TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

b) Pertumbuhan Penduduk

Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah sub sistem yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat sub sistem, maka orang-orang akan menikah pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran akan terus mengalami peningkatan. Namun sebaliknya jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah sub sistem, maka jumlah penduduk akan menurun. Tingkat upah yang belaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat dari pada penawaran tenaga kerja. Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output.

2) Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo

Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subistem atau kemandegan.

David Ricardo terkenal dengan teori Ricardian menulis dalam bukunya The priciples of political economy and taxation pada tahun 1912 – 1823. David Ricardo dalam analisanya mengenai proses terjadinya pertumbuhan ekonomi menjelaskan sebagai berikut:

Pada awalnya jumlah penduduk sangat rendah dan kekayaan alam masih melimpah. Pada keadaan seperti ini para pengusaha dalam menjalankan usahanya dengan menggunakan kekayaan alam sebagai faktor produksi, mengakibatkan para pengusaha dapat memperoleh keuntungan yang tinggi. Dengan tingkat keuntungan yang tinggi itu dapat mempertinggi tingkat modal yang dimiliki yang selanjutnya dapat mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja. Dalam perkembangan selanjutnya dengan adanya kenaikan tingkat produktivitas ini para pekerja mulai menuntut tingkat upah yang tinggi.

Pada tingkat upah yang tinggi mengakibatkan penduduk bertambah sedang luas lahan tetap dengan demikian mutu tanah juga mulai menurun, sewa tanah semakin tinggi mengakibatkan pendapatan menurun yang selanjutnya mengakibatkan tingkat keuntungan para pengusaha menjadi berkurang. Dengan demikian modal juga menjadi berkurang, permintaan tenaga kerja berkurang, upah turun. Begitu terus sampai tingkat upah mencapai minim. Dalam keadaan seperti ini dikatakan dalam kondisi stationary state atau perekonomian dalam keadaan statis (pertumbuhan berhenti). Ricardo membagi masyarakat dalam tiga golongan, yaitu :

a) Masyarakat pekerja atau buruh

b) Masyarakat pengusaha atau kapitalis

c) Tuan tanah atau bangsawan Asumsi yang digunakan Ricardo adalah : c) Tuan tanah atau bangsawan Asumsi yang digunakan Ricardo adalah :

b) Berlakunya hukum “ law of diminishing return” bagi tanah

c) Persediaan tanah adalah tetap

d) Permintaan gandum benar-benar inelastik

e) Buruh dan modal adalah masukan yang bersifat variabel

f) Keadaan pengetahuan teknis adalah tertentu

g) Seluruh buruh dibayar dengan upah yang cukup untuk hidup secara minimal

h) Harga penawaran buruh adalah tertentu

i) Permintaan akan buruh tergantung pada pemupukan modal j) Terdapat persaingan sempurna k) Pemupukan modal dihasilkan dari keuntungan

Kritikan terhadap teori Ricardo diantaranya yaitu:

a) Ricardo dianggap mengabaikan pengaruh kemajuan teknologi;

b) Pengabaian faktor – faktor kelembagaan;

c) Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan tetapi teori distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik modal

3) Thomas Robert Malthus

Menurut Malthus pertambahan penduduk tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi, bahkan pertambahan penduduk dianggap sebagai akibat dari proses pembangunan. Malthus juga beranggapan yang menjadi unsur utama kesejahteraan jika dikombinasikan pada proporsi yang benar adalah produksi dan distribusi.

Secara ringkas teori Malthus yaitu:

a. rendahnya konsumsi atau kurangnya permintaan efektif yang menimbulkan persediaan melimpah, merupakan sebab utama keterbelakangan.

b. Untuk pembangunan, Negara harus memaksimalkan produksi di sektor pertanian dan sektor industri.

c. Pendistribusian kesejahteraan dan tanah secara adil, perluasan perdagangan secara internal dan eksternal, peningkatan konsumsi tidak produktif dan peningkatan kerja melalui rencana pekerjaan umum, memerlukan kemajuan teknologi.

d. Faktor nonekonomi seperti pendidikan , standar moral, administrasi yang baik dan hukum yang efisien dapat membantu meningkatkan produksi sektor pertanian dan industry tersebut. Yang nantinya dapat membawa ke arah pembangunan

ekonomi. Kelemahan teori Malthus adalah pandangannya yang negatif terhadap akumulasi modal dan konsumen yang tidak produktif yang pada akhirnya memperlambat kemajuan.

4) Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan Kehancuran)

Karl Marx mengemukakan bahwa perkembangan masyarakat itu terdiri dari lima tahap, yakni masyarakat primitive, perbudakan, feodal, kapitalis, dan masyarakat sosialis.

a. Masyarakat primitif Yaitu tahap dimana masyarakatnya masih menggunakan alat-alat bekerja yang

masih sederhana dan milik komunal(bersama). Pada masa ini tidak ada surplus produksi di atas konsumsi, Karena masyarakatnya membuat sendiri barang-barang kebutuhannya sendiri.

b. Masyarakat perbudakan Hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan

orang-orang yang hanya mau bekerja. Sehingga diperlukan budak-budak untuk mencari keuntungan oleh pemilik alat produksi.

c. Masyarakat Feodal Kaum bangsawan memiliki alat produksi (tanah), para petani menjadi budak yang

dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah itu untuk kaum feudal dan setelah itu baru jadi miliknya sendiri.

d. Masyarakat Kapitalis Kelas kapitalis memperkerjakan kelas buruh karena kelas buruh tidak memiliki alat

produksi.

e. Masyarakat Sosial Pemilihan alat-alat produksi didasarkan atas hak milik social. Hubungan produksi

merupakan

membantu. Teori Marx dianggap salah karena teori siklusnya yang salah dan Marx dianggap

hubungan

kerja

sama

dan

saling saling

3. Teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik

Teori ini dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dan T.W Swan (1956). Model Solow- Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan

besarnya output yang saling berinteraksi. Teori ini menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subtitusi antara kapital dan tenaga kerja. Hal ini memungkinkan fleksibilitas dalam rasio modal output dan rasio modal-tenaga kerja. Teori Solow- Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga campur tangan pemerintah tidak diperlukan. Campur tangan pemerintah hanya sebatas pada kebjakan fiskal dan moneter (Tarigan, 2006).

