Peranan modal sosial dalam industri kecil tas di Desa Rojong Rangkas Kecamatan Ciampea- Bogor

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM INDUSTRI KECIL TAS
DI DESA BOJONG RANGKAS KECAMATAN CIAMPEABOGOR

PUTRI NURGANDINI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Modal Sosial
dalam Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea-Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Putri Nurgandini
NIM I34100039

ABSTRAK

PUTRI NURGANDINI. Peranan Modal Sosial dalam Industri Kecil Tas di Desa
Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea-Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P.
LUBIS.
Industri kecil merupakan salah satu industri yang paling berkembang di
pedesaan saat ini sebagai matapencaharian masyarakat desa. Industri kecil
membutuhkan sumberdaya manusia dalam modal utamanya menjalankan usaha.
Hal itulah, yang menunjukkan perlu adanya peranan modal sosial dalam
pengembangan industri kecil di pedesaan. Unsur-unsur modal sosial dalam
industri kecil berupa kepercayaan, jaringan, dan norma yang saling terkait satu
sama lain demi mencapai keberhasilan usaha di industri kecil tas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemanfaatan modal sosial di industri kecil tas sudah baik
karena termasuk kategori sedang, terdapat hubungan antara karakteristik individu

dan budaya dalam pemanfaatan modal sosial di industri kecil tas, serta terdapat
hubungan modal sosial dalam keberhasilan usaha di industri kecil tas.
Kata kunci : industri kecil, modal Sosial, unsur modal Sosial, keberhasilan usaha

ABSTRACT

PUTRI NURGANDINI. The Role of Social Capital in Small Industrial Bags in
the village of Bojong Rangkas Ciampea Subdistrict-Bogor. Supervised by
DJUARA P. LUBIS.
Small industry is one of the most developed industries in the rural area this
time as a rural livelihood. Small industries in need of human resources in its
capital to run the business. That is, indicating the need for the role of social capital
in the development of small industries in rural areas. The elements of social
capital form of believe, are the networks, and norms that are interrelated each
other to achieve the success of businesses in small industrial bags. The result
showed that the utilization of social capital in small industrial bags is good
because in the category of being, there is a relationship between the individual
characteristics and culture in the utilization of social capital in small bags, and
there are relationship of social capital in the success of businesses in small
industrial bags.


Keywords: small industry, social capital, elements of the social capital, the
success of businesses

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM INDUSTRI KECIL TAS
DI DESA BOJONG RANGKAS KECAMATAN CIAMPEABOGOR

PUTRI NURGANDINI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Peranan Modal Sosial dalam Industri Kecil Tas di Desa Bojong
Rangkas Kecamatan Ciampea-Bogor
Nama
: Putri Nurgandini
NIM
: I34100039

Disetujui oleh

Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Industri Kecil
Tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea, Bogor” dengan baik. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr Ir Djuara P Lubis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak arahan, saran, dan masukan selama proses penulisan
hingga penyelesaian skripsi ini
2. Dr Anna Fatchiya, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberi masukan selama kuliah
3. Ayahanda Tisna Suganda, ibunda Rohmah Insani yang selalu berdoa, memberi
dukungan semangat, material, dan mencurahkan kasih sayang yang tiada henti
untuk penulis
4. Bapak Torkis Lubis sekeluarga dan rekan-rekannya yang telah banyak
membantu penulis secara materi dalam menyelesaikan kuliahnya selama di IPB
5. Fingki Ardiansyah yang telah membantu dalam proses skripsi, menjadi teman

berdiskusi dan bertukar opini menemani penulis dalam suka dan duka saat
menyelesaikan skripsi ini
6. Teman-teman KPM 47: Yudhistira Saraswati, Dwi Izmi Handayani, Sakinah
Siregar, Gebyar Trisula Pinandita, Fadhianisa Pratiwi, Saliz Rizka, Anggi
Pratama, dan Saefihim atas senantiasa memberi semangat, teman berdiskusi,
saling mengingatkan dan memberi dukungan selama kuliah di IPB
7. Tiffany Nisa Arviyani yang telah menjadi sahabat dan teman kamar saat suka
dan duka selama kuliah di IPB
8. Seluruh responden maupun informan atas kerjasamanya
9. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami lebih jauh tentang modal sosial di industri kecil.

Bogor, Agustus 2014

Putri Nurgandini
NIM. I34100039

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL .................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ............................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang ................................................... Error! Bookmark not defined.
Perumusan Masalah ............................................ Error! Bookmark not defined.
Tujuan Penelitian ................................................ Error! Bookmark not defined.
Kegunaan Penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined.
PENDEKATAN TEORITIS ................................................................................... 4
Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 4
Industri kecil dan perkembangannya ............................................................... 4
Karakteritik individu ........................................................................................ 5
Faktor budaya .................................................................................................. 6
Modal sosial ..................................................................................................... 7
Unsur-unsur modal sosial ................................................................................ 8
Keberhasilan usaha industri ............................................................................. 9
Pemanfaatan modal sosial dalam keberhasilan industri kecil ........................ 10
Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 12
Hipotesis ............................................................................................................ 13

