Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada Pt Godongijo Asri Depok Jawa Barat

RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA
PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT

ROSIANA HERAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Produksi
Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Depok Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rosiana Herawati
NIM H34134001

ABSTRAK
ROSIANA HERAWATI. Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT
Godongijo Asri Depok Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki
produksi tertinggi di Indonesia. Namun pengusahaan tanaman hias memiliki
indikasi risiko dalam kegiatan produksinya khususnya tanaman hias Walisongo.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi,
menganalisis probabilitas dan dampak sumber risiko produksi, dan merumuskan
alternatif strategi sebagai penanganan setiap sumber risiko produksi tanaman hias
Walisongo pada PT Godongijo Asri. Metode penelitian yang digunakan untuk
menghitung probabilitas dan dampak risiko adalah z-Score dan Value at Risk
(VaR). Sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo yang terjadi pada
PT Godongijo Asri adalah serangan hama, serangan penyakit tanaman, kondisi
cuaca tidak menentu dan kualitas sekam. Kemungkinan sumber risiko terbesar
adalah kondisi cuaca tidak menentu dengan dampak terbesar sedangkan

kemungkinan sumber risiko terkecil adalah kualitas sekam dengan dampak
terkecil. Alternatif strategi preventif dan mitigasi dilakukan untuk menangani
sumber risiko pada kuadran II sedangkan 2 sumber risiko lainnya yang berada
pada kuadran III hanya menggunakan strategi preventif.
Kata Kunci: hortikultura, produksi, risiko, tanaman hias, Walisongo

ABSTRACT
ROSIANA HERAWATI. Production Risk of Walisongo Ornamental Plant in PT
Godongijo Asri Depok West Java. Supervised by ANNA FARIYANTI.
Ornamental plant is one of horticultural commodities that the largest
volume product in Indonesia. In spite of ornamental plant farms have been risk
indicate of production activities particularly Walisongo ornamental plant. The
purpose of this study to identify the source of production risk, analyzing the
probability and impact source of production risk, and than risk management
strategies to analyze alternatives handling for each source of risk Walisongo
ornamental plant in PT Godongijo Asri. The research methods used for
calculating the probability and impact are z-Score and Value at Risk (VaR). The
sources of the risk Walisongo ornamental plant in PT Godongijo Asri consists of
disease attack, germ attack, unpredictable weather, and husks quality. The highest
probability of risk is cause by unpredictable weather with the highest impact even

though the smallest probability of risk is cause by husks quality with the smallest
impact. Mitigation and preventive strategies should be applied for quadrant II and
the others 2 sources risk at quadrant III should be applied by preventive strategies.
Keywords: horticulture, ornamental plant, production, risk, Walisongo

RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA
PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT

ROSIANA HERAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
risiko produksi, dengan judul Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT
Godongijo Asri Depok Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran. Penulis ucapkan
terima kasih kepada Tintin Sarianti, SP MM selaku dosen penguji utama dan
Yanti Nuraeni Muflikh, SP MAbuss selaku dosen penguji komdik. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Jane Nadeak selaku Accounting
Manager, Bapak Rizki Syahrazi selaku Production/Marketing Manager dan Ibu
Dian Puspasari selaku Production Manager Assistance PT Godongijo Asri yang
telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan telah membantu
pengumpulan data, serta seluruh karyawan produksi PT Godongijo Asri yang
telah memberikan waktu dan informasi secara rinci mengenai risiko produksi
tanaman hias Walisongo. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Rosiana Herawati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
5
9
9
9

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-Sumber Risiko
Peluang dan Dampak Risiko
Strategi Pengelolaan Risiko

10

10
11
12

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Analisis Risiko
Sumber-Sumber Risiko
Dampak Risiko
Manajemen Risiko
Pemetaan Risiko
Kerangka Pemikiran Operasional

14
14
14
15
15
16

17
20
22

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Kuantitatif
Analisis Probabilitas
Analisis Dampak Risiko
Pemetaan Risiko

23
23
24
25
25
26

26
27
28

GAMBARAN UMUM PT GODONGIJO ASRI
Sejarah Singkat PT Godongijo Asri
Visi dan Misi PT Godongijo Asri
Struktur Organisasi PT Godongjo Asri
Tenaga Kerja Produksi PT Godongijo Asri

30
30
30
31
33

Kegiatan Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri

33


HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Sumber Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA
Analisis Probabilitas Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA
Analisis Dampak Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA
Pemetaan Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA
Strategi Penanganan Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA

38
38
48
53
57
59

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

66
66

66

DAFTAR PUSTAKA

67

LAMPIRAN

70

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2012 sampai
2013
Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di
Indonesia tahun 2013 sampai 2014
Produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2011 sampai 2013
Wilayah sentra produksi (tangkai) komoditas tanaman hias di Jawa
Barat tahun 2013
Tingkat kegagalan tanaman hias pada PT Godongijo Asri periode 15
Januari sampai 15 Maret 2015
Jenis dan sumber data penelitian
Form pencatatan sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo
Jabatan dan tugas-tugas tenaga kerja pada PT Godongijo Asri
Penggunaan perlengkapan merockwool untuk 1 000 tanaman hias
Walisongo
Penggunaan peralatan penanaman tanaman Walisongo untuk 1 meja
tanam
Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko
serangan hama pada PT Godongijo Asri
Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko
serangan penyakit tanaman pada PT Godongijo Asri
Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko
kondisi cuaca tidak menentu pada PT Godongijo Asri
Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko
kualitas sekam
Probabilitas sumber risiko serangan hama pada PT Godongijo Asri
Probabilitas sumber risiko serangan penyakit tanaman pada PT
Godongijo Asri

1
2
3
5
6
24
25
32
34
35
40
43
45
47
49
50

17 Probabilitas sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada PT
Godongijo Asri
18 Probabilitas sumber risiko kualitas sekam pada PT Godongijo Asri
19 Harga jual tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri tahun
2013 sampai tahun 2015
20 Dampak sumber risiko serangan hama pada tanaman hias Walisongo di
PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp8 500
21 Dampak sumber risiko serangan penyakit tanaman pada tanaman hias
Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per
batang Rp8 500
22 Dampak sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada tanaman hias
Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per
batang Rp8 500
23 Dampak sumber risiko kualitas sekam pada tanaman hias Walisongo di
PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp8 500
24 Sumber, probabilitas, dampak, dan status risiko tanaman hias
Walisongo pada PT Godongijo Asri

