.
Kata kunci: debit sedimen, debit sungai, kecepatan aliran, konsentrasi sedimen,

ABSTRACT
ICKHWAN LUTFI. Analysis of Flow Velocity and Suspension Sediment
Cidurian River, Serang District Banten Province. Supervised by LATIEF M.
RACHMAN and YAYAT HIDAYAT.
Recently, Indonesian river condition is very terrible. It could be seen by the
increasing of sediment concentration in rivers. Due to high rates of soil erossion
on watershed territory, high rates of sedimentation leads the decreasing on
Indonesian river’s usage. The aims of this research are 1) Estimate concentration
of suspension sediment and sediment discharge on downstream of Cidurian
river’s, 2) Analyze the pattern of sediment concentration on Cidurian river’s
profile, and 3) Compare the result of on site river flow velocity measurement and
Vanoni equation model. Methods used in this research is water sampling on each
river’s depth. Sampling sites are on Cidurian river’s downstream namely Tanara
1, Tanara 2, and Tanara 3. The result shows that river flow velocity upper side is

higher than downside. Upper side velocity flow rate on Tanara 1 is 0,59 m/sec in
0,6 metres depth and 0,14 m/sec in 1,77 metres depth. Tanara 2 upper side’s
velocity flow rate is 0,55 m/sec in 0,6 metres depth and 0,16 m/sec in 1,8 metres
depth downside. Tanara 3 upper side’s velocity is 0,43 m/sec in 0,71 metres depth
and 0,08 m/sec in 2,13 metres depth underside. Velocity flow rate based on
position shows that each sites have different rate, depend on its position and/or
river bend. Tanara 1 highest rate of river flow velocity is on the left of sample site,
meanwhile Tanara 2 and Tanara 3 highest rate of river flow velocity are on the
middle of sample site. Within certain limits, Vanoni equation model is quite
useful to estimate flow velocity. Flow velocity is used to measure the quantity of
river flow. The highest quantity of Cidurian river flow is on Tanara 1 and the
lowest quantity is on Tanara 3. Sediment concentration on Cidurian river’s
obtained from sampling areas are as follows, Tanara 1 is 78,24 mg/l, Tanara 2 is
72,86 mg/l, and Tanara is 22,92 mg/l, all of that rates are on good rate. Sediment
concentration rate influenced by velocity flow rate, the higher value of velocity
flow rate, the higher of its sediment concentration. While sediment discharge
influenced by flow quantity rate, the higher flow quantity rate, the higher
sediment quantity.
Keywords: flow velocity, river discharge sediment concentration, sediment
discharge


KAJIAN KECEPATAN ALIRAN DAN SEDIMEN
MELAYANG SUNGAI CIDURIAN KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN

ICKHWAN LUTFI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Kecepatan Aliran dan Sedimen Melayang Sungai

Cidurian Kabupaten Serang Provinsi Banten
Nama
: Ickhwan Lutfi
NIM
: A14090097

Disetujui oleh

Dr. Ir. Latief M. Rachman M.Sc, MBA
Pembimbing I

Dr. Ir. Yayat Hidayat M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Baba Barus M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini dengan judul
“Kajian Kecepatan Aliran dan Sedimen Melayang Sungai Cidurian Kabupaten
Serang Banten”. Skripsi ini ditulis atas bantuan dari beberapa pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Latief M. Rachman, MSc, MBA dan Dr. Ir. Yayat Hidayat, M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan pikiran dan arahan
hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Badan Wilayah Sungai Cidanau, Cidurian dan Ciujung.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Serang Provinsi Banten.
4. Dosen dan staf di Bagian Konservasi Tanah dan Air atas dukungan dan
bantuannya.
5. Papa, Mama, Adik serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan doa
restu dan kasih sayangnya.
6. Rani Nuraeni dan teman-teman MSL angkatan 46 atas kebersamaan dan
dukungannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Ickhwan Lutfi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Hipotesis

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Erosi, Sedimen dan Sedimentasi


2

Debit Aliran

2

Daerah Aliran Sungai (DAS)

3

Karakteristik Sungai

3

BAHAN DAN METODE

4

Lokasi dan Waktu Penelitian


4

Metode Penelitian

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Keadaan Umum Lokasi

7

Penampang Sungai

7

Kecepatan Aliran

8

Perbandingan Kecepatan Aliran Pengukuran dengan Rumus Vanoni

11

Konsentrasi Sedimen Melayang (Cs) dan Debit Sedimen Melayang (Qs)

13

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1. Kecepatan aliran Sungai Cidurian (m/det) pada tiap lokasi
2. Perbandingan kecepatan aliran (m/det) pengukuran dengan estimasi
perhitungan
3. Debit Aliran Sungai Cidurian
4. Hasil perhitungan nilai Cs (Konsentrasi Sedimen melayang) , Debit
aliran (m³/dtk), dan Qs (Debit Sedimen Melayang)
5. Konsentrasi sedimen (Cs) per kedalaman
6. Hubungan antara kecepatan aliran (V) dengan konsentrasi sedimen
(Cs)
7. Hubungan Debit Aliran (Q) dengan Debit Sedimen (Qs)

8
11
12
13
14
14
15

DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir penelitian
2. Penampang Sungai Cidurian (a) Tanara 1, (b) Tanara 2, dan (c)
Tanara 3
3. Sketsa lokasi pengamatan lapang
4. Sket lokasi Tanara 1
5. Sket lokasi Tanara 2
6. Sket lokasi Tanara 3
7. Perbandingan kecepatan aliran dengan pengukuran dan perhitungan