Definisi Operasional .......................................................................................... 13
PENDEKATAN LAPANGAN ............................................................................. 17
Metode Penelitian .............................................................................................. 17
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 17
Teknik Sampling dan Pengambilan Data .......................................................... 17
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 18
Validitas dan Reabilitas ..................................................................................... 19
DESKRIPSI UMUM ............................................................................................. 21
Kondisi Umum Desa Bojong Rangkas .............................................................. 21
Kondisi Geografis .......................................................................................... 21
Kondisi Demografis ....................................................................................... 22
Kondisi Fisik .................................................................................................. 23
Gambaran Umum Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas ................. Error!
Bookmark not defined.
Usia/Umur....................................................... Error! Bookmark not defined.
Tingkat Pendidikan ........................................................................................ 25
Motivasi Wirausaha ....................................................................................... 26
Keahlian ......................................................................................................... 27
Faktor Budaya ................................................................................................... 28
KERAGAAN MODAL SOSIAL USAHA INDUSTRI KECIL TAS DI DESA

BOJONG RANGKAS DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN .................... 31
Keragaan Modal Sosial ..................................................................................... 31
Kepercayaan................................................................................................... 31
Jaringan .......................................................................................................... 33

Norma ............................................................................................................ 35
Modal Sosial .................................................................................................. 37
Hubungan Karakteristik Individu dan Modal Sosial ......................................... 38
Usia ................................................................................................................ 39
Tingkat Pendidikan ........................................................................................ 40
Motivasi ......................................................................................................... 40
Keahlian ......................................................................................................... 41
Hubungan Faktor Budaya dan Modal Sosial ..................................................... 42
KERAGAAN INDUSTRI KECIL TAS DI DESA BOJONG RANGKAS DAN
HUBUNGANNYA DENGAN MODAL SOSIAL ............................................... 44
Keragaan Usaha Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas .......................... 44
Tingkat Keuntungan ...................................................................................... 45
Tingkat Produktivitas ..................................................................................... 45
Skala Usaha.................................................................................................... 46
Hubungan Keragaan Industri Kecil Tas dan Modal Sosial ............................... 47

Kepercayaan................................................................................................... 48
Jaringan .......................................................................................................... 49
Norma ............................................................................................................ 50
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 51
Simpulan ............................................................................................................ 51
Saran ................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 67

ix

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Pemanfaatan modal sosial pada setiap jenis usaha
Luas lahan menurut penggunaannya di Desa Bojong Rangka tahun
2013
Jarak dari kantor Desa Bojong Rangkas ke Ibukota Kecamatan,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Ibukota Negara
Jumlah dan presentase penduduk menurut jenis kelamin penduduk
di Desa Bojong Rangkas tahun 2013
Jumlah dan persentase kepala keluarga menurut tingkat pendidikan
di Desa Bojong Rangkas pada tahun 2013
Jumlah sarana dan prasarana di Desa Bojong Rangkas tahun 2013
Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik individu
pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat nilai
kebersamaan di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepercayaan
pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat jaringan
pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat ketaatan norma
pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal sosial
pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Korelasi antara karakteristik individu dengan modal sosial
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan
usaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keuntungan
pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat produktivitas
pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat skala usaha
pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014
Korelasi antara modal sosial dengan keberhasilan usaha

12
21
23
24
25
25
27
31
34
36
38
39
40
45
46
47
47
48

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
6

Peta Lokasi Penelitian
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Datar Responden Penelitian
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil Pengolahan Data Rank Spearman
Hasil Wawancara Mendalam
Dokumentasi

59
60
61
62
64
67
71

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri merupakan salah satu sektor yang berkembang di pedesaan setelah
pertanian. Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan
atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dibedakan menjadi: 1) industri rumah
tangga (karyawan 1-4 orang), 2) industri kecil (karyawan 5-19 orang), 3) industri
sedang/menengah (karyawan 100 orang atau lebih). Industri kecil merupakan
sektor industri yang paling banyak berkembang di pedesaan karena banyak
menyerap tenaga kerja di pedesaan. Data BPS tahun 2012 yang dikutip oleh
Ratnasari dan Kirwani (2012) menyatakan bahwa sekitar 61.57 % dari tenaga
kerja di Indonesia diserap oleh sektor Industri Kecil Menengah (IKM). Menurut
Tambunan (1999) sedikitnya setengah dari para penganggur baru diserap oleh
sektor informal, industri kecil dan rumah-tangga lainnya.
Industri kecil pun semakin berkembang di pedesaan seiring dengan
bergesernya matapencaharian utama masyarakat desa dari off farm ke non farm.
Industri kecil merupakan ekonomi kerakyatan yang sama dengan pertanian yang
syarat dengan penguatan modal sosial. Keberhasilan industri kecil juga diperoleh
dengan adanya penguatan modal sosial. Kepercayaan, jaringan, dan norma-norma
yang mengatur merupakan unsur-unsur yang disebut modal sosial. Putnam (1993)
mengatakan modal sosial adalah bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan,
jaringan dan norma, yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan
memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Modal sosial akan mendorong para pelaku
di industri kecil untuk saling bekerjasama dalam mencapai keberhasilan industri.
Menurut Coleman (1999) modal sosial merupakan kemampuan masyarakat
untuk bekerja sama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, didalam berbagai
kelompok dan organisasi. Pengertian itu mengungkapkan bahwa modal sosial
berhubungan dengan karakteristik yang ada pada masing-masing individu untuk
saling melakukan kerjasama. Penelitian Humaira (2011) menunjukkan adanya
pengaruh nilai-nilai di dalam diri individu seperti kapasitas individu dan motivasi
dalam wirausaha yang semakin meningkatkan kegiatan sosial untuk menguatkan
peranan modal sosial dalam kegiatan wirausaha. Selain itu, modal sosial juga
berhubungan dengan budaya di masyarakatnya. Menurut Kahne dan Baeily yang
dikutip oleh Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (2008) mengungkapkan
modal sosial dengan karakteristik ikatan yang kuat dalam suatu sistem
kemasyarakatan. Hal itu dikarenakan sistem kemasyarakatan (budaya)
dimasyarakatnya merupakan makna bersama sehingga dapat mengarahkan
perilaku masyaraktnya sesuai budayanya.
Modal sosial berupa unsur-unsur yang mempunyai peran dalam
mempengaruhi keberhasilan indutri kecil. Kepercayaan merupakan salah satu
unsur yang sangat penting dalam membangun suatu hubungan karena bersifat
timbal balik. Simmel yang dikutip oleh Lawang (2004) menyatakan tanpa adanya
saling percaya yang merata antara satu orang dengan orang lainnya, masyarakat