51
52
53
54

55

56
57
58

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo periode
tahun 2013 sampai 2015
Proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan
Peta risiko
Peta pemindahan risiko pada strategi preventif
Peta pemindahan risiko pada strategi mitigasi
Kerangka pemikiran operasional
Layout peta risiko
Struktur organisasi PT Godongijo Asri tahun 2015
Kegiatan perbanyakan stek tanaman Walisongo
Kegiatan perockwoolan tanaman Walisongo
Meja tanam untuk menanam tanaman Walisongo
Penanaman hasil stek tanaman Walisongo
Kegiatan pemeliharaan tanaman hias Walisongo pada mistroom dan
ruang aklimatisasi
Serangan hama Nymphola depunctalis pada mistroom, Nymphola
depunctalis pada ruang aklimatisasi dan Cnaphalocrosis medinalis
Serangan penyakit tanaman pada tanaman hias Walisongo yaitu bercak
daun (Leaf spot), botrytis, dan layu (Fusarium)
Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu
yaitu busuk batang akar (Phytium)
Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kualitas sekam yaitu jamur
Phytopthora palmivora
Pemetaan masing-masing sumber risiko produksi tanaman hias
Walisongo

7
18
20
21
21
23
29
31
34
35
36
36
37
40
42
44
46
59

19 Peta pemindahan sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu dan
serangan penyakit tanaman pada strategi preventif
20 Peta pemindahan sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu dan
serangan penyakit tanaman pada strategi mitigasi

62
65

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7

Data tanaman hias proyek vertical garden Simprug Golf 9 bulan
Januari 2015 pada PT Godongijo Asri
Data pengamatan tanaman hias Walisongo pada umur tanaman 0
sampai 1 bulan pada PT Godongijo Asri
Data pengamatan tanaman hias Walisongo pada umur tanaman 1
sampai 2 bulan pada PT Godongijo Asri
Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman
hias Walisongo akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu
Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman
hias Walisongo akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman
Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman
hias Walisongo akibat sumber risiko serangan hama
Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman
hias Walisongo akibat sumber risiko kualitas sekam

70
71
72
73
74
75
76

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang tepat untuk dijadikan sebagai sektor
andalan dalam membangun perekonomian nasional melalui kegiatan agribisnis.
Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan
dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia (Ditjen
Hortikultura 2014). Komoditas hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran,
tanaman hias (florikultura), dan tanaman obat (biofarmaka). Komoditas
hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis
hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik
berskala kecil, menengah maupun besar karena memiliki keunggulan berupa nilai
jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan, teknologi, serta
potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional.
Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern,
maupun pasar luar negeri (Ditjen Hortikultura 2014). Namun, telah diketahui
bahwa pada usaha hortikultura memiliki indikasi risiko yang tinggi pada proses
produksinya sebab komoditas hortikultura memiliki karakteristik mudah busuk,
rusak serta siklus produksi yang lebih panjang. Tabel 1 menunjukkan bahwa
terjadi penurunan volume ekspor komoditas hortikultura seperti sayuran, buahbuahan, dan tanaman hias pada tahun 2012 sampai 2013.
Tabel 1 Volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2012 sampai 2013
Volume (ton)
Pertumbuhan
Komoditas
(%)
2012
2013
Sayuran
104 347
88 278
-15.4
Buah-buahan
208 580.3
190 848
-8.5
Tanaman hias
9 268
4 102
-55.74
Tanaman obat
2 226
24 419
997
Jumlah
324 421.3
307 645
-5.17
Sumber: Kementerian Pertanian (2014)

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usaha hortikultura,
diantaranya fluktuasi produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit,
kebijakan dan regulasi dibidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum
sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional. Hal ini
menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan
produk hortikultura yang berasal dari negara lain. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kontribusi subsektor hortikultura ke depan diperlukan dukungan
semua pihak yang terkait secara terintegrasi sesuai tugas dan fungsinya.
Telah diketahui bahwa tanaman hias merupakan salah satu komoditas yang
mengalami penurunan volume ekspor tahun 2012 sampai 2013, penurunan

2
volume ekspor tanaman hias lebih besar dibandingkan komoditas sayuran dan
buah-buahan. Hal ini disebabkan karena adanya indikasi penurunan produktivitas
pada tanaman hias. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat terjadi penurunan
produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2013 sampai 2014 sebesar 2.36
tangkai/m2. Hal ini disebabkan karena peningkatan luas panen yang lebih tinggi
dibanding dengan peningkatan produksi tanaman hias.
Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di
Indonesia tahun 2013 sampai 2014
Tahun

Komoditas
Buah-buahan:
Luas panen (pohon)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/pohon)
Sayuran:
Luas panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Tanaman obat:
Luas panen (m2)
Produksi (kg)
Produktivitas (kg/m2)
Tanaman hias:
Luas panen (m2)
Produksi (tangkai)
Produktivitas (tangkai/m2)

Pertumbuhan
(%)

2013

2014

64 629 386
56 982 995
0.88

69 517 584
65 504 020
0.94

0.07
0.13
0.06

545 842
6 350 607
11.63

574 515
6 734 382
11.72

0.05
0.06
0.01

174 333 405
387 085 946
2.22

195 649 664
485 312 474
2.48

0.11
0.20
0.11

24 140 123
589 811 543
24.43

29 901 407
659 813 265
22.07

0.19
0.11
-0.11

Sumber: Kementerian Pertanian (2014)

