Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen

PROFIL ASAM LEMAK DAN JARINGAN BABY FISH MAS
(Cyprinus carpio) PADA BERBAGAI UMUR PANEN

LAURENSIUS SITANGGANG

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Profil Asam
Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur
Panen adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Laurensius Sitanggang
NIM C34100066

5

ABSTRAK

LAURENSIUS SITANGGANG. Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas
(Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen. Dibimbing oleh AGOES M.
JACOEB dan NURJANAH.
Ikan mas merupakan ikan air tawar yang disukai konsumen di Indonesia.
Salah satu kandungan gizi penting yang terdapat pada ikan mas adalah asam
lemak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan jenis dan jumlah
asam lemak serta jaringan pada baby fish mas pada berbagai umur 3, 5, 7 minggu.
Asam lemak yang diperoleh adalah SAFA 5 jenis, MUFA 1 jenis, dan PUFA 3
jenis. Asam lemak pada baby fish mas cenderung bervariasi pada setiap umur

panen. Pengamatan jaringan baby fish mas menunjukkan bahwa jumlah dan
ukuran myomere baby fish mas secara kualitatif terlihat meningkat seiring dengan
pertambahan umur panennya. Pencernaan baby fish mas dengan umur panen yang
lebih tua memiliki lebih banyak sel penghasil mukus dan sel penyerap. Baby fish
mas dengan umur panen yang lebih tua juga memiliki jaringan yang cenderung
lebih stabil.
Kata kunci: Asam Lemak, Baby fish mas, Jaringan, Proksimat, Umur panen.

ABSTRACT
LAURENSIUS SITANGGANG. Fatty Acids and Tissue Profile in Baby Carp
(Cyprinus carpio) by Different Age. Supervised by AGOES M. JACOEB and
NURJANAH.
Common carp is a freshwater fish which commonly consumed by
Indonesian people. One of important nutrient contained in carp fish is fatty acid.
The aim of this study was to determine the differences in chemical composition,
the type and amount of fatty acids, and the baby common carp tissue at various
harvesting times. The results of the analysis of fatty acids was that the baby
common carp contain 5 types of SAFA, 1 type of MUFA and 3 types of PUFA
fatty acids. The fatty acids contained in baby carp tends to vary at each harvesting
times. Based on the observations of baby common carp tissue, it can be concluded

that the number and size of myomere in baby fish increased as the increasing of
the harvest time. The digestive system of baby common carp fish also depends on
its harvesting time, mucus-secreting cells and absorber cells production increased
as the increasing of the age. Baby common carp with older harvesting time also
tends to have a more stable tissue.
KeyKeywords : Baby carp, Different age, Fatty acid, Proximate, Tissue profile.

6

7

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


8

PROFIL ASAM LEMAK DAN JARINGAN BABY FISH MAS
(Cyprinus carpio) PADA BERBAGAI UMUR PANEN

LAURENSIUS SITANGGANG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv


v

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby
(Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen
: Laurensius Sitanggang
: C34100066
: Teknologi Hasil Perairan

Fish

Disetujui oleh

Dr Ir Agoes M Jacoeb, Dipl-Biol
Pembimbing I


Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: .....................................

Mas

vi

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian ini

dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 dengan judul Profil Asam Lemak dan
Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada :
1. Dr Ir Agoes M. Jacoeb, Dipl-Biol dan Prof Dr Ir Nurjanah, MS atas segala
arahan dan bimbingan yang telah diberikan selama berlangsungnya
penelitian.
2. Dr Dra Pipih Suptijah MBA selaku dosen penguji atas segala saran,
arahan, perbaikan, motivasi dan semua ilmu yang telah diberikan.
3. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
4. Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Departemen
Teknologi Hasil Perairan.
5. Seluruh dosen dan staf departemen Teknologi Hasil Perairan yang telah
membantu dan memfasilitasi penulis selama berkuliah.
6. Ayahanda T. Sitanggang, Ibunda L. Siboro, Kakak M. Manager
Sitanggang, S. Rianita Sitanggang, RH. Oktavia Sitanggang dan seluruh
keluarga, atas segala dukungan dan doa yang telah diberikan.
7. Bapak Ranta selaku laboran yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.

8. Bapak Alfi selaku pensuplai baby fish mas umur 3, 5, dan 7 minggu yang
digunakan dalam penelitian ini.
9. Beasiswa BBM dan BCA yang telah memberikan dukungan materil
kepada penulis selama menjalani kegiatan studi di Institut Pertanian
Bogor.
10. Stephanie Angkawijaya, Bianca Benning, Siti Mayang sari, Santoso, Arif
Ridwan, Lia Maulinah dan Keluarga besar THP 47 atas segala bantuan,
doa, semangat, dan dukungan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Bogor, 11 Juli 2014

Laurensius Sitanggang

viii

ix


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan ................................................................................................................. 2
Manfaat ............................................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 2
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
Waktu dan Lokasi Pelaksanaan .......................................................................... 2
Bahan dan Alat ................................................................................................... 2
Prosedur Penelitian ............................................................................................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
Morfometrik Baby Fish Mas .............................................................................. 8
Proksimat Baby Fish Mas................................................................................... 8
Asam Lemak Baby Fish Mas ........................................................................... 10

Deskripsi Jaringan Baby Fish Mas ................................................................... 13
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 15
Kesimpulan ....................................................................................................... 15
Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 23

x

DAFTAR TABEL
1 Morfometrik dan berat rata-rata baby fish mas pada berbagai umur panen ........ 8
2 Komposisi kimia baby fish mas ........................................................................... 9
3 Kandungan asam lemak pada baby fish mas ..................................................... 10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

