Sumbangan industri kecil menengah terhadap nafkah rumahtangga pedesaan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

SUMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH TERHADAP
NAFKAH RUMAHTANGGA PEDESAAN DI KECAMATAN
CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

NURUL MAGHFIROH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sumbangan Industri
Kecil Menengah Terhadap Nafkah Rumahtangga Pedesaan Di Kecamatan
Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan di Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Nurul Maghfiroh
NIM I34100116

iv

ABSTRAK
NURUL MAGHFIROH. Sumbangan Industri Kecil Menengah Terhadap Nafkah
Rumahtangga Pedesaan Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing
oleh ARYA HADI DHARMAWAN.
Perkembangan industri kecil menengah di Kabupaten Bogor dewasa ini
sudah menjangkau luas ke wilayah pedesaan. Pertanian bagi rumahtangga
pedesaan adalah bagian terpenting sebagai sumber pendapatan, tetapi nampaknya
hal ini tidak lagi terjadi pada rumahtangga di Desa Bojongrangkas dan Desa

Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Strategi dan struktur
nafkah rumahtangga di kedua desa sangat dipengaruhi oleh sektor industri kecil
menengah dan kini menjadi tumpuan baru dalam upaya meningkatkan taraf hidup.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor industri menjadi penyumbang
pendapatan terbesar pada strategi dan struktur nafkah rumahtangga dibanding
sektor lainnya. Strategi nafkah yang banyak di lakukan didominasi oleh sektor
non pertanian dengan aktivitas nafkah utama adalah sebagai pengrajin. Kontribusi
sektor industri pun dirasakan sangat besar pengaruhinya terhadap struktur nafkah
rumahtangga.
Kata Kunci : Industri Kecil Menengah, Rumahtangga, Pedesaan, Strategi Nafkah,
Struktur Nafkah.
NURUL MAGHFIROH. The Contribution Of Small and Medium Scale Industry
To Household Livelihood In Bojongrangkas and Cihideung Udik Villages, Bogor
District, West Java. Supervised by ARYA HADI DHARMAWAN.
Nowadays, the medium and small industry development in Bogor District
is already reaching out to the rural areas. Agriculture for the rural households is
the most important part as a livelihood resources for their income, but it seems
this is no longer the case in either of Bojongrangkas or Cihideung Udik villages.
Livelihood structure and strategy of household in both of villages was influenced
by the existence of medium and small industry and now its become a new source

of income in an effort to increase households welfare. The result of the study
showed that industry sector becomes the largest contribution for income at
livelihood structure and strategy household than other sector. The strategy of
livelihood done by household is dominated by non farm activities with the central
of activities as craftmen. The contribution of industry is also giving big influence
to livelihood structure of household.
Keywords : Medium and Small Industries, Household, Villages, Livelihood
Strategies, Livelihood Structure.

SUMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH TERHADAP
NAFKAH RUMAHTANGGA PEDESAAN DI KECAMATAN
CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

NURUL MAGHFIROH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

Judul Skripsi

Nama
NIM

:

Sumbangan Industri Kecil Menengah Terhadap Nafkah
Rumahtangga Pedesaan Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor.

: Nurul Maghfiroh
: I34100116

Disetujui oleh

Dr Ir Arya Hadi Dharmawan, MSc Agr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

x

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
selalu memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Sumbangan Industri Kecil Menengah
Terhadap Nafkah Rumahtangga Pedesaan Di Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor“. Penulis menyadari bahwa tulisan ini dapat terselesaikan
dengan baik karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orangtua penulis, Bapak Mohamad Inung dan Ibu Faenusah serta
Kakak tercinta Indriyani atas segala kasih sayang yang diberikan serta doa
dan dukungan yang selalu menyertai.
2. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan M.Sc, Agr, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, pemikiran, serta semangat
yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
3. Teman-teman satu bimbingan: Yudhistira Saraswati, Sysilia Trinova, Faris
Rahmadian, dan atas bantuan dan kerjasamanya.
4. Raushan Fikri El Ma’any yang selalu ada untuk memberikan masukan bagi
penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Terimakasih untuk kebersamaannya
selama ini.
5. Karina Mako Oktaviani, Bebby Olivianti, Arini Handayani sahabat yang
selalu memberikan semangat, motivasi dan doa baik suka maupun duka.
6. Seluruh keluarga besar SKPM, para dosen dan staf administrasi yang telah
banyak memberikan pelajaran dan nasehat-nasehat yang berarti bagi penulis.

7. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan SKPM 47 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu-satu, terimakasih telah menjadi bagian dari kehidupan
penulis semasa duduk dibangku kuliah.
8. Keluarga besar Bimbel dan Privat Perisai yang selama ini menjadi tempat
bekerja penulis, terimakasih atas kesempatan untuk bisa bergabung sejak
2013 hingga sekarang semoga menjadi pengalaman yang bermanfaat untuk
kedepannya.
9. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya yaitu para responden
serta staf pemerintahan Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik,
terimakasih saya ucapkan sebesar-besarnya.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca.
Bogor, Juli 2014

Nurul Maghfiroh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xv
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................................... 1
Rumusan Masalah.......................................................................................................... 4
Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 4
Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 5
PENDEKATAN TEORITIS ............................................................................................... 7
Tinjauan Pustaka............................................................................................................ 7
Rumahtangga Pedesaan ............................................................................................ 7
Industri Pedesaan dan Klasifikasinya. ...................................................................... 8
Strategi dan Struktur Nafkah .................................................................................. 10
Kerangka Konseptual .................................................................................................. 13
Hipotesis Penelitian ..................................................................................................... 14
Definisi Operasional .................................................................................................... 15
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 19
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 19
Teknik Penentuan Responden dan Informan ............................................................... 19
Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 20
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................................................... 20
PROFIL LOKASI PENELITIAN ..................................................................................... 23