2

akan disintegratif. Selain itu, jaringan berfungsi sebagai media informasi. Jaringan
informasi menghubungkan setiap stakeholder di sektor industri kecil untuk
mengetahui informasi yang berhubungan dengan masalah ataupun peluang yang
berhubungan dengan kegiatan industri. Anderson et al yang dikutip oleh Lawang
(2004) mengungkapkan bahwa fungsi koorditatif, fungsi katalisator, fungsi akses
atau fungsi informasi jaringan sosial terhadap keberhasilan suatu industri
produktif tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Begitu juga norma terbentuk
karena adanya kewajiban dan kebiasaan yang berlangsung lama. Blau yang
dikutip oleh Field (2000) mengatakan kalau dari beberapa kali pertukaran prinsip
saling menguntungkan dipegang teguh yang memunculkan norma dalam bentuk
kewajiban sosial.
Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat merupakan desa yang akan menjadi lokasi penelitian. Terdapat banyak
industri kerajinan tas yang berada di rumah-rumah penduduk hingga
menghasilkan berbagai macam model, jenis dan ukuran tas. Industri kecil tas yang
ada semakin berkembang. Hal itu terlihat dari hasil produksi tas di pasarkan ke
berbagai daerah termasuk eksport ke luar negri. Para pekerja yang ada juga
berasal dari masyarakat sekitar dan menjadi matapencaharian utama
masyarakatnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan karena melihat
keberhasilan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea yang
menjadi matapencaharian masyarakat lokalnya.

Perumusan Masalah
Keberhasilan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan
Ciampea Kabupaten Bogor, terlihat dari pemasaran produksi tasnya dan jumlah
industri kecil tas yang semakin banyak. Hasil tas yang ada dipasarkan sampai ke
wilayah jabodetabek, daerah lain bahkan sampai eksport ke luar negri.
Perkembangan industri kecil di Desa Bojong Rangkas itu pun tidak terlepas dari
peran masyarakat lokal di Desa Bojong Rangkas sebagai pengrajin yang membuat
tasnya dan saling bekerjasama dengan pengusaha industri kecil tasnya. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan utama
penelitian yakni bagaimana peranan modal sosial dalam keberhasilan industri
kecil tas di Desa Bojong Rangkas. Sehubungan dengan masalah khusus dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana bentuk modal sosial dalam industri kerajinan tas yang dilakukan
oleh pelaku-pelaku industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas?
2. Bagaimana hubungan faktor karakteristik individu dan budaya dalam modal
sosial pada industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas?
3. Sejauhmana hubungan modal sosial dalam keberhasilan industri kerajinan
tas di Desa Bojong Rangkas?

3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan bentuk modal sosial dalam industri kerajinan tas di Desa
Bojong Rangkas.
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan budaya dalam modal
sosial di industri kecil tas Desa Bojong Rangkas.
3. Menganalisis hubungan modal sosial dalam keberhasilan industri industri
kecil tas di Desa Bojong Rangkas.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang
berminat maupun yang terkait dengan peranan modal sosia sebagai berikut:
1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji
secara ilmiah mengenai peran modal sosial dalam pengembangan industri
kecil di pedesaan.
2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengkaji peran modal
sosial dalam pengembangan industri kecil di pedesaan.
3. Acuan dalam pelaksanaan industri kecil dengan peran modal sosial di
pedesaan bagi kalangan non akademisi, seperti masyarakat, swasta, dan
pemerintah.