5
7
8
9
10
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1. Konsentrasi sedimen Sungai Cidurian di tiap lokasi
2. Nilai n untuk mencari nilai Kecepatan
3. Kep. Men KLH NO. 2/1988

17
18
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi sungai di Indonesia akhir ini semakin memprihatinkan. Selain
fluktuasi debitnya yang semakin tinggi antara musim hujan dan musim kemarau,
konsentrasi sedimen juga semakin meningkat dari waktu ke waktu. Semakin
meningkatnya erosi yang terjadi di wilayah DAS berakibat semakin tingginya
tingkat sedimentasi di sungai dan wilayah perairan lainnya serta dalam jangka
panjang mengakibatkan terjadinya perubahan alur dan profil atau penampang
sungai. Tingginya sedimentasi di sungai-sungai mengakibatkan pemanfaatan
sungai-sungai di Indonesia semakin terbatas dan tidak optimal.
Sedimentasi menyangkut proses pengangkutan dan pengendapan material
tanah yang disebabkan oleh adanya bahan terangkut akibat erosi. Erosi yang
tinggi di wilayah DAS Cidurian terutama di bagian hulu dan tengahnya
mengakibatkan tingginya tingkat sedimentasi di Sungai Cidurian, khususnya di
bagian hilir. Hal ini berakibat pendangkalan sungai dan wilayah pesisir sekitar
muara Sungai Cidurian sehingga sangat mengganggu fungsi sungai sebagai media
transportasi dari satu daerah ke daerah lain. Selanjutnya, produktivitas sungai
yang dipergunakan sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat di daerah
sepanjang aliran sungai juga mengalami penurunan.
Dengan demikian sedimentasi di Sungai Cidurian perlu mendapat perhatian
berbagai pihak, khususnya terkait kandungan sedimen dan pola penyebaran
sedimen dalam profil sungai.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Tujuan penelitian adalah:
Mengestimasi besarnya konsentrasi sedimen melayang dan debit sedimen
melayang di bagian hilir Sungai Cidurian.
Mengkaji pola konsentrasi sedimen pada profil Sungai Cidurian bagian
hilir.
Membandingkan kecepatan aliran hasil pengukuran lapang dan hasil
perhitungan dari model persamaan Vanoni.

Hipotesis
1.
2.

Semakin tinggi kecepatan dan debit aliran maka semakin tinggi konsentrasi
dan debit sedimen.
Konsentrasi sedimen pada kedalaman bagian bawah sungai lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi sedimen pada kedalaman bagian atas
sungai.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Erosi, Sedimen dan Sedimentasi
Erosi dan sedimentasi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari
induknya dari suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air
atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material di tempat lain (Suripin,
2002). Hasil sedimen adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang
terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat
tertentu (Asdak, 2007).
Dari proses sedimentasi, hanya sebagian aliran sedimen di sungai yang
diangkut keluar dari DAS, sedangkan yang lain mengendap di lokasi tertentu dari
sungai (Suhartanto E, 2001).
Pada daerah aliran sungai, partikel dan unsur hara yang larut dalam aliran
permukaan akan mengalir ke sungai dan waduk, sehingga terjadi pendangkalan
pada tempat tersebut. Keadaan tersebut menurut Soemarwoto (1978) akan
mengakibatkan daya tampung sungai dan waduk menjadi turun sehingga timbul
bahaya banjir dan penyuburan air secara berlebihan atau etrofikasi.
Foster dan Meyer (1977) berpendapat bahwa erosi sebagai penyebab
timbulnya sedimentasi yang disebabkan oleh air terutama meliputi proses
pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan
(depotition) dari partikel-partikel tanah yang terjadi akibat tumbukan air hujan dan
aliran air.
Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit,
atau jenis erosi tanah lainnya yang mengendap di bagian bawah kaki bukit, di
daerah genangan banjir, saluran air, sungai, dan waduk (Asdak, 2007).
Mekanisme pengangkutan sedimen ini dikategorikan menjadi dua, yaitu
bed load dan suspended load. Proses pergerakkan sedimen jenis bed load
bergerak pada dasar sungai dengan cara menggelinding, meluncur dan melompatlompat. Sedangkan pada suspended load terdiri dari butiran-butiran halus yang
terhanyut dan melayang-layang di dalam air sungai (Sosrodarsono dan Tominaga,
1984).
Pengangkutan sedimen merupakan besarnya sedimen yang diukur sesaat.
Jika debitnya tidak berubah secara cepat, maka satu kali pengukuran laju
pengangkutan sedimen saja sudah cukup untuk menentukan laju rata-rata dalam
satu hari. Tetapi jika debitnya berubah dengan secara cepat dan laju sedimennya
tinggi, maka diperlukan beberapa pengukuran untuk menentukan laju harian ratarata secara lebih teliti (Soemarto, 1987)
Debit Aliran
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI
besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/det). Dalam
laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf
aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya
perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh

3
adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi
musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 2007).
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Secara umum Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat didefinisikan sebagai
suatu wilayah, yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit atau gunung,
maupun batas bantuan seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan yang turun di
wilayah tersebut memberikan kontribusi aliran ke titik kontrol (outlet) (Suripin,
2002). Daerah Aliran Sungai merupakan suatu cekungan geohidrologi yang
dibatasi oleh daerah tangkap air dan dialiri oleh suatu badan sungai dan
merupakan penghubung antara kawasan daratan di hulu dengan kawasan pesisir,
sehingga kondisi di kawasan hulu akan berdampak pada kawasan pesisir. DAS
meliputi semua komponen lahan, air dan sumberdaya biotik yang merupakan
suatu unit ekologi dan mempunyai keterkaitan antar komponen. DAS mempunyai
banyak sub-sistem yang juga merupakan fungsi dan bagian dari suatu konteks
yang lebih luas (Anna S, 2001).
Menurut Suranggajiwa (1978) dalam Anna S (2001), Daerah Aliran Sungai
adalah suatu ekosistem yang merupakan kumpulan dari berbagai unsur dimana
unsur-unsur utamanya adalah vegetasi, tanah, air serta manusia dan segala daya
upayanya yang dilakukan di daerah tersebut.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungaisungai kecil ke sungai utama (Asdak, 2007).

Karakteristik Sungai
Sungai adalah satuan bentuk geomorfologi tempat mengalirnya air
permukaan daratan dalam menuju kearah tubuh massa air yang lebih luas dan
lebih lebar , baik lautan, laut atau danau.
Fungsi sungai adalah sebagai wilayah (Ongkosongo, 2010):
1. Transportasi (transportation) atau lalu lintas pengiriman (transfer) material
dalam air, khususnya yang berada di bagian tengah atau wilayah peralihan
(transition) hulu- hilir dari DAS;
2. Pengendapan (deposition, sedimentation) yang dilihat dari elevasi
relatifnya disebut agradasi (aggradation), yang umumnya terjadi di
wilayah sungai atau DAS bagian bawah dengan secara langsung atau tidak
langsung membentuk delta dan dataran pesisir (costal plain), dan
permukaan tanah di bagian tengah sisitem sungai dapat memperoleh
tambahan sedimen sewaktu banjir;
3. Sumber air tawar;
4. Kehidupan aneka biota, terutama biota perairan;
5. Penawar (dissolution) kadar cemaran;
6. Bagian dari daur hidrologi (hydrological cycle), meskipun secara
presentase dibandingkan dengan sumbangan laut dalam daur hidrologi
sangat kecil.

4
Untuk mengetahui karakteristik suatu badan air sungai dengan lebar
penampang yang cukup besar memerlukan pendekatan beberapa pengamatan
dengan melakukan pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Pengukuran
horizontal adalah pengukuran secara memanjang dari sisi tepi yang satu kesisi tepi
lawannya sedangkan pengukuran vertikal adalah dengan membagi kedalaman
sungai (Adi, 2008).

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2013 di Sungai
Cidurian yang bertempat di wilayah Desa Tanara, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten dan laboratorium Konservasi Tanah dan Air Institut Pertani Bogor.
Metode Penelitian
Penelitian terbagi ke dalam tahapan persiapan, survei lapang dan analisis
laboratorium. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.
Persiapan
Tahapan ini meliputi pengumpulan studi pustaka penentuan titik
pengambilan sampel air, penentuan banyaknya sampel air yang di amati,
pengumpulan alat dan bahan untuk pengambilan sampel di lapang.
Survei Lapangan
Pada saat survey lapang dilakukan pengamatan, pengukuran, pengambilan
data dan pengambilan sampel.
1. Pengukuran profil penampang basah , kecepatan aliran dan debit aliran sungai.
2. Pengukuran karakteristik sungai.
3. Pengambilan sampel sedimen melayang.
Pengambilan sampel sedimen melayang dimaksudkan untuk pengukuran
konsentrasi sedimen laying yang terbawa oleh aliran sungai yang dilakukan di
laboratorium. Untuk menghitung sedimen, maka diambil sampel air dengan
penggunaan botol. Sampel air diambil di tiga titik yaitu tanara 1, Tanara 2 dan
Tanara 3
Analisis laboratorium
a. Konsentrasi sedimen
Parameter-parameter yang diukur untuk keperluan dalam analisis ini yaitu
konsentrasi sedimen melayang (mg/l). Analisis konsentrasi sedimen melayang
dilakukan dengan cara penentuan konsentrasi yang dihitung dengan memakai
persamaan sebagai berikut (Chow, 1964) :
G2 − G1
=

V

Dimana, Cs = konsentrasi sedimen (mg/liter)
G2 = berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering (mg)

5
G1 = berat kertas filter (mg)
V = volume contoh sedimen (liter)

Gambar 1 Diagram alir penelitian
b. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran pada setiap titik dan setiap kali pengukuran tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
dimana: V
N
a,b

V = an + b
= kecepatan aliran (m/dtk)
= jumlah putaran baling-baling/ waktu
= koreksi dari alat curren meter yang digunakan

c. Debit air
Debit aliran dihitiung dengan persamaan berikut (Chow, 1959) :
Q=VxA
dimana : Q = Debit aliran (m³/dtk)
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
A = Luas profil sungai (m²)