6

Diagram alir penelitian ........................................................................................ 3
Baby fish mas umur a) 3 minggu, b) 5 minggu, dan c) 7 minggu ....................... 8
Penampang melintang bagian posterior baby fish mas...................................... 13
Pusat tulang baby fish mas (perbesaran 400x) .................................................. 13
Penampang melintang daging berkulit baby fish mas ....................................... 14
Penampang melintang otot baby fish mas ......................................................... 14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Contoh perhitungan asam lemak ....................................................................... 19
2 Hasil analisis statistik asam lemak .................................................................... 19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang disukai
konsumen di Indonesia. Ikan mas awalnya dibawa ke Indonesia dari negeri Cina
sebelum masehi. Ikan mas yang ada di perairan Indonesia merupakan ikan mas
yang berasal dari Cina, Jepang, dan Eropa. Ikan ini hampir tersebar di seluruh
provinsi antara lain Jawa Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Tenggara. Usaha budidaya ikan mas telah menjadi sumber mata pencaharian
masyarakat di daerah-daerah. Ikan mas memiliki nilai ekonomis tinggi dan
digemari oleh masyarakat Jawa Barat (Handayani 2007). Ikan mas mempunyai
prospek yang cerah sebagai bahan baku industri perikanan terutama pada bidang
pangan, oleh karena itu upaya untuk mengoptimalkan potensi produksi harus
mendapat perhatian (Dewantoro 2001). Ikan mas sebagai bahan pangan atau lauk
pauk di Indonesia sudah sangat dikenal dan telah diolah menjadi berbagai jenis
produk. Olahan ikan mas yang beragam ini mulai dari olahan tradisional misalnya
pepes ikan, bekasam, ikan mas goreng hingga baby fish goreng.
Ikan mas merupakan bahan pangan yang mengandung protein 16%, lemak
0,2%-2,2%, mineral, vitamin, serta karbohidrat (Santoso 1999). Salah satu
kandungan gizi penting yang terdapat pada ikan mas adalah asam lemak. Asam
lemak merupakan asam organik berantai panjang yang mempunyai gugus
karboksil (COOH) di salah satu ujungnya dan gugus metil (CH3) di ujung lainnya
(Almatsier 2006). Asam lemak tidak jenuh contohnya adalah linoleat (omega-6)
dan linolenat (omega-3). Asam linolenat memiliki turunan eicosapentaenoic acid
(EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
karena memiliki beberapa manfaat untuk mencerdaskan otak, membantu masa
pertumbuhan, dan menurunkan kadar trigliserida.
Asam lemak esensial yang merupakan bagian dari lemak adalah salah satu
komponen penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan tidak
mampu mensintesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya, sehingga asam
lemak esensial ini harus disuplai dari pakan. Ikan memerlukan asam-asam lemak
esensial yaitu asam lemak n-6 dan n-3 yang berguna bagi pertumbuhan yang
normal dan optimum. Kebutuhan asam lemak esensial ikan air tawar dapat
dipenuhi dengan asam lemak n-6 dan n-3. Kebutuhan asam lemak n-6 harus
diimbangi dengan asam lemak n-3. Kisaran kebutuhan asam lemak n-6 ikan air
tawar berkisar 0,5 – 1,0% (Hendriko 2007).
Produk olahan baby fish menggunakan bahan baku ikan berukuran 3-5 cm
dan 5-8 cm. Ikan berukuran 1-3 cm dianggap terlalu kecil, sedangkan ikan
berukuran 8-12 cm dipelihara lebih lanjut untuk dijadikan calon induk atau ikan
konsumsi dewasa (Amri dan Khairuman 2007). Informasi gizi pada ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor selain perbedaan spesies, ukuran ikan, dan
kualitas pakan yang digunakan diantaranya umur ikan tersebut
(Irianto dan Soesilo 2007). Pemanfaatan baby fish mas belum didukung dengan
adanya informasi tentang komposisi kimia, kandungan asam lemak dan
perkembangan jaringan terutama hasil budidaya, sehingga perlu diteliti lebih
lanjut.

2

Perumusan Masalah
Baby fish mas merupakan ikan air tawar yang umum dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia, namun penelitian dan informasi mengenai komposisi
kimia, terutama kandungan asam lemak dan struktur histologis daging baby fish
mas belum ada.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan jenis dan jumlah
asam lemak serta analisis jaringan pada baby fish mas berumur 3, 5, 7 minggu.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
mengenai komposisi kimia, jenis dan jumlah asam lemak serta jaringan baby fish
mas pada berbagai umur panen sebagai data untuk pengembangan pendidikan dan
penelitian.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah pengambilan contoh, preparasi, analisis
proksimat (air, protein, lemak, asam amino, karbohidrat), analisis asam lemak
serta jaringan pada baby fish mas segar, pengolahan data dan penyusunan laporan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai bulan Januari
2014. Preparasi dan penentuan ciri-ciri morfometrik dilakukan di Laboratorium
Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pembuatan preparat jaringan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan,
Departemen Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Analisis jaringan dilakukan di Laboratorium Terpadu, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat
dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Analisis asam
lemak dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pascapanen, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan yaitu baby fish mas umur 3, 5, dan 7 minggu
dengan strain Rajadanu. Pakan yang digunakan dalam budidaya baby fish mas

3

adalah pakan alami. Pakan alami yang digunakan adalah rotifera, moina, dan
daphnia. Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat meliputi akuades, HCl
0,1 N, NaOH 40%, katalis selenium, H2SO4, H3BO3 2%, kertas saring, kapas
bebas lemak, pelarut heksana, indikator Brom Cresol Green – Methyl Red. Bahan
yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah NaOH 0,5 N dalam metanol,
BF3, NaCl jenuh, n-heksana, dan Na2SO4 anhidrat.
Alat yang digunakan pada penentuan ciri-ciri morfometrik adalah mistar
ukur dan neraca digital. Alat yang digunakan dalam pembuatan preparat dan
analisis jaringan adalah mikrotom putar Yamoto RV-240, mikroskop cahaya
Olympus CX41 dan kamera Olympus DP21. Analisis proksimat menggunakan
blender, plastik, neraca digital, cawan porselen, oven, desikator, tabung reaksi,
gelas erlenmeyer, tabung kjeldahl, tabung sokhlet, pemanas, destilator, buret, dan
tanur. Alat yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah homogenizer,
evaporator, erlenmeyer (ekstraksi asam lemak), corong pisah dan botol vial
(metilasi), serta perangkat kromatografi gas.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah
persiapan contoh dan morfometrik ikan. Tahap kedua meliputi analisis proksimat,
asam lemak dan analisis jaringan pada baby fish mas. Diagram alir penelitian
disajikan pada Gambar 1.
Baby fish
(3, 5, 7 minggu)

Transportasi sistem basah

Penimbangan dan
pengukuran morfometrik

Analisis Proksimat dan Asam
Lemak

Pembuatan preparat awetan

Jaringan baby fish
Data berat dan
panjang ikan

Data kandungan kadar air,
abu, protein, lemak,
karbohidrat, dan analisis
asam lemak