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Industri kecil dan perkembangannya
Pengertian industri kecil menurut BPS (2013) adalah suatu unit (kesatuan)
industri yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau
jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan
administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang
atau lebih yang bertanggung jawab atas industri tersebut dengan jumlah pekerja
paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha industri.
Tambunan (2009) menyatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan industri yang
dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota
keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Berdasarkan konsepkonsep tersebut, suatu industri dikatakan indutri kecil jika industri yang dilakukan
berskala kecil dan rumah tangga yang hanya mempunyai sedikit pekerja
berasaskan kekeluargaan untuk menambahkan pendapatan keluarga.
Tambunan yang dikutip oleh Rejekiningsih (2004) menyatakan bahwa
industri kecil memiliki kekuatan-kekuatan diantaranya: padat karya, produk
sederhana, produk-produknya bernuansa kultur seperti kerajinan dari bambu dan
rotan atau ukir-ukiran kayu, agricultural based, dan modal kerja berasal dari uang
sendiri atau pinjaman dari sumber informal. Begitupun Kuncoro yang dikutip oleh
Rejekiningsih (2004) menyatakan karakteristik keragaman industri kecil seperti:
teknologi yang dipakai masih tradisional dan sistem keuangannya yang masih
sederhana. Industri kecil merupakan industri yang membantu pemerintah dalam
penyerapan sektor tenaga kerja karena jenis industrinya yang masih lebih
menggunakan tenaga kerja manusia daripada teknologi. Selain itu, jumlah industri
kecil yang banyak dan lokasinya menyebar luas di seluruh daerah baik pedesaan
maupun perkotaan karena skala industri yang kecil dan tidak sulit untuk
memulainya sesuai kreatifitas yang dimiliki.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan membuat batasan industri kecil
adalah bagian dari industri nasional yang mempunyai misi utama menyerap
tenaga kerja dan memperluas kesempatan kerja berusah, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dan penyediaan barang dan jasa serta berbagai
komponen baik untuk keperluan dasar dalam negeri maupun luar negeri.
Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(2001) yaitu sebagai berikut:
1. Industri kecil pangan yang meliputi makanan ringan.
2. Industri kecil kimia, agro non pangan dan hasil hutan yang meliputi minyak
atsiri, industri kayu, dan industri komponen karet.
3. Industri kecil ringan, mesin dan elektronik yang meliputi industri
pengelolaan logam, industri komponen, dan suku cadang.
4. Industri kecil disandang, kulit, meliputi industri barang dan kulit.
5. Industri kerajinan dan umum, meliputi industri kerajinan ukiran.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2001) juga membedakan
kategori-kategori industri kecil sebagai berikut:
1. Industri kecil modern

5

Menurut Deperindag, yang meliputi industri kecil modern adalah yang:
a. Menggunakan teknologi proses madya (intermediate process
technologies).
b. Menggunakan skala produksi terbatas.
c. Tergantung pada dukungan litbang dan industri- industri perekayasaan
(industri besar).
d. Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah dan
dengan sistem pemasaran domestic dan ekspor.
e. Menggunakan mesin khusus alat perlengkapan modal lainnya.
f. Menggunakan mesin khusus alat perlengkapan modal lainnya.
Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa industri kecil modern
mempunyai akses yang sangat lebih baik daripada industri kecil tradisional dan
industri kerajinan kecil dari segi modal, teknologi dan pemasaran yang lebih
berkembang.
2. Industri kecil tradisional
Industri kecil tradisional memiliki ciri-ciri:
a. Teknologi proses yang digunakan secara sederhana.
b. Mesin yang digunakan dan alat penangkapan modal relatif lebih
sederhana.
c. Lokasi di daerah pedesaan.
d. Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan langsungnya yang
berdekatan terbatas.
3. Industri kerajinan kecil
Industri kerajinan kecil meliputi berbagai industri kecil yang sangat
beragam mulai industri kecil yang menggunakan teknologi sederhana
sampai teknologi proses madya bahkan teknologi maju. Selain itu,
berpotensi untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan kesempatan
memperoleh pendapatan bagi kelompok-kelompok yang berpendapatan
rendah terutama di pedesaan. Industri kerajinan kecil juga didorong atas
landasan budaya yakni mengingat peranan pentingnya dalam pelestarian
warisan budaya Indonesia.
Karakteritik individu
Penelitian Maupa yang dikutip oleh Munizu (2010) menunjukkan
karakteristik individu manajer/pemilik, karakteristik perusahaan, lingkungan
eksternal bisnis, dampak kebijakan ekonomi, dan sosial mempunyai pengaruh
langsung, positif, dan signifikan terhadap strategi bisnis dan pertumbuhan
industri. Gibson et al yang dikutip oleh Sulistyaningsih (2009) mengelompokkan
variabel yang ada pada individu menjadi tiga yaitu:
1. Kemampuan mental maupun fisik.
2. Demografi (jenis kelamin, usia, dan ras).
3. Latar belakang: kelas sosial dan pengalaman serta psikologi individu
(persepsi, sikap, dan kepribadian).
Perbedaan-perbedaan individu yang ada akan ikut menentukan modal sosial
yang dimanfaatkannya berupa kepercayaan, jaringan, dan norma yang dimiliki.
Menurut Nimran yang dikutip oleh Sulistyaningsih (2009) mengungkapkan
perbedaan individu yang ada pada orang-orang dalam suatu organisasi merupakan
faktor penting yang ikut menentukan respon mereka terhadap sesuatu maupun