Hal tersebut mungkin terjadi karena petani dihadapkan pada kondisi
eksternal seperti faktor alam yang sulit untuk diprediksi, kemudian ditambah lagi
petani diindikasi kurang cepat untuk merespon adanya sumber risiko yang ada di
lokasi usaha, selain itu petani tanaman hias di Indonesia kurang dapat membaca
perubahan preferensi terhadap tren tanaman hias sehingga petani memproduksi
tanaman hias yang sudah tidak lagi menjadi tren. Kendala pelaku ekspor ketika
menjual produknya di luar negeri adalah tidak adanya dukungan dalam bentuk
promosi (Sobir 2014). Hal ini dapat disebabkan karena pelaku ekspor belum
sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis tanaman hias di Indonesia. Dalam hal
ini petani harus mengeahui tentang hama atau penyakit tanaman penting yang
dapat menyerang tanaman hias di lokasi usaha, kondisi tanah maupun iklim yang
dapat membatasi pencapaian produksi maksimum dari tanaman yang diusahakan
serta memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi kendala-kendala yang akan
terjadi. Tabel 3 menunjukkan bahwa produktivitas berbagai komoditas tanaman
hias memperlihatkan produktivitas yang berbeda dari tahun 2011 sampai tahun
2013.

3
Tabel 3 Produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2011 sampai 2013
Produktivitas (tangkai/pohon)
Persentase
Komoditas
pertumbuhan (%)
2011
2012
2013
Aglaoenema
4.8
5.5
5.86
22.08
Adenium
4.55
6.61
5.54
21.75
Anggrek
7.96
12.63
10.23
28.52
Anthurium bunga
12.54
14.24
9.89
-21.13
Anyelir
21.99
17.64
21.59
-1.82
Gladiol
18.03
14.84
12.3
-31.78
Krisan
34.71
40.36
42.64
22.84
Mawar
22.34
84.91
46.55
108.37
Melati
3
31.12
3.09
3
Palem
1.6
2.11
1.88
17.5
Sumber: Kementerian Pertanian (2014)

Produktivitas berbagai tanaman hias di Indonesia berfluktuasi dari tahun
ke tahun, kadang cenderung mengalami peningkatan dan kadangkala mengalami
penurunan. Naik turunnya produktivitas tanaman hias tersebut menunjukkan
usaha tanaman hias mempunyai risiko dalam pengusahaannya. Salah satu
penyebab adanya variasi produktivitas berbagai tanaman hias disebabkan
perbedaan teknologi yang diadopsi dan digunakan dalam proses produksi serta
faktor eksternal seperti kondisi lingkungan. Sumber risiko produksi dalam usaha
tanaman hias antara lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakit
yang sulit diprediksi sebelumnya, efisiensi penggunaan input serta tanaman yang
rentan dalam perawatannya. Adanya risiko produksi tersebut akan memengaruhi
keberhasilan dan keuntungan yang diterima usaha tanaman hias. Strategi
pengelolaan risiko yang bertujuan menekan dampak risiko dalam usaha tanaman
hias menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji.
Menurut Saragih (2001) agribisnis florikultura adalah keseluruhan
kegiatan bisnis yang terkait dengan bunga-bungaan dan terdapat 3 alasan yang
mendukung perkembangan florikultura di Indonesia yaitu: 1) Potensi keragaman
jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, 2) Potensi keragaman
jenis tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan 3) Potensi ketersediaan
lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas.
Dengan mengatur pola produksi, kapasitas produksi, dan proses produksi
yang ramah lingkungan akan diperoleh produk yang bersih dan berdaya saing
global. Mengingat potensi perkembangan florikultura maka proses produksi akan
berkembang ke lokasi baru bersamaan dengan penerapan program intensifikasi di
lahan yang telah mapan, hal tersebut didukung berdasarkan peningkatan luas
panen yang sangat tinggi.
Saat ini telah berkembang tanaman hias yang dijual dalam bentuk yang
berbeda, salah satunya bentuk tanaman hias yang dijual untuk konsumen dengan
konsep vertical garden. Vertical garden adalah konsep taman tegak yang elemen
tamannya diatur sedemikian rupa dalam sebuah bidang tegak untuk
menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media
pertumbuhannya, konsep ini mulai berkembang pada tahun 1994. Prospek bisnis
tanaman hias vertical garden pada awalnya tidak berkembang dengan pesat dalam

4
waktu singkat sebab harga yang ditawarkan relatif mahal sehingga tidak semua
orang dapat menjangkaunya. Sikap optimis tetap ada pada pelaku usaha vertical
garden ini sebab beberapa tahun terakhir permintaan terhadap tanaman vertical
garden terus menunjukkan tren yang positif dengan menjual tanaman vertical
garden dengan harga terjangkau, khususnya diawal tahun 2015 (Arum 2015).
Oleh sebab itu, terdapat peluang bisnis yang sangat prospektif pada pelaku usaha
vertical garden.
Jenis tanaman vertical garden yang digunakan untuk penanaman beragam.
Akan tetapi terdapat beberapa kriteria tanaman seperti: tanaman tidak terlalu
berat, kecepatan tumbuh rendah hingga menengah, dapat hidup pada kondisi
panas serta dapat menutupi elemen bagian dari rangka vertical garden. Jenis
tanaman tersebut terdiri dari Kuping Gajah, Lili Paris, Walisongo, Suji Belut,
Kadaka dan beberapa tanaman hias lainnya. Tanaman semak sangat bermanfaat
dalam pembentukan tanaman vertical garden seperti tanaman Walisongo yang
merupakan jenis tanaman semak sebab ketinggiannya kurang dari 1 meter
sehingga tidak perlu dipangkas. Tanaman Walisongo sangat bermanfaat dalam
pembentukan vertical garden karena manfaatnya dapat menutupi bagian elemen
penyusun rangka vertical garden, sehingga dapat terlihat lebih alami. Keunikan
dan banyaknya manfaat yang berasal dari tanaman hias Walisongo ini
menyebabkan tanaman hias Walisongo menempati proporsi tertinggi pada elemen
vertical garden dibandingkan tanaman hias lainnya.
Tanaman hias Walisongo merupakan tanaman hias yang cukup mudah
untuk dirawat. Selain bermanfaat sebagai tanaman hias, tanaman Walisongo juga
memiliki manfaat sebagai penyerap polusi udara. Biasanya tanaman hias
Walisongo ini dijadikan tanaman hias di ruangan yang dapat menetralisir asap
rokok. Secara visual tanaman hias Walisongo ini memiliki daun yang berbentuk
jari tangan pada batang bagian utama. Daun tebal dan mengilap berwarna hijau
atau variegate. Sebagian daun bisa berwarna kuning. Bentuk daun tanaman
Walisongo ada yang bergelombang, ramping, lonjong, runcing atau menyerupai
daun ubi kayu. Cara menanam tanaman hias Walisongo bisa dilakukan di dalam
pot atau ditanam langsung di tanah. Untuk penanaman dalam pot, tanaman
Walisongo biasanya dijadikan penghias ruangan atau teras rumah. Jika tanaman
hias Walisongo ini ditanam di tanah, bisa berfungsi sebagai tanaman peneduh dan
tidak terlalu menghasilkan sampah daun kering. Tanaman Walisongo yang
ditanam di tanah dapat tumbuh hingga mencapai 8 meter.
PT Godongijo Asri merupakan salah satu pionir penghasil tanaman hias
untuk tanaman vertical garden. Hal ini disebabkan karena PT Godongijo Asri
mampu mengadopsi konsep yang sesuai dengan negara asalnya yaitu negara
Perancis. Tidak seperti pelaku usaha sejenis yang kurang memahami konsep dari
vertical garden, sehingga banyak pengusaha tanaman hias vertical garden yang
memproduksi tanaman hias dengan konsep dan teknik yang tidak sesuai. Daerah
Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra pengembangan tanaman hias di
Indonesia (Ditjen Hortikultura 2014). Salah satu daerah di Jawa Barat yang
merupakan sentra tanaman hias adalah Kota Depok, berdasarkan Tabel 4
menyatakan bahwa Kota Depok memiliki proporsi tertinggi sentra produksi
tanaman hias yaitu sebesar 32% lebih tinggi dibandingkan dengan daerah Cianjur
yaitu sebesar 30.12%.