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Pemotretan

Gambar struktur
jaringan baby fish
mas

Pengambilan Sampel dan Pengukuran Morfometrik
Pertama dilakukan pengambilan sampel baby fish mas pada umur 3, 5, dan
7 minggu dalam keadaan hidup dikemas dengan menggunakan kantong plastik
yang berisi air. Sampel yang diambil acak sebanyak 30 ekor setiap umurnya,

4

kemudian secara morfometrik dianalisis, yang meliputi tinggi badan, lebar badan,
panjang total dan berat total.
Analisis proksimat
Analisis proksimat meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, dan
karbohidrat dengan metode by difference.
1) Analisis kadar air (AOAC 2005 nomor 2005 985.14)
Tahap pertama yang dilakukan adalah mengeringkan cawan porselen dalam
oven pada suhu 102-105oC hingga diperoleh berat konstan selama 15 menit.
Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 30 menit) dan
dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang. Sampel ikan baby fish mas
ditimbang seberat 5 g, selanjutnya cawan yang telah diisi sampel dimasukkan ke
dalam oven pada suhu 102-105oC selama 6 jam. Cawan tersebut dimasukkan ke
dalam desikator dan dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang.
Perhitungan kadar air sebagai berikut:
Keterangan:
A= Berat cawan porselen kosong (g)
B= Berat cawan porselen dengan sampel(g)
C= Berat cawan porselen dengan sampel setelah dikeringkan (g)
2) Analisis kadar abu (AOAC 2005 nomor 920.153)
Cawan porselen dibersihkan kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu
sekitar 105oC selama 30 menit. Cawan porselen tersebut dimasukkan ke dalam
desikator (30 menit) dan ditimbang. Baby fish mas yang sudah dicacah ditimbang
sebanyak 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen, selanjutnya
dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam
tanur pengabuan pada suhu 600oC selama 6 jam. Cawan dimasukkan ke dalam
desikator dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang. Perhitungan kadar
abu sebagai berikut:

Keterangan:
A= Berat cawan porselen kosong (g)
B= Berat cawan porselen dengan sampel (g)
C= Berat cawan porselen dengan sampel setelah dikeringkan (g).
3) Analisis kadar protein (AOAC 2005 nomor 981.10)
Analisis kadar protein dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl. Tahaptahap yang dilakukan dalam analisis protein, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
Sampel ditimbang sebanyak 0,25 g serta 0,25 g tablet kjeltab selenium dan 3 mL
H2SO4 pekat dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL. Sampel didestruksi
pada suhu 410oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu
didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50 mL akuades
dan 20 mL NaOH 40%, kemudian dilakukan proses destilasi. Hasil destilasi

5

ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam
borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang
berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 10 mL dan berwarna
hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Destilat selanjutnya dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume
HCl terpakai dalam titrasi dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti
sampel. Kadar protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Kadar protein =
Keterangan:

a
b
N HCl
FK

x 100%

= volume titran sampel (mL)
= volume titran blanko = 0 mL
= 0,11 N
= faktor konversi = 6,25

4) Analisis kadar lemak (AOAC 2005 nomor 985.15)
Sampel baby fish mas seberat 5 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring
dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam
soxhlet kemudian labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2)
disambungkan dengan soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam soxhlet
dan disiram dengan pelarut lemak heksana. Tabung ekstraksi dipasang pada alat
destilasi soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 80oC menggunakan pemanas listrik
selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua
pelarut lemak menguap.
Saat destilasi, pelarut akan tertampung di soxhlet dan dikeluarkan sehingga
tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada
suhu 105oC selama 15 menit, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai
beratnya konstan (W3).
Perhitungan kadar lemak:
Keterangan: W1 = Berat sampel (g)
W2 = Berat labu kosong (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)
5) Analisis karbohidrat
Kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan
dari 100% dengan kadar air, abu, protein, dan lemak sehingga kadar karbohidrat
tergantung pada faktor pengurangan. Kadar karbohidrat dapat dihitung
menggunakan rumus:
Karbohidrat (%)= 100% - (% abu + % air + % lemak + % protein)
Analisis asam lemak (AOAC 1984 butir 28.060/GC)
1. Ekstraksi asam lemak
Tahap pertama dilakukan ekstraksi soxhlet untuk asam lemak, dan
ditimbang sebanyak 20-30 mg lemak dalam bentuk minyak.
2. Pembentukan metil ester (metilasi)

6

Lemak atau minyak ditimbang sebanyak 20-40 mg, NaOH 0,5 N dalam
metanol dan dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit, sebanyak 2 mL BF3
20% selama 20 menit setelah itu didinginkan dan ditambahkan 2 mL NaCl jenuh
dan 1 mL heksana lalu dikocok sampai homogen. Lapisan heksana dipindahkan
dengan pipet tetes ke dalam tabung yang berisi 0,1 g Na2SO4 anhidrat, dibiarkan
15 menit. Fase cair dipisahkan dan selanjutnya diinjeksinkan ke GC.
3. Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menginjeksikan metil ester pada alat
kromatografi gas dengan kondisi alat sebaga berikut :
Merk
: Hitachi 263-50
Detektor
: FID
Jenis kolom
: Dietilen Glikol Sukcianat
Suhu awal
: 150°C
Suhu akhir
: 180°C
Kenaikan
: 5°C / menit
Suhu injektor
: 200°C
Suhu detektor
: 250°C
Laju alir nitrogen : 1 kgf / cm2
Laju alir hidrogen : 0,5 kgf / cm
Prinsip analisis komposisi asam lemak dengan kromatografi gas adalah dengan
mengubah komponen asam lemak menjadi senyawa volatil metil ester yang akan
dideteksi oleh detektor ionisasi nyala api (FID) dalam bentuk kromatogram. Jenis
dan jumlah asam lemak yang ada pada contoh dapat diidentifikasi dengan
membandingkan peak kromatogram contoh dengan peak kromatogram asam
lemak standar (Retention time dan luas) yang telah diketahui jenis dan
konsentrasinya, kemudian dihitung kadar asam lemaknya. Kadar asam lemak
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
% asam lemak = konsentrasi puncak sampel konsentrasi total asam lemak 100%
Analisis histologis (Angka et al. 1990)
Pengamatan jaringan daging baby fish mas diawali dengan pembuatan
preparat. Pembuatan preparat dilakukan dengan metode parafin. Tahap pembuatan
preparat meliputi fiksasi, dehidrasi, clearing, impregnasi, embedding, blocking,
trimming, pemotongan jaringan, pewarnaan, serta perekatan jaringan
menggunakan mounting agent.
Fiksasi dilakukan dalam larutan BNF (Buffer Normal Formalin) 10%
selama lebih dari 36 jam. Larutan fiksasi selanjutnya dibuang dan dilakukan
dehidrasi melalui perendaman sampel dalam alkohol pada suhu ruang dengan
tahapan:
1) Alkohol 70% selama 24 jam
2) Alkohol 80% selama 2 jam
3) Alkohol 90% selama 2 jam
4) Alkohol 95% selama 2 jam
5) Alkohol 95% selama 2 jam
6) Alkohol 95% selama 2 jam
7) Alkohol 100% selama 12 jam
Proses clearing dimulai dari perendaman sampel dalam clearing agent.
Sampel direndam dalam alkohol:xilol (1:1) selama 30 menit yang dilanjutkan