6
d. Debit sedimen melayang
Dengan asumsi bahwa konsentrasi sedimen merata pada seluruh bagian
penampang melintang sungai, debit sedimen melayang dapat dihitung sebagai
hasil perkalian antara konsentrasi sedimen dan debit aliran yang dirumuskan
sebagai berikut (Soewarno, 2000) :
Qs = Q x Cs x K
dimana : Qs = Debit muatan layang / debit sedimen (ton/ hari)
Cs = Konsentrasi muatan layang atau konsentrasi sedimen (mg/l)
Q = Debit aliran (m3/dtk)
K = 0,0864

e. Perbandingan kecepatan aliran sungai
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran yang menggunakan data lapang
dan perhitungan menggunakan persamaan Vanoni. Pengukuran didapatkan
langsung dari lapang, sedangkan perhitungan didapatkan dari rumus :
Uy = V + (1/k)(2g yoS) 0.5(1 + ln y/yo)
dimana: Uy = kecepatan pada tiap kedalaman y
V = kecepatan rata-rata untuk kedalaman aliran yo
s = kemiringan dasar saluran
g = konstanta gaya gravitasi (9.8 m/s2)
k = koefisien (0.4)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi
Secara geografis Sungai Cidurian terletak antara 106º 00’ - 106º 30’ Bujur
Timur serta 5º 00’ - 6º 40’ Lintang Selatan. Luas Daerah Aliran Sungai Cidurian
kurang lebih 815 km² dengan panjang sungai 81,5 km. Wilayah aliran Sungai
Cidurian ini di bagian utara dibatasi oleh laut Jawa, bagian barat oleh wilayah
aliran Sungai Ciujung, bagian timur oleh wilayah aliran Sungai CisadaneCiliwung, bagian selatan oleh wilayah aliran S. Cibaliung-Cibareno.
Penampang Sungai
Lebar Sungai Cidurian pada tiga titik atau lokasi pengamatan yaitu Tanara
1 sebesar 39,6 m, Tanara 2 sebesar 38,8 m, dan Tanara 3 sebesar 36 m. Ketiga
titik tersebut berada di bagian hilir sungai yang di sekitarnya merupakan daerah
pertanian dan tambak. Penampang masing-masing titik pengamatan disajikan di
Gambar 2.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2 Penampang Sungai Cidurian (a) Tanara 1, (b) Tanara 2, dan (c) Tanara
3

8

Gambar 3 Sketsa lokasi pengamatan lapang
Gambar 3 merupakan sket lokasi pengambilan sampel sedimen dan
pengukuran kecepatan aliran. Jarak antara satu titik ke titik lain kurang lebih 500
m. Pengambilan sampel sedimen dilakukan di tiga titik/lokasi dan di setiap
belokan diantaranya Tanara 1, Tanara 2, dan Tanara 3 yang bermuara di bagian
hilir Sungai Cidurian Desa Tanara. Setelah itu dianalisis di laboratorium untuk
diukur dan dihitung nilai konsentrasi sedimen melayang (Cs). Untuk selanjutnya
dilakukan perhitungan untuk memperoleh hasil debit sedimen melayang (Qs).
Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran Sungai Cidurian kedalaman bagian atas dan bagian bawah,
serta posisi kiri, kanan, dan bawah dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1 Kecepatan aliran Sungai Cidurian (m/det) pada tiap lokasi
Kecepatan (m/det)
Kiri
Tengah
Kanan
TANARA 1
Atas (0,2 h)
0,70
0,66
0,42
Bawah (0,6 h)
0,21
0,09
0,13
Rata-rata
0,45
0,37
0,27
TANARA 2
Atas (0,2 h)
Bawah (0,6 h)
Rata-rata
TANARA 3
Atas (0,2 h)
Bawah (0,6 h)
Rata-rata

Rata-rata
0.59
0.14

0,58
0,09
0,33

0,66
0,13
0,39

0,42
0,26
0,34

0.55
0.16

0,46
0,06
0,26

0,50
0,09
0,29

0,34
0,09
0,21

0.43
0.08

9

1)

Pola Kecepatan Aliran berdasarkan Kedalaman (vertikal)
Pada Tabel 1 diatas menunjukkan kecepatan aliran setiap bagian profil
sungai. Bagian atas memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian
bawah. Kecepatan aliran pada kedalaman atas (0,2h) berkisar 3-6 kali
dibandingkan dengan bagian bawah (0,6h). Tanara 1 berkisar 4,2 kali, Tanara 2
berkisar 3,4 kali dan Tanara 3 berkisar 5,6 kali. Hal ini terjadi karena permukaan
air sungai bagian atas lebih halus pemukaannya sehingga air tidak menghalangi
perjalanan atau pergerakan air, berbeda dengan bagian bawah dimana permukaan
dasar sungai serta sedimen dan batuan yang terdapat di atas dasar sungai
merupakan penghalang gerakan air dan menimbulkan efek gesekan yang lebih
besar. Hal ini sesuai dengan penelitian Priyantini dan Irjan (2009) bahwa
kecepatan aliran bagian atas lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan aliran
bawah. Pada ketiga lokasi tersebut didapatkan juga nilai kecepatan aliran yang
kecil yaitu Tanara 1 sebesar 0.09 m/det, Tanara 2 sebesar 0.09 m/det, dan Tanara
3 sebesar 0.06 m/det. Hasil tersebut menunjukan kondisi Sungai Cidurian kotor.
2.

