Reliability of Sonic Tomography Technology as Detector of Gaharu in Aquilaria microcarpa Baill.

 
 

KEANDALAN TEKNOLOGI SONIC TOMOGRAPHY
SEBAGAI DETEKTOR KEBERADAAN GAHARU PADA
POHON AQUILARIA MICROCARPA BAILL.

NINGSIE INDAHSUARY UAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

 
 

 
 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keandalan Teknologi Sonic
Tomography sebagai Detektor Keberadaan Gaharu pada Pohon Aquilaria
microcarpa Baill adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Ningsie Indahsuary Uar
NIM E251110011

 
 


SUMMARY
NINGSIE INDAHSUARY UAR. Reliability of Sonic Tomography Technology as

Detector of Gaharu in Aquilaria microcarpa Baill. Supervised by DODI
NANDIKA, LINA KARLINASARI, dan ERDI SANTOSO.
Gaharu or agarwood is known as valuable products of non timber forest products
(NTFP’s). Due to its economic value, the product has been subjected to over exploitation
practice in Indonesia's natural forests. Therefore, some gaharu producing trees have been
classified as endangered species and included into Appendix II of CITES (convention on
international trade for endangered species). Traditional harvesting practice of gaharu has
been insisted to fell the trees without any reliable techniques in predicting the presence of
gaharu.
A study was conducted to evaluate the reliability of sonic tomography technology
(Picus® Sonic Tomography) in detecting the presence of gaharu within A. microcarpa
trees. Thirty five of A. microcarpa with ≥ 15 cm diameter at an experimental forest area
in Carita, Banten Province were selected as sample trees. Four to six transducers of
Picus® Sonic Tomography were mounted circularly on the stem of sample trees at 20 cm,
130 cm, and 200 cm height from the ground (as measuring points). The transducers were
connected to the software system which could record any sonic wave velocities data of
each sample trees, then converted those data to be color gradation images.

The result showed that sonic wave velocities within sample trees were ranged from
400 to 900 m.s-1 with average value of 700 m.s-1. There was no significant difference of
sonic wave velocity among measuring points. It was also found that sample trees with
high sonic velocity tend to reveal dark color of tomography image (dark brown),
meanwhile the lower value of sonic velocity denoted light color (green-violet-blue). In
addition as such, gaharu containing sample trees tend to reveal light color image (sonic
wave velocity around 750 m.s-1), low moisture content and high density. These
findings were then proven by visual observation on the felled sample tree. In concluding,
sonic tomography technology shows sufficient reliability to detect the presence of gaharu
in the tree.

Key words: Agarwood, Aquilaria microcarpa, sonic tomography, sonic wave
velocity

 
 

RINGKASAN
NINGSIE INDAHSUARY UAR. Keandalan Teknologi Sonic Tomography sebagai
Detektor Keberadaan Gaharu pada Pohon Aquilaria microcarpa BAILL. Dibimbing


oleh DODI NANDIKA, LINA KARLINASARI, dan ERDI SANTOSO.
Gaharu atau Agarwood dikenal sebagai produk hasil hutan non kayu
(NTFP 's). Karena nilai ekonomisnya, produk tersebut telah mengalami praktek
eksploitasi hutan alam Indonesia. Oleh karena itu, beberapa pohon penghasil
gaharu telah diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah dan masuk
dalam Appendix II CITES (konvensi perdagangan internasional untuk spesies
terancam punah). Praktek penebangan gaharu secara tradisional sangat
mengkhawatirkan yang mana para pemburu menebang pohon tanpa teknik yang
handal dalam mendeteksi keberadaan gaharu.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi keandalan teknologi
sonic tomography (Picus® Sonic Tomography) dalam mendeteksi keberadaan
gaharu dalam batang pohon A. microcarpa. Tiga puluh lima pohon A. microcarpa
dengan diameter ≥ 15 cm pada kawasan hutan dengan tujuan khusus di Carita,
Provinsi Banten terpilih sebagai pohon contoh. Empat sampai enam transduser
Picus® Sonic Tomography dipasang mengelilingi batang pohon contoh masingmasing pada ketinggian 20 cm, 130 cm, dan 200 cm dari permukaan tanah
(sebagai titik pengujian). Transduser terhubung ke sistem perangkat lunak yang
dapat merekam data kecepatan gelombang suara setiap pohon contoh, kemudian
data tersebut ditampilkan berupa gradasi berwarna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan gelombang suara pada