6

perilakunya. Drucker yang dikutip oleh Thobias, Tungka, Rogahang (2013)
mengatakan kewirausahaan adalah semangat, kemampuan, sikap, perilaku
individu dalam menangani industri atau kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan pernyataan tersebut,
terlihat bahwa salah satu pengaruh keberhasilan dalam industri adalah
kewirausahaan yang berarti berhubungan dengan perilaku individu dan kinerja
individunya. Penelitian Humaira (2011) menunjukkan adanya pengaruh nilai-nilai
di dalam diri individu seperti kapasitas individu dan motivasi dalam wirausaha
yang semakin meningkatkan kegiatan sosial untuk menguatkan peranan modal
sosial dalam kegiatan wirausaha.
Faktor budaya
Menurut Luthans yang dikutip oleh Sudarmadi (2007) Budaya merupakan
norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi.
Setiap orang berprilaku sesuai budaya agar diterima lingkungannya. Oleh karena
itu budaya juga mempengaruhi seseorang dalam pemanfaatan modal sosialnya.
Budaya adalah makna bersama. Harapan-harapan yang dibangun membuat adanya
pemahaman yang dijalankan bersama dimasyarakatnya. Kahne dan Baeily yang
dikutip oleh Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (2008) mengungkapkan
modal sosial dengan dua tipe, yaitu:
1. Modal sosial dengan karakteristik ikatan yang kuat (adanya perekat sosial)
dalam suatu sistem kemasyarakatan. Misalnya, kebanyakan anggota
keluarga mempunyai hubungan kekerabatan yang merupakan satu etnis
2. Tipe perikatan, merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi
atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena
adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya.
Pengukuran modal sosial disesuaikan dengan kondisi lokalnya (budaya).
Narayan dan Cassidy yang dikutip oleh Lembaga Penelitian Universitas
Padjajaran (2008) mengungkapkan model-model pengukuran sesuai kondisi lokal
sebagai berikut:
1. World values survey
Model ini digunakan untuk memahami peran faktor budaya dalam
pembangunan politik dan ekonomi. Aspek yang paling terkait dengan modal
sosial dalam model ini adalah trust (kepercayaan) dan keanggotaan dalam
suatu asosiasi.
2. New south wales study
Mengukur modal sosial pada skala organisasi komunitas, serta dampaknya
pada pengembangan partisipasi publik. Model ini menggunakan delapan
faktor sebagai indikator bagi modal sosial, yaitu partisipasi di tingkat
komunitas lokal, aktivitas dalam konteks sosial, perasaan kepercayaan dan
keamanan, koneksi dalam lingkungan ketetanggaan, koneksi dengan
keluarga dan teman-teman, toleransi terhadap perbedaan, nilai-nilai
kehidupan serta, koneksi dalam lingkungan pekerjaan.
3. The barometer of social capital colombia
Model pengukuran modal sosial dengan menggunakan delapan dimensi,
yaitu kepercayaan terhadap institusi, partisipasi kewargaan, saling

7

ketergantungan dan imbal balik, relasi horizontal, hirarkhi, kontrol sosial,
kepemerintahan sipil, dan partisipasi politik.
4. Index of national civic health
Indeks ini dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk merespon
penurunan partisipasi masyarakat. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan lima indikator, yaitu keterlibatan politik, kepercayaan,
keanggotaan dalam asosiasi, keamanan dan kejahatan, integritas, dan
stabilitas keluarga.
5. Global Social Capital Survey
Model ini dikembangkan oleh Deepa Narayan, dengan menggunakan tujuh
indikator untuk mengukur ketersediaan modal sosial. Ketujuh indikator
tersebut, yaitu karakteristik kelompok, norma-norma umum, kebersamaan
(meliputi seberapa jauh orang-orang dapat hidup bersama dan tingkat
kebersamaan di antara orang-orang), sosialitas keseharian, hubungan
ketetanggaan, voluntarisme, serta kepercayaan.
Modal sosial
Menurut Putnam (1993) modal sosial adalah bagian dari organisasi sosial
seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat memperbaiki efisiensi
masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi dan kerjasama yang
saling menguntungkan. Modal sosial berhubungan dengan manusia dan
hubungan-hubungan yang terjadi hingga membuat hidup menjadi saling lebih
baik. Menurut Bourdie dan Wacquant yang dikutip oleh Lawang (2004)
menyatakan bahwa modal sosial merupakan jumlah sumberdaya, aktual atau maya
yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan
tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit
banyak terinstitusionalisasikan. Menurut Hasbullah yang dikutip oleh Supono
(2011) modal sosial merupakan segala hal yang berkaitan dengan kerjasama
dalam masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, dan ditopang
oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti trust,
ketimbal-balikan (reciprocity), aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat dan
sejenisnya.
Bourdieu yang dikutip oleh Field (2003) mendefinisikan modal sosial
sebagai kumpulan sumberdaya yang dibutuhkan oleh individual atau kelompok
sehingga dapat memiliki jaringan hubungan institusional yang lebih tahan lama
agar saling mengakui dan menghargai. Modal sosial dianggap sebagai suatu
kegiatan yang berasal dari manusianya sebagai pelaku individu ataupun sebagai
pelaku dalam suatu kelompok agar terbentuk suatu sinergi dalam kebersamaan.
Coleman yang dikutip oleh Yuliarmi (2011) menjelaskan bahwa modal sosial
mencakup beberapa aspek pada struktur sosial dan melekat pada struktur
hubungan yang antara aktor dan di antara aktor. Brehm dan Rahn yang dikutip
oleh Daryanto (2004) berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama
di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan
yang dihadapi mereka. Modal sosial merupakan sesuatu yang tidak terlihat namun
mempengaruhi interaksi yang terjadi antara individu lainnya ataupun kelompok
sehingga akan mempengaruhi kerjasama yang terjalin.
World Bank (2003) mengartikan modal sosial sebagai institusi sosial yang
melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms), hubungan (relationships)