Pola Kecepatan Aliran berdasarkan Posisi horisontal (Kiri, Tengah, Kanan)
Kecepatan aliran sungai sangat tidak tetap. Di musim hujan alirannya deras
dan akan melemah di musim kemarau, tergantung pada bentuk, posisi dan lokasi
di sungai dengan arus terderas dapat berada di tengah atau pinggir sungai.
Tanara 1
Pada lokasi Tanara 1 rata-rata kecepatan aliran tertinggi terjadi pada bagian
kiri sungai yaitu sebesar 0,45 m/det, lebih tinggi dibandingkan dengan bagian
tengah yaitu sebesar 0,37 m/det, dan bagian kanan sebesar 0,27 m/det. Untuk
memahami keadaan ini dapat dilihat pada sket dibawah ini yang menunjukkan
posisi pengambilan sampel dan pengukuran kecepatan aliran yang dikaitkan
dengan posisi belokan sungai dan profil sungai yang tergambar pada gambar 3.
Jika Gambar 3 diperbesar, posisi tempat pengukuran kecepatan adalah pada posisi
seperti pada Gambar 4, maka dapat dimengerti, jika pengukuran kecepatan aliran
pada garis l, maka rata-rata kecepatan aliran pada jalur kiri (A) memiliki nilai
yang paling tinggi yaitu sebesar 0,45 m/det dibandingkan dengan bagian tengah
(B) sebesar 0,32 m/det dan bagian kanan (C) sebesar 0,27 m/det. Kecepatan
bagian tengah (B) memiliki nilai yang lebih kecil dari bagian kiri (A) karena
terhalang oleh badan sungai yang membelok ke kiri. Bagian kanan (C) memiliki
nilai terkecil karena terhalang oleh belokan dan mengalami efek gesekan dengan
dinding sungai bagian kanan.

Gambar 4 Sket lokasi Tanara 1

10

Tanara 2
Pada lokasi Tanara 2 rata-rata kecepatan aliran tertinggi terjadi pada bagian
tengah yaitu sebesar 0,39 m/det, lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri
yaitu sebesar 0,33 m/det dan bagian kanan sebesar 0,34 m/det. Hal ini dapat
dilihat dari Gambar 5, dimana jika pengukuran kecepatan aliran pada garis l,
maka rata-rata kecepatan pada jalur tengah (B) dapat dimengerti jika lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian kiri (A) dan bagian kanan (C). Hal ini terjadi karena
bagian kiri dan bagian kanan mengalami efek gesekan dengan dinding sungai
sehingga kecepatan aliran akan lebih kecil.

Gambar 5 Sket lokasi Tanara 2

Tanara 3
Pada lokasi Tanara 3 rata-rata kecepatan aliran tertinggi terjadi pada bagian
tengah yaitu sebesar 0,29 m/det dibandingkan dengan bagian kiri 0,26 m/det dan
bagian kanan sebesar 0,21 m/det. Hal ini terjadi karena bagian kanan pada profil
sungai berada pada posisi setelah belokan. Keadaan tersebut dapat dilihat dari
Gambar 6, dimana jika pengukuran kecepatan aliran pada garis l, maka dapat
dipahami jika aliran pada bagian tengah memiliki aliran tercepat, selanjutnya
bagian kiri yang lebih sedikit terhambat karena di depannya berbenturan dengan
bagian dinding kiri dan yang terendah adalah bagian kanan sungai karena berada
pada bagian belakang area setelah belokan yang umumnya memiliki kecepatan
rendah.

Gambar 6 Sket lokasi Tanara 3

11
Perbandingan Kecepatan Aliran Pengukuran dengan Rumus Vanoni
Kecepatan aliran dapat diperoleh dengan cara pengukuran langsung dan
mengestimasinya dengan penggunaan rumus, hasilnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan kecepatan aliran (m/det) pengukuran dengan estimasi
perhitungan
Kedalaman
V
Lokasi
Posisi Basah (m)
Kedalaman V ukur
hitung
0.66
V0.2
0.70
0.61
Kiri
1.9
V0.6
0.21
0.37
0.62
V0.2
0.66
0.60
TANARA 1
Tengah
1.86
V0.6
0.09
0.37
0.52
V0.2
0.42
0.58
Kanan
1.56
V0.6
0.13
0.37
0.67
V0.2
0.58
0.62
Kiri
2.01
V0.6
0.09
0.38
0.63
V0.2
0.66
0.61
TANARA 2
Tengah
1.89
V0.6
0.13
0.38
0.5
V0.2
0.42
0.59
Kanan
1.5
V0.6
0.26
0.38
0.68
V0.2
0.45
0.53
Kiri
2.04
V0.6
0.05
0.28
0.7
V0.2
0.49
0.53
TANARA 3
Tengah
2.1
V0.6
0.09
0.28
0.75
V0.2
0.34
0.54
Kanan
2.25
V0.6
0.09
0.29
Ket. V ukur