pohon contoh berkisar 400 sampai 900 m/detik dengan nilai rata-rata 700 m/detik.
Ketinggian pohon tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan
gelombang suara. Sementara itu kecepatan gelombang suara tinggi ditandai
dengan warna gelap hasil citra tomografi (coklat gelap), sedangkan nilai yang
lebih rendah dari kecepatan suara ditandai warna terang (hijau-ungu-biru). Selain
itu pohon contoh yang mengandung gaharu cenderung menunjukkan hasil citra
tomografi berupa warna terang (kecepatan gelombang suara sekitar 750 m/detik),
kadar air rendah dan kerapatan yang tinggi. Hasil ini sama dengan kondisi faktual
dari pohon contoh. Kesimpulan, teknologi sonic tomography cukup handal untuk
mendeteksi keberadaan gaharu pada pohon.
Kata kunci: Gaharu, Aquilaria microcarpa, sonic tomography, kecepatan
gelombang suara

 
 

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

 
 

KEANDALAN TEKNOLOGI SONIC TOMOGRAPHY
SEBAGAI DETEKTOR KEBERADAAN GAHARU PADA
POHON AQUILARIA MICROCARPA BAILL.

NINGSIE INDAHSUARY UAR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

 
 

Penguji pada Ujian Tesis : Dr Ir Maman Turjaman

 
 

Judul
Nama
NIM

: Keandalan Teknologi Sonic Tomography Sebagai Detektor
Keberadaan Gaharu Pada Pohon Aquilaria microcarpa Baill

: Ningsie Indahsuary Uar
: E251110011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS
Ketua

Dr Ir Erdi Santoso, M.Si
Anggota

Dr Lina Karlinasari, S.Hut MScF.Trop
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 19 Desember 2013

Tanggal Lulus :

 
 

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dan
penulisan tesis yang berjudul Keandalan Teknologi Sonic Tomography sebagai
Detektor Keberadaan Gaharu pada Pohon Aquilaria microcarpa Baill.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

kepada Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS, selaku ketua komisi pembimbing, Dr.
Lina Karlinasari, S.Hut. MScF.Trop, dan Dr. Ir. Erdi Santoso, MS, selaku anggota
komisi pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan penulis mulai dari
penulisan proposal, penelitian dan analisis, hingga selesainya tesis ini. Kedua
orang tua terkasih, Ayahanda Hi. Daeng Matira Uar (Alm) dan Ibunda Hj.Oky
Uar (Almh) serta kakak-kakakku tercinta dan adikku yang telah memberikan doa
tak pernah putus dan kasih sayang yang tak terhingga. Keluarga besar Uar Jakuba
Khaulanie dan Borut Salamat. Suami tercinta Sarwidi Marmo Suwito dan ananda
tersayang Alifiah Uar Putri Sarwidi atas izin, doa, kasih sayang, pengertian dan
pengorbanan yang telah diberikan. Kementerian Pendidikan Nasional RI (Dirjen
Dikti) atas bantuan Beasiswa Pendidikan Pasca Sarjana (BPPS). Dekan Sekolah
Pascasarjana IPB, dan Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di SPs
IPB. Kepada seluruh staf pengajar dan administrasi SPs IPB, penulis
menyampaikan terima kasih kasih atas kelancaran administrasi selama penulis
menjadi mahasiswa. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian
Kehutanan beserta staf atas izin dan bantuan selama penelitian pada Kawasan
Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di Carita. Rektor Universitas Iqra Buru
dan Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Uniqbu atas izin yang telah

diberikan. Laboran dan staf Departemen Hasil Hutan serta sahabat-sahabat ku Esy
Fajriani, Merry Sabed, Abigael Kabe, Fakhruzy, Amar Afif, Reynaldus Cabuy,
dan Tiny serta rekan-rekan Pascasarjana Mayor Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan
Angkatan 2010, 2012 atas dorongan semangat dan persahabatannya, de Lilies, de
Nonie terima kasih untuk ilmu statistiknya, keluarga Evav Perwira 44 serta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu untuk doa dan dukungannya
kepada penulis selama masa studi dan mengerjakan tesis. Bagian dari tesis ini juga
telah dipresentasikan sebagai poster pada Seminar Internasional Restoration
Ecosystem pada tanggal 28 November 2013 di Bogor.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Ningsie Indahsuary Uar