7

dengan tahap impregnasi dan embedding. Tahap Impregnasi adalah perendaman
sampel ke dalam xilol:parafin (1:1) dalam gelas piala selama 45 menit.
Embedding adalah perendaman sampel di dalam parafin cair selama 45 menit.
Kedua proses ini berlangsung di dalam oven pada suhu 60 oC.
Sampel yang telah dilakukan embedding dalam parafin cair lalu di blok
(dicetak agar mudah dipotong) dengan parafin cair yang kemudian dibekukan.
Proses ini membutuhkan cetakan yang dapat dibuat dari kertas yang kaku,
misalnya kertas kalender, dengan ukuran 2x2x2 cm3. Parafin cair dituangkan ke
dalam cetakan hingga memenuhi sekitar 1/8 bagian cetakan dan dibiarkan hingga
sedikit membeku. Sampel kemudian disusun dalam cetakan dan dituangi parafin
cair hingga terendam. Selanjutnya dibiarkan membeku dalam suhu ruang selama
24 jam. Setelah parafin beku dengan sempurna, blok parafin dikeluarkan dari
cetakan lalu dilakukan trimming menggunakan silet.
Pemotongan jaringan dilakukan menggunakan mikrotom putar setebal
4 μm. Pita-pita parafin yang terbentuk diambil dengan jarum kemudian diletakkan
di permukaan air hangat (45oC-50oC). Pita-pita parafin kemudian direkatkan pada
gelas obyek dan dibiarkan hingga mengering.
Proses pewarnaan dilakukan menggunakan hematoksilin dan eosin.
Pewarnaan diawali dengan perendamaan gelas obyek ke dalam xilol I dan xilol II
masing-masing selama 2 menit, dilanjutkan perendaman dalam alkohol absolut
(100%), 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50% masing-masing selama 2 menit. Setelah
itu, obyek dibilas dengan akuades selama 2 menit. Kemudian obyek dimasukkan
ke dalam pewarna hematoksilin selama 7 menit dan dicuci dengan air mengalir
untuk menghilangkan kelebihan zat warna yang tidak diserap. Obyek direndam
kembali dalam pewarna eosin selama 3 menit dan dicuci kembali dengan akuades.
Preparat jaringan kemudian direndam dalam alkohol 50%, 70%, 85%, 90%,
100%, 100%, xilol I, xilol II masing-masing selama 2 menit.
Proses selanjutnya adalah penutupan gelas obyek dengan pemberian
mounting agent atau Canada Balsam pada gelas obyek dan ditutupi dengan gelas
penutup kemudian dikeringkan selama 24 jam. Pengamatan preparat awetan
dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus CX41 dengan perbesaran 400x.
Proses pengambilan gambar dilakukan dengan Kamera Olympus DP21.
Analisis Data Proksimat dan Asam Lemak
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola faktorial dengan satu faktor yaitu perbedaan umur panen sebagai
faktor perlakuan, dengan tiga kali ulangan. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan analisis data Anova microsoft excel dan perangkat lunak Statistical
Package for Social Science (SPSS). Model matematika rancangan acak lengkap
pola faktorial menurut Stell dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut:
Yijk = μ + αi + εi
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k (k= 1, 2) yang memperoleh
kombinasi perlakuan faktor α (frekuensi pencucian) taraf ke-i (i= 1, 2).
μ
= nilai tengah populasi.
αi
= pengaruh faktor umur panen ( 3 minggu, 5 minggu, 7 minggu).
εi
= pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k pada perlakuan i.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfometrik Baby Fish Mas
Baby fish mas yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam ikan
budidaya di Gunung Bangkok, Cisarua, Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat. Kolam yang digunakan dalam pembudidayaan ini adalah kolam beton yang
diberi hapa. Pakan yang digunakan hingga hari ke-10 setelah induk memijah
berupa pakan alami, selanjutnya digunakan pelet giling yang diberikan sebanyak
tiga kali sehari. Ikan ditransportasikan ke laboratorium dengan meletakkan ikan
dalam kantong plastik besar berisi air dan diberi udara (oksigen). Pengukuran
morfometrik dilakukan untuk mengetahui panjang total dan tinggi badan ikan.
Gambar baby fish mas dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil morfometrik dan berat
rata-rata baby fish mas disajikan pada Tabel 1.
a)

b)

c)

Gambar 2 Baby fish mas umur a) 3 minggu, b) 5 minggu, dan c) 7 minggu
Tabel 1 Morfometrik dan berat rata-rata baby fish mas pada berbagai umur panen
Umur panen
Parameter
3 minggu
5 minggu
7 minggu
Berat (g)
0,31±0,10
0,52±0,07
2,00±0,23
Panjang total (cm) 2,78±0,27
3,33±0,12
5,14±0,25
Tinggi badan (cm) 0,72±0,08
0,91±0,07
1,5±0,07
Bobot baby fish mas pada umur panen dua, tiga dan empat minggu berturutturut sebesar 0,31 g, 0,52 g, dan 2,00 g. Bobot baby fish mas selalu meningkat
pada setiap pemanenan, begitu juga dengan panjang total dan tinggi badan ukuran
selalu bertambah pada setiap umur panennya. Pertumbuhan merupakan hasil
perkembangan yang harmonis dari rangka, otot, jaringan adipose, dan jaringanjaringan perekat yang merupakan komponen utama tubuh ikan. Setiap ikan
mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, jenis kelamin, dan
keadaan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kehidupan ikan diantaranya adalah makanan, pH, suhu, dan salinitas. Faktorfaktor tersebut, baik secara sendiri maupun bersama-sama, mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan (Munandar 2008).
Proksimat Baby Fish Mas
Komposisi kimia suatu bahan dapat diketahui dengan menggunakan suatu
metode yaitu analisis proksimat. Analisis proksimat meliputi baby fish mas umur
panen 3, 5, dan 7 minggu. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis proksimat baby fish
mas.

