Overheid, yang tidak diserahkan kepada badan-badan pembuat undang-undang dan badan-badan kehakiman.
Dari uraian latar belakang tersebut diatas, penulis ingin lebih mengetahui dan mendalami permasalahan mengenai penebangan hutan tersebut, sehingga hal
itu melatar belakangi penulisan skripsi yang diberi judul: “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002.”
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah izin pengelolaan hutan?
2. Bagaimana pengaturan Izin Pengelolaan Hutan Berdasarkan Peraturan daerah No.
21 Tahun 2002? 3.
Bagaimana upaya penegakan hukum administrasi negara terkait maraknya
masalah penebangan hutan liar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian Tujuan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:
a. Untuk mengetahui izin pengelolaan hutan di Propinsi Sumatera Utara.
b. Untuk mengetahui pengaturan Izin pengelolaan hutan berdasarkan Peraturan
daerah No. 21 Tahun 2002. c.
Untuk mengetahui upaya penegakan hukum administrasi negara terkait maraknya penebangan hutan liar.
2. Manfaat penelitian 1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian lanjutan. b.
Memperkaya khasanah perpustakaan. 2.
Secara Praktis a.
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau instansi terkait dalam memberikan penegakan hukum administrasi negara terhadap izin
pengelolaan hutan. b.
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat mengenai izin pengelolaan hutan
pada Provinsi Sumatera Utara.
D. Keaslian Penulisan
Adapun judul skripsi ini adalah Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 21 Tahun 2002 merupakan judul skripsi yang belum pernah ditulis sebelumnya, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan
demikian, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Salah satu bentuk kewenangan yang menjadi perhatian adalah kewenangan pemerintah daerah dalam menerbitkan izin, yang lahir berdasarkan wewenang yang
diberikan oleh undang-undang kepada pemerintah daerah. Effendi mengemukakan bahwa tugas pemerintah dalam mengatur mempunyai makna pemerintah terlibat
dalam penerbitan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan termasuk melahirkan sistem-sistem perizinan melalui instrumen pengaturan tersebut,
pemerintah mengendalikan masyarakat dalam bentuk peraturan termasuk izin yang mengadung larangan dan kewajiban. Dengan demikian, izin sebagai salah satu
instrumen pemerintahan berfungsi mengendalikan tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
5
Dalam peristilahan kehutanan sebagaimana yang dikutip oleh Salim yang di maksud dengan penebangan hutan adalah suatu aktivitas atau kegiatan
penebangan kayu di dalam kawasan hutan yang di lakukan oleh seorangatau sekelompok ataupun atas nama perusahaan berdasarkan izin yang di keluarkan oleh
pemerintah atau instansi yang berwenang kehutanan sesuai dengan prosedur tata cara penebangan yang di atur dalam peraturan perundang-undangan kehutanan.
Pengertian di atas mengandung maksud bahwa logging atau penebangan dapat dibenarkan sepanjang mempunyai izin, mengikuti prosedur penebangan yang benar
berdasarkan aspek kelestarian lingkungan dan mengikuti prosedur pemanfaatan dan peredaran hasil hutan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
6
Perijinan lingkungan digunakan oleh penguasa sebagai suatu instrumen untuk mempengaruhi dalam hubungan antara warga negara dan penguasa, dengan
harapan warga negara mau dan mampu mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai tujuan kongkrit yang telah ditetapkan. Sedang perizinan organ
pemerintah telah menciptakan hak-hak izin dan kewajiban-kewajiban melalui ketentuan-ketentuan tertentu bagi yang berhak. Ketentuan-ketentuan tersebut
merupakan syarat-syarat yang menjadi dasar bagi badan pemerintah untuk memberi izin. Realitasnya, dalam banyak hal izin dikaitkan dengan syarat-syarat
5
Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal 62
6
Salim, H. S. Dasar-dasar Hukum Kehutanan. Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hal 28
yang berhubungan erat dengan fungsi perizinan sebagai salah satu instrumen pengarah pengendali dari penguasa.