 
 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Kerangka Pemikiran Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA
Gaharu
Evaluasi Kualitas Kayu Berbasis Kecepatan Gelombang Suara
Sonic Tomography

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Prosedur
Analisis Data

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecepatan Gelombang Suara Pada Batang Pohon Contoh
Pegelompokan Pohon Contoh Berdasarkan Kecepatan Rambatan
Gelombang
Citra Tomografi Batang Pohon Contoh
Sifat Fisis Kayu
Anatomi Kayu
Analisis Kandungan Senyawa Kimia
5. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xi
xi
xi

1
2
2
3
3
3
5
6

7
7
9
9
11
12
15
17
19

19
20
20
24
27

 
 

DAFTAR TABEL
1
2
3

Kecepatan rambatan gelombang suara
Rataan kecepatan gelombang suara pada batang pohon contoh dan
log
Lokasi dan kondisi fisik dan sifat fisis tanaman gaharu A. microcarpa

10
14
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka pemikiran

Pemasangan alat Picus® Sonic Tomography pada batang pohon
contoh
Tampilan pada monitor alat Picus® Sonic Tomography saat
gelombang suara terekam pada salah satu sensor
Distribusi jumlah pohon contoh untuk setiap kelompok kecepatan
gelombang suara pada tiga ketinggian pengujian
Perbandingan hasil sonic tomography dengan penampilan visual
penampang lintang batang pohon
Citra tiga dimensi pohon contoh sepanjang ± 200 cm dari permukaan
tanah
Kadar air dan kerapatan kayu batang pohon contoh
Endapan gaharu pada penampang melintang batang pohon A.
microcarpa perbesaran 250 µm (a), dan 450 µm (b)
Kulit tersisip pada penampang melintang batang pohon A.
microcarpa perbesaran 250 µm (a), dan 450 µm (b)

5
7
8
11
13
15
16
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

 
 
 
 
 

Peta penyebaran tegakan pada KHDTK Carita
Karekteristik pohon contoh
Analisis sidik ragam pengaruh ketinggian pohon
Kecepatan suara (m/detik) pada setiap titik sensor di tiga ketinggian
pengujian pada batang pohon contoh
Kecepatan suara (m/detik) pada setiap titik sensor di tiga ketinggian
pengujian pada log

24
25
25
26
26

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejak ratusan tahun yang lalu gaharu telah dikenal sebagai hasil hutan non
kayu yang paling tinggi nilai ekonominya. Bahkan sejak awal era modern produk
hayati tersebut telah menjadi komoditas unik dan eksotis yang diperdagangkan
dari beberapa pulau di Indonesia ke India, Persia, Jazirah Arab, dan Afrika.
Gaharu tidak lain merupakan bongkahan atau gumpalan gelap (hitam bercampur
cokelat) yang mengandung endapan aromatik sehingga beraroma wangi, yang
secara spesifik terdapat pada batang atau cabang batang pohon Aquilaria spp.
Produk hayati ini digunakan sebagai bahan baku parfum, kosmetik, obat-obatan,
dan sarana upacara keagamaan (Sitepu et al. 2010). Dibandingkan dengan hasil
hutan lainnya, harga produk hayati tersebut juga tergolong luar biasa tinggi,
terutama yang dihasilkan dari pohon Aquilaria microcarpa Baill. Siran dan
Turjaman (2010), menyatakan bahwa harga jual gaharu untuk kualitas super
mencapai Rp 30 juta per kilogram. Mengingat nilai ekonominya yang demikian
tinggi, selama ratusan tahun produk tersebut telah menjadi objek perburuan yang
sangat intensif di hutan alam Indonesia. Akibatnya berbagai spesies pohon
penghasil gaharu mengalami kelangkaan yang sangat serius. Bahkan sejak tahun
1994 Aquilaria spp. telah dicantumkan pada Appendix II Convention on
International Trade of Endangered Species Wild Flora and Fauna (CITES) yang
berarti tergolong tumbuhan yang terancam punah sehingga pemanenannya harus
dikendalikan dan ekspornya dibatasi kuota tertentu). Berdasarkan fakta ini maka
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pohon
penghasil gaharu dalam bentuk hutan tanaman dengan teknik inokulasi. Teknik
inokulasi pohon penghasil gaharu pada lokasi penelitian sudah dilaksanakan sejak
tahun 2008 sampai 2010 dengan menggunakan beberapa jenis fungi (Santoso et al.
2011), selanjutnya telah mengembangan teknik inokulasi pada tanaman penghasil
gaharu dengan tujuan untuk meningkatkan produksi gaharu. Salah satu fungi yang
digunakan pada pengembangan budidaya gaharu adalah Fusarium spp. Fusarium
spp. merupakan salah satu fungi yang mempunyai sebaran yang sangat luas
dengan jenis yang beragam (Budi et al. 2010). F. solani merupakan jenis yang
banyak digunakan dalam teknik budidaya gaharu, jenis tersebut adalah patogen
penting pada tanaman salah satunya pada Aquilaria spp. Strain ini banyak
ditemukan di berbagai tempat karena sifatnya yang kosmopolit. Menurut Agustini
et al. (2006), kebanyakan spesies dari Fusarium merupakan fungi yang bersifat
kosmopolitan, sehingga untuk membedakan spesies Fusarium. merupakan hal
yang kompleks, karena variasi yang ditemukan dalam satu spesies sangat besar.
Tanaman yang menjadi inang Fusarium bisa membantu dalam identifikasi
terutama untuk Fusarium yang bersifat patogenik, tetapi yang menjadi saprofit
atau patogen yang lemah memerlukan pengamatan yang menyeluruh.
Ancaman kepunahan Aquilaria spp. menjadi lebih mengkhawatirkan
mengingat praktek perburuan gaharu dilakukan secara “trial and error”. Kegiatan
ini biasanya dilakukan dengan menebang pohon yang diduga mengandung gaharu
hanya berdasarkan pengamatan visual. Ciri-ciri alami yang biasa digunakan untuk
mendeteksi adanya gaharu adalah pada bagian batang terjadi pembengkakan dan