Kondisi Demografis Lokasi Penelitian ........................................................................ 23
Kondisi Infrastruktur Desa Penelitian ......................................................................... 23
Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat desa penelitian .................................................. 24
Gambaran Umum Industri Kecil Menengah Tas Dan Jaket ........................................ 26
Sejarah Berdirinya Industri ..................................................................................... 26
Jenis Industri Kecil ................................................................................................. 27
Industri Tas Bojongrangkas .................................................................................... 28
Industri Jaket Cihideung Udik ................................................................................ 30
Ikhtisar .................................................................................................................... 30
PEMANFAATAN LIVELIHOOD ASSET ........................................................................ 33
Modal Manusia ............................................................................................................ 33
Kelompok Umur ..................................................................................................... 33
Jenis Kelamin ......................................................................................................... 34
Tingkat Pendidikan ................................................................................................. 34
Alokasi Tenaga Kerja Rumahtangga ...................................................................... 35
Modal Fisik .................................................................................................................. 36

xii

Modal Alam ................................................................................................................. 36

Modal Finansial ........................................................................................................... 37
Kepemilikan Pinjaman ............................................................................................ 37
Kemampuan Menabung .......................................................................................... 37
Modal Sosial ................................................................................................................ 38
Ikhtisar ......................................................................................................................... 39
STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA ..................................................................... 41
Aktivitas Pertanian ....................................................................................................... 41
Aktivitas Non Pertanian ............................................................................................... 41
Bentuk Strategi Nafkah Rumahtangga Pengrajin Tas dan Jaket .................................. 43
Strategi Nafkah Ganda ............................................................................................ 43
Kekerabatan ............................................................................................................ 44
Pertemanan.............................................................................................................. 45
Ikhtisar ......................................................................................................................... 46
TIPOLOGI HUBUNGAN PRODUKSI DAN RANTAI TATA NIAGA INDUSTRI
KECIL MENENGAH ....................................................................................................... 47
Tipologi Hubungan Produksi Pada Industri Tas dan Jaket .......................................... 47
Mandiri skala kecil .................................................................................................. 48
Pengrajin Kecil Sub-Contracting ............................................................................ 48
Analisis Rantai Tata Niaga Industri Kecil Menengah Tas ........................................... 49
Rantai Tata Niaga Industri Tas .................................................................................... 51

Rantai Tata Niaga Industri Jaket .................................................................................. 53
Ikhtisar ......................................................................................................................... 55
STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA ................................................................... 57
Tingkat Pendapatan Pertanian...................................................................................... 57
Tingkat Pendapatan Non pertanian (Industri) .............................................................. 59
Tingkat Pendapatan Total Rumahtangga ..................................................................... 61
Tingkat Pengeluaran Rumahtangga ............................................................................. 62
Saving Capacity Rumahtangga .................................................................................... 63
Persentase Sumbangan Sektor Industri Terhadap Struktur Nafkah ............................. 65
Ikhtisar ......................................................................................................................... 68
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 71
Simpulan ...................................................................................................................... 71
Saran ............................................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 73
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 75
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................. 2

xiii

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7

8
9

10
11
12

13
14
15
16
17

18

19

Jenis dan teknik pengumpulan data
Kondisi demografis Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung
Udik tahun 2013-2014
Data infrastruktur Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung
Udik tahun 2013-2014
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa
Bojongrangks dan Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Jumlah dan profil industri kecil formal dan non formal di
Kabupaten Bogor tahun 2012
Jumlah dan persentase asal tenaga kerja pada industri tas di
Desa Bojongrangkas tahun 2013-2014
Jumlah dan persentase responden menurut asal perolehan bahan
baku pada industri jaket di Desa Cihideung Udik tahun 20132014
Jumlah responden menurut kelompok umur di Desa
Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Jumlah dan persentase responden menurut perbandingan jenis
kelamin di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik
tahun 2013-2014
Jumlah responden menurut tingkat pendidikan di Desa
Bojongrangkas dan Cihideung Udik tahun 2013-2014
Jumlah responden menurut alokasi tenaga kerja di Desa
Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Jenis strategi yang dilakukan oleh pengrajin pada setiap
kategori di Desa Bongrangkas dan Cihideung Udik tahun 20132014
Jumlah pengrajin menurut pemanfaatan modal sosial di Desa
Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Profil pengrajin skala menengah di Desa Bojongrangkas dan
Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Profil pengrajin skala kecil di Desa Bojongrangkas dan Desa
Cihideung Udik tahun 2013-2014
Profil pengrajin sub contracting di Desa Bojongrangkas dan
Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Jumlah dan persentase pengrajin menurut tingkat pendapatan
sektor industri pada tiap kategori di Desa Bojongrangkas dan
Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014.
Tingkat pendapatan industri rumahtangga pengrajin pada tiap
kategori di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik
tahun 2013-2014 (Rp)
Rata-rata pendapatan sektor pertanian dan industri pada
rumahtangga pengrajin di Desa Bojongrangkas dan Cihidieung
Udik tahun 2103-2014 (Rp)

20
23
24
25
28
29
30

33
34

35
36
42

45
46
48
49
59

60

61

xiv

20

21

Jumlah saving capacity pada rumahtangga pengrajin pada tiap
kategori di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik
tahun 2013-2014 (Rp)
Total rata-rata pendapatan sektor pertanian dan industri
pengrajin di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik
tahun 2013-2014 (Rp)