9

Tabel 2 Komposisi kimia baby fish mas pada berbagai umur panen
3 minggu

5 minggu

7 minggu

Dewasa*

Parameter
%bb

%bk

%bb

%bk

82,72±0,06

%bb

%bk

%bb
75,48

Air

80,77±0,04

81,98±0,96

Abu

1,59±0,16

8,25±0,84

1,94±0,12

11,25±0,63

3,06±0,14

17,03±1,43

1,50

Lemak

4,34±0,05

22,56±0,25

2,32±0,18

13,44±0,96

1,37±0,27

7,56±1,43

2,35

Protein

12,24±0,11

63,68±0,46

11,12±0,11

64,38±0,66

12,39±0,02

68,88±3,55

15,20

Karbohidrat

1,06±0,18

5,51±0,96

1,89±0,18

10,93±1,07

1,2±0,76

6,53±3,74

5,47

* Afkhami et al. (2011)

Kadar Air
Kadar air baby fish mas mengalami fluktuasi dari umur 3-7 minggu, namun
masih lebih rendah dibanding ikan mas dewasa pada penelitian Afkhami et al.
(2011) yang menemukan kadar air ikan mas dewasa sebesar 75,48%. Menurut
Ayas dan Ozugul (2011) perbedaan kadar air dapat disebabkaan oleh jenis, umur
biota, perbedaan kondisi lingkungn hidup dan tingkat kesegaran organisme
tersebut. Tingginya kadar air pada daging disebabkan oleh kemampuan bahan
untuk mengikat air yang disebut water holding capacity (WHC). Hal ini
menunjukkan baby fish mas merupakan bahan pangan yang bersifat mudah rusak
(high perishable food). Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan
daya terima, kesegaran dan daya simpan bahan tersebut (Winarno 2008).
Kadar Protein
Kadar protein baby fish mas mengalami kenaikan pada umur 3 sampai
7 minggu, namun masih lebih rendah dibandingkan mas dewasa. Afkhami et al.
(2011) menemukan kadar protein ikan mas dewasa sebesar 15,20% dalam
penelitiannya. Perbedaan kadar protein yang didapat menurut Georgiev et al.
(2008) disebabkan oleh protein daging yang bersifat tidak stabil dan mempunyai
sifat dapat berubah dengan berubahnya kondisi lingkungan. Pramono et al. (2007)
menyatakan bahwa kandungan protein sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, umur,
ukuran ikan, kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan kondisi lingkungan.

Kadar Lemak
Kadar lemak baby fish mas menurun dari umur 3 minggu hingga 7 minggu.
Ozogul dan Ozogul (2007) menyatakan kandungan asam lemak yang terdapat
pada makhluk hidup beragam, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
adalah iklim, ketersediaan pakan, umur, serta ukuran spesies. Terjadinya
perbedaan nilai kadar lemak ini diduga disebabkan oleh perbedaan umur panen
dan laju metabolisme organisme. Ikan yang mengalami proses pertumbuhan

10

memanfaatkan energi dari lemak lebih besar sehingga mengurangi jumlah lemak
yang disimpan dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Majewska et al.
(2009), bahwa suatu spesies yang sudah matang gonadnya akan mengalami
peningkatan kadar lemak dalam tubuhnya. Alemu et al. (2013) menyatakan
kandungan lemak tergantung pada usia, semakin tua ikan, semakin tinggi jumlah
lemak. Kandungan lemak bervariasi dalam keadaan perkembangan gonad dan
pemijahan, ikan mengeluarkan lebih banyak energi dengan lemak sebagai sumber
utamanya.
Kadar Abu
Hasil kadar abu baby fish mas menunjukkan peningkatan, yakni pada umur
3 minggu sebesar 1,59% menjadi 1,94% dan 3,10% pada umur panen 5 dan
7 minggu. Kandungan kadar abu tertinggi pada baby fish mas terdapat pada umur
7 minggu. Kadar abu yang lebih tinggi pada ikan balita disebabkan oleh adanya
laju pertumbuhan tulang yang tinggi, sedangkan pada ikan dewasa pertumbuhan
jaringan lain terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tulang
(Rasmussen dan Ostenfeld 2000). Selain itu mineral juga berperan untuk
meningkatkan kerja syaraf dalam menyampaikan impuls, memperlancar
osmoregulasi dan sebagai kofaktor dalam memperlancar kerja enzim dalam tubuh
hewan air (Aslianti dan Priyono 2009).
Kadar Karbohidrat
Kadar karbohidrat baby fish mas umur 3 minggu sebesar 1,06%, umur
5 minggu sebesar 1,99%, dan 1,20% untuk umur 7 minggu. Kandungan
karbohidrat pada ikan umumnya hanya berkisar 0,1-1% (Nurjanah dan Abdullah
2009). Kadar karbohidrat ikan sangatlah rendah dan dipengaruhi oleh kondisi ikan
sebelum dan selama penangkapan, yang dapat menyebabkan penurunan kadar
glikogen sehingga kadar karbohidrat juga mengalami penyusutan.
Asam Lemak Baby Fish Mas
Baby fish mas pada berbagai umur panen mengandung 9 jenis asam lemak
yang tergolong dalam asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SAFA), asam
lemak tidak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty acid/MUFA), dan asam lemak
tak jenuh jamak (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA). Contoh perhitungan analisis
asam lemak disajikan pada Lampiran 2. Komposisi asam lemak baby fish mas
disajikan pada Tabel 3
Tabel 3 Kandungan asam lemak pada baby fish mas pada berbagai umur panen
Asam Lemak
3minggu
Asam lemak jenuh
Laurat
0,36 ± 0,04
Miristat
3,32 ± 0,11
Palmitat
32,68 ± 0,80
Stearat
tt
Total SAFA
36,36