2
melunak, daun yang rontok, serta dijumpai semut disekitar pohon. Akibatnya,
dalam proses perburuan gaharu tersebut seringkali banyak pohon Aquilaria spp.
yang “dikorbankan” karena ikut ditebang tetapi ternyata tidak mengandung gaharu
seperti yang diharapkan. Praktek “trial and error” tersebut juga diterapkan
terhadap pohon Aquilaria spp. hasil budidaya di beberapa pulau di Indonesia
seperti Sumatera dan Lombok. Praktek perburuan tersebut bukan saja tidak efisien
dan efektif, baik secara teknis maupun ekonomis, tetapi juga bertentangan dengan
prinsip pengelolaan hutan secara berkelanjutan (sustainable forest management).
Untuk mengurangi pemanenan gaharu secara sembarangan diperlukan inovasi
teknologi untuk mendeteksi keberadaan gaharu di dalam pohon penghasil gaharu.
Saat ini teknologi berbasis pengukuran kecepatan rambatan gelombang untuk
mengetahui karasteristik bagian dalam batang pohon atau kayu tersebut telah
berkembang pesat (Gilbert dan Smiley 2004). Prinsip kerja teknologi ini adalah
mengukur dan merekam perbedaan kecepatan transmisi gelombang suara yang
melintasi batang pohon. Secara teoritis teknologi ini sangat potensial untuk
mendeteksi pohon yang mengandung gaharu karena adanya perbedaan kepadatan
antara gubal gaharu dengan kepadatan bagian pohon yang tidak mengandung
gaharu pada batang pohon tersebut. Namun demikian keandalan teknologi tersebut
untuk mendeteksi keberadaan gaharu pada batang pohon Aquilaria microcarpa
belum diketahui.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dirasa perlu melakukan penelitian
mengenai keandalan teknologi sonic tomography sebagai detektor keberadaan
gaharu pada batang pohon Aquilaria microcarpa Baill.

Rumusan Masalah
Keberadaan spesies pohon penghasil gaharu sangat terancam akibat
penebangan yang dilakukan oleh pemburu gaharu tanpa kepastian keberadaan
gaharu dalam batang pohon tersebut. Akibatnya banyak pohon penghasil gaharu
yang “terkorbankan” karena ikut ditebang padahal tidak mengandung gaharu. Di
pihak lain teknologi berbasis pengukuran kecepatan rambatan gelombang suara
dengan menggunakan teknik pencitraan (sonic tomography) diduga berpotensi
untuk mendeteksi keberadaan gaharu di dalam pohon Aquilaria spp. yang masih
berdiri. Namun demikian keandalan teknologi tersebut untuk mendeteksi
keberadaan gaharu belum diketahui. Apabila keberadaan gaharu dapat dideteksi
dengan cara tersebut maka pengelolaan pohon penghasil gaharu dapat sejalan
dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan teknologi sonic tomography
dalam mendeteksi keberadaan gaharu pada batang pohon Aquilaria microcarpa
Baill.