: nilai pengukuran lapangan

V Hitung : nilai estimasi dari Rumus Vanoni
Tabel 2 menyajikan perbandingan antara kecepatan aliran hasil pengukuran
langsung di lapang dan estimasi menggunakan rumus Vanoni. Dari perbandingan
nilai-nilai kecepatan hasil pengukuran dan estimasi seperti disajikan pada Tabel 2
menunjukkan bahwa nilai kecepatan hasil estimasi kurang akurat karena beberapa
nilainya cukup berbeda jauh dibandingkan nilai kecepatan aliran hasil
pengukuran. Namun untuk nilai-nilai kecepatan yang di atas 0.4 m/det hasil
estimasi tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran lapangan. Dengan kata lain,
pada pengujian di Sungai Cidurian ini, nilai-nilai perhitungan hasil estimasi
dengan menggunakan Rumus Vanoni menghasilkan estimasi yang lumayan bagus
dengan deviasi yang cukup kecil untuk aliran yang kecepatannya tinggi,
khususnya yang lebih besar dari 0,4 m/det.
Namun demikian, secara keseluruhan angka-angka hasil estimasi dan hasil
pengukuran kecepatan memiliki tingkat korelasi yang cukup tinggi (lihat Gambar
7). Dari Gambar 7 terlihat nilai R² yang menunjukkan adanya korelasi cukup
tinggi yaitu 0,87. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa estimasi kecepatan
aliran sungai dengan rumus Vanoni memiliki pola dan berkaitan erat dengan
pengukuran kecepatan aliran sungai di lapangan.

0.7
0.6
y = 0.52x + 0.28
R² = 0.87

0.5
(M ³/ DET)

KECEPATAN ALIRAN MODEL VANONI

12

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

0.1

0.2

0. 3

0.4

0.5

0. 6

0.7

0.8

KECEPATAN ALIRAN HASIL PENGUKURAN (M³/DET)

Gambar 7 Perbandingan kecepatan aliran dengan pengukuran dan perhitungan
Dari Gambar 7 terlihat R² memiliki nilai yang tinggi yaitu 0,87. Hal ini
menunjukkan bahwa data-data tersebut bermanfaat untuk pendugaan nilai
kecepatan aliran dengan mengestimasi rumus Vanoni, khususnya untuk kecepatan
aliran lebih besar dari 0,4 m/detik.
Debit Sungai
Hasil pengukuran debit dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan
sampel air di ketiga sungai lokasi yang bermuara kelaut. Nilai debit sungai dapat
dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3 Debit Aliran Sungai Cidurian
Kecepatan (m/det)
Lokasi
V 0,2
V 0,6
Rata-rata

Luas
penampang
(m²)

Debit
Aliran
(m³/det)

TANARA 1

0,59

0,14

0,36

82,83

30.23

TANARA 2

0,55

0,16

0,35

81,14

28.80

TANARA 3

0,43

0,08

0,25

89,55

22.84

Tabel 3 menunjukkan nilai debit setiap lokasi dimana Tanara 1 sebesar
30,23 m³/det, Tanara 2 sebesar 28,80 m³/det dan Tanara 3 sebesar 22,84 m³/det.
Tanara 1 memiliki nilai debit yang lebih tinggi, hal ini terjadi karena Tanara 1
berada di lokasi yang paling bawah merupakan muara atau bersatunya seluruh
sumber aliran yang berasal dari atasnya/hulu. Tanara 3 menghasilkan debit yang
paling kecil dikarenakan lokasi tersebut merupakan bagian yang paling atas
dibandingkan dengan Tanara 1 dan Tanara 2. Hal ini dapat terjadi karena
pengukuran kecepatan aliran dilakukan setelah dan sebelum belokan sungai.

13

Konsentrasi Sedimen Melayang (Cs) dan Debit Sedimen Melayang (Qs)
Hasil penghitungan konsentrasi sedimen (Cs) dari pengambilan sampel
sedimen melayang pada ketiga lokasi yang secara rinci disajikan pada Tabel 4
yang menunjukkan bahwa konsentrasi sedimen rata-rata pada Sungai Cidurian
Tanara 1 sebesar 78,24 mg/l, Tanara 2 sebesar 72,86 mg/l, dan Tanara 3 sebesar
22,92 mg/l. Pada masing-masing lokasi (profil), nilai konsentrasi tersebut
meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan dan debit aliran sungai.
Berdasarkan standar skala kualitas lingkungan Kep. Men KLH NO. 2/1988,
konsentrasi sedimen Sungai Cidurian termasuk kategori baik.
Tabel 4 Hasil perhitungan nilai Cs (Konsentrasi Sedimen melayang) , Debit aliran
(m³/dtk), dan Qs (Debit Sedimen Melayang)
Lokasi

Konsentrasi sedimen Cs
(mg/L)

Debit aliran
(m³/dtk)

Debit sedimen melayang Qs
(ton/hari)

1

78,24

30.23

204.35

2

72,86

28.80

181.30

3

22,92

22.84

45.23

Besarnya nilai debit sedimen (Qs) ditentukan oleh konsentrasi sedimen dan
debit aliran sungai. Faktor-faktor, curah hujan dan parameternya, karakteristik
tanah, vegetasi penutup tanah dan tataguna lahan sangat berpengaruh terhadap
besarnya konsentrasi sedimen dan debit air sungai, oleh karena itu berpengaruh
terhadap besarnya debit sedimen di sungai.
Curah hujan dapat mempengaruhi konsentrasi sedimen (Cs) dan debit
sedimen (Qs) walaupun tidak secara langsung. Curah hujan merupakan faktor
yang mempengaruhi air larian (run off) dan erosi tanah. Pada saat berlangsungnya
hujan, tenaga kinetis hujan yang jatuh dan menggempur/memukul tanah, partikelpartikel tanah akan terlepas dan terangkut oleh aliran air menuju ke tempat lebih
rendah dan/atau ke sungai dan/atau diteruskan ke laut. Tenaga kinetis hujan
ditentukan salah satunya oleh diameter air hujan. Makin besar diameter air hujan
maka makin besar pula kekuatan gempuran/pukulan hujan yang dapat melepaskan
partikel-partikel tanah. Menurut Asdak (2002), selain intensitas dan lama waktu
hujan, informasi tentang kecepatan jatuhnya hujan juga penting dalam proses erosi
dan sedimentasi.
Pola Konsentrasi Sedimen berdasarkan Kedalaman
Pada Tabel 5 menunjukkan hasil nilai konsentrasi sedimen tiap kedalaman,
dimana bagian bawah memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian atas. Hal ini terjadi karena atau menunjukkan bahwa berat massa sedimen
bagian bawah memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan bagian atas.
Dengan kata lain diduga bahwa ukuruan partikel bagian atas lebih kecil
dibandingkan dengan bagian bawah.