Hasil
5 minggu

7 minggu

Ikan mas dewasa*

0,16 ± 0,02
2,47 ± 0,33
27,38 ±5,09
0,78 ± 0,16
30,78

0,41±0,15
4,29 ± 0,76
3,47 ± 0,44
1,87 ± 0,33
10,04

tt
0,21
22,58
0,21
24,47

11

Asam lemak tak
jenuh tunggal
Oleat
40,82 ± 1,14
Total MUFA
40,82
Asam lemak takk
jenuh jamak
Linoleat
15,46 ± 1,15
Linolenat
1,07 ± 0,10
Arakidonat
1,40 ± 0,19
Total PUFA
17,93

43,03 ±0,61
43,03

18,93 ± 3,10
20,59

48,63
60,55

17,30 ±0,68
1,30 ± 0,30
1,49 ± 0,20
20,09

33,84 ± 1,91
7,68 ± 1,22
2,73 ± 0,69
44,25

5,08
0,41
2,58
14,99

*Yazeed (2013)
tt (tidak terdeteksi)

Tabel 3 menunjukkan bahwa asam lemak yang terkandung dalam baby
fish mas terdiri dari asam lemak jenuh, yaitu laurat (C12:0), miristat (C14:0),
palmitat (C16:0), dan stearat (C18:0). Asam lemak tidak jenuh tunggal, yaitu oleat
(C18:1), serta asam lemak tak jenuh jamak, yaitu linoleat (C18:2, n-6), linolenat
(C18:3, n-3) dan arakidonat.
Asam lemak jenuh tertinggi pada baby fish mas berumur 3 minggu, yaitu
36,36%, dan terendah pada baby fish mas berumur 7 minggu, yaitu 10,04% dari
total asam lemak ikan. Asam lemak tak jenuh tunggal tertinggi pada ikan berumur
5 minggu, yaitu 43,03%, dan terendah pada ikan berumur 7 minggu, yaitu 20,59%
dari total asam lemak ikan. Asam lemak tak jenuh jamak tertinggi pada baby fish
mas dengan umur panen 7 minggu, yaitu 44,25%, dan terendah pada ikan berumur
3 minggu, yaitu 17,93% dari total asam lemak ikan. Keragaman komposisi asam
lemak ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu spesies, pakan, letak geografis,
serta umur dan ukuran ikan tersebut (Ozogul dan Ozogul 2012).
Asam lemak jenuh yang terkandung dalam baby fish mas adalah laurat,
miristat, palmitat, dan stearat. Laurat pada ketiga umur panen tidak berbeda
(P> 0,05) pada umur 3 minggu sebesar 0,36%, 5 minggu sebesar 0,16%, dan
7 minggu sebesar 0,41%. Miristat pada ketiga umur panen tidak saling berbeda
(P> 0,05) pada umur 3 minggu sebesar 3,32%, umur 5 minggu sebesar 2,47%, dan
7 minggu sebesar 4,29%. Palmitat pada ketiga umur panen berbeda (P< 0,05)
pada umur 3 minggu sebesar 32,68%, umur 5 minggu sebesar 27,38%, dan pada
umur 7 minggu sebesar 3,47%. Kadar palmitat pada umur 7 minggu berbeda nyata
dari umur 3 dan 5 minggu. Stearat pada ketiga umur panen saling berbeda
(P< 0,05) pada umur 3 minggu tidak terdeteksi, umur 5 minggu sebesar 0,78%,
dan umur 7 minggu sebesar 1,87%. Kadar stearat pada semua umur saling berbeda
nyata. Hasil analisis statistik asam lemak ditunjukkan pada Lampiran 2. Palmitat
terdapat dalam kadar tertinggi pada baby fish mas dengan umur panen 3 minggu,
yaitu 32,68%, dan kadar terendah pada ikan berumur 7 minggu, yaitu 3,47%.
Menurut Osman et al. (2007), palmitat merupakan asam lemak jenuh yang paling
banyak terdapat dalam minyak ikan.
Asam lemak tak jenuh tunggal yang terkandung dalam baby fish mas pada
berbagai umur panen adalah oleat (C18:1). Oleat pada ketiga umur panen berbeda
(P< 0,05) yaitu pada ikan dengan umur panen 3 minggu, yaitu 40,82%, umur
5 minggu sebesar 43,03%, dan pada umur 7 minggu sebesar 18,93%. Kadar oleat
pada umur 7 minggu berbeda nyata dari umur 3 dan 5 minggu. Analisis statistik
asam lemak ditunjukkan pada Lampiran 2. Kandungan MUFA, khususnya oleat