8

dan kepercayaan sosial (social trust) yang membentuk kuantitas dan kualitas suatu
interaksi sosial masyarakat. Fujiwara dan Kawachi yang dikutip oleh Thobias et al
(2013) menjelaskan modal sosial merupakan sumber daya yang diakses oleh
individu-individu dan kelompok-kelompok dalam sebuah struktur sosial yang
memudahkan kerjasama, tindakan kolektif, dan terpeliharanya norma-norma.
Fukuyama yang dikutip oleh Supono (2011) memberikan definisi modal sosial
sebagai kumpulan nilai-nilai atau norma-norma informal secara spontan yang
terbagi di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka. Harus mengarah kepada kerjasama dalam kelompok
dan berkaitan dengan kebajikan-kebajikan tradisional seperti kejujuran,
memegang komitmen, bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dan norma saling
timbal balik
Penelitian Nurami (2013) mengungkapkan bahwa adanya elemen modal
sosial berupa kepercayaan, jaringan, dan norma yang tidak dapat berdiri sendirisendiri melainkan saling terkait. Elemen-elemen kepercayaan, jaringan, dan
norma harus saling menyatu agar dapat termanfaatkan dengan baik dalam
mengembangkan industri melalui interaksi yang terjalin antara pelaku yang
berhubungan dengan industri. Penelitian Triutami (2013) juga melihat adanya
modal sosial yang dilihat dari unsur kepercayaan, jaringan, dan norma pada
pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas menentukan kerjasama yang
terjalin diantara pengusaha industri dalam mencapai keberhasilan industri mereka.
Kerjasama yang terjalin tersebut dapat membentuk suatu paguyuban/organisasi
yang mengelola industri kecil alas kaki. Daryanto (2004) menyatakan bahwa
modal sosial hanya dapat diperoleh dan diciptakan dari relasi antar manusia.
Unsur-unsur modal sosial
Menurut Cambetta yang dikutip oleh Lawang (2004) mengatakan unsur
kepercayaan merupakan apa yang orang sebut dengan cara berpikir positif tentang
orang lain, sehingga kerjasama dapat terjalin dengan baik. Ungkapan tersebut
menunjukkan bahwa kepercayaan mempunyai peranan sebagai pembentuk awal
suatu hubungan antar sesama. Kepercayaan merupakan rasa percaya. Hasbullah
yang dikutip oleh Mustofa (2013) mengungkapkan bahwa rasa percaya adalah
suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial
yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan seperti yang
diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling
mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan
kelompoknya. Menurut Fukuyama (2007) kepercayaan merupakan harapan yang
tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur,
teratur, dan kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Yustika
yang dikutip oleh Mustofa (2013) menyatakan bahwa modal sosial tergantung dari
dua elemen kunci yaitu kepercayaan dari lingkungan sosial dan perluasan aktual
dari kewajiban yang sudah dipenuhi (obligation held).
Unsur jaringan mengacu pada hubungan sosial yang teratur, konsisten,
berlangsung lama, dan hubungan tersebut bukan hanya melibatkan dua individu,
melainkan banyak individu (Lawang 2004). Hal itu mengungkapkan bahwa
hubungan yang terjadi antar individu dalam membentuk suatu kelompok sosial di
masyarakat. Lawang (2004) mengungkapkan tentang jaringan yang digunakan
dalam teori kapital sosial artinya berikut:

9

1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan
media (hubungan sosial).
2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama.
3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar
simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap
ikan” lebih banyak.
4. Dalam kerja jejaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri.
Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jejaring itu tidak bisa
berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu
kesatuan yang kuat.
5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara
orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.
6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga
bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.
Menurut Jeffiries yang dikutip oleh Lawang (2004) unsur norma merupakan
standar apa yang dipandang benar atau pantas, dimana norma mengandung ide
tentang kewajiban dan keharusan. Hal itu mengungkapkan peranan norma sebagai
pengatur kehidupan manusia untuk melakukan kewajiban-kewajibannya serta
dapat menjalankan segala sesuatu sesuai dengan apa yang seharusnya. Yustika
yang dikutip oleh Mustofa (2013) menyatakan bahwa norma yang kuat
memungkinkan setiap anggota kelompok atau komunitas saling mengawasi
sehingga tidak ada celah bagi individu untuk berperilaku menyimpang.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa norma memang ada dimasyarakat atau
kelompok tertentu untuk mengatur agar pelanggaran-pelanggaran yang ada dapat
berkurang. Hasbullah yang dikutip oleh Supono (2011) mengartikan norma
sebagai sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti masyarakat pada
entitas sosial tertentu. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa norma
terbentuk dan terbangun di masyarakat atau suatu kelompok yang dapat mengatur
kinerja seseorang. Norma terkait aturan-aturan tertulis maupun tidak tertulis yang
mempunyai nilai-nilai. Nilai-nilai itu misalnya kejujuran, sikap menjaga
komitmen, pemenuhan kewajiban, dan ikatan timbal balik (Fukuyama 2007).
Keberhasilan usaha industri
Keberhasilan usaha menurut Munajat yang dikutip oleh Triutami (2013)
adalah tingkat pencapaian atau pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian tujuan
dari industri-industri kecil otomatis adalah tingkat pendapatan dan keuntungan
yang didapatkan. Keberhasilan industri-industri kecil pasti dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik dari faktor sumberdaya manusianya, teknologi, modal
maupun hal-hal lainnya yang membantu dalam mencapai keberhasilannya. Velzen
(1992) mengungkapkan bahwa keberhasilan industri tentunya tidak dapat
dipisahkan dari berbagai masukan dan sumber-sumber yang mempengaruhi proses
produksi yang dijalankan industri tersebut. Tingkat keberhasilan usaha industri
kecil dapat dilihat dari kinerja usaha industri dalam mencapai target
tujuan/maksud yang diharapkan dari industri seperti tingkat keuntungan yang
meningkat, jumlah produktivitas yang dihasilkan, serta jumlah unit industri yang
dapat dikembangkan.