14
Tabel 5 Konsentrasi sedimen (Cs) per kedalaman
Konsentrasi sedimen (mg/ltr)
Kiri
Tengah
Kanan
TANARA 1
Atas (0,2 h)
36.11
61.11
38.89
Bawah (0,6 h)
147.22
52.78
133.33
Rata-rata
TANARA 2
Atas (0,2 h)

91.67

56.95

86.11

51.43

42.86

11.43

Bawah (0,6 h)

145.71

108.57

77.14

Rata-rata
TANARA 3
Atas (0,2 h)

98.57

75.72

44.29

11.11

11.11

14.29

Bawah (0,6 h)

44.44

19.44

37.14

Rata-rata

27.78

15.28

25.72

Rata-rata
45.37
111.11

35.24
110.47

12.17
33.67

Pola Konsentrasi Sedimen berdasarkan Posisi Horisontal (kiri, tengah, kanan)
Pada Tabel 5 menunjukkan nilai konsentrasi sedimen melayang pada bagian
atas dan bawah tidak memiliki pola. Hal itu sejalan dengan bahwa posisi tidak
menentukan kecepatan aliran, kecepatan aliran ditentukan oleh posisi belokan
sungai.
Pola Konsentrasi Sedimen berdasarkan Kecepatan Aliran
Pada Tabel 6 menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dengan
konsentrasi sedimen. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang di uji, dimana nilai
kecepatan aliran yang semakin tinggi akan menghasilkan nilai konsentrasi
sedimen yang semakin tinggi pula.
Tabel 6 Hubungan antara kecepatan aliran (V) dengan konsentrasi sedimen (Cs)
Lokasi

V (m/dtk)

Cs (mg/L)

Tanara 1
Tanara 2
Tanara 3

0.37
0.36
0.26

78.24
72.86
22.92

Pola Debit Sedimen berdasarkan Debit Aliran
Tabel 7 menunjukkan bahwa Qs di Tanara 1 jauh lebih besar dibandingkan
Tanara 3 (hampir 5 kali), padahal debit Tanara 1 hanya sekitar 30% lebih besar
dari Tanara 3. Hal ini disebabkan konsentrasi sedimen pada Tanara 1 jauh lebih
besar dibandingkan dengan Tanara 3. Menurut Garde (1977) salah satu faktor
proses sedimentasi adalah debit aliran. Selama aliran rendah angkutan sedimen
bisa jadi sedikit, sebaliknya jika debit aliran tinggi maka angkutan sedimen akan
tinggi.

15

Tabel 7 Hubungan Debit Aliran (Q) dengan Debit Sedimen (Qs)
Lokasi

Q (m³/dtk)

Qs (ton/hari)

Tanara 1

30.23

204.35

Tanara 2

28.80

181.30

Tanara 3

22.84

45.23

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.
3.

Konsentrasi dan debit sedimen Sungai Cidurian pada lokasi Tanara 1 lebih
tinggi dibandingkan Tanara 2 dan Tanara 3. Berdasarkan standar skala
kualitas lingkungan Kep. Men KLH NO. 2/1988 konsentrasi tersebut
termasuk dalam kategori baik.
Konsentrasi sedimen pada permukaan bagian bawah lebih tinggi
dibandingkan dengan permukaan bagian atas.
Kecepatan aliran air hasil estimasi rumus Vanoni mempunyai kecepatan
cukup baik pada kecepatan aliran > 0.4 m/det, sebaliknya jika kecepatannya
rendah.

Saran
Sebaiknya ada penelitian lebih lanjut dengan pengambilan sampel yang
lebih banyak dan adanya pengulangan pengukuran data minimal sebanyak 3 kali
dan banyaknya lokasi yang diteliti agar mendapatkan hasil-hasil yang lebih baik.
Sebaiknya tidak mengukur debit atau kecepatan aliran di belokan sungai.

DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2008. Analisis dan Karakterisasi Badan Air Sungai, dalam Rangka Menunjang
Pemasangan Sistem Pemantauan Sungai Secara Telemetri. Jurnal Hidrosfir
Indonesia. BPPT, Jakarta. Vol.3 No.3 Hal. 123-136
Anasiru T. 2005. Analisis perubahan kecepatan aliran pada muara Sungai Palu.
Jurnal SMARTek,Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 101 – 112
Anasiru T. 2006. Angkutan Sedimen Pada Muara Sungai Palu. Palu : Universitas
Tadulako .
Anna S. 2001. Model Pengelolaan kawasan pesisir dan daerah aliran sungai
secara terpadu. Makalah Falsafah Sains. Bogor (ID): Insrtitut Pertanian Bogor.