5
Tabel 4 Wilayah sentra produksi (tangkai) komoditas tanaman hias di Jawa Barat
tahun 2013
Komoditas
Depok
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Anthurium daun
18 798
28 600
18 240
7 390
Caladium
16 549
6 368
20 000
24 300
Aglaonema
18 580
3 030
800
730
Adenium
28 778
10 160
5 000
284
Pakis
22 760
27 415
2 000
65 000
Euphorbia
12 492
17 921
5 600
20 800
Monstera
8 260
650
2 500
30
Diffenbehia
200
200
0
3
Total
126 417
94 344
54 140
118 537
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2013)

Hal ini ditunjang pula oleh potensi pasar yang sangat baik, masih
tersedianya lahan, potensi sumberdaya manusia yang besar, serta kondisi iklim
Kota Depok yang sesuai untuk memproduksi tanaman hias. Cinangka merupakan
salah satu daerah sentra perdagangan tanaman hias yang terletak di Kota Depok.
PT Godongijo Asri merupakan perusahaan besar didaerah Cinangka Depok yang
menjadi sentra produksi tanaman hias yang mengusahakan berbagai jenis tanaman
hias untuk memenuhi permintaan pasar, seperti Asystasia, Begonia sp., Cordyline
Merah, Dracaena Goedsefiana, Epipremnum sp., Ficus Siamensis, Kadaka Pelipis,
Miana Merah, Pakis Hutan, Peperomia Scandies, Walisongo, Suji Belut, dan
berbagai macam jenis tanaman lainnya. Berdasarkan uraian tersebut penelitian
mengenai risiko produksi tanaman hias penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah
PT Godongijo Asri merupakan perusahaan tanaman yang bergerak
dibidang tanaman hias dan beberapa tanaman buah meliputi bidang usaha
produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Tanaman hias yang diusahakan di PT
Godongijo Asri seperti Asystasia, Begonia sp., Cordyline Merah, Dracaena
Goedsefiana, Epipremnum sp., Ficus Siamensis, Kadaka Pelipis, Miana Merah,
Pakis Hutan, Peperomia Scandies, Walisongo, Suji Belut, dan berbagai macam
jenis tanaman lainnya. PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang selalu
mengembangkan usahanya terlihat dari penambahan jenis komoditas yang
diusahakan sesuai dengan permintaan pasar dan sedang memfokuskan pada usaha
vertical garden. Hal inilah yang menjadikan PT Godongijo Asri dapat bertahan
hingga saat ini. Tanaman hias yang diproduksi pada PT Godongijo Asri adalah
tanaman hias yang banyak dicari oleh konsumen sehingga usaha produksi
tanaman hias ini dapat berkembang dengan pesat. Namun, perlu diperhatikan bibit
tanaman hias yang ditanam untuk diperbanyak sebaiknya bibit yang bermutu baik.
Tanaman hias memiliki prospek baik untuk dikembangkan, namun dalam
proses budidayanya memerlukan penanganan yang lebih intensif. Penanganan
yang lebih intensif pada proses produksi sangat diperlukan, karena dalam proses

