1. Desa Ketawang Kecamatan Grabag

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA KETAWANG KECAMATAN GRABAG

4. 1. Desa Ketawang Kecamatan Grabag

Desa Ketawang adalah salah satu desa dari 28 desa yang ada di Kecamatan Grabag. Desa ini dipimpin oleh bapak Sutrisno, yang bertindak sebagai kepala desa. Desa Ketawang sendiri terdiri dari tujuh dusun atau wilayah kekuasaan, yang masing- masing dusun dikepalai oleh Kepala Dusun Kadus atau bayan yang bertanggung jawab terhadap dusun yang dipimpinnya. Dusun–dusun tersebut adalah: 1. Dusun Pakel yang dipimpin oleh Bapak Suryanto yang baru saja terpilih dalam pemilihan Kadus tanggal 30 April 2005 yang lalu. 2. Dusun Bawang yang dipimpin oleh Bapak Sudarman 3. Dusun Ketawang yang dipimpin oleh Bapak Suprapto 4. Dusun Sorobayan yang dipimpin oleh Bapak Pringadi 5. Dusun Ngepoh yang dipimpin oleh Bapak Hadiyanto 6. Dusun Gubugan yang dipimpin oleh Bapak Dahroni 7. Dusun Maron yang dipimpin oleh Bapak Paryono Dalam menjalankan tugas, Kepala Desa selain dibantu sekretaris desa, juga dibantu oleh beberapa Kaur Kepala Urusan, adapun Kaur dalam Desa Ketawang adalah sebagai berikut: 1. Kaur Pemerintahan dibawah pimpinan Bapak Susanto 2. Kaur pembangunan dibawah pimpinan Bapak Pawit Waluyo. 3. Kaur Kesra dibawah pimpinan Bapak Saryono. 4. Kaur Keuangan dibawah pimpinan Bapak Eko Pribadi. 5. Kaur Umum dibawah pimpinan Bapak Winarsih. 6. Kaur Kesehatan dibawah pimpinan Bapak budi Hartono. Letak geografis , Desa Ketawang terletak dalam wilayah Kecamatan Grabag, sebelah utara berbatasan dengan Desa Banaran, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sugih Mas, sebelah barat berbatasan dengan Desa Salam, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Magersari. Berdasarkan peta Desa Ketawang sebagaimana terlampir. Desa Ketawang mempunyai luas wilayah 114 Ha, dengan jumlah penduduk 2735 jiwa hasil sensus bulan januari 2004 yang terbagi dalam 19 RT dan 9 RW, dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.379 orang dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.356 orang, dan terdapat 688 kepala keluarga. Desa Ketawang boleh dikatakan tidak terlalu terpencil, dikarenakan desa ini tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan. Jarak dengan pemerintahan kecamatan sekitar 5 km, sedang jarak dengan pemerintahan kabupaten sekitar 40 km. Jalan ke desa Ketawang dapat ditempuh dengan angkutan yang tersedia, baik dengan angkutan pedesaan maupun dengan ojek yang berada di terminal Grabag. Perekonomian , masyarakat Desa Ketawang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani ladang, hasil ladangnya diantaranya adalah jagung, lombok, ketela pohon, ketela rambat, kacang panjang dan kubis. Selain petani ada juga yang berdagang, namun sebagian besar pendapatan sehari-harinya ditopang oleh pembuatan kerajinan keranjang yang terbuat dari bambu, baik keranjang buah maupun kerajang tembakau. Hampir setiap masyarakat di desa ini membuat kerajinan keranjang, karena itulah pekerjaan yang dapat menopang perekonomian mereka sehari-hari. Setiap harinya masyarakat dapat membuat sekitar 15-20 buah keranjang buah, yang setiap keranjang dihargai Rp.1000 rupiah. Namun berbeda pada saat musim panen tembakau tiba, yakni berkisar bulan juli sampai agustus, masyarakat lebih memilih membuat keranjang tembakau daripada keranjang buah, mereka beralasan dengan membuat keranjang tembakau maka akan mendapatkan keuntungan yang berlipat, karena setiap keranjang tembakau perbijinya dihargai sekitar Rp. 40.000 sampai Rp. 80.000 rupiah, tergantung besar kecilnya ukuran. Dalam mencari nafkah, masyarakat Desa Ketawang tidak terbatas pada daerahnya saja, melainkan juga banyak yang merantau ke luar daerah, seperti Semarang, Surabaya, Jakarta dan kota-kota lainnya. Di kota-kota tersebut ada yang bekerja menjadi karyawan pabrik, buruh