65

65

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8

9

10

11

12

13

14

15

Mobilisasi modal dan sumberdaya manusia (SDM) pedesaan
didua basis nafkah pada mahzab Bogor.
Kerangka konseptual penelitian sumbangan industri kecil
menengah terhadap nafkah rumahtangga pedesaan.
Persentase sebaran mata pancaharian penduduk di Desa
Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Analisis rantai tata niaga pengrajin sub contracting pada
indutri tas di Desa Bojongrangkas tahun 2013-2014
Analisis rantai tata niaga pengrajin skala kecil dan menengah
pada industri tas di Desa Bojongrangkas tahun 2013-2014
Analisis rantai tata niaga pengrajin skala kecil dan menengah
pada industri jaket di Desa Bojongrangkas tahun 2013-2014
Analisis rantai tata niaga pengrajin sub contracting pada
industri jaket Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Persentase pengrajin yang melakukan aktivitas ekonomi
sektor pertanian di Desa Bojongrangkas dan Cihideung Udik
tahun 2013-2014
Rata-rata tingkat pendapatan rumahtangga pengrajin pada
sektor pertanian di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung
Udik tahun 2013-2014
Tingkat pendapatan rumahtangga pengrajin sektor industri
pada tiap kategori di Desa Bojongrangkas dan Desa
Cihideung Udik tahun 2013-2014
Total pendapatan rumahtangga pengrajin sektor industri di
Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik tahun 20132014
Perbandingan rata-rata pendapatan sektor pertanian dan
industri pada rumahtangga pengrajin tiap kategori di Desa
Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik tahun 2013-2014
Tingkat pengeluaran rumahtangga pengrajin tiap kategori di
Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik tahun 20132014
Perbandingan tingkat pendapatan dan pengeluaran
rumahtangga pengrajin di Desa Bojongrangkas dan Desa
Cihideung Udik tahun 2013-2014
Persentase kontribusi sumbangan sektor pertanian dan industri
Desa Bojongrangkas dan Cihideung Udik tahun 2013-2014

12
14
25
50
51
53
54
57

58

60

60

62

64

66

66

xv

16

Total pendapatan perkapita rumahtangga pengrajin industri tas
dan jaket Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik
tahun 2013-2014

67

DAFTAR LAMPIRAN

Denah Lokasi Penelitian

75

Kuesioner

76

Pedoman Wawancara Mendalam

83

Daftar Nama Responden

85

Profil Pemilik Usaha Tas dan Jaket

86

Dokumentasi

87

Riwayat Hidup

88

vii

1

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan
penelitian, dan kegunaan penelitian. Sub bab latar belakang menguraikan
pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini dilakukan, kemudian sub bab
masalah penelitian menguraikan hal-hal yang menjadi masalah penelitian ini. Sub
bab tujuan penelitian menguraikan hal-hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini
sedangkan sub bab kegunaan penelitian menguraikan kegunaan dari penelitian
untuk kalangan akademisi, pembuat kebijakan maupun pembaca pada umumnya.
Berikut uraian dari masing-masing bagian tersebut.

Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat erat kaitannya dengan
pedesaan dan masyarakat desa. Namun pertumbuhan sektor pertanian sangat
lambat, tidak mampu mengimbangi tekanan pertumbungan penduduk serta
permasalahan kemiskinan yang semakin menjadi-jadi. Tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia menurut data BPS Bulan September 2012, mencapai
28.594.600 jiwa atau sekitar 11,66 persen yang tersebar di wilayah perkotaan
sebanyak 10.507.800 jiwa (8,60 persen) dan sebanyak 18.086.900 jiwa (14,70
persen) di pedesaan. Tingginya tingkat kemiskinan di pedesaan disebabkan karena
tenaga kerja tidak dapat diserap secara efektif oleh sektor pertanian. Kebijakan
pembangunan akhirnya diarahkan untuk menggeser penyerapan tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor industri melalui upaya industrialisasi.
Industrialisasi di Indonesia seringkali hanya diartikan sebagai
pembangunan pabrik-pabrik berskala besar di wilayah perkotaan, yang dalam
kenyataannya tidak cukup mampu menyerap tenaga kerja seperti apa yang
diharapkan dari inisiasi awal proses industrialisasi. Hal tersebut didukung
pernyataan Rahardjo (1984) bahwa sejak tahun 1960 sampai tahun 1980 indeks
produktivitas relatif sektor ekonomi di Indonesia menunjukkan bahwa tenaga
kerja yang keluar dari sektor pertanian ternyata tidak ditampung sektor industri
melainkan tertampung di sektor jasa.
Konsep industrialisasi pedesaan akhirnya dikembangkan sebagai upaya
pembangunan. Industrialisasi pedesaan dianggap mampu menyerap tenaga kerja
yang termarjinalisasi dari sektor pertanian di pedesaan melalui pengembangan
industri kecil dan menengah. Hal tersebut juga didasarkan pada kebutuhan
masyarakat yang sudah tidak mampu terpenuhi lagi jika hanya mengandalkan
sektor pertanian saja. Konsep ini juga diaplikasikan dalam bentuk yang berbedabeda di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Menurut Waluyo (2009)
industrialisasi pedesaan seringkali mempunyai dua pengertian yang secara
konseptual berbeda. Pertama, industrialisasi pedesaan yang diartikan dan
diimplementasikan sebagai industri di pedesaan (industry in rural areas).
Industrialisasi pedesaan dalam pengertian pertama diartikan sebagai pembangunan
pabrik-pabrik yang mengambil lokasi di kawasan pedesaan.