16
Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengendalian Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Chow, V.T., 1959. Open Channel Hydaulics. Mc Graw-Hill, New York
Chow V.T. 1964. Hand Book of Applied Hydrology. New York (US): Mc GrawHill. New York.
Foster, G. R., dan Meyer, L.D. 1977. Soil erosion and sedimentation by water-an
overview. Michigan: Am. Soc. Of Agric. Eng., St. Joseph.
Garde, R. J.,Ranga Raju, K. G. 1977. Mechanics of Sediment Transportation and
Alluvial Stream Problems,Willey Eastern Limited, New Delhi. 273-275
Noor Yudha Priyantini dan Irjan. 2009. Pengukuran Kecepatan Arus Air Sungai
Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Neutrino Vol. 2 No. 1.
Ongkosongo. 2010. Kuala, Muara Sungai, dan Delta. LIPI. Jakarta.
Pangestu H dan Helmi H. 2013. Analisis Angkutan Sedimen Total pada Sungai
Dawas Kabupaten Musi banyuasin. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. Vol :
1 No : 1.
Pemerintah Republik Indonesia.1988. Kep. Men. KLH No. 2/1988 tentang Baku
Mutu Kualitas Lingkungan, Jakarta.
Saud, Ismail. 2008. Jurnal Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya. Fakultas
Teknik Sipil ITS : Surabaya
Seta, A.K. 1995. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air Cetakan Kedua. Jakarta
(ID): Penerbit Kalam Mulia.
Seyhan,E. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi. UGM Press : Yogyakarta
Soewarno. 2000. Hidrologi : Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Bandung: NOVA.
Soemarto, C.D., 1987. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional, Surabaya.
Soemarwoto. 1978. Aspek Ekologi dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yayasan Penerbit PUTL, Majalah Nomor : 3/XV/1978.
Sosrodarsono Suyono & Tominaga Masateru, 1984, Perbaikan dan Pengaturan
Sungai, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.
Suhartanto E. 2001. Optimalisasi pengelolaan DAS di sub daerah aliran sungai
cidanau Kabupaten Serang Provinsi Banten menggunakan model hidrologi
ANSWERS. Makalah Falsafah sains. Bogor (ID): Program Pasacasarjana IPB.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta (ID):
Penerbit ANDI.

17
Lampiran 1 Konsentrasi sedimen Sungai Cidurian di tiap lokasi
Tanara 1
kertas
kering (g)
1.063
1.051
1.098
1.096
1.041
1.125

kertas + sedimen
(g)
1.076
1.104
1.12
1.115
1.055
1.173

Kering
sedimen
(g)
0.013
0.053
0.022
0.019
0.014
0.048

vol (L)

Cs (mg/L)

0.36
0.36
0.36
0.36
0.36
0.36
rata-rata

36.11
147.22
61.11
52.77
38.88
133.33
78.24

vol (L)

Cs (mg/L)

Tanara 2
kertas
kering (g)
0.858
0.862
0.863
0.850
0.846
0.864

kertas + sedimen
(g)
0.876
0.913
0.878
0.888
0.85
0.891

Kering
sedimen
(g)
0.018
0.051
0.015
0.038
0.004
0.027

0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
rata-rata

51.42
145.71
42.85
108.57
11.42
77.14
72.86

Tanara 3
kertas
saring(g)
0.857
0.841
0.880
0.872
0.866
0.854

kertas +
sedimen(g)
0.861
0.857
0.884
0.879
0.871
0.867

Kering
sedimen
(g)
0.004
0.016
0.004
0.007
0.005
0.013

vol (L)
0.36
0.36
0.36
0.36
0.35
0.35
rata-rata

Cs (mg/L)
11.11
44.44
11.11
19.44
14.28
37.14
22.92

18
Lampiran 2 Nilai n untuk mencari nilai Kecepatan
Tanara 1
titik

kedalaman(putaran)
1

0,2(17)
0,6(5)
0,2(16)
0,6(2)
0,2(10)
0,6(3)

2
3

Luas penampang
basah (m²)

n
2.83
0.83
2.67
0.33
1.67
0.50

82.83

Tanara 2
titik

kedalaman(putaran)
1

0,2(14)
0,6(2)
0,2(16)
0,6(3)
0,2(10)
0,6(6)

2
3

Luas Penampang
Basah (m²)

n
2.33
0.33
2.67
0.50
1.67
1

81.11

Tanara 3
titik

kedalaman(putaran)
1
2
3

0,2(11)
0,6(10)
0,2(12)
0,6(2)
0,2(8)
0,6(2)

Luas Penampang
Basah (m²)

n
1.83
1.67
2
0.33
1.33
0.33

89.55

Lampiran 3 Kep. Men KLH NO. 2/1988
Konsentrasi Sedimen (Cs)
> 500
250 – 500
100 – 250
0 – 100
0

Kategori
Sangat jelek
Jelek
Sedang
Baik
Sangat Baik

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Ickhwan Lutfi dilahirkan di Bogor tanggal 18
Januari 1991 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Ojan dan Ibu Inah.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA KORNITA dan pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan
Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) sebagai staf divisi Badan Olahraga dan Seni
periode 2011. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti Soilidarity
2011 dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional (Pilmitanas) 2011. Bulan
Juni-Agustus 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Kabupaten
Indramayu.