6
produksi sering dihadapkan pada kendala-kendala. Diantara kendala-kendala yang
dihadapi dalam produksi tanaman hias yaitu adanya tingkat risiko pada proses
produksinya. Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi
seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan
(Kountur 2004). Kerugian yang ditimbulkan dalam kegiatan produksi dapat
memengaruhi hasil produksi dan keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha.
Adanya risiko produksi pada tanaman hias dapat dilihat dari variasi dan fluktuasi
tingkat keberhasilan tanaman hias dimana jumlah tanaman yang ditanam
jumlahnya tidak sama dengan jumlah tanaman yang berhasil dipanen dan
jumlahnya tidak pasti walaupun ditanam dengan jumlah tanaman yang sama
setiap periodenya.
Pada saat proses produksi sering kali mengalami kendala seperti kendala
yang berasal dari alam sehingga jumlah produksi yang diharapkan tidak sesuai
dengan jumlah produksi aktual. Tanaman hias yang terkena hama dan penyakit
harus cepat dipisahkan dengan tanaman lainnya agar tidak tertular dan
memengaruhi pertumbuhan tanaman lainnya. Kendala lainnya dapat berasal dari
SDM pada perusahaan, dimana pada saat penyiraman dan penyemprotan tanaman
hias yang dilakukan oleh tenaga kerja terjadi kesalahan seperti salah memberikan
obat hama atau tidak meratanya penyemprotan sehingga dapat memicu terjadinya
serangan jamur dan bakteri pada tanaman hias, kemudian risiko yang berasal dari
teknologi seperti alat irigasi otomatis yang terkadang error atau tidak sesuai
dengan aturan yang sudah disetting oleh tenaga kerja. Terdapat perolehan hasil
untuk setiap produksi dengan jumlah perbanyakan yang sama maupun jumlah
produksi yang bervariasi yang menghasilkan tingkat keberhasilan panen yang
berbeda-beda atau bervariasi. Tingkat kegagalan tanaman hias yang memiliki
risiko besar pada PT Godongijo Asri periode 15 Januari sampai 15 Maret 2015
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Tingkat kegagalan tanaman hias pada PT Godongijo Asri periode 15
Januari sampai 15 Maret 2015
Komoditas
Walisongo
Asystasia
Miana Merah
Peperumia Scandes
Suji Belut

Tanam
(batang)
1353
193
680
680
1694

Panen
(batang)
1122
170
462
578
1525

Kegagalan
(batang)
231
23
218
102
169

Persentase
Kegagalan (%)
17
12
32
15
10

Adanya variasi keberhasilan produksi tanaman hias, mengindikasi adanya
risiko produksi dalam mengusahakan tanaman hias. Risiko produksi berasal dari
karakteristik tanaman yang memiliki perlakuan berbeda dalam prosesnya,
perubahan cuaca atau iklim yang terjadi karena setiap tanaman hias yang ada
memiliki karakteristik yang berbeda, serangan hama dan penyakit tanaman yang
sangat sulit dihindari walaupun sudah dilakukan upaya pencegahan, serta kondisi
peralatan dan perlengkapan media tanam. Walaupun PT Godongijo Asri telah

7
menggunakan beberapa teknologi budidaya, penanganan yang khusus sangat
diperlukan pada proses produksi seperti penentuan cara perbanyakan tanaman
yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing tanaman, pemilihan media
tanam yang tepat, pemakaian peralatan produksi yang bersih dan steril, perbaikan
peralatan dan bangunan yang memadai, penanganan hama dan penyakit yang
sesuai serta pengawasan tenaga kerja.
Hal tersebut yang memengaruhi jumlah produksi tanaman hias di PT
Godongijo Asri seperti tanaman hias Walisongo yang merupakan tanaman yang
memiliki penjualan tertinggi, proporsi tertinggi tanaman hias Walisongo sebesar
10.38% lebih tinggi dibandingkan tanaman hias lain pada salah satu proyek
vertical garden yang terdapat pada Lampiran 1. Proporsi tanaman hias Walisongo
lebih tinggi dibandingkan tanaman hias lainnya yang digunakan pada vertical
garden PT Godongijo Asri sebab tanaman hias Walisongo ini memiliki
karakteristik yang menyukai tempat-tempat panas dan cocok dibuat sebagai
elemen vertical garden karena bentuk tanaman yang dapat menutupi elemen
rangka dari penyusun vertical garden sehingga tampak lebih alami. Tanaman
Walisongo merupakan tanaman yang memiliki tingkat kegagalan ke-2 setelah
tanaman hias Miana Merah, namun tanaman Walisongo ini merupakan tanaman
hias yang memiliki harga jual tertinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya
yaitu sebesar Rp10 000 per batang tanaman Walisongo pada tahun 2015.
Tingkat kegagalan pada perbanyakan tanaman hias Walisongo mengalami
fluktuasi dalam produksinya. Hal ini dikarenakan periode produksi yang
dilakukan dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tidak menentu dan penyakit yang
sulit untuk diprediksi sehingga memengaruhi pertumbuhan tanaman juga
berdampak secara bersamaan. Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT
Godongijo Asri periode tahun 2013 sampai 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.

1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Jul-Sep 2013
Ags-Okt 2013
Nov-Jan 2014
Nov-Jan 2014
Des-Feb 2014
Feb-Apr 2014
Mar-Mei 2014
Mar-Mei 2014
Apr-Jun 2014
Apr-Jun 2014
Mei-Jul 2014
Jun-Ags 2014
Jul-Sep 2014
Ags-Okt 2014
Sep-Nov 2014
Okt-Des 2014
Okt-Des 2014
Nov-Jan 2015
Jan-Mar 2015

Kegagalan tanaman hias
walisongo (batang)

Gambar 1 Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo periode
tahun 2013 sampai 2015

8
Selain itu, pada proses produksi tanaman hias Walisongo sangat
dipengaruhi oleh cuaca sebab cuaca dapat berpengaruh terhadap kualitas tanaman
yang dihasilkan dan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
tanaman. Tanaman hias Walisongo merupakan tanaman hias yang termasuk
family Araliaceae sama seperti tanaman hias anthurium 1 . Tanaman Walisongo
memiliki pertumbuhan perakaran yang cepat ± 3 minggu, memiliki tajuk daun
melebar, dan proses pembesarannya yang tidak terlalu sulit, namun pada proses
awal penanamannya rentan terserang berbagai jenis penyakit dan penyesuaian
terhadap kondisi lingkungan sebab tanaman hias Walisongo merupakan jenis
tanaman perdu yang cocok pada lingkungan panas (Febriarta et al. 2011).
Prospek usaha tanaman hias vertical garden yang menggunakan tanaman
hias Walisongo sangat menjanjikan (Nasrullah 2015). Ditambah banyak
perkantoran, apartemen, perhotelan memanfaatkan vertical garden sebagai area
hijau sehingga terlihat lebih asri dan mewujudkan konsep tata kota yang menarik
dan asri. Tren tanaman hias Walisongo menunjukkan peningkatan, artinya
manfaat yang dihasilkan dari pengadaan tanaman hias vertical garden sangat
prospektif (Harahap 2015). Berdasarkan hal tersebut, dapat menjadikan nilai
ekonomi dari tanaman hias Walisongo semakin tinggi karena adanya peluang dari
konsep vertical garden tersebut.
Dalam setiap siklus produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo
Asri membutuhkan waktu selama 2 bulan, dimulai dari proses perakaran yang
dilakukan di dalam mistroom selama 1 bulan sampai proses pembesaran yang
dilakukan di dalam ruang aklimatisasi selama 1 bulan. Produksi tanaman hias
Walisongo disesuaikan besarnya pesanan dari konsumen, selain itu konsumen
dapat berkonsultasi dengan pihak perusahaan mengenai design yang dipilih. Pada
setiap produksi tanaman hias Walisongo perusahaan dapat memproduksi beberapa
tanaman hias lainnya, sehingga setiap bulan perusahaan dapat memproduksi
beberapa tanaman hias yang ada pada perusahaan untuk siap dijual.
Agar dapat mencegah besarnya kerugian dalam produksi tanaman hias
Walisongo maka perlu dilakukan strategi yang tepat terhadap risiko produksi yang
ada. Risiko produksi dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan sehingga
menyebabkan perusahaan memperoleh pencapaian produksi yang tidak mencapai
maksimum dan keuntungan yang tidak maksimum. Kerugian akibat risiko
produksi yang dialami adalah jumlah produksi rendah, jumlah produksi tanaman
yang tidak sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam, gagal panen,
pertumbuhan tanaman terganggu, menurunnya nilai ekonomis dari hasil produksi
serta kualitas hasil panen yang menurun. Kerugian ini disebabkan tidak adanya
pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka keluarkan
dalam jumlah yang sangat besar. Sedangkan hasilnya tidak mereka harapkan.
Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalkan risiko produksi
yang dapat menghambat proses produksi. Hal ini menjadi bahan kajian dalam
penelitian mengenai alternatif strategi penanganan risiko produksi dalam
mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko untuk dapat
meminimalkan risiko produksi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian, yaitu:
1

Informasi Spesies. 2012. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1119. [20 Feb 2015]

9
1. Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko yang dihadapi PT Godongijo
Asri dalam memproduksi tanaman hias Walisongo?
2. Berapa besarnya peluang dan dampak kerugian pada produksi tanaman hias
Walisongo di PT Godongijo Asri?
3. Bagaimana alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi
tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo
yang dihadapi PT Godongijo Asri.
2. Menganalisis besarnya peluang dan dampak kerugian pada kegiatan produksi
tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri.
3. Menganalisis alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko
produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
membangun dan bermanfaat bagi:
1. Bagi akademisi sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai
risiko produksi usaha agribisnis.
2. Bagi perusahaan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dalam mengelola risiko usaha.
3. Bagi peneliti sebagai sarana pengaplikasian dan pembelajaran ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan.

Ruang Lingkup Penelitian
1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah tanaman hias
Walisongo yang merupakan tanaman hias yang merupakan fokus perusahaan
dalam melakukan usaha vertical garden dan memiliki permintaan serta
penjualan tertinggi.
2. Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah tanaman hias Walisongo
berumur 0 sampai 1 bulan dalam mistroom dan tanaman hias Walisongo
berumur 1 sampai 2 bulan dalam ruang aklimatisasi.
3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai risiko produksi.

10

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber Risiko
Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian
besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit,
penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumbersumber risiko tersebut merupakan sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari
segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada
risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output.
Risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar
dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko produksi yang
memengaruhi produksi pertanian dapat disebabkan karena cuaca buruk, hama dan
penyakit, kebakaran, erosi tanah, degradasi lingkungan sampai hilangnya tenaga
kerja di pertanian (Sen dan Chaoudhary 2014). Sumber-sumber risiko produksi
hortikultura sebagian besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan
iklim, suhu, cuaca, hama, penyakit dan kegagalan dalam hal teknis produksi 2. Hal
tersebut juga diduga menjadi sumber-sumber risiko pada pengusahaan tanaman
hias yang diteliti pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan, risiko pada kegiatan
produksi pertanian relatif lebih besar dibandingkan risiko pada kegiatan lain
dalam usaha pertanian. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan
sekecil mungkin. Pada umumnya risiko dapat diminimalkan dengan melakukan
berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara
intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih atau bibit dan
obat-obatan.
Ditinjau dari usaha di bidang tanaman hortikultura, analisis risiko
ditujukan untuk mengetahui sumber-sumber risiko dan besar risiko. Sumbersumber risiko produksi pada pembibitan tanaman secara umum disebabkan karena
perubahan kondisi iklim dan cuaca, intentitas cahaya matahari, serangan hama dan
penyakit, teknik perbanyakan tanaman (teknologi) yang kurang tepat dan tenaga
kerja kurang terampil (Dewiana 2011; Primasari 2011; Zebua 2011; Sari 2012).
Namun penelitian sebelumnya menunjukkan adanya sumber-sumber risiko
produksi lain yang terjadi pada pengusahaan tanaman hias seperti kondisi bibit
tanaman yang kurang baik, kondisi peralatan pertanian dan bangunan untuk
melakukan produksi yang kurang memadai serta tenaga kerja yang kurang disiplin
(Sofiani 2011; Zebua 2011).
Risiko produksi pada pengusahaan sayuran memiliki sumber risiko yang
sama, bahwa sumber-sumber risiko produksi pada pengusahaan sayuran adalah
faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, tingkat kesuburan
lahan, efektifitas penggunaan input, dan keterampilan sumber tenaga kerja yang
kurang (Jamilah 2011; Kurniati 2012).
Berbeda dengan penelitian Panggabean (2011), menyimpulkan bahwa
faktor-faktor penyebab munculnya risiko penjualan secara umum dapat dibagi 2
bagian besar yaitu: kegagalan pada proses penyediaan tanaman (pra penjualan)
2

Managing production risk. 2013. http://extension.usu.edu. [15 Oktober 2014]