Penebangan tanpa izin termaksud kejahatan ekonomi dan lingkungan karena menimbulkan kerugian material bagi negara serta kerusakan lingkungan atau
ekosistem hutan dan dapat di kenakan sanksi pidana dengan ancaman kurungan paling lama sepuluh sampai lima belas tahun dan denda paling banyak Rp. 5-10
milyar Undang-Undang N0. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 78. Ridwan
menyebutkan Izin vergunning juga dijelaskan sebagai
perkenanizin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan
pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki.
7
Pudyatmoko mengemukakan bahwa Izin merupakan suatu keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh
pembuat peraturan. Selain itu, izin vergrunning merupakan dispensasi pada suatu larangan oleh undang-undang yang bersangkutan berbunyi : “Dilarang tanpa
izin…melakukan… dan seterusnya”.
8
Dengan memberi izin, pemerintah memberikan perkenan kepada orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
dilarang. Izin dalam arti sempit adalah izin yang pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau
menghalangi keadaan-keadaan yang buruk; pembebasandispensasi adalah pengecualian atas larangan sebagai aturan umum, yang berhubungan erat dengan
7
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Penerbit Rajawali Pres, 2006, hal 47
8
Sri Y. Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, Jogyakarta: Penerbit Andi, 2009, hal 7
keadaan-keadaan khusus peristiwa; konsesi adalah izin yang berkaitan dengan usaha yang diperuntukkan untuk kepentingan umum.
9
Bruggink menyebutkan bahwa izin toestemmingpermisi adalah
pembolehan khusus terhadap sesuatu yang secara umum dilarang.
10
Sedangkan Ridwan mengemukakan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
diterapkan pada peristiwa konkrit menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa dalam izin terdapat beberapa unsur yaitu Instrumen
yuridis, peraturan perundang-undangan, organ pemerintahan peristiwa konkrit, serta prosedur dan persyaratan tertentu.
11
Riawan mengemukakan bahwa formalitas usaha dalam bentuk izin adalah sebuah bentuk pengakuan negara terhadap keabsahan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh warga negaranya. Dengan demikian pengakuan ini berarti kegiatan usaha tersebut dianggap sah menurut peraturan atau hukum positif yang berlaku
di negara yang bersangkutan. Dengan adanya pengakuan secara formal tersebut, maka negara wajib memberikan perlindungan, pengawasan dan pembinaan
terhadap suatu kegiatan usaha.
12
Hutan merupakan kumpulan pohon-pohon dan hewan yang berada dalam suatu kawasan yang saling berinteraksi, mereka hidup di atas tanah yang hidup
dalam keseimbangan. Hutan ini akan tetap lestari bila kita mau melestarikannya. Namun, apabila tidak dilestarikan maka akan timbul kepunahan terhadap ekosistem
hutan tersebut. Kepunahan atau kerusakan hutan ini salah satunya bisa disebabkan
9
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Penerbit Yudika, 1993, hal 2-3
10
Bruggink, J.J.H. Refleksi Tentang Hukum Administrasi Negara, diterjemahkan oleh B. Arief Sidharta, Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal 101
11
Op.Cit, Ridwan HR, hal 155
12
W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2008, hal 64
oleh penebangan dan kebakaran hutan secara liar, dan oleh sebab itu Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan
hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan.
Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. selain dari pada itu adanya penambah penyebab deforestasi hutan
semakin kompleks.
13
Dampak-dampak dari pengelolaan hutan-hutan ini jauh lebih besar daripada batasan-batasan yang diberikan dalam pemberian hak pengusahaan hutan.
Pengelolaan hutan di Indonesia yang tak terkendali, dimana orang melakukan penebangan kayu secara manual. Pengelolaan hutan skala besar dimulai pada tahun
1970 dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya ijin-ijin pengusahaan hutan tanaman industri, yang melakukan tebang habis land clearing. Selain itu, areal hutan juga
dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan pengelolaan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga
menjadi kawasan pengembangan perkotaan.
14
F. Metode Penelitian