2

Pengertian dan bentuk implementasi industrialisasi pedesaan yang kedua
adalah pengembangan industri yang mengandalkan kekuatan utama berupa
sumberdaya yang ada di pedesaan (industry of rural areas), baik sumber daya
alam maupun sumber daya manusia. Pada pengertian industrialisasi pedesaan
yang kedua, industri merupakan kekuatan yang datang dari dalam pedesaan itu
sendiri (indigineous industry). Kemudian sektor industri juga mempunyai andil
yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian negara. Realitas
menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran rakyat negara-negara industri memang
jauh lebih tinggi dari pada negara-negara yang mengandalkan sektor pertanian
(Marijan 2005).
Menurut Pangestu et al. (1996) industrialisasi merupakan proses interaksi
antara pembangunan teknologi, spesialisasi dan perdagangan yang pada akhirnya
mendorong perubahan struktur ekonomi. Oleh karena itu sangat erat kaitannya
antara industrialisasi dengan strategi dan struktur nafkah yang dilakukan oleh
masyarakat. Perkembangan industri kecil dan menengah khususnya menjadi
bagian integral dalam perkembangan perekonomian nasional. Industri kecil
Menengah (IKM) merupakan salah satu segmen industri yang dapat dijadikan
tumpuan dalam penciptaan iklim wirausaha yang dapat menyerap tenaga kerja,
karena memiliki fleksibilitas dan elastisitas yang tinggi (Marijan 2005).
Keuntungan lainnya mengapa industri kecil menengah perlu ditumbuh
kembangkan adalah karena sebagian besar industri kecil dan menengah terletak di
pedesaan sehingga pertumbuhan industri kecil dan menengah akan berdampak
positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah orang
miskin, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di
pedesaan (Simatupang et al. 1994).
Di wilayah Jawa Barat, kota-kota industri mulai berkembang dan
menghasilkan barang-barang hasil produksi yang bermutu dan bernilai jual tinggi.
Kota Bogor merupakan salah satu wilayah perkembangan kegiatan industri,
khususnya kegiatan industri kecil menengah yang banyak dilakukan oleh
masyarakat pedesaan. Sektor industri dan perdagangan sendiri merupakan
penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Bogor dan menjadi penggerak kegiatan
ekonomi lainnya. Dengan nilai investasi mencapai Rp 72.146.000,- dan menyerap
tenaga kerja sebanyak 19.789 jiwa pada tahun 2010 diperkirakan angka tersebut
akan terus meningkat ditahun 2014 ini. Kemudian sumbangan investasi industri
kulit terhadap Kabupaten Bogor mencapai Rp 518.750.000,- dari kategori industri
formal, dan Rp 647.282.670,- dari industri non formal. Hal ini telah mampu
mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak
perkembangan pembangunan daerah, yang juga membuka peluang perluasan
kesempatan kerja bagi masyarakat.
Salah satu produk barang jadi hasil kegiatan industri kecil dan menengah
yang bernilai ekonomi cukup tinggi adalah tas dan jaket. Salah satu daerah
penghasil kerajinan tas dan jaket adalah Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung
Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kedua desa ini sudah banyak
dikenal masyarakat sebagai sentra penghasil tas dan jaket yang cukup besar di
wilayah Kabupaten Bogor. Kemajuan suatu kegiatan usaha industri pada dasarnya
bergantung pada sumber daya manusianya yang terampil. Tanpa adanya SDM
yang baik dan terampil, kegiatan industri tidak akan berjalan.

3

Faktor ini memang sangat dibutuhkan dalam usaha industri terutama
industri kecil menengah yang hanya menggunakan alat-alat sederhana dalam
proses produksinya. Untuk itu sumber daya manusia yang terampil dan terlatih
dalam kegiatan usaha ini sangat amat diperlukan dalam upaya pengembangan
usaha. Pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan industri terhadap mata
pencaharian masyarakat pedesaan menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Bidang industri baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi mata
pencaharian rumahtangga khususnya pada rumahtangga pengrajin. Seperti yang
dikemukakan oleh Sunarjan (1991) bahwa kehadiran industri menyebabkan
perubahan-perubahan di dalam sosial ekonomi misalnya perubahan pemilikan dan
pemanfataan lahan, perubahan profesi dan perubahan tingkat pendapatan
penduduk. Sehingga demikian erat kaitannya dengan konsep strategi nafkah.
Menurut Wasito (2012) strategi nafkah adalah seperangkat pilihan
tindakan dari berbagai alternatif yang ada dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya (baik sumber daya berupa barang atau kegiatan ekonomi maupun dengan
memanfaatkan modal sosial) untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup guna
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Dalam perkembangannya, kegiatan
industri yang memasuki wilayah pedesaan dapat mempengaruhi pola pencarian
nafkah masyarakat. Konsep pola nafkah pedesaan (rural livelihood) menurut
Conway dan Chamber (1992) merupakan suatu pola nafkah ditandai oleh suatu
aliran penghasilan, dari bekerja berburuh dan bekerja sendiri, penghasilan dari
kiriman (asal nafkah di luar desa), umum bagi orang desa mengerjakan suatu
kombinasi beragam aliran nafkah, yang bervariasi antar musim dan antar tahun.
Pola nafkah rumahtangga di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung
Udik dahulu seragam dan didasarkan pada potensi sumber daya alam yang
dimiliki yaitu berbasis pertanian. Hal ini sesuai dengan ciri strategi penghidupan
pedesaan yang dikemukakan oleh Dharmawan (2007) seperti dikutip dalam Tulak
(2009) bahwa “strategi penghidupan (livelihood strategies) pedesaan adalah
strategi penghidupan dan nafkah yang dibangun dan selalu menunjuk pada peran
sektor pertanian”. Namun, dengan hadirnya sektor industri di wilayah pedesaan
seperti di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik, menyebabkan pertanian
bukan lagi satu-satunya sumber mata pencaharian utama masyarakat desa.
Keberagaman sumber nafkah muncul seperti yang dikemukakan Tulak
(2009) bahwa strategi nafkah (livelihood strategies) dalam hal ini dibatasi sebagai
keseluruhan cara atau kegiatan ekonomi yang diambil oleh anggota rumahtangga
sekedar untuk bertahan hidup (survival) dan atau (dalam kondisi memungkinkan)
untuk membuat status kehidupan menjadi lebih baik melalui pemanfaatan
berbagai ragam sumberdaya yang dimiliki. Dengan hadirnya sektor industri
tersebut bagi masyarakat Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik
tampaknya memiliki andil yang cukup besar dalam kehidupan perekonomian
masyarakat. Oleh karena itu penting bagi penulis untuk mengidentifikasi
sumbangan industri kecil menengah terhadap nafkah rumahtangga
pedesaan khususnya pada rumahtangga di Desa Bojongrangkas dan Desa
Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