bangunan, serabutan dan lain sebagainya. Tidak hanya di dalam negeri, bahkan sampai ada yang merantau ke luar negeri untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia TKI. Kesederhanaan masyarakat Desa Ketawang dapat dilihat dari masih aslinya bangunan rumah mereka yang merupakan ciri khas rumah orang Magelang. Ciri khas rumah tersebut yakni terdiri dari 2 bangunan dengan penampilan atapnya yang berbeda. Bangunan bagian depan atapnya berbentuk limasan yang menggambarkan bentuk-bentuk rumah yang banyak dijumpai di kawasan pedesaan. Bangunan bagian belakang berbentuk segi enam mirip dengan bangunan stupa candi dan beratapkan jenis joglo. Bangunan ini menggambarkan bahwa Candi Borobudur terletak di Kabupaten Dati II Magelang, Bangunan berbentuk stupa ini juga dilengkapi dengan sebagian relief cerita seperti pada bangunan Candi Borobudur. Bangunan-bangunan rumah tersebut kebanyakan masih terbuat dari kayu. Sosial kemasyarakatan , Sistem kekerabatan masyarakat setempat masih sangat erat, semisal ada tetangga yang mempunyai hajat, maka warga yang lain saling bergotong royong untuk membantu orang yang mempunyai hajat tersebut, mereka lakukan hal itu, karena mereka menyadari bahwa suatu saat mereka juga akan memerlukan bantuan orang lain. Apalagi dalam beberapa kesempatan yang menyangkut kepentingan bersama, maka gotong royong hukumnya adalah wajib. Hal yang paling berkesan bagi penulis dalam melakukan Kuliah Kerja Nyata KKN di Desa Ketawang terutama di Dusun Pakel, adalah masyarakatnya yang ramah, sopan dan tidak mempersulit, sehingga membuat penulis dan teman-teman satu posko merasa kerasan tinggal disana. Setelah kami menyelesaikan KKN, hubungan kami pun tidak putus begitu saja, kami juga masih berhubungan dengan masyarakat setempat, terkadang kami satu posko mengunjungi desa tersebut untuk bersilaturrahmi. Pendidikan , Desa Ketawang mempunyai lembaga pendidikan diantaranya: satu Taman Kanak-Kanak, dua Sekolah Dasar SD yaitu SD Ketawang I yang berada di Dusun Ketawang, dan SD Ketawang II yang berada di Dusun Maron. Selain mempunyai tiga lembaga pendidikan umum, didesa ini juga mempunyai empat lembaga pendidikan yang berbasis agama yakni Taman Pendidikan Qur’an TPQ yang berada di Dusun Bawang, Dusun Ketawang, Dusun Sorobayan dan Dusun Maron. Dalam hal pendidikan, masyarakat Desa Ketawang kebanyakan lulusan dari SD dan SMP, kalau toh ada lulusan SMA dan Perguruan Tinggi itu jumlahnya tak sebanyak lulusan dari SD dan SMP. Kendala utama pendidikan adalah latar belakang ekonomi masyarakat yang kurang mampu, sehingga mereka tidak mampu untuk membayar sekolah. Sebenarnya masyarakat sadar bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan mereka, tapi bagaimana lagi, keadaan mereka yang memaksa untuk lebih mementingkan membantu orang tua dalam mencari nafkah daripada sekolah. Sosial keagamaan , berbeda dengan pendidikan umum, pendidikan agama masyarakat desa ini dapat dibilang lebih baik, ini dibuktikan dengan banyaknya anak- anak yang ikut mengaji, baik yang diselenggarakan dirumah ustadz dimasing-masing dusun ataupun sekolah Taman Pendidikan Qur’an TPQ yang ada di desa tersebut. Majunya pendidikan agama dibanding dengan pendidikan umum terletak pada faktor biaya pendidikan yang jauh lebih murah. Di dusun Ketawang kegiatan belajar-mengajar agama TPQ dipusatkan dirumah ustadz Solihin. Walaupun tidak mempunyai gedung semewah dusun Bawang tetapi kurikulumnya sama, sebagaimana yang diajarkan di TPA dusun Bawang. Namun TPQ ini hanya sampai pada kelas dua, setelah itu para siswanya sebagian melanjutkan TPQ di dusun Bawang. Kegiatan belajar mengajar didusun ini perlu adanya perhatian pemerintah setempat, karena tempat belajarnya kurang mendukung, semisal para siswanya duduk dilantai yang masih berupa tanah serta beralaskan dengan tikar, serta hanya ada tiga bangku