10

Menurut Ravianto yang dikutip oleh Triutami (2013) produktivitas adalah
perbandingan antara hasil yang ingin dicapai dengan keseluruhan sumber daya
yang digunakan. Pengertian produk, produksi dan produktivitas adalah hal-hal
yang berbeda. Produk merupakan barangnya sedangkan produksi adalah jumlah
barang atau hasil yang dicapai. Dalam keberhasilan industri industri kecil sangat
dituntut untuk dapat meningkatkan produksi dan produktivitas. Walaupun begitu,
tidak selalu peningkatan produksi dibarengi dengan peningkatan produktivitas
karena kadang produksi meningkat namun produktivitasnya menurun.
Pemanfaatan modal sosial dalam keberhasilan industri kecil
Modal sosial meliputi unsur-unsur seperti kepercayaan, jaringan, dan norma
yang tercipta karena hubungan antar manusia. Unsur-unsur modal sosial tersebut
dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri untuk membangun hubungan yang
lebih baik dan membangun industrinya. Hal itu terjadi karena setiap unsur modal
sosial mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. Simmel yang dikutip
oleh Lawang (2004) menyatakan bahwa tanpa adanya saling percaya yang merata
antara satu orang dengan orang lainnya, masyarakat itu sendiri akan disintegratif
dan kepercayaan itu kekuatan sintetik yang paling penting dalam masyarakat.
Fukuyama yang dikutip oleh Lawang (2004) mengklaim bahwa kepercayaan
adalah dasar dari tatanan sosial “Komunitas tergantung pada kepercayaan timbal
balik dan tidak akan muncul spontan tanpanya”. Hal tersebut menegaskan bahwa
kepercayaan merupakan langkah awal untuk menjalin hubungan dan membentuk
kerjasama antara sesama hingga terjadinya pemanfaatan modal sosial yang dapat
menguntungkan dalam mencapai suatu tujuan.
Anderson et al yang dikutip oleh Lawang (2004) mengatakan bahwa fungsi
koorditatif, fungsi katalisator, fungsi akses atau fungsi informasi jaringan sosial
terhadap keberhasilan suatu industri produktif tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Fungsi jaringan-jaringan diterima dengan luas sebagai suatu sumber
informasi penting yang sangat menentukan dalam mengidentifikasi dan
mengeksploitasi peluang-peluang bisnis (Field 2003). Unsur norma juga
mempunyai fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan dan jaringan.
Blau yang dikutip oleh Field (2003) mengatakan kalau dari beberapa kali
pertukaran prinsip saling menguntungkan dipegang teguh yang memunculkan
norma dalam bentuk kewajiban sosial. Fungsi dari masing-masing unsur modal
sosial itu lah yang dimanfaatkan oleh manusia untuk memperkuat hubungan antar
sesama dan mengembangkan industrinya. Beberapa penelitian berikut, telah
terlihat pemanfaatan modal sosial dalam usahanya:

11

Tabel 1 Pemanfaatan modal sosial pada setiap jenis usaha
Penelitian
Shinta
Dewi
Rismawati
(2010)

Jenis
industri
Pedagang
Pasar
Tiban

Tiara
Triutami
(2013)

Industri
kecil alas
kaki

Meri
Nurami
(2013

Industri
daur ulang

Mohammad Pedagang
Fajar
Kaki Lima
Mustofa
(PKL)
(2013)

Pemanfaatan Modal Sosial
Pemanfaatan modal sosial membentuk rasa
kebersamaan serta solidaritas antara pedagang dan
pemerintah setempat. Unsur-unsur modal sosial
seperti kepercayaan untuk menitipkan barang
dagangannya, nilai dan norma yang mempengaruhi
perilaku pedagang pasar tiban lalu berkembang
sebagai hukum informasi yang berlaku diantara
mereka, tingkat partisipasi dalam kegiatan rutin
paguyuban, struktur berupa kesepakatan yang
dibuat bersama sebelum membuka pasar tiban.
Pemanfaatan modal sosial untuk mempengaruhi
aspek keuntungan, produktivitas dan skala industri.
Unsur modal sosial seperti kepercayaan antara peng
industri dengan para pekerja dan pemilik toko,
membentuk jaringan untuk mengetahui informasi
seperti info tentang pekerja, peng industri alas kaki
lainnya, penyalur hasil produksi, toko membeli
bahan baku, dan pembeli, serta norma berupa
aturan tidak tertulis tentang ketetapan jam kerja dan
jam istirahat yang disepakati bersama.
Pemanfaatan modal sosial terkait interaksi yang
terjalin antara pelaku industri, pelaku industri
dengan penyedia bahan baku, dan pelaku industri
dengan pembeli. Unsur-unsur modal sosial yang
dimanfaatkan seperti Kepercayaan dalam segala
proses transaksi pasar, jaringan untuk melakukan
kerjasama dan menggali informasi yang
dibutuhkan, serta norma untuk mengurangi
benturan dengan pihak-pihak lain. Sehingga
peluang-peluang industri semakin berkembang
Pemanfaatan modal sosial untuk keberlangsungan
industri PKL. Pemanfaatan unsur-unsur modal
sosial seperti jaringan yang memanfaatkan
hubungan kekerabatan dan teman untuk
pengembangan industri, norma tidak tertulis untuk
pembagian waktu kerja, perilaku serta lokasi, dan
unsur kepercayaan dalam kelancaran pemilik
industri dengan karyawan dan pemberi modal.