12

(C18:1) baby fish mas yang relatif tinggi ini sesuai dengan pernyataan Ackman
(1994), yaitu asam lemak ikan air tawar mengandung kadar C16 dan C18 yang
tinggi sedangkan C20 dan C22 rendah, sebaliknya ikan air laut mengandung kadar
C20 dan C22 yang tinggi dan C16 dan C18 rendah. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan komposisi jenis lemak yang dikonsumsi dari lingkungan hidupnya.
Asam lemak tak jenuh jamak terdiri dari linoleat, linolenat dan
arkinidonat. Linoleat pada ketiga umur panen berbeda (P< 0,05) yaitu pada ikan
dengan umur panen 3 minggu, yaitu 15,46%, umur 5 minggu sebesar 17,30%, dan
pada umur 7 minggu sebesar 33,84%. Kadar linoleat pada umur 5 dan 7 minggu
berbeda nyata dari umur 3 minggu. Linolenat pada ketiga umur panen berbeda
(P< 0,05) yaitu pada ikan dengan umur panen 3 minggu sebesar 1,07%, umur
5 minggu sebesar 1,30%, dan pada umur 7 minggu sebesar 7,68%. Kadar linolenat
pada umur 5 dan 7 minggu berbeda nyata dari umur 3 minggu. Arakidonat pada
ketiga umur panen berbeda (P< 0,05) yaitu pada ikan dengan umur panen
3 minggu sebesar 1,40%, umur 5 minggu sebesar 1,49%, dan pada umur 7 minggu
sebesar 2,73%. Kadar arakidonat pada umur 5 dan 7 minggu berbeda nyata dari
umur 3 minggu. Hasil analisis statistik asam lemak ditunjukkan pada Lampiran 2.
Asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) baby fish mas didominasi oleh
linoleat (C18:2, n-6), yaitu tertinggi pada ikan berumur 7 minggu (33,84%), dan
terendah pada ikan berumur 3 minggu (15,46%). Kandungan linolenat
(C18:3, n-3) tertinggi pada ikan berumur 7 minggu (7,68%). Kandungan
arakidonat tertinggi pada ikan berumur 7 minggu, yaitu 2,73%. Menurut
Connor et al. (1992), tingginya asam linoleat dapat menghambat laju biosintesis
DHA dari asam linolenat. Menurut Crawford (1993), proses biosintesis tersebut
akan berjalan lambat, kurang efisien, dan berubah menurut umur. Kandungan
asam lemak tak jenuh jamak yang dikandung ikan mas lebih besar apabila
dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lain diantaranya ikan mas,
patin, dan tilapia. Berdasarkan penelitian Rahman et al. (1994), kandungan
linoleat dan linolenat ikan mas sebesar 15,6% dan 0,12%, patin 9,97% dan 0,94%,
dan tilapia mengandung linoleat sebesar 5,09%, namun tidak mengandung
linolenat. Menurut Osman et al. (2007), ikan air tawar memiliki kandungan asam
lemak tak jenuh jamak yang lebih rendah daripada ikan air laut. Perbedaaan
tersebut dapat disebabkan oleh fakta bahwa ikan air tawar lebih banyak
mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan sedangkan ikan air laut mengkonsumsi
zooplankton yang kaya akan PUFA.
Kandungan asam lemak tak jenuh pada baby fish mas, misalnya oleat dan
linoleat sangat berguna bagi tubuh manusia apabila mengkonsumsinya karena
asam lemak tak jenuh yang berasal dari ikan memiliki berbagai fungsi yang
bermanfaat bagi tubuh. Asam lemak memiliki fungsi yang penting bagi tubuh,
asam lemak esensial digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari
membran sel dan untuk membuat bahan-bahan, Antara lain hormon (hormonlike)
yang disebut eikosanoid. Eikosanoid membantu mengatur tekanan darah, proses
pembekuan darah, lemak dalam darah dan respon imun terhadap luka dan infeksi
(Thoha 2004). Asam lemak omega 3 merupakan kelompok Long Chain
Polyunsaturated Fatty Acid (LCPUFA) mempunyai peran penting dalam
perkembangan otak dan fungsi penglihatan (Thoha 2004). Defisiensi n-3 dapat
berisiko menderita penyakit pembuluh darah dan jantung (Muchtadi et al. 1993).

13

Deskripsi Jaringan Baby Fish Mas
Potongan melintang baby fish mas bagian posterior berumur 3, 5 dan
7 minggu memperlihatkan adanya jaringan tulang belakang yang terdiri dari
spinal cord, neural, notochord, sel-sel bervakuola, centrum, hemal, dan arteri
dorsal serta jaringan otot yang terdiri dari blok miotom dan myoseptum. Gambar 3
dan 4 menunjukkan blok-blok myotome terlihat jelas pada baby fish mas umur
3 minggu. Kiessling et al. (2006) memaparkan otot lurik ikan teleostei terdiri dari
lembaran panjang otot (miotom) pada kedua sisi tubuh dari kepala hingga ekor.
Setiap myotome dibatasi oleh septum, di mana serat otot sejajar dengan sumbu
tubuh.

9

1
a

8

2
7
3

6

4

5
Gambar 3 Penampang melintang bagian posterior baby fish mas (perbesaran
100x) 1: blok myotome; 2: perimysium; 3: centrum; 4: dorsal artery; 5:
hemal; 6: sel-sel bervakuola; 7: notochord; 8: neural; 9: spinal cord.

selubung
notochord
Sel bervakuola
Centrum
Gambar 4 Pusat tulang baby fish mas (perbesaran 400x)

14

Sel mukus

Myomere

Gambar 5 Penampang melintang daging berkulit baby fish mas (perbesaran 400x)
Gambar 5 menunjukkan jaringan kulit baby fish mas umur panen
3 minggu, yang memperlihatkan adanya sel mukus, myomere dan myoseptum.
Myomere pada umur 3 minggu sudah terlihat jelas, namun jarang.
Tayel et al. (2013) memaparkan pada kulit ikan terdiri atas epidermis, dermis, dan
lapisan hipodermal. Kulit meliputi lapisan otot yang terutama terdiri dari segmensegmen myomere. Setiap myomere dianggap sebagai otot dan serat yang sejajar
sumbu panjang tubuh.

a)

b)
5

3

Myomere

1
2

4

Pembuluh
darah kapiler

Gambar 6 Penampang melintang otot baby fish mas. a) umur 5 minggu
(perbesaran100x) (1) daging merah, (2) linea lateralis (3) daging
putih (4) otot hipaksial (5) otot epaksial.
b) umur 7 minggu (perbesaran 400x).
Gambar 6 menunjukkan jaringan otot baby fish mas umur 5 minggu dan
7 minggu yang terdiri dari daging putih yang terdiri dari myomere yang semakin
kompak beserta myoseptumnya dan linea lateralis serta jaringan epitel. Diameter
myomere pada daging putih cenderung membesar dibanding myomere pada
daging merah. Hal ini sesuai dengan pemaparan Kiessling et al. (2006) bahwa
semua ikan memiliki dua jenis utama serat otot gerak yakni merah dan putih, pada
ikan teleostei otot aksial sebagian besar terdiri dari serat otot putih yang ditutupi
oleh lapisan tipis dari serat otot lambat (merah) dengan lapisan serat merah muda
antara otot diantara otot putih dan otot merah. Myomere pada baby fish mas
berumur 7 minggu mengalami degradasi, hal ini diduga belum kuatnya jaringan