4

Rumusan Masalah
Rumahtangga dalam upaya mempertahankan kehidupannya, melakukan
berbagai cara dan strategi. Oleh karenanya, rumahtangga mengerjakan berbagai
pekerjaan sebagai bentuk upaya dalam menghasilkan pendapatan rumahtangga.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sumitro (1986) yang dimaksud dengan polapola pencarian nafkah di pedesaan adalah lapangan pekerjaan dengan beragam
status pekerjaan yang dilakukan secara teratur selama setahun yang dikerjakan
oleh penduduk desa dengan memperoleh pendapatan untuk memenuhi biaya
keperluan rumahtangga. Dengan hadirnya perkembangan sektor industri
memberikan lebih banyak pilihan bagi rumahtangga dalam melakukan kegiatan
ekonominya. Sehingga pada akhirnya sektor pertanian tidak lagi menjadi satusatunya sektor utama bagi aktivitas ekonomi rumahtangga, kemudian selanjutnya
pilihan dari berbagai sumber nafkah akan membentuk suatu strategi tertentu. Oleh
karena itu, lebih lanjut dilakukan penelitian mengenai bagaimana strategi
nafkah yang terbentuk pada rumahtangga pengrajin tas dan jaket di lokasi
penelitian?
Perkembangan industri kecil menengah di kedua lokasi penelitian telah
memberikan harapan baru bagi rumahtangga dalam mengembangkan
perekonomian dan juga meningkatkan taraf hidup rumahtangga. Sektor ini dinilai
mampu mendatangkan penghasilan yang lebih tinggi dibanding dengan sektor
pertanian. Dalam melakukan kegiatan industri rumahtangga tentunya memiliki
jenjang usaha yang berbeda-beda, hal tersebut mempengaruhi dalam segi
produktivitas yang mampu dicapai. Perbedaan kategori tersebut selanjutnya akan
mempengaruhi pada tingkat pendapatan yang dihasilkan. Sehingga demikian pada
akhirnya menjadi penting bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana tipologi
hubungan produksi dan rantai tata niaga yang terbentuk pada pengrajin tas
dan jaket di lokasi penelitian?
Dalam kasus rumahtangga pengrajin tas di Desa Bojongrangkas dan
pengrajin jaket di Desa Cihideung Udik, pola-pola nafkah yang diterapkan banyak
didominasi oleh sektor industri kecil menengah yang berkembang di wilayah
tempat tinggal mereka. Namun pilihan berbagai sumber nafkah lain di luar sektor
industri masih tetap ada dan dijadikan salah satu strategi dalam pencarian nafkah.
Konsep strategi nafkah dalam hal ini tidak bisa dipisahkan dengan konsep struktur
nafkah. Dengan mengidentifikasi struktur nafkah, kemudian dapat dianalisis
berapa besar kontribusi sektor industri terhadap total nafkah rumahtangga. Untuk
itu dalam kaitannya dengan struktur nafkah rumahtangga yang menjadi bahan
pertanyaan selanjutnya adalah mengidentifikasi seberapa besar persentase
sumbangan dari sektor industri kecil menengah terhadap struktur nafkah
rumahtangga?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Memaparkan keragaman strategi nafkah yang terbentuk pada rumahtangga
pengrajin tas dan jaket di lokasi penelitian.
Melihat bagaimana tipologi hubungan produksi dan rantai tata niaga yang
terbentuk pada pengrajin tas dan jaket di lokasi penelitian.
Mengidentifikasi persentase sumbangan sektor industri kecil menengah
terhadap struktur nafkah rumahtangga.

5

Manfaat Penelitian
1.

2.

3.

Bagi kalangan akademisi penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan mengenai industri kecil menengah dengan
kaitannya pada strategi dan struktur nafkah rumahtangga.
Bagi masyarakat Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik
diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan
seputar aktivitas ekonomi masyarakat khususnya dalam kegiatan industri
tas dan jaket yang berkembang di wilayah mereka.
Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pihak aparatur terkait dalam upaya meningkatkan potensi lokal
daerah khususnya di wilayah lokasi penelitian.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS

Bab pendekatan teoritis ini terdiri dari tinjauan pustaka, kerangka
pemikiran, hipotesis, definisi konseptual, dan definisi operasional. Tinjauan
pustaka berisi teori-teori dan konsep-konsep dasar yang akan digunakan untuk
menganalisis hasil penelitian. Kerangka pemikiran berisi alur pemikiran logis
dalam penelitian. Hipotesis adalah dugaan sementara dari hasil penelitian. Definisi
konseptual dan definisi operasional berisi variabel-variabel dalam penelitian.
Berikut uraian dari masing-masing bagian tersebut.