untuk menulis, sehingga sebagian lagi menulis diatas lantai, dan kegiatan belajarnya bergantian antara kelas satu dan kelas dua, papan tulisnya pun hanya satu setengah meter persegi. Apalagi kalau aliran listriknya mati, maka penerangannya berasal dari lentera kecil ataupun dengan lilin, itupun tidak bisa menerangi seluruhnya, sehingga tulisan yang ada di papan tulis sulit dapat terbaca. Menurut data kependudukan desa Ketawang tahun 2005, seluruh masyarakat Desa Ketawang beragama Islam, di desa ini terdapat tujuh buah Masjid dan sepuluh buah mushola, untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Sarana Ibadah Desa Ketawang Kecamatan Grabag No Desa Masjid Musholla 1 2 3 4 5 6 7 Gubugan Ketawang Pakel Maron Sorobayan Ngepoh Bawang 1 1 1 1 1 1 1 - 2 2 1 2 - 3 Data demografi Desa Ketawang tahun 2003 Kegiatan keagamaan yang ada di desa ini meliputi selapanan, yakni pengajian yang rutin diadakan setiap 35 hari sekali, yasin dan tahlil yang diadakan setiap kamis malam di setiap dusun, pengajian ibu-ibu yang diadakan setiap malam minggu dan pengajian rutin dalam menyambut hari besar Islam. Tidak seperti pada dusun-dusun lainnya, kegiatan keagamaan di dusun Pakel jarang diadakan, di dusun ini hanya ada pengajian umum pada waktu-waktu tertentu, seperti pada acara hajatan dan syukuran. Meskipun jarang diadakan pengajian, namun antusisme masyarakat untuk mengikuti pengajian sangat tinggi, ini dibuktikan apabila ada pengajian di dusun atau desa lain, maka mereka tidak segan-segan berjalan kaki untuk menghadiri pengajian tersebut. Seperti halnya di dusun-dusun lainnya, pengajian yang rutin diadakan di dusun Pakel ini adalah pengajian setiap kamis malam yaitu membaca surat Yaasiin dan tahlil, yang bertempat di masjid untuk bapak-bapak dan di mushola untuk para pemuda. Namun demikian, di dusun Pakel terdapat seorang tokoh yang berpengaruh selain tokoh dari pemerintahan desa, tokoh tersebut bernama Eko Demas, beliau tidak hanya dikenal di desanya, tetapi juga sudah di kenal sampai keluar kota. Beliau merangkul pemuda-pemuda yang ada di dusun tersebut, agar supaya tidak terbawa arus perubahan zaman. Beliau selalu mengadakan sholat serta dzikir bersama setiap malam jum’at kliwon, sholat dan dzikir tersebut diikuti oleh pemuda dan masyarakat setempat, bahkan juga ada yang berasal dari luar kota. Berbeda dengan dusun Pakel, dusun Ketawang dan dusun Gubugan mempunyai tingkat rutinitas mengaji lebih tinggi, setidaknya dalam 35 hari sekali dikedua dusun tersebut terdapat pengajian selapanan. Namun aktifitas pengajian di dusun Gubugan lebih banyak, semisal kegiatan pengajian yang diadakan setiap kamis malam, selain membaca surat yaasiin mereka juga diberikan ceramah keagamaan oleh ulama setempat, terkadang juga dari luar dusun tersebut. Masyarakat dusun Gubugan juga mempunyai tingkat ketaatan terhadap agama yang cukup tinggi, ini bisa dilihat ketika sholat wajib dilaksanakan, masjid terlihat penuh oleh para jamaah yang melaksanakan sholat lima waktu. Ada sebuah kejadian yang cukup mengagetkan penulis di dusun ini, yakni pelaksanaan sholat ashar dilaksanakan pada jam 16.30 yang biasanya dilaksanakan kurang lebih jam 15.00, menurut pak Dahroni yang juga sebagai kepala dusun, pelaksanaan sholat yang mundur dari waktu yang semestinya itu, dikarenakan menunggu masyarakat yang pada saat itu masih di ladang, sehingga tidak bisa melaksanakan sholat pada waktunya. 48 Walaupun begitu pada saat dilaksanakannya sholat, masjid dipenuhi oleh para jamaahnya. Seni budaya . Kesenian rakyat yang ada di desa Ketawang ini tak jauh berbeda dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Grabag maupun kecamatan- kecamatan lain yang berada dalam wilayah kabupaten Magelang, kesenian itu diantaranya adalah kesenian Kubrosiswo, warok, wayang orang dan rebana.

4. 2. Sekilas tentang Kesenian Kubrosiswo