Tokoh dan Penokohan Teori Struktural

17 Namun secara sederhana Sudjiman melalui Ramadhanti, 2016:102 memaparkan, tema adalah makna cerita, gagasan, atau dasar cerita. Pengarang menyampaikan gagasan dan idenya melalui cerita. Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya disebut tema. Tema merupakan gagasan yang mendasari cerita. Tema didukung oleh pelukisan latar dan kadangkala tersirat dalam tingkah laku tokoh atau penokohan. Tema bahkan dapat menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa di dalam satu cerita Ramadhanti, 2016:103.

B. Tokoh dan Penokohan

Tokoh menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Sedangkan watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh para pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjuk penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita Nurgiyantoro, 2012 :165. Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan. Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas tokoh utama, tokoh sekunder atau bawahan, dan tokoh tambahan Aminuddin dalam Siswanto, 2008: 143. Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas tokoh dinamis dan tokoh statis. Bila dilihat dari masalah yang dihadapi 18 tokoh, dapat dibedakan atas tokoh yang mempunyai karakter sederhana dan kompleks Aminuddin dalam Siswanto, 2008: 143. Selanjutnya bila dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonist adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan Siswanto, 2008:144. Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang setia kepada Negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan di dunia Siswanto, 2008:144 Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pendangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, dan sebagainya. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman melalui Rokhmansyah, 2014:34 watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan. 19 Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh- tokohnya serta memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut Rokhmansyah, 2014:34. C. Latar Latar adalah landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams, 1981:175. Latar adalah segala sesuatu yang mengacu kepada keterangan mengenai waktu, ruang, serta suasana peristiwanya. Abrams 1981:173 mengemukakan latar cerita adalah tempat umum general locale, waktu kesejarahan historical time, dan kebiasaan masyarakat social circumstances. Secara garis besar, latar sebuah prosa dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa terjadi, misalnya latar tempat yang menunjukkan latar pedesaan, perkotaan atau latar tempat lainnya. Melalui tempat terjadinya peristiwa diharapkan tercermin tingkah laku suasana dan hal lain yang mungkin berpengaruh pada tokoh dan karakternya Kusmayadi, 2008:61. Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot, secara historis. Melalui pemaparan waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan fiksi secara jelas pula. Rangkaian peristiwa tidak mungkin 20 terjadi jika dilepaskan dari perjalanan waktu, yang dalam hal ini dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun bahkan zaman tertentu. Selanjutnya latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Statusnya dalam kehidupan sosialnya dapat digolongkan menurut tingkatannya, seperti latar sosial bawah, latar sosial menengah dan latar sosial atas Kusmayadi, 2008:61. Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.

D. Amanat