9
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang umumnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam
negeri. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan
nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk- bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 2002, Bab II Pasal 8 Ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa, Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah
Presiden dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh seorang Kapolri, yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden
sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini juga diperjelas dalam Bab I, Pasal 1 Ayat ke 4 bahwa Peraturan Kepolisian adalah segala
peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan UU No.22 2002.
10 Polri adalah sebuah lembaga penegak hukum yang independen yang
memiliki prinsip-prinsip sesuai undang-undang Nomor 22 Tahun 2010, Pasal 3 yakni:
1. Profesional, yaitu dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi satuan
organisasi dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki
2. Prosedural, yaitu dilaksanakan dengan mekanisme dan tata cara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 3.
Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan 4.
Transparan, yaitu dilaksanakan secara terbuka sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Nesesitas, yaitu dalam penentuan jabatan struktural disesuaikan
dengan kebutuhan organisasi. Sebuah organisasi membutuhkan sumber daya manusia dan sumber daya
manusia membutuhkan dorongan atau motivasi untuk setiap tujuan dan pekerjaan yang akan mereka lakukan. Salah satu permasalahan penting bagi pimpinan dalam
suatu organisasi ialah bagaimana memberikan motivasi kepada karyawan atau bawahan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, dalam hal ini pimpinan
dihadapkan pada suatu persoalan bagaimana menciptakan situasi agar bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja secara individu dengan baik dan bagaimana
cara memotivasi agar mau bekerja berdasarkan keinginan dan motivasi untuk berprestasi tinggi. Kepuasan kerja yang merupakan kunci pendorong moral,
kedisiplinan dan prestasi kerja merupakan alat pendukung terwujudnya
11 tujuansuatu organisasi atau lembaga. Kekuatan dari sebuah organisasi atau
perusahaan terletak pada sumber daya manusia yang ada didalamnya. Apabila sumber daya manusia tersebut diperhatikan secara tepat dengan menghargai bakat
dan keahlian mereka, mengembangkan kemampuan dan mendayagunakan secara tepat, maka suatu organisasi akan dapat bergerak secara dinamis dan berkembang
dengan pesat. Peningkatan kinerja sumber daya manusia itu perlu memperhatikan gaji dan imbalan yang dikaitkan dengan prestasi dan tingkat produktivitasnya
Guztika, 2013. Sistem remunerasi menjadi hal yang menarik dalam suatu sistem berbasis
kinerja. Dalam New Public Management NPM sistem remunerasi dapat menjadi suatu consequence, kondisi yang membuat pegawai termotivasi. Akan tetapi
sistem remunerasi yang tidak berdasarkan kinerja yang berkeadilan, baik individu maupun organisasi dapat menimbulkan kecemburuan. Pola pengukuran kinerja
menjadi syarat utama remunerasi yang berkeadilan. Penempatan dan promosi pegawai hendaknya berdasarkan standar kompetensi Widyastuti, 2010.
Kebijakan remunerasi dibuat berdasarkan peraturan dan undang – undang tentang reformasi birokrasi, yaitu UU No.17 Tahun 2007 mengenai rencana pembangunan
nasional jangka panjang tahun 2005-2025 dan juga pada peraturan Menteri Negara PAN Pendayagunaan Aparatur Negara, No.PER15M.PAN72008
mengenai pedoman umum reformasi birokrasi. Berdasarkan pedoman dan peraturan tersebut, Kebijakan Remunerasi ditujukan kepada seluruh Pegawai
Negeri Sipil di seluruh instansi pemerintah di Indonesia. Penerima kebijakan ini dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu kelompok pertama yang menjadi
12 prioritas utama, yaitu semua Pegawai Negeri Sipil di instansi pemerintahan di
bidang hukum, badan pengelola dan pengawas keuangan negara, serta lembaga penertipan aparatur negara. Prioritas kedua kebijakan ini adalah seluruh pegawai
negeri sipil pada instansi pemerintahan yang bekerja di bidang ekonomi, sistem produksi, serta instansi pemerintahan yang mengelola sumber penghasilan negara
dan instansi yang memberikan pelayanan terhadap masyarakat secara langsung, seperti Pemda. Prioritas ketiga adalah semua instansi kementrian dan lembaga
pemerintahan lainnya yang tidak termasuk ke dalam prioritas pertama dan kedua pakarkinerja.com.
Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan provinsi dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan cukup signifikan.Tahun
lalu, hanya ada dua instansi pusat yang mendapat nilai A, tahun ini bertambah menjadi tiga.Sedangkan pemerintah provinsi, tahun lalu baru dua yang mendapat
nilai B, kini menjadi 6 provinsi.Penilaian atas laporan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja tahun 2012 ini dilakukan terhadap 81 kementerianlembaga, serta 33
provinsi. Selain 3 KL yang memperoleh nilai A, sebanyak 26 KL meraih nilai B, 48 kL memperoleh nilai CC, dan 4 KL mendapat nilai C. Adapun untuk
pemerintah provinsi, tercatat ada 6 provinsi yang meraih nilai B, 17 mendapat nilai CC, 9 mendapat nilai C, dan masih ada satu provinsi yang nilainya D. Sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah SAKIP merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan
penerapan reformasi birokrasi, yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan
13 upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, 2012.
Tabel 1 Kategori nilai CC
Cukup baikmemadai, perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar
INSTANSI INSTANSI
Kemenko Kesra Kementerian Perumahan Rakyat
Kemenko Polhukam Kementerian PP dan PA
Sekretariat Kabinet Kemenetrian Sosial
Kementerian Agama Kementerian Nakertrans
Kementerian BUMN Kejaksaan Agung
Kementerian Kominfo Kepolisian Negara RI
Kementerian Koperasi dan UMKM Mabes TNI
Kementerian Lingkungan Hidup Lembaga Ketahanan Nasional
Kementerian Luar Negeri Badan Intelejen Negara
Kemenetrian PDT Badan Kepegawaian Negara
Kementerian PORA BKKBN
Kementerian Pertahanan BMKG
Badan Narkotika Nasional BAKOSURTANALBadan Informasi
Geospasial BNPB
LKPP BNP2TKI
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban BP Lumpur Sidoardo
Lembaga Sandi Negara Badan POM
Perpustakaan Nasional Bapeten
PPATK BPPT
Setjen DPD RI Badan Pengusahaan Batam
Setjen MPR RI Badan Pertanahan Nasional
Setjen DPR RI Badan Pusat Statistik
Setjen Mahkamah Agung BASARNAS
Setjen KPU Badan Standarisasi Nasional
Setjen Komisi Yudisial Sumber: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2012
Dalam Peraturan Kapolri dan UU tentang Polri dijelaskan bahwa pegawai negeri pada Polri adalah anggota Polri dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Polri, maka dengan ini jelas bahwa anggota Polri berhak mendapatkan remunerasi atau tunjangan kinerja sebagai kompensasi terbaru dan berbeda dari kompensasi
yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2010 tentang hak- hak anggota kepolisian dan tunjangan atau kompensasi-kompensasi seperti
tunjangan keluarga tunjangan isterisuami dan anak, tunjangan jabatan,
14 tunjangan lauk pauk, dan tunjangan beras, pelayanan kesehatan, bantuan hukum
dan perlindungan keamanan, cuti, Kapor Polri, tanda kehormatan, perumahan dinasasramamess, transportasi atau angkutan dinas, dan lain-lain yang mampu
mendorong prestasi dan peningkatan kinerja yang berbasis pada sistem manajemen kinerja pada Lembaga Polri yang dapat diketahui pada table 1
menduduki kategori nilai CC Cukup baik. Kepolisian daerah Sumatera Utara sesuai yang dilampir dalam situs resmi
ombudsman juga menilai secara khusus kinerja daripada Polda Sumut juga belum maksimal, ombudsman menyatakan :
“
Penilaian tidak maksimalnya kinerja Polda Sumut ini diungkap dalam kunjungan Ombudsman RI ke Mapolda Sumut, Rabu 1712. Kunjungan dipimpin Asisten Senior
Ombudsman RI Dominicus Dalu bersama Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut Abyadi Siregar, didampingi Asisten Senior Ombudsman RI Siska Widyawati, Asisten
Muda Ombudsman RI Tumpal Simanjuntak dan Siti Uswatun Hasanah, serta Asisten Ombudsman Sumut Deddy Irsan.” http:www.ombudsman.go.id
Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2010, Perkap Nomor 6 Tahun 2011, dan atau Nomor 21 Tahun 2014, Perkap Nomor 16 Tahun 2011
dan Perkap Nomor 15 Tahun 2014 yang mengatur tentang tunjangan-tunjangan kinerja di lingkungan Polri, sudah seharusnya mampu menjadi pendongkrak
kinerja yang membawa nama baik lembaga Polri. Dari latar belakang tersebut maka penulis ingin meneliti besar pengaruh implementasi remunerasi terhadap
usaha lembaga Polri dalam peningkatan kinerja anggota Polri dengan mengangkat
judul “Pengaruh Remunerasi Terhadap Kinerja Anggota Polri Studi Pada Spripim Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara”
.
15
1.2 Rumusan Masalah