Tinjauan Pustaka
Rumahtangga Pedesaan
Rumahtangga menurut Yuliandani (2011) yaitu seorang atau kelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan
umumnya tinggal bersama serta makan bersama dari satu dapur. Dalam pengertian
tersebut rumahtangga dapat diartikan sebagai tempat berbagi sumber penghidupan
bagi orang-orang yang tinggal di dalamnnya. Menurut Mattila dan Wiro (1999),
rumahtangga adalah sebuah grup lebih dari hanya sekedar seorang individu
(meskipun seorang individu dapat juga sebagai rumahtangga), yang melakukan
berbagai aktivitas ekonomi yang diperlukan untuk bertahannya rumahtangga dan
untuk menjaga agar anggota rumahtangga tetap sejahtera.
Dilihat dari segi ekonomi, rumahtangga merupakan sebuah unit analisis
dalam asumsi secara implisit bahwa yang dimaksud adalah sumber nafkah
rumahtangga disatukan, pemasukan dibagikan, dan keputusan dibuat bersama oleh
anggota rumahtangga yang dewasa. BPS (2000), secara umum rumahtangga
diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan
bersama dari satu dapur. Lebih lanjut lagi, Ellis (2000) mengartikan rumahtangga
sebagai tempat di mana ketergantungan sosial dan ekonomi antara kelompok dan
individu terjadi secara teratur. Rumahtangga diartikan sebagai kelompok sosial
yang tinggal di satu tempat, berbagi makanan yang sama, membuat keputusan
bersama mengenai alokasi sumber daya dan pendapatan. Rumahtangga
merupakan unit sosial yang mengikat anggotanya dalam kesatuan sosial dan
ekonomi. Rumahtangga menjalankan strategi nafkah sebagai upaya
mempertahankan kehidupan anggota rumahtangga.
Berdasarkan pengertian dari berbagai ahli tersebut maka dapat
disimpulkan rumahtangga tidak selalu berisi ikatan darah. Rumahtangga bisa juga
berarti sekelompok orang yang berbagi rumah atau tempat tinggal dan berbagi
pendapatan atau seseorang yang tinggal sendiri, keluarga inti, keluarga batih, atau
sekelompok orang yang tidak berhubungan, Marshal (1994) seperti dikutip dalam
Dharmawan (2001). Dalam pengertian tersebut rumahtangga bisa berarti ikatan
darah atau hubungan bukan atas dasar ikatan darah. Sedangkan konsep pedesaan
sendiri berbeda dengan desa (village), pedesaan lebih sering dikenal dengan istilah

8

rural. Kemudian lebih lanjut Raharjo (2004) menyatakan bahwa konsep rural
lebih menunjuk pada karakteristik masyarakatnya, sedangkan konsep village lebih
mengacu pada suatu unit teritorial. Pernyataan lain menurut Raharjo (2004)
kriteria yang umum digunakan sebagai kriteria pedesaan adalah pertanian.
Suatu daerah pedesaan adalah suatu lingkungan yang penduduknya hidup
dari atau tergantung pada pertanian. Senada dengan hal tersebut, meskipun tidak
seluruh desa bergantung pada pertanian, pengertian desa juga banyak
diasosiasikan dengan pertanian, misalnya pernyataan Bergel (1955) seperti dikutip
dalam Raharjo (2004) bahwa salah satu pengertian desa adalah setiap pemukiman
para petani, terlepas dari ukuran besar-kecilnya. Maka yang dimaksud dengan
rumahtangga pedesaan adalah seorang atau kelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik yang dimana berada di wilayah pedesaan
dengan karakteristik yang bercirikan tradisional dan merujuk pada sektor
pertanian sebagai sumber penghidupannya.
Industri Pedesaan dan Klasifikasinya.
Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas
sumber-sumber tenaga non hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa.
Meskipun definisi ini terasa sangat membatasi, industrialisasi tidak hanya terdapat
pada pabrik atau manufaktur tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian
tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non hayati) demikian
pula dengan transportasi dan komunikasi. Sedangkan menurut Sastrosoenarto
(2006) mengartikan industrialisasi sebagai “proses membangun masyarakat
industri yang luas. Industrialisasi di Indonesia harus mengandung makna
transformasi masyarakat menuju masyarakat sejahtera yang maju secara struktural
maupun kultur”. Kemudian industrialisasi pedesaan pada mulanya ditawarkan
oleh Sayogyo dan Tambunan (1990) sebagai upaya industrialisasi untuk
melakukan transformasi masyarakat pertanian pedesaan ke arah masyarakat
industrial.
Tambunan (1993) lebih lanjut menyatakan bahwa industrialisasi
pedesaan memiliki peranan penting dalam pembentukan organisasi sosial yang
bersifat industrial. Pendapat lain yaitu menurut Waluyo (2009) industrialisasi
pedesaan seringkali mempunyai dua pengertian yang secara konseptual berbeda.
Pertama, industrialisasi pedesaan yang diartikan dan diimplementasikan sebagai
industri di pedesaan (industry in rural areas). Industrialisasi pedesaan dalam
pengertian pertama diartikan sebagai pembangunan pabrik-pabrik yang
mengambil lokasi di kawasan pedesaan. Pengertian dan bentuk implementasi
industrialisasi pedesaan yang kedua adalah pengembangan industri yang
mengandalkan kekuatan utama berupa sumber daya yang ada di pedesaan
(industry of rural areas), baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Pada pengertian industrialisasi pedesaan yang kedua, industri merupakan kekuatan
yang datang dari dalam pedesaan itu sendiri (indigineous industry).
Konsep industrialisasi pedesaan ditawarkan oleh Sayogyo dan Tambunan
(1990) berlandaskan pada pemikiran bahwa industrialisasi pedesaan memiliki
keunggulan tertentu, yaitu (1) mampu memacu pertumbuhan ekonomi; (2)
berfungsi sebagai alat pemerataan; (3) mampu mengatasi ketimpangan struktur
industri besar, sedang, dan kecil; (4) mampu menciptakan struktur ekonomi
pedesaan yang menarik investasi; (5) memiliki sejumlah keunggulan, misalnya