11
seperti perubahan iklim dan cuaca, serangan hama dan penyakit, sedangkan
kegagalan perusahaan dalam mengendalikan pasar dipengaruhi selera konsumen,
harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman.
Analisis risiko pada umumnya membahas mengenai risiko produksi dan
risiko harga. Sianturi (2011), mengemukakan bahwa selain risiko produksi yang
sering terjadi pada pengusahaan bunga, risiko dapat pula karena adanya risiko
pasar yaitu harga input. Namun penelitian lain menunjukkan adanya risiko lain
dalam pengusahaan bunga yang disebabkan karena kontaminasi dan kerusakan
mekanis (Wisdya 2009).
Dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber risiko produksi yang banyak
dihadapi pada usaha tanaman hortikultura adalah faktor cuaca, iklim, suhu, hama
dan penyakit, kualitas input produksi, kerusakan teknis atau mekanis, efektivitas
penggunaan tenaga kerja (SDM). Perbedaannya terletak pada pilihan komoditas,
sehingga sumber-sumber risiko pada setiap komoditas tersebut dapat berbeda.

Peluang dan Dampak Risiko
Dimensi pada risiko umumnya terkait pada 2 dimensi yaitu dimensi
peluang dan dimensi dampak. Dimensi peluang merupakan kemungkinan risiko
akan terjadi, sedangkan dimensi dampak merupakan tingkat kepentingan atau
biaya yang terjadi jika risiko yang dikaji benar-benar menjadi kenyataan. Risiko
dapat diukur melalui ke-2 dimensi tersebut sehingga dapat menentukan alternatif
strategi yang dapat meminimalkan tingkat risiko dan tingkat kerugian yang
dihadapi.
Penelitian Nasti (2013) dalam mengukur dampak dan probabilitas sumber
risiko dianalisis menggunakan metode Expert opinion dan Delphy melalui
wawancara yang selanjutnya melakukan pemetaan risiko. Expert opinion
merupakan suatu metode dimana seorang ahli dalam suatu bidang diminta
pendapatnya mengenai dampak dan probabilitas suatu risiko. Sementara itu
metode Delphy merupakan suatu metode dimana beberapa orang ahli diminta
pendapat mengenai dampak dan probabilitas dari suatu risiko yang kemudian
pendapat dari ahli tersebut diberikan kepada ahli lainnya tanpa memberitahukan
identitas dari ahli sebelumnya. Metode Expert opinion dan Delphi dipilih karena
tidak tersedia data historis mengenai produksi terkait risiko produksi krisan
potong pada perusahaan terkait.
Berbeda dengan penelitian mengenai pengukuran risiko dengan
menghitung peluang dan dampak dari sumber-sumber risiko yaitu penelitian pada
risiko produksi jamur tiram putih. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
terdapat 4 sumber risiko pada usaha produksi jamur tiram putih yang meliputi
kegagalan proses sterilisasi, penyakit, hama, dan suhu. Berdasarkan perhitungan
probabilitas kejadian dari setiap sumber risiko dengan menggunakan metode
analisis z-Score menghasilkan nilai probabilitas tertinggi pada sumber risiko
kegagalan proses sterilisasi dengan menghitung dampak yang dihasilkan (Hotib
2013). Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Yamin (2012) mengenai analisis
risiko produksi tomat cherry menghitung setiap kemungkinan yang terjadi pada
sumber risiko produksi tomat cherry yang meliputi pengaruh cuaca, hama,

12
penyakit, kualitas bibit dan sumber daya manusia dengan metode analisis z-Score.
Data yang digunakan untuk menghitung tingkat probabilitas terjadi risiko adalah
data produksi tomat cherry 10 periode terakhir. Nilai dampaknya yang dihitung
dengan metode VaR (Value at Risk) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan
error 5% dimana nilai tersebut digunakan apabila terdapat bias data dan kesalahan
hitung.

Strategi Pengelolaan Risiko
Langkah awal dalam pengelolaan risiko pada umumnya mengindentifikasi
sumber-sumber risiko pada kegiatan usaha. Identifikasi risiko ini dilakukan untuk
memperoleh sekumpulan informasi mengenai penyebab risiko dan kejadiankejadian yang dapat merugikan perusahaan (Dewiana 2011; Sofiani 2011).
Strategi dan tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan
pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan obatobatan. Penanganan lainnya dengan menerapkan pengendalian hama secara
terpadu (PHT), meningkatkan kesuburan lahan dengan cara pemupukan dan
merotasikan pola tanam yang tepat, penggunaan variabel input yang sesuai
menurut SOP, meningkatkan pengembangkan sumberdaya manusia dengan cara
mengikuti pelatihan dan penyuluhan budidaya. Penanganan risiko lainnya melalui
strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian penyakit,
pengendalian hama, penggunaan dan perawatan nethouse serta sistem diversifikasi
tanaman. Strategi pengelolaan risiko produksi yang disebabkan kondisi cuaca
yang sulit untuk diprediksi, hama dan penyakit, kesalahan pada kegiatan produksi
benih, dan tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti (Wisdya 2009; Dewiana
2011; Jamilah 2011; Panggabean 2011; Primasari 2011).
Pada penelitian Sianturi (2011) memiliki kesamaan strategi, dimana
strategi pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara
memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Hal yang sama
dilakukan pada penelitian Panggabean (2011) yang menggunakan strategi
diversifikasi pada 3 komoditas anggrek. Namun terdapat strategi lain pada
penelitian Panggabean yaitu melakukan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan
perbaikan sarana produksi.
Berdasarkan analisis portofolio melakukan kegiatan diversifikasi dapat
meminimalkan risiko produksi dibandingkan dengan melakukan kegiatan
spesialisasi pada 1 komoditas, namun kegiatan diversifikasi tidak selamanya dapat
meminimalkan risiko. Strategi lain yang dapat lebih meminimalkan risiko
produksi bagi perusahaan adalah dengan cara perbanyakan tanaman yang tepat,
penggunaan media tanam yang baik, pembersihan area pertanaman, serta
pengoptimalan pelaksanaan manajemen perusahaan (Wisdya 2009; Panggabean
2011; Primasari 2011; Sianturi 2011; Zebua 2011; Sari 2012).
Strategi pengelolaan risiko diperlukan untuk meminimalkan risiko yang
terjadi pada perusahaan. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan
risiko adalah dengan cara diversifikasi, pemberian pestisida atau obat-obatan yang
tepat untuk mencegah hama dan penyakit, memberikan pengawasan yang ketat
terhadap tenaga kerja dalam melakukan kegiatan produksi, serta melakukan

