PENILAIAN HARGA SAHAM
7. PENILAIAN HARGA SAHAM
a. Saham Biasa
Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada modal yang disetorkan.
Pada dasarnya harga pasar saham dipengaruhi oleh profitabilitas di masa yang
akan datang dan resiko yang ditanggung oleh pemodal. Pemegang saham mempunyai hak untuk memilih direksi perusahaan. Yang
umum berlaku adalah one share one vote. Artinya satu saham memiliki satu suara.
b. Valuasi Harga Saham
Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham dan
kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) dan karenanya saham tersebut seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki
2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal) dan karenanya saham tersebut seharusnya dijual.
3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian
variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (yang diamati) menjadi perkiraan harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut seperti misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya.
Model penilaian saham dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
present value. Berdasarkan pendekatan ini, maka nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Secara formal dapat dituliskan:
Nilai saham
n
Arus _ kas
t 1 r
Dalam hal ini r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang layak bagi investasi tersebut. Tingkat bunga ini, bagi perusahaan merupakan cost Dalam hal ini r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang layak bagi investasi tersebut. Tingkat bunga ini, bagi perusahaan merupakan cost
1. tingkat keuntungan yang dipandang layak
2. jumlah dan kapan arus kas tersebut akan diterima
3. mengkombinasikan kedua informasi tersebut untuk menaksir nilai intrinsik saham tersebut dan membandingkannya dengan harga saham saat ini.
Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dianggap layak, analis perlu memasukkan faktor resiko. Semakin besar resiko yang ditanggung pemodal semakin tinggi tingkat keuntungan yang dipandang layak (berhubungan positif). Pada dasarnya nilai r akan dipengaruhi oleh tingkat keuntungan bebas resiko ditambah dengan premi untuk resiko.
R=R f + Premi Resiko
Dalam hal ini Rf adalah tingkat keuntungan dari investasi yang bebas resiko. Sedangkan Rf terdiri dari real rate of interest ditambah dengan premi untuk inflasi.
Sesuai dengan konsep di atas, maka r investasi pada saham akan lebih tinggi
daripada tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan juga lebih tinggi dari r untuk investasi pada obligasi. Jadi apabila SBI memberikan bunga 14, sedangkan r untuk obligasi sebesar 18, maka r untuk investasi pada saham akan lebih tinggi dari 18. Secara konseptual, r untuk investasi pada saham menunjukkan cost of equity (biaya ekuitas) yang ditanggung oleh perusahaan
dan seringkali diberi notasi k e .
Model penilaian saham berdasarkan arus kas terdiri dari:
a. Model pertumbuhan nol (zero growth model)
b. Model pertumbuhan konstan (constant growth model)
c. Model pertumbuhan berganda (multiple growth model)
a. Model pertumbuhan nol
4. Asumsi-asumsi yang digunakan:
a. Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya
b. Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen
5. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana, Po = nilai intrinsik saat ini, D = dividen yang diterima oleh pemodal r adalah tingkat keuntungan yang dianggap relevan.
b. Model pertumbuhan konstan
1. Asumsi-asumsi dalam model ini:
a) Tidak semua laba dibagi, tetapi ada sebagian yang ditahan. Proporsi laba yang ditahan (diberi notasi b) diasumsikan konstan
b) Laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan tingkat keuntungan, disebut juga Return On Equity (ROE), sebesar R.
c) Sebagai akibat dari asumsi-asumsi tersebut, maka laba per lembar saham (=E) dan juga dividen (=D) meningkat sebesar bR. Peningkatan ini diberi notasi g (g=bR)
d) Diasumsikan pula r>g
2. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
D 1
P 0
r g
c. Model pertumbuhan berganda
1. Pemikiran dari model ini lahir karena pertumbuhan laba tidaklah konstan sepanjang waktu.
2. Salah satu pengembangan dari model ini adalah model dengan tiga periode pertumbuhan. Diasumsikan pada model ini ada 3 periode, yaitu:
a. Periode awal (misalnya 5 tahun). Yaitu periode pada waktu pertumbuhan laba (dan dividen) paling tinggi dibandingkan dengan periode-periode kemudian.
b. Periode transisi (misalkan 3 tahun). Periode ini menunjukkan berapa lama pertumbuhan pada periode awal akhirnya akan turun menjadi normal. Turunnya pertumbuhan selama periode transisi ini diasumsikan secara linier.
c. Periode pertumbuhan konstan selamanya. Pada periode ini diasumsikan pertumbuhan telah menjadi normal dan akan berlangsung selamanya.
Pendekatan Price Earning Ratio (PER) merupakan metode penilaian saham
yang sering juga digunakan. Pendekatan PER mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar dengan EPS. Jadi misalkan harga saham saat ini sebesar Rp. 10.000 sedangkan EPS adalah sebesar Rp. 1.000, maka PER = 10.0001.000 = 10x.
Penggunaan PER sering digunakan oleh para analis untuk melihat kewajaran
harga saham. Saham yang memiliki PER yang tinggi mungkin dicurigai telah terlalu tinggi harganya.
Jika PER dirumuskan sebagai P0E1 (berarti perbandingan harga saham saat ini
dengan perkiraan laba pada tahun yang akan datang) maka rumus pada model pertumbuhan konstan dapat dimodifikasi sebagai berikut:
P 0 D r g
Karena D1 = E1 (1-b) maka
E b r g 1 b
PER
E r g
Persamaan di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi PER
adalah:
1. rasio laba yang dibayarkan sebagai dividen atau payour ratio (1-b)
2. tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal
3. pertumbuhan dividen
Sesuai dengan persamaan di atas, maka apabila faktor-faktor lain konstan, maka:
1. Semakin tinggi payout ratio, semakin tinggi PER
2. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan, yaitu r, semakin rendah PER
3. Semakin tinggi pertumbuhan dividen, g, semakin tinggi PER.
Yovita Atmadjaja