9

tidak memerlukan perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota sehingga tidak
menimbulkan permasalahan pemukiman, tidak memerlukan prasarana modern
berskala besar, padat modal dan mahal, memberikan waktu pada masyarakat
tradisional pedesaan untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan kegiatan luar
pertanian dalam waktu yang lama, menghasilkan produk dengan “muatan lokal”
tinggi dan sesuai dengan pola kebutuhan maupun selera masyarakat lapisan
bawah, memberikan peluang pengembangan badan usaha yang sifat
kekeluargaannya tinggi menjadi koperasi atau paguyuban dan memberi harga diri
pada masyarakat pedesaan; (6) mampu memberikan alternatif jalan keluar
masalah penyempitan lapangan kerja bagi wanita pedesaan; dan (7) mampu
menghubungkan industri besar padat modal dan modern dengan industri yang
menggunakan bahan baku lokal dan padat kerja.
Kegiatan industri dalam kehidupan ekonomi masyarakat sekarang ini
semakin pesat perkembangannya. Kebijakan pembangunan yang berbasis
peningkatan perekonomian mengakibatkan sektor pertanian cenderung diabaikan
dan lebih menitik beratkan pada sektor industri. Menurut UU No. 5 Tahun 1984
tentang perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri. Dari definisi tersebut, istilah industri sering
disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal pengertian industri
sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi
yang sifatnya produktif dan komersial, karena industri merupakan kegiatan
ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap
negara atau daerah.
Kegiatan industri juga dapat dijadikan sebagai sumber nafkah lain di luar
sektor pertanian, dimana diketahui sebagian besar mata pancaharian masyarakat
indonesia adalah dalam sektor pertanian. Tetapi di era globalisasi yang sudah
semakin canggih ini, pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian sudah tidak
mampu lagi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat pedesaan. Untuk
itu hadirnya sektor industri membawa angin segar pada masyarakat untuk
membangun usaha dalam upaya mencari pendapatan. Seperti dipaparkan oleh
Rahardjo (1984) terdapat alasan-alasan yang lebih rasional mengapa sektor
industri dianggap lebih penting untuk dikembangkan, pertama karena penanaman
modal di sektor pertanian dinilai kurang menguntungkan. Kedua, sektor pertanian
juga dianggap lambat pertumbuhannya bahkan berkecenderungan stagnan,
diantara lain disebabkan karena terdapatnya hambatan sosial dan institutional
yang sulit diubah, setidak-tidaknya dalam tempo cepat.
Kegiatan industri dalam penerapannya sangatlah beragam, diantaranya
adalah kegiatan industri kecil menengah yang sekarang ini banyak dilakukan oleh
masyarakat. Menurut Tambunan (1993), industri kecil adalah usaha produktif di
luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama ataupun
sampingan. Industri kecil menengah juga dapat dikatakan suatu kegiatan industri
dengan modal dan jumlah tenaga yang relatif kecil serta penggunan alat-alat yang
sederhana. Sebagaimana di negara-negara yang sedang dalam proses merombak
struktur ekonominya menjadi berbasiskan industri, tidak semua industri yang ada
itu merupakan industri besar. Sampai tahun 2000-an, kelompok industri yang
terkategori mikro, kecil dan menengah tergolong yang paling besar dan

10

mendominasi struktur industri di Indonesia (Marijan 2005). Berdasarkan jumlah
tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibagi diantaranya:
a. Industri Rumahtangga
Industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri
ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumahtangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri Kecil
Industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal
dari lingkungan sekitar atau masih terdapat hubungan saudara. Seperti contoh:
industri genteng, industri batu bata, dan industri pengolahan rotan kulit.
c. Industri Sedang
Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri
Industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu dan pemimpin perusahaan memiliki
kemampuan tertentu. Misalnya: industri konveksi, border dan industri
keramik.
d. Industri Besar
Industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar
adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan
pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and
proper test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan
industri pesawat terbang.
Kemudian bila didasarkan pada lokasi tempat industri itu berada dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Industri Perkotaan
Industri yang terletak dalam jarak yang dekat dengan daerah metropolitan
atau kota yang besar. Adanya kepadatan penduduk yang cukup tinggi di kota
metropolitan atau kota besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga
kerja bagi industri tersebut.
b. Industri Semi perkotaan
Kawasan industri yang terletak di wilayah sekitar kabupaten (diantara daerah
perkotaan dan kecamatan).
c. Industri Pedesaan
Kawasan industri yang terletak di kecamatan yang penduduknya cukup besar.
Strategi dan Struktur Nafkah
Nafkah dapat dimaknai sebagai strategi penghidupan untuk
mempertahankan keberlangsungan kehidupan seseorang atau rumahtangga.
Penghidupan melingkupi berbagai cara yang dilakukan setiap orang untuk
menghimpun dan memperoleh penghasilan, termasuk kapasitas mereka, aset apa
yang dapat dihitung, seperti ketersediaan dan sumber daya, serta aset yang tidak
dapat dihitung seperti klaim dan akses. Konsep nafkah memiliki arti sebagai cara
hidup. Konsep ini biasanya disejajarkan dengan konsep livelihood (mata
pencaharian). Dharmawan (2006) memberikan penjelasan bahwa livelihood