12

Ni Nyoman
Yuliarmi
(2011)

Industri
kerajinan

Rizqi
Humaira
(2013)

Industriindustri
kecil

Slamet
Susanto
(2007)

Pedagang
Kaki Lima
Ponorogo

Pemanfaatan modal sosial dimanfaatkan untuk
membentuk pemberdayaan para pengrajin untuk
mandiri. Unsur-unsur yang dimanfaatkan seperti
norma tidak tertulis, jaringan, kepercayaan dalam
berbagai aktivitas yang dapat meningkatkan
kerjasama. Namun tidak hanya modal sosial yang
dibutuhkan dalam pengembangan industri kerajinan
namun juga dukungan permodalan dari pihak luar
selain pemerintah.
Pemanfaatan modal sosial sebagai penguatan
kapasitas indiividu. Unsur-unsur modal sosial
seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang
trbentuk antar individu dengan para pelaku yang
berhubungan dengan industri agar dapat
mempertahankan
dan
mengembangkan
keberlanjutan industrinya.
Pemanfaatan modal sosial untuk saling memberikan
informasi, dimana informasi tersebut merupakan
unsur jaringan dan diperlukan kepercayaan satu
sama lain dalam membantu antar pedagang, dan
norma yang mengalir karena terbiasa

Kerangka Pemikiran
Industri kecil di pedesaan sudah cukup lama berkembang di Desa Bojong
Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Mayoritas masyarakat Desa
Bojong Rangkas bekerja sebagai pengrajin tas yang lokasinya berada di rumahrumah. Tambunan (2009) menyatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan
industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan
anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Hal itu,
menunjukkan bahwa industri kecil mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan perekonomian bagi masyarakat sekitar yang terlibat. Keberhasilan
industri kecil pun menjadi suatu hal yang sangat penting agar terwujud
pengembangan industri kecil di pedesaan. Salah satu industri kecil yang
berkembang di Desa Bojong Rangkas adalah industri kerajinan tas.
Penelitian Triutami (2013) mengemukakan bahwa dalam keberhasilan usaha
industri kecil dapat dilihat dari beberapa hal yaitu tingkat keuntungan,
produktivitas, dan skala industri. Keberhasilan industri kecil berhubungan dengan
modal sosial yang dimanfaatkan pengusaha industri kecil tasnya. Modal sosial
menurut Putnam (1993) adalah bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan,
jaringan dan norma, yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan
memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Oleh karena itu, modal sosial berhubungan
dengan relasi antar individu itu sendiri. Penelitian ini, melihat modal sosial dari
tiga unsur yang diungkapkan oleh Putnam yaitu kepercayaan, jaringan, dan
norma. Modal sosial mampu memberikan peranan yang penting dalam
menentukan keberhasilan industri industri kecil dipedesaan. Karakteristik individu
dan faktor budaya diduga berhubungan dengan pemanfaatan modal sosial.

13

Karakteristik individu diteliti dari usia, tingkat pendidikan, motivasi wirausaha
industri, dan keahlian. Faktor budaya diteliti dari aktivitas sosial dan keamanan
lingkungannya. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:

Karakteristik
Individu
 Usia
 Tingkat
pendidikan
 Motivasi
Wirausaha
Keterangan:
 Keahlian

Modal Sosial

 Kepercayaan
 Jaringan
 Norma

Faktor Budaya
 Aktivitas sosial
 Keamanan

Keberhasilan industri
kecil tas
 Tingkat
Keuntungan
 Produktivitas
 Skala usaha

Keterangan:
= Hubungan
Gambar 1 Kerangka pemikiran

Hipotesis
1. Diduga adanya hubungan karakteristik individu dan budaya dengan
pemanfaatan modal sosial di industri kerajinan tas.
2. Diduga adanya hubungan modal sosial (kepercayaan, jaringan, dan norma)
dengan keberhasilan industri kerajinan tas.

Definisi Operasional
Batasan operasional untuk variabel-variabel dalam hipotesis atau kerangka
pemikiran penelitian didefinisikan sebagai berikut:
1. Karakteristik individu adalah nilai-nilai yang ada didalam diri individu
sehingga memungkinkan akan mengarahkan pemanfaatan modal sosial yang
digunakannya. Pengukuran karakteristik individu meliputi:
a. Usia adalah lama hidup konsumen pada saat penelitian dilakukan yang
dihitung sejak kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia
dikelompokkan dan dibedakan dalam skala ordinal. Pengelompokkan usia
menurut Havighurst yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) membagi

14

kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18-29 tahun, usia pertengahan
berusia 30-50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun.
Dewasa awal
: 18-29 tahun (skor 1)
Dewasa pertengahan
: 30-50 tahun (skor 2)
Dewasa akhir/tua
: > 50 tahun (skor 3)
b. Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti
konsumen sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori dan diukur dalam skala ordinal.
Rendah
: lulusan SD diberi skor 1
Sedang
: lulusan SMP/MTS atau sederajat diberi skor 2
Tinggi
: lulusan SMA/Perguruan Tinggi diberi skor 3
c. Motivasi wirausaha adalah hal-hal yang mendorong/menyebabkan
responden melakukan usaha industri kerajinan tas sehingga akan
memanfaatkan modal sosial dalam usahanya. Motivasi diukur berdasarkan
jumlah skor jawaban pernyataan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi skor 1, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Ragu-Ragu (RR) diberi nilai
3, Setuju (S) diberi nilai 4, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5. Pengukuran
dalam skala ordinal, dikategorikan menjadi:
Rendah (Skor 1) : Skor kumulatif 8-18
Sedang (Skor 2) : Skor kumulatif 19-29
Tinggi (Skor 3)