3
Hipotesis
Keberadaan gaharu pada batang pohon Aquilaria spp. dapat dideteksi melalui
aplikasi teknologi berbasis sonic tomography karena adanya perbedaan data
kecepatan rambatan gelombang suara (velocity, v) pada gubal gaharu
dibandingkan dengan kecepatan rambatan suara pada bagian batang pohon yang
tidak mengandung gubal gaharu.

Kerangka Pikiran
Keandalan teknologi sonic tomography dalam mendeteksi keberadaan gaharu
pada batang pohon A. microcarpa dievalusi dengan membandingkan gradasi
kecepatan rambatan gelombang suara pada batang pohon tersebut yang dihasilkan
oleh Picus® Sonic Tomography berupa warna dengan kondisi faktualnya. Apabila
ada keselarasan antara hasil citra tomografi berupa warna dan kondisi internal
batang sebenarnya termasuk dalam hal ada tidaknya gubal gaharu maka dapat
diambil kesimpulan bahwa teknologi sonic tomography dapat diandalkan,
sebaliknya apabila tidak ada korelasi antara hasil citra tomografi dan kondisi
internal batang yang sebenarnya maka teknologi sonic tomography tidak dapat
diandalkan untuk mendeteksi keberadaan gubal gaharu di dalam batang pohon A.
microcarpa. Berdasarkan pemikiran tersebut maka beberapa pohon contoh yang
telah dievaluasi kondisi batangnya dengan Picus® Sonic Tomography ditebang
dan diperiksa kondisi bagian dalam batangnya. Ada tidaknya keselarasan antara
hasil citra tomografi dan kondisi internal batang sebenarnya juga akan didukung
oleh hasil analisis kandungan senyawa kimia dan anatomi kayu contoh yang
diambil dari batang A. microcarpa. Alur pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Gaharu
Gaharu atau gubal (juga sering disebut sebagai aloeswood, englewood,
agarwood) merupakan gumpalan dan padatan aromatik berwarna cokelat muda
sampai cokelat kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam batang pohon
tertentu. Timbulnya gaharu ini bersifat spesifik, tidak semua pohon dapat
menghasilkan substansi aromatik tersebut (Santoso et al. 2011). Sementara itu
berdasarkan SNI 01-5009-1999, gaharu merupakan kayu yang mempunyai bentuk
dan warna yang khas, serta memiliki kandungan damar wangi, berasal dari pohon
penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat infeksi
yang terjadi baik secara alami maupun buatan pada pohon tersebut. Sumarna
(2012), menyatakan bahwa gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon akibat
masuknya mikrob yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Setiap spesies
pohon penghasil gaharu memiliki mikrob spesifik untuk menginduksi penghasilan

4
gaharu dalam jumlah yang besar. Fusarium solani merupakan salah satu fungi
yang digunakan sebagai inokulum.
A. microcarpa (famili Thymelaeaceae) merupakan jenis pohon penghasil
gaharu yang terpenting di Indonesia. Kulit batang berwarna abu-abu keputihan,
pada pohon tua kulit bagian luar jika diraba terasa lunak atau rapuh dan mudah
mengelupas. Kulit batang bagian dalam berwarna putih krem dan kayu gubalnya
berwarna putih. Ranting muda berwarna cokelat terang dan berbulu halus. Buah
kapsul berbentuk menjantung (subcordate), dengan ukuran 8 sampai 16 mm
sampai 10 sampai 15 mm, terdapat 1 sampai 2 biji dalam satu buah. Biji bulat
telur dengan ukuran 6 sampai 4 mm, berbulu tebal berwarna kecokelatan. Daun
tampak agak kaku, berukuran agak kecil atau sedang, berwarna agak hijau tua,
mengkilap dan berbulu dipermukaan, berbentuk elips lonjong, tulang daun
berjumlah 12 sampai 19 pasang (Sumarna 2012), selanjutnya terdapat beberapa
nama daerah untuk jenis Aquilaria microcarpa adalah engkaras, karas, tengkaras
dan garu tulang. Ketinggian pohon mencapai 35 m dengan diameter sekitar 70 cm.
Pohon penghasil gaharu tumbuh pada hutan hujan tropis, mulai dataran rendah
sampai tinggi (