11

memiliki pengertian yang lebih luas dari pada sekedar means of living yang
bermakna secara sempit sebagai mata pencaharian saja. Nafkah selain itu juga
dipaparkan oleh Ellis (2000) sepeti dikutip dalam Scoones (1998) bahwa
livelihood meliputi aset (modal alam, modal fisik, modal sumber daya manusia,
modal finansial, dan modal sosial), aktivitas dan akses terhadap aset-aset tersebut
yang dikombinasikan untuk menentukan kehidupan bagi individu maupun
rumahtangga. Lima tipe modal atau yang biasa disebut sebagai (livelihood asset),
yakni:
1. Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan
dan keahlian yang dimiliki dan kesehatannya.
2. Modal alam yang meliputi segala sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk keberlangsungan hidupnya, seperti air, tanah. udara, hutan,
dan sebagainya.
3. Modal sosial yaitu berupa jaringan sosial dan lembaga dimana seseorang
berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya.
4. Modal finansial yaitu berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa
diakses untuk keperluan produksi dan konsumsi.
5. Modal fisik yaitu modal yang berbentuk infrastruktur dasar seperti gedung,
jalan dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut ada beberapa poin penting yang
menyangkut livelihood yaitu: kapabilitas, aset, dan aktivitas sebagai sarana
menjalani kehidupan yang berkelanjutan. Selain itu, Widodo (2011) juga
menjelaskan bahwa strategi nafkah adalah aspek pilihan atas beberapa sumber
nafkah yang ada di sekitar masyarakat. Tetapi dalam sosiologi nafkah, pengertian
strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi
kehidupan) daripada means of living strategy (strategi cara hidup). Livelihood
strategy sering kali disamakan dengan strategi nafkah, tetapi sebenarnya dimaknai
lebih besar daripada sekedar aktivitas mencari nafkah saja. Definisi lain dari
strategi nafkah menurut Dharmawan (2006) adalah taktik dan aksi yang dibangun
oleh individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi
infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Strategi
nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga tertentu dapat berubah-ubah, hal
tersebut tergantung pada stabilitas kondisi yang dihadapi oleh rumahtangga.
Saat mengalami kondisi normal dan saat kondisi krisis pastilah memiliki
perbedaan, kembali pada sikap yang diambil oleh rumah tangga untuk
menghadapinya. Bentuk-bentuk strategi nafkah sangat beragam dan tentunya
berbeda-beda antara satu rumahtangga dengan rumah tangga lainnya sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Purnomo (2006) menyatakan bahwa strategi
nafkah mempresentasikan serangkaian pilihan penggunaan sumber daya nafkah
dan aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga untuk mencapai tujuan
kesejahteraan sosial dan ekonomi rumahtangga.
Tulak (2009) juga menyebutkan hal yang serupa, bahwa setiap rumahtangga
dapat meningkatkan derajat kesejahteraannya dengan menerapkan berbagai
strategi nafkah bertumpu pada sumberdaya yang dimiliki. Peralihan sumber mata
pancaharian dari sektor pertanian ke non pertanian mulai banyak dilakukan oleh
masyarakat di desa penelitian, sebagai upaya mempertahankan hidup pada kondisi
ekonomi yang serba meningkat ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Dharmawan (2007) peralihan sumber penghidupan dari sektor pertanian ke sektor

12

non pertanian menyebabkan terjadinya siklus perputaran modal dan asset, terlihat
seperti dalam gambar berikut ini :

Basis nafkah Sektor
pertanian
Modal & SDM

Basis nafkah Sektor
non pertanian

Modal & SDM

Strategi nafkah
ekstentifikasi, intensifikasi,
buruh tani, share
cropping, pekerja anak,
dan wanita di pertanian

Strategi
Nafkah
Ganda dan
Migrasi

Strategi nafkah sektor
informal, pedagang kecil
industri pedesaan, industri
hasil pertanian, pengrajin,
buruh.

Sumber: Dharmawan (2007)
Gambar 1 Mobilisasi modal dan sumber daya manusia (SDM) pedesaan di dua
basis nafkah pada mahzab Bogor.
Konsep pola nafkah pedesaan (rural livelihood) menurut Conway dan
Chambers (1992) merupakan suatu pola nafkah ditandai oleh suatu aliran
penghasilan dari bekerja sebagai buruh, bekerja sendiri, penghasilan dari kiriman
(asal nafkah luar desa) yang berasal dari anggota keluarga yang melakukan
migrasi atau yang bertempat tinggal di luar desa, umumnya bagi orang desa suatu
kombinasi beragam aliran itu yang bervariasi antar musim dan tahun.
Pola nafkah tersebut dikatakan sudah “mencukupi” jika keluarga terhindar
dari “kemiskinan” lebih baik lagi jika pola na

Dokumen yang terkait

Perananan Koperasi Serba Usaha (KSU) Mangarahon Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

7 78 78

Karakteristik Pengusaha Industri Kecil Besi Beghel di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

0 18 142

Pekerja Anak-Anak di Pedesaan (Peranan dan Dampak Anak Bekerja pada Rumahtangga Industri Kecil Sandal : Studi Kasus di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 19 120

Industri Kecil dan Rumahtangga, Tinjauan terhadap Karakteristik dan Idealisasinya sebagai Agen Pembaru di Pedesaan (Studi Kasus Desa Cikeas, Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 154

Peranan Industri Kecil dalam Perluasan Kesempatan Kerja di Pedesaan (Kasus Industri Kecil Batako, di Desa Cigombong Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor)

0 11 98

Aksessibilitas dan Partisipasi Industri Kecil dan Rumahtangga pada Sumber Pembiayaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Usaha dan Kesejahteraan Rumahtangga di Kabupaten Bogor Jawa Barat

1 33 262

Pola Konsumsi Energi pada Industri Kecil Tahu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Studi Kasus : Industri Kecil Tahu di Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Cibungbulang)

3 28 128

Industrialisasi Pedesaan dan Struktur Nafkah Rumahtangga Pedesaan di Desa Lerep Kabupaten Semarang Jawa Tengah

0 12 310

Peranan modal sosial dalam industri kecil tas di Desa Rojong Rangkas Kecamatan Ciampea- Bogor

0 3 77

Pola Strategi Nafkah Rumahtangga di Kawasan Rentan Banjir Pedesaan (Kasus Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat)

0 17 122