13
kemitraan dengan pemasok ataupun petani tanaman hias dan bibit tanaman buah
disekitar perusahaan (Primasari 2011). Sama halnya dengan penelitian Sianturi
(2011) pada pengusahaan bunga dimana strategi pengelolaan yang dilakukan
adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi komoditas yang
paling rendah risikonya. Dengan melakukan diversifikasi, perusahaan lebih
memilih risiko yang rendah untuk mengurangi risiko produksi secara keseluruhan.
Mengingat lokasi produksi di lahan pertanian yang merupakan faktor produksi
yang berasal dari alam dan pemilihan jenis varietas tanaman sedikit yang dapat
meminimalkan risiko kerugian produksi dibandingkan jenis varietas tanaman yang
banyak (Drollette 2009).
Strategi pengelolaan risiko benih melon yang diterapkan berdasarkan
sumber-sumber risiko, selain itu pengelolaan risiko juga dilakukan dengan upaya
diversifikasi (Sari 2012). Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus
Bromel dalam menghadapi risiko produksi bromelia diantaranya melalui
penghindaran dan pengalihan risiko, selain itu perusahaan pun menerapkan
pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk strategi untuk mengatasi risiko
kesalahan mekanis (Dewiana 2011). Alternatif penanganan risiko produksi yang
bisa dilakukan pada produksi wortel dan bawang daun melalui penyiraman,
pengendalian hama dan penyakit terpadu (HPT), pemupukan dan merotasi pola
tanam, penggunaan variabel input menurut SOP, meningkatkan SDM dan
melakukan diversifikasi (Jamilah 2011). Upaya atau penanganan yang dapat
meminimalkan risiko adalah dengan melakukan perbaikan dan perawatan
peralatan dan bangunan, mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan,
melakukan pembersihan gulma atau rumput liar pada area perbanyakan tanaman
Dipladenia crimson, serta melakukan sterilisasi peralatan sebelum melakukan
kegiatan perbanyakan tanaman Dipladenia crimson (Sofiani 2011).
Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan risiko adalah upaya
diversifikasi untuk mengatasi risiko produksi anggrek Phalaenopsis (Wisdya
2009). Sama halnya penelitian Panggabean (2011) yang menggunakan strategi
diversifikasi pada 3 komoditas anggrek. Strategi lain pada penelitian Panggabean
adalah dengan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana
produksi. Strategi penanganan risiko pada produksi tanaman hias adenium yang
dilakukan dengan memperhatikan kondisi cuaca dan iklim yang terjadi sehingga
perusahaan dapat mengambil tindakan untuk mengantisipasi kegagalan,
memperhatikan tenaga kerja yang ada, melakukan kemitraan dengan pemasok
atau perusahaan tanaman hias adenium lainnya dalam pengadaan input, serta
melakukan upaya diversifikasi (Zebua 2011).
Dewiana (2011) mengenai tanaman hias bromelia, mengemukakan bahwa
alternatif strategi penanganan risiko berdasarkan status risiko pada pemetaan
risiko. Tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan pemeliharaan
dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan.
Penanganan risiko lainnya melalui strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan
dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan
perawatan nethouse serta sistem diversifikasi tanaman. Selain itu perusahaan pun
menerapkan pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk strategi untuk
mengatasi risiko kesalahan mekanis.

14

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori tersebut
terdiri dari konsep risiko, analisis risiko, sumber-sumber risiko, dampak risiko,
manajemen risiko, serta teori mengenai pemetaan risiko. Teori-teori tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
Konsep Risiko
Dalam setiap melakukan suatu usaha pasti tidak akan bisa terlepas dari
risiko, hal tersebut merupakan pandangan sebagian besar orang yang melakukan
usaha. Jika usaha yang dilakukan merupakan usaha pada komoditas agribisnis
yang memiliki karakter perishable, voluminous, dan bulky pasti memiliki risiko
yang tinggi dibandingkan dengan risiko pada agroindustri. Risiko adalah
ketidakpastian yang dapat memengaruhi kesejahteraan seseorang dan selalu
berkaitan dengan kerusakan atau kerugian bagi seorang pengusaha (Harwood et
al. 1999). Dengan adanya risiko, seseorang yang melakukan usaha dalam rangka
mencapai tujuan akan memiliki kemungkinan mendapatkan pendapatan diatas
rata-rata atau dibawah rata-rata. Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987)
adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil
keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian.
Dengan demikian, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh pembuat keputusan
suatu peluang kejadian dari peristiwa dapat diketahui. Risiko memiliki peluang
dari suatu kejadian minimal terjadi 2 kali kejadian.
Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi ke-2 hal tersebut
memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu
kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya
ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Ketidakpastian tersebut yaitu
ketidakpastian yang memiliki masalah dan dapat menimbulkan kemungkinan
hilangnya uang, kemungkinan bagi kesehatan manusia, akibat yang memengaruhi
sumberdaya seperti irigasi dan modal. Ketidakpastian itu sendiri memiliki
pengertian situasi dimana seseorang tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi.
Ketidakpastian merupakan hal penting bagi risiko agar dapat bertahan, namun
bukan ketidakpastian yang diarahkan pada situasi penuh risiko. Jika peluang suatu
kejadian tersebut tidak dapat diketahui yang dikarenakan tidak adanya informasi
mengenai peluang dari suatu kejadian, sehingga peluang tersebut tidak dapat
diukur, maka kejadian tersebut dikategorikan sebagai ketidakpastian.
Berdasarkan sifatnya, definisi dari risiko dan ketidakpastian itu bersifat
subjektif. Hal tersebut dikarenakan risiko dan ketidakpastian dapat didefinisikan
be