Interpretasi Hasil
4.3 Interpretasi Hasil
Pengujian hipotesis 1 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil dari regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,331 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,188 berada lebih tinggi pada α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajemen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Pada tabel 4.8 kepemilikan manajemen berpengaruh negatif dengan koefisien -4,567. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka menurunkan nilai perusahaan namun probabilitas signifikansinya sebesar 0,188 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajemen pada perusahaan non keuangan di Indonesia cenderung masih sangat rendah, hal tersebut dapat dilihat dari statistik deskriptifnya yaitu rata-rata kepemilikan manajemen hanya sebesar 0,020626.
Rendahnya saham yang dimiliki oleh manajemen mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki perusahaan karena tidak semua keuntungan dapat dinikmati oleh manajemen yang menyebabkan pihak manajemen termotivasi untuk memaksimalkan utilitasnya sehingga merugikan pemegang saham. Selain itu dengan rendahnya kepemilikan saham oleh manajemen membuat kinerja manajemen juga cenderung rendah sehingga tidak Rendahnya saham yang dimiliki oleh manajemen mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki perusahaan karena tidak semua keuntungan dapat dinikmati oleh manajemen yang menyebabkan pihak manajemen termotivasi untuk memaksimalkan utilitasnya sehingga merugikan pemegang saham. Selain itu dengan rendahnya kepemilikan saham oleh manajemen membuat kinerja manajemen juga cenderung rendah sehingga tidak
Namum penelitian ini bertentangan dengan penelitian Wahyudi dan Prawesti (2006) dan Etty Murwaningsih (2009), yang menemukan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena timbulnya hubungan non-monotonic yaitu adanya insentif yang dimiliki manajer dan mereka berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider ownership dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan meningkat.
Pengujian hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitan menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,348 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,183 yang berarti jauh di atas 0,05 sehingga disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Pada tabel 4.8 kepemilikan institusional berpengaruh negatif dengan koefisien -0,792. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan maka menurunkan nilai perusahaan namun probabilitas signifikansinya sebesar 0,183 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan institusional tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kepemilikan institusional yang besar dengan rata-rata sebesar 62,9% merupakan pemilik mayoritas. Menurut Pound (dalam Diyah dan Erman, 2009), investor institusional mayoritas memiliki kecenderungan untuk berkompromi atau berpihak kepada manajemen dan mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas. Anggapan bahwa manajemen sering mengambil tindakan atau kebijakan yang non-optimal dan cenderung mengarah pada kepentingan pribadi mengakibatkan strategi aliansi antara investor institusional dengan pihak manajemen ditanggapi negatif oleh pasar. Hal ini tentunya berdampak pada penurunan harga saham perusahaan dipasar modal sehingga dengan kepemilikan institusional belum mampu menjadi mekanisme yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Lee et al., (dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007), investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini dirasakan tidak menguntungkan oleh investor, maka investor dapat menarik sahamnya. Karena investor institusional memiliki saham dengan jumlah besar, maka jika mereka menarik sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional belum mampu menjadi mekanisme untuk yang meningkatkan nilai perusahaan.
Temuan ini mendukung penelitian Demsetz and Villalonga (2001) dan Chilin Lu et al., (2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak Temuan ini mendukung penelitian Demsetz and Villalonga (2001) dan Chilin Lu et al., (2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak
Namun penelitian di atas bertentangan dengan penelitian Tarjo (2008) dan Etty Murwaningsih (2009), yang menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Konsentrasi kepemilikan institusional meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan yang berupa meningkatnya volume perdagangan saham dan kenaikan harga saham merupakan cerminan meningkatnya kepercayaan publik terhadap perusahaan.
Pengujian hipotesis 3 dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitan ini menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,632 dan signifikansi probabilitasnya adalah 0,001 berada lebih rendah pada α = 0,05, sehingga hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan. Hal ini mengindikasikan bahwa corporate social responsibility mempengaruhi nilai perusahaan.
Pada tabel 4.8 pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) memberikan nilai koefisien parameter dengan koefisien 2,432 dan probabilitas signifikansi 0,001. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini diakibatkan karena dengan adanya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan maka akan direspon positif oleh investor sehingga banyak investor yang berinvestasi pada perusahaan tersebut yang menyebabkan meningkatnya nilai perusahaan.
Penelitian ini didukung oleh Etty Murwaningsari (2009) yang menemukan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) mengakibatkan peningkatan nilai perusahaan.
Begitu juga dengan penelitian Zuhroh dan Putu (2003) yang menyatakan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go public berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Artinya investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disampaikan perusahaan dalam laporan tahunan sehingga dengan semakin luasnya pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya nilai perusahaan
Dalam penelitian ini pengungkapan corporate social responsibility antara perusahaan besar dan perusahaan kecil diuji apakah terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara dua sampel yang tidak berhubungan Uji statistik non parametik Mann Whitney yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan atau tidak. Dari sampel sebanyak 68 perusahaan, dibedakan menjadi dua perusahaan yaitu perusahaan besar dengan persentase kepemilikan instutusional di atas 50% sedangkan perusahaan kecil dengan persentase kepemilikan institusional di bawah 50%.