15

akibat larutan fiksatif dan dehidrasi pada analisis histologis. Johnston (1999)
memaparkan perkembangan otot ikan berbeda dengan hewan lainnya,
perkembangan otot ikan berlangsung selama hidup ikan tersebut. Perkembangan
otot dapat digolongkan menjadi hyperplasia dan hypertropi, hyperplasia yakni
perkembangan ukuran serat otot mulai fase post embrionik hingga mencapai
diamter maksimum, sedangkan hypertropy yakni pertambahan jumlah serat otot
akibat pembentukan serat baru (Kiessling et al. 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Asam lemak jenuh total yang terdiri dari laurat, miristat, palimitat, dan
stearat, berturut-turut dari umur 3, 5, dan 7 minggu pada baby fish mas mengalami
penurunan. Asam lemak tak jenuh tunggal terdiri dari oleat yang berturut-turut
umur 3 minggu dan 5 minggu mengalami kenaikan, sedangkan pada umur
7 minggu mengalami penurunan. Asam lemak tak jenuh jamak terdiri dari
linoleat, linolenat dan archinidonat, dengan jumlah total berturut-turut pada umur
3, 5, dan 7 minggu mengalami kenaikan.
Jaringan baby fish mas pada berbagai umur panen cenderung menunjukkan
perbedaan. Jumlah dan ukuran myomer baby fish mas secara kualitatif terlihat
meningkat seiring dengan pertambahan umur panennya. Pencernaan baby fish mas
dengan umur panen yang lebih tua memiliki lebih banyak sel penghasil mukus
dan sel penyerap.
Saran
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan analisis parameter biometrik yang
lain untuk mempertegas perbedaan antar umur panen, perbaikan metode preparasi
histologis, analisis histologis pada struktur ultra sel dengan TEM, dan perbaikan
metode derivatisasi untuk mempertegas hasil asam lemak.

DAFTAR PUSTAKA
Ackman RG. 1994. Seafood lipids. Di dalam: Shahidi F, Botta JR, editor.
Seafoods: Chemistry, Processing Technology & Quality. London (GB):
Blackie Academic & Professional. Chapman & Hall.
Afkhami M, Mokhlesi A, Bastami KD, Khoshnood R, Eshaghi N, Ehsanpour M.
2011. Survey of some chemical compositions and fatty acids in cultured
common carp (Cyprinus carpio) and grass carp (Ctenopharyngodon idella),
Noshahr, Iran. World Journal of Fish and Marine Sciences 3 (6): 533-538.
Alemu LA, Malese, AY, Gulelat DH. 2013. Effect of endogenous factors on
proximate composition of nile tilapia (Oreochromis Niloticus L.) fillet from
Lake Zeway. American Journal of Research Communication, 1(11): 405410.

16

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Amri K, Khairuman. 2007. Peluang Bisnis dan Teknik Produksi Massal Ikan
Balita. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. hlm 2-13.
Angka SL, Mokoginta I, Hamid H. 1990. Anatomi dan Histologi Banding
beberapa Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Bogor (ID):
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Institut Pertanian Bogor. hlm 17-27.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington
(US): The Association of Official Analytical Chemist, Inc.
[AOAC] Association of Official Analytic Chemist. 1984. Official Method of
Analysis of The Analytical of Chemist. Arlington, Virginia, USA :
Association of Official Analytical Chemist, Inc
Aslianti T, Priono A. 2009. Increasing vitality and survival rate of orange spotted
grouper, Epinephelus coioides seed fed vitamin c and calcium fortified diet.
Torani Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan 19(1): 74–81
Ayas D, Ozugul Y. 2011. The chemical composition of carapace meat of sexually
mature blue crab (Callinectes sapidus, Rathbun 1896) in the Mersin Bay. J.
Fisheries Sci., 38: 645-650.
Connor WE, Neuringer M, Reisbick S. 1992. Essential fatty acids: the importance
of n-3 fatty acids in the retina and brain. Nutr. Rev 50: 21-29.
Crawford MA. 1993. The role of essential fatty acids in neural development:
implications for perinatal nutrition. Am. J. Clin. Nutr 57: 703-710.
Dewantoro E. 2001. Rasio RNA/DNA, karakter morfometrik, dan komposisi
daging ikan mas (Cyprinus carpio L.) strain sinyonya, karper kaca, dan
hibridanya. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Georgiev L, Penchev G, Dimitrov D, Pavlov A. 2008. Structural changes in
common carp (Cyprinus carpio) fish meat during freezing. Bulgarian
Journal of Veterinary Medicine. 2 (2) : 131-136.
Handayani R. 2007. Optimalisasi distribusi pemasaran ikan mas hidup dari waduk
cirata, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Program Studi Manajeman
Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Hendriko. 2007. Pengaruh kadar asam lemak n-6 dan n-3 pakan yang berbeda
terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan batak (Labeobarbus soro).
[skripsi]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Irianto HE, Soesilo I. 2007. Dukungan teknologi penyediaan produk perikanan. Di
dalam: Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia 2007. Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, November 21, 2007.
Jabeen F, Chaudhry AS. 2011. Chemical compositions and fatty acid prifiles of
three freshwater fish species. Food chemistry. (125): 991-996.
Johnston IA.1999. Muscle development and growth: potential implications for
flesh quality in fish. Aquaculture. 177: 99–115
Kiessling A, Ruohonen K, Bjørnevik M. 2006. Muscle fibre growth and quality
in fish. Arch. Tierz., Dummerstorf 49 (2006): 137-146.
Majewska D, Jakubowska M, Ligocki M, Tarasewicz Z, Szczerbin D, Karamucki
T,Sales J. 2009. Physicochemical characteristics, proximate analysis and

17

mineral composition of ostrich meat as influenced by muscle. J. Food
Chem. 117: 207–211.
Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pusat Antar
Universitas, IPB. Bogor (ID): Pustaka Sinar Harapan.
Munandar A. 2008. Kemunduran mutu ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
penyimpanan suhu rendah dengan perlakuan cara kematian dan penyiangan.
[skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Nurjanah, Nurhayati T, Abdullah A, Raharjo AP. 2009. Pengaruh Umur Panen
Terhadap Komposisi Asam Lemak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy).
Seminar Nasional Perikanan Indonesia Hal: 355-362.
Osman F, Jaswir I, Khaza’ai H, Hashim R. 2007. Fatty acid profiles of fin fish in
Langkawi Island, Malaysia. J. Oleo Science 56:107-113.
Ozogul Y, Simsek A, Balikci E, Kenar M. 2012. The effects of extraction
methods on the contents of fatty acids, especially EPA and DHA in marine
lipids. Int J Food Sci Nutr. 63(3): 326-31.
Ozugul Y, Ozugul F. 2007. Fatty acid profiles of commercially important fish
species from the mediterranean, agean dan black seas. Food Chemi