Dalam hal ini, peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang diinginkan. Namun,demikian, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengatur tanpa pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah (Arsyad, 1999).

Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

AY = f (AK, AL, AT)

Dimana : AY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi AK adalah tingkat pertumbuhan modal

AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk At adalah tingkat pertumbuhan teknologi

Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan

a. Teori pertumbuhan ekonomi Robert Sollow

Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama. Yaitu modal dan tenaga kerja.

b. Teori pertumbuhan ekonomi Harrod dan Domar

RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbuhan ekonomi menurut Harrod dan domar akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan produktivitas tenaga kerja. Dalam menganalisis masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod-Domar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut:

i. Barang modal telah mencapai kapasitas penuh,

ii. Tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional,

iii. Rasio modal-produksi (capital-output ratio) tetap nilainya, dan iv. Perekonomian terdiri dari dua sektor. Dalam analisisnya, Harrod Domar menunjukkan bahwa, walaupun pada suatu tahun tertentu (misal tahun X) barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran agregat dalam tahun X yaitu AE=C+I, akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya (tahun X+1). Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku dalam tahun X akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun X+1. Menyadari tentang pertambahan kapasitas barang modal tersebut, analisis Harrod- Domar mengemukakan persoalan berikut: Apakah syarat yang perlu dipenuhi agar kapasitas barang modal yang bertambah itu akan sepenuhnya digunakan? Artinya: apakah syaratnya agar pada tahun berikutnya (tahun X+1) barang-barang modal mencapai kapasitas penuh kembali? Masalah yang dikemukakan oleh Harrod-Domar ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Pengeluaran agregat yang asal adalah AE= C+ I. Keseimbangan dicapai di titik E yang menggambarkan: (i) pendapatan nasional adalah Y dan (ii) pada pendapatan nasional tersebut ekonomi mencapai kapasitas penuh. Misalkan jumlah barang modal iii. Rasio modal-produksi (capital-output ratio) tetap nilainya, dan iv. Perekonomian terdiri dari dua sektor. Dalam analisisnya, Harrod Domar menunjukkan bahwa, walaupun pada suatu tahun tertentu (misal tahun X) barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran agregat dalam tahun X yaitu AE=C+I, akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya (tahun X+1). Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku dalam tahun X akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun X+1. Menyadari tentang pertambahan kapasitas barang modal tersebut, analisis Harrod- Domar mengemukakan persoalan berikut: Apakah syarat yang perlu dipenuhi agar kapasitas barang modal yang bertambah itu akan sepenuhnya digunakan? Artinya: apakah syaratnya agar pada tahun berikutnya (tahun X+1) barang-barang modal mencapai kapasitas penuh kembali? Masalah yang dikemukakan oleh Harrod-Domar ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Pengeluaran agregat yang asal adalah AE= C+ I. Keseimbangan dicapai di titik E yang menggambarkan: (i) pendapatan nasional adalah Y dan (ii) pada pendapatan nasional tersebut ekonomi mencapai kapasitas penuh. Misalkan jumlah barang modal

K 1 =Ko+I, di mana K 1 adalah jumlah barang modal pada tahun X+1. Agar semua barang

modal sepenuhnya digunakan, pengeluaran agregat pada tahun itu harus mencapai

AE 1 =C+I+ϪI. Dengan pengeluaran agregat ini pendapatan nasional adalah Y k1 dan nilai sama dengan kapasitas barang modal sebanyak K 1 untuk menghasilkan pendapatan

nasional. Dengan demikian kapasitas penuh tercapai kembali. Analisis ini menunjukkan, dalam ekonomi dua sektor, investasi harus terus mengalami kenaikan agar perekonomian tersebut mengalami pertumbuhan yang berkepanjangan. Pertambahan investasi tersebut diperlukan untuk meningkatkan pengeluaran agregat. Dalam contoh, pada tahun X investasi adalah sebesar I dan pada tahun X+1 investasi perlu meningkatkan menjadi (I+ϪI).

Dalam teori Harrod-Domar tidak diperhatikan syarat untuk mencapai kapasitas penuh apabila ekonomi terdiri dari tiga sektor atau empat sektor. Walau bagaimanapun berdasarkan teorinya di atas dengan mudah dapat disimpulkan hal yang perlu berlaku apabila pengeluaran agregat meliputi komponen yang lebih banyak, yaitu meliputi pengeluaran pemerintah dan ekspor. Dalam keadaan yang sedemikian, barang-barang

modal yang bertambah dapat sepenuhnya digunakan apabila AE 1 =C+I 1 +G 1 +(X-M) di

mana I 1 +G 1 +(X-M) sama dengan (I+ϪI). Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa (i) dalam jangka panjang pertambahan pengeluaran agregat yang berkepanjangan perlu dicapai untuk mana I 1 +G 1 +(X-M) sama dengan (I+ϪI). Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa (i) dalam jangka panjang pertambahan pengeluaran agregat yang berkepanjangan perlu dicapai untuk

c. Teori pertumbuhan ekonomi Joseph Schumpeter

Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanya proses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi. Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan- perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan perubahan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan kepada dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk melakukan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanya proses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi. Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan- perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan perubahan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan kepada dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk melakukan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak