Teknik Analisis Data Spradley
Gambar 1 Teknik Analisis Data Spradley
Analisis Domain
Analisis Taksonomi
Analisis Komponensial
Analisis Tema Budaya
Sumber : Spradley dalam Sugiyono (2008 : 102)
1. Analisi Domain (Domain Analysis)
Anaklisis domain dilakukan saat peneliti telah memasuki obyek penelitian baik itu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi maka langkah Anaklisis domain dilakukan saat peneliti telah memasuki obyek penelitian baik itu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi maka langkah
2. Analisi Taksonomi (Taxonomic Analysis)
Analisis taksonomi dilakukan dengan menentukan domain-domain tertentu yang dijadikan sebagai fokus penelitian. Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dalam tahap ini dilakukan dengan observasi terfokus. Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak (box diagram),, diagram garis (line and node diagram) dan out line.
3. Analisi Komponensial (Componential Analysis)
Componential Analysis merupakan tahapan ketiga setelah tahap domain dan taksonomi. Caranya mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi dengan pertanyaan yang mengkontraskan (Contras question). Analisis komponensial, yang dicari bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaa/ kontras.
4. Analisis Tema Budaya (Discovering Culture Theme)
Tahapan dalam tema budaya ini lebih menekankan pada kita bahwa dalam penelitian kualitatif ini situasi sosial yang menjadi obyek ingin diteliti dan dipahami lebih mendalam oleh peneliti. Dalam tahap tema budaya peneliti harus mampu mengkombinasikan dan menentukan data yang ada dengan berbagai variasi menjadi data yang kongkrit dan jelas. Dalam bahasa ilmiah dari data yang divergen (menyebar) menjadi konvergen (fokus).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Balai Besar Pemberdayaan Masarakat dan Desa Malang
a. Latar Belakang Berdirinya Lembaga
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang berada di Jl. Raya Langsep Nomor 7 Malang yang merupakan Unit Pelaksana Teknis di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dipimpin oleh seorang Kepala. Sebagai unit pelaksana teknis di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang mempunyai visi ”Terdepan Mewujudkan Kualitas Sumber Daya Manusia Menjadi Masyarakat Mandiri”.
Gambar 2. Kantor Balai Besar Pember Malang
Sumber : dokumentasi Balai PMD Malang ,2014
Pemerintah telah berupaya melalui berbagai cara dalam membangun masyarakatnya supaya berkehidupan sejahtera, mandiri dan madani. Begitu pula dalam upaya membangun desanya melalui berbagai kegiatan nyata seperti halnya dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1957 tentang Organisasi Penyelenggara Pembangunan Masyarakat dan Desa berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah tersebut telah diterbitkan pula Kepmendagri Nomor 25 Tahun 1968 tentang Balai Penelitian dan Pengembangan Desa (Balitbangdes), kemudian disempurnakan lagi dengan Kepmendagri Nomor 14 Tahun 1987 Tentang Balai Pengkaderan Pembangunan Desa dengan wilayah kerja meliputi: Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Irian jaya dan Provinsi Timor-Timur.
Dalam perjalanan sejarah orde baru, melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Desa/ kelurahan, maka pada era reformasi telah berubah menjadi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Nomor UU No. 32/ 2004 tentang Pemerintahan daerah, sehingga Nomenklatur Balai Pengkaderan Pembangunan Desa berubah pula sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2000 tentang Balai Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan wilayah kerja meliputi: Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Papua barat dan Provinsi Papua. Lebih lanjut karena alasan beban kerja, luas wilayah kerja, dan kinerja Balai Pemberdayaan Masyarakat Desa Malang khususnya pada
4 tahun terakhir menunjukkan loncatan-loncatan peningkatan kinerja maka Bapak Menteri Dalam Negeri telah memberikan penghargaannya kepada BPMD Malang meningkatakan status Balai Pemberdayaan Masyarakat Desa Malang menjadi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di malang dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tanggal 22 Juni tahun 2006 dengan wilayah kerja meliputi:
a. Provinsi Jawa Timur;
b. Provinsi Bali;
c. Provinsi Nusa Tenggara Timur;
d. Provinsi Nusa Tenggara Barat;
e. Provinsi Maluku;
f. Provinsi Maluku Utara;
g. Provinsi Papua;
h. ProvinsiPapua Barat; i.
Provinsi Sulawesi Utara; j.
Provinsi Sulawesi Tengah; k. Provinsi Sulawesi Tenggara; l.
Provinsi Sulawesi Selatan; m. Provinsi Sulawesi Barat; dan n. Provinsi Gorontalo.
Dengan wilayah kerja yang demikian luas dan beragam, Balai Besar PMD Malang telah menunjukkan kinerja yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat dan desa sehingga masyarakat desa mampu memberdayakan sumber daya yang ada di dalamnya, baik itu Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam, dan juga sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Visi dan Misi
1) Visi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita-cita yang diwujudkan Balai Besar PMD Malang untuk tercapainya peningkatan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Besar PMD Malang, maka ditetapkan visi: “Terdepan Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia Menuju Masyarakat Mandiri”.
2) Misi
a) Menjadikan lembaga sebagai tempat (kampus) pendidikan dan latihan yang representative untuk wilayah Indonesia timur maupun wilayah Indonesia pada umumnya.
b) Menjadikan lembaga sebagai pusat kajian, dan pusat informasi data guna keperluan pengembangan kurikulum pelatihan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan dalam rangka meningkatkan keberdayaan masyarakat pedesaan.
c) Membangun kerjasama antar lembaga pemerintah, nonpemerintah, guna mengembangkan pelayanan yang efisiensi dan efektif untuk mengembangkan program pemberdayaan masyarakat, mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi serta identifikasi kebutuhan program, guna menjamin revitalisasi dan reaktualisasi berbagai program dan kegiatan yang akan dikembangkan, serta memandirikan pemerintahan desa/kelurahan dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik.
c. Tujuan Lembaga
1) Menjadikan lembaga pengembang kurikulum pelatihan pemberdayaan masyarakat Desa/ Kelurahan.
2) Menjadikan lembaga sebagai pusat informasi dan penyelenggaraan pelatihan pemberdayaan masyarakat serta pemerintahan desa/ kelurahan secara professional dan partisipatif.
3) Mengembangkan sistem monitoring evaluasi program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat desa/ kelurahan.
4) Membangun kerjasama antar lembaga pemerintahan, non pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan dalam rangka memandirikan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dalam rangka efisiensi dan efekrifitas program pemberdayaan masyarakat desa/ kelurahan.
d. Tugas dan Fungsi Lembaga
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat yang meliputi kader Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat yang meliputi kader
Dalam melaksanakan tugasnya, maka BBPMD Malang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut
1. Pelaksanaan pelatihan dibidang pemberdayaan aparatur desa/ kelurahan.
2. Pelaksanaan pelatihan dibidang pemberdayaan lembaga masyarakat desa/ kelurahan.
3. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, administrasi umum, perpustakaan, perlengkapan dan rumah tangga.
e. Bidang-Bidang Organisasi
1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan DesaMalang) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 tahun 2012 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 tahun 2009 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri, bahwa organisasiBalai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang terdiri dari: Tata Usaha, Bidang Pemberdayaan Aparatur,dan Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan. Tata Usaha terdiri dari 3 (tiga) sub bagian: 1) Sub Bagian Penyusunan Program; 2) Sub Bagian Kepegawaian dan Persuratan dan 3) Sub Bagian Umum dan Keuangan.
Bidang Pemberdayaan Aparatur terdiri dari Seksi Perangkat Desa dan Seksi Perangkat Kelurahan. Sedangkan Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan terdiri dari Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya dan Seksi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat.
Adapun bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan DesaMalang adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Besar PMD Malang
2. Tata Usaha
Bagian Tata Usaha terdiri atas:
1) Subbagian Penyusunan Program Mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan program, anggaran serta monitoring dan evaluasi. Uraian Tugas Subbagian Penyusunan Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. Menghimpun dan membuat rencana strategis, program kerja serta kegiatan di lingkungan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
b. Merencanakan kegiatan Subbagian Penyusunan Program berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya sebagai bahan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
c. Memberi petunjuk kepada bawahan di lingkungan Subbagian Penyusunan Program agar dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas dan efisien pelaksanaan tugas.
d. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan Subbagian Penyusunan Program dengan memberikan arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya masing-masing.
e. Membimbing para bawahan di lingkungan Subbagian Penyusunan Program dan melaksanakan tugas agar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
f. Memeriksa, mengoreksi dan mengontrol hasil kerja para bawahan di lingkungan Subbagian Penyusunan Program guna penyempurnaan lebih lanjut.
g. Menilai kinerja para bawahan di lingkungan Subbagian Penyusunan Program berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier.
h. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya
dengan penyusunan program/kegiatanBalai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sebagai pedoman dan landasan kerja.
yang
berhubungan
i. Menghimpun, membuat dan mengevaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Triwulan, Semester dan Tahunan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
j. Mencari, mengumpulkan, menghimpun, dan mengolah data serta informasi
dengan penyusunan program/kegiatan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
yang
berhubungan
k. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan kebijakan, pedoman,dan
petunjuk teknis mengenai penyusunan petunjuk teknis mengenai penyusunan
l. Menginvestasikan permasalahan yang berhubungan dengan penyusunan program/kegiatan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang serta menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pemecahan masalah.
m. Melakukan penyusunan rencana kerja dan anggaran Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang bersama Subbag Umum dan Keuangan dan Subbag Persuratan dan Kepegawaian.
n. Melakukan koordinasi dengan komponen lain melalui Kepala Bagian Tata Usaha. o. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata Usaha baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Bagian Tata Usaha.
2) Subbagian Umum dan Keuangan Mempunyai tugas melakukan urusan keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan perpustakaan. Uraian Tugas Subbagian Umum dan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. Merencanakan kegiatan Subbagian Umum dan Keuangan berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya, sebagai bahan untuk a. Merencanakan kegiatan Subbagian Umum dan Keuangan berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya, sebagai bahan untuk
b. Memberi petunjuk kepada bawahan di lingkungan Subbagian Umum dan Keuangan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas dan efesiensi pelaksanaan tugas.
c. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan Subbagian Umum dan Keuangan dengan memberikan arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya masing-masing.
d. Membimbing para bawahan di lingkungan Subbagian Umum dan Keuangan dan melaksanakan tugas agar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
e. Memeriksa, menggoreksi dan mengontrol hasil kerja para bawahan di lingkungan Subbagian Umum dan Keuangan guna penyempurnaan lebih lanjut.
f. Menilai kinerja para bawahan di lingkungan Subbagian Umum dan Keuangan berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier.
g. Merencanakan kebutuhan barang unit (RKBU) dan membuat Rencana TahunanKebutuhan Barang Unit (RTKBU).
h. Melaksanakan pengadaan barang, jasa dan pemborongan pekerjaan.
i. Melaksanakan pemeliharaan, pencatatan mutasi, pengusulan penghapusan, pendayagunaan dan pelaporan barang milik negara.
j. Mempertanggungjawabkanpengadaan barang, jasa dan pemborongan pekerjaan serta pemeliharaan barang. k. Menyiapkan bahan kegiatan protokoler, Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional dan kehumasan. l. Mengelola dan mengembangkan perpustakaan. m. Menghimpun, mengolah dan membuat Rencana Kerja dan
Anggaran dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai. n. Menyiapkan Surat Perintah Tugas (SPT) bagi pejabat dan staf yang melaksanaan tugas kedinasan. o. Menyiapkan, membuat dan mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM) ke Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN).
p. Menyiapkan dokumen Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang ditandatangani oleh pejabat Pelaksana Teknis dan diketahui oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
q. Melakukan verifikasi terhadap setiap tanda bukti baik penerimaan
anggaran serta pertanggungjawaban keuangan. r. Membantu KPA untuk melakukan pemeriksaan kas dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan Kas minimal setiap 3 bulan sekali/triwulan, semesteran dan tahunan.
maupun
pengeluaran pengeluaran
3) Subbagian Persuratan dan Kepegawaian Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan dan kepegawaian. Uraian Tugas Subbagian Persuratan dan Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. Merencanakan kegiatan Subbagian Persuratan dan Kepegawaian berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya, sebagai bahan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
b. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang berlaku atau kebijakan lainnya untuk kebutuhan persuratan dan kepegawaian.
c. Memberi petunjuk kepada bawahan di lingkungan Subbagian Persuratan dan Kepegawaian agar dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.
d. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan Subbagian Persuratan dan Kepegawaian dengan memberikan arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya masing-masing.
e. Mengusulkan formasi, pengadaan, pengembangan, mutasi, dan pemberhentian pegawai.
f. Membimbing para bawahan di lingkungan Subbagian Persuratan dan Kepegawaian dan melaksanakan tugas agar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
g. Memeriksa, mengoreksi dan mengontrol hasil kerja para bawahan di lingkungan Subbagian Persuratan dan Kepegawaian guna penyempurnaan lebih lanjut.
h. Menilai kinerja para bawahan di lingkungan Subbagian Persuratan danKepegawaian berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier.
i. Mengagendakan, mengolah dan mengarsipkan surat masuk dan keluar.
j. Melakukan penyusunan RKAKL bersama Subbagian Umum dan Keuangan, dan Subbag Penyusunan Program. k. Melakukan koordinasi dengan komponen lain melalui Kepala Bagian Tata Usaha. l. Membuat dan menghimpun buku induk kepegawaian, buku kendali kepegawaian, DP3, Daftar Riwayat Hidup dan Daftar Unit Kepangkatan.
m. Mengurus Kartu Pegawai, TASPEN, Kartu Isteri, Kartu Suami, ASKES, Kartu Anggota KORPRI, cuti tahunan, cuti diluar m. Mengurus Kartu Pegawai, TASPEN, Kartu Isteri, Kartu Suami, ASKES, Kartu Anggota KORPRI, cuti tahunan, cuti diluar
n. Menyiapkan dan membuat laporan bulanan daftar hadir. o. Melakukan pencatatan pelaksanaan disiplin pegawai sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
p. Menyiapkan berita acara pemeriksaan dan surat teguran tertulis terhadap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. q. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan triwulan, semesteran dan tahunan. r. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata Usaha baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas bagian Tata Usaha.
3. Pemberdayaan Aparatur
Bidang Pemberdayaan Aparatur terdiri atas:
1) Seksi Perangkat Desa Mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul dan metodologi pelatihan, serta penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelatihan perangkat desa. Uraian Tugas Seksi Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: 1) Seksi Perangkat Desa Mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul dan metodologi pelatihan, serta penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelatihan perangkat desa. Uraian Tugas Seksi Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
b. Memberi petunjuk kepada bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Desa agar dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.
c. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Desa dengan memberikan arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya masing-masing.
d. Membimbing para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Desa dan melaksanakan tugas agar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
e. Memeriksa, mengoreksi dan mengontrol hasil kerja para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Desa guna penyempurnaan lebih lanjut.
f. Menilai kinerja para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Desa berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier.
g. Membuat rencana kegiatan tahunan dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur.
h. Menyiapkan instrumenbahan identifikasi kebutuhan pelatihan perangkat desa.
i. Melakukan analisis kebutuhan pelatihan perangkat desa. j. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pengembangan modul pelatihan perangkat desa. k. Membantu Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur melakukan kegiatan persiapan pelatihan perangkat desa. l. Menganalisis, menentukan metode pelatihan dalam pelaksanaan pelatihan perangkat desa. m. Merencanakan, melaksanakan pelatihan, dan menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi pasca pelatihan. n. Melakukan koordinasi dengan komponen lain melalui Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur. o. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Bidang Pemberdayaan Aparatur.
p. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan triwulan, semesteran, dan tahunan.
2) Seksi Perangkat Kelurahan Mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, dan metodologi pelatihan, serta 2) Seksi Perangkat Kelurahan Mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, dan metodologi pelatihan, serta
a. Merencanakan kegiatan Seksi Perangkat Kelurahan berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya, sebagai bahan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
b. Memberi petunjuk kepada bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Kelurahan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.
c. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Kelurahan dengan memberikan arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya masing-masing.
d. Membimbing para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Kelurahan dan melaksanakan tugas agar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
e. Memeriksa, mengoreksi dan mengontrol hasil kerja para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Kelurahan guna penyempurnaan lebih lanjut.
f. Menilai kinerja para bawahan di lingkungan Seksi Perangkat Kelurahan berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier.
g. Membuat rencana kegiatan tahunan dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur.
h. Menyiapkan instrumen bahan identifikasi kebutuhan pelatihan perangkat kelurahan.
i. Melakukan analisis kebutuhan Pelatihan Perangkat Kelurahan. j. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pengembangan modul Pelatihan Perangkat Kelurahan. k. Membantu Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur melakukan kegiatan persiapan pelatihan perangkat Kelurahan. l. Menganalisis dan menentukan metode pelatihan dalam pelaksanaan pelatihan perangkat kelurahan. m. Merencanakan, melaksanakan pelatihan,menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi pasca pelatihan. n. Melakukan koordinasi dengan komponen lain melalui Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur. o. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Aparatur baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Bidang Pemberdayaan Aparatur.
4. Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan
BidangPemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan terdiri atas:
1) Seksi kelembagaan dan Sosial Budaya Mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode pelatihan, penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan di bidang kelembagaan dan sosial budaya serta monitoring, evaluasi dan penyusunan program. Uraian Tugas Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Merencanakan kegiatan Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya sebagai bahan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
b. Memberi petunjuk kepada bawahan di lingkungan Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.
c. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya dengan memberikan arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan permasalahan di bidang tugasnya masing-masing.
d. Membimbing para bawahan di lingkungan Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya dan melaksanakan tugas agar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
e. Memeriksa, mengoreksi, dan mengontrol hasil kerja para bawahan dilingkungan Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya guna penyempurnaan lebih lanjut.
f. Menilai kinerja para bawahan di lingkungan Seksi Kelembagaan Sosial dan Budaya berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier.
g. Membuat rencana kegiatan tahunan pengembangan kelembagaan dan sosial budaya.
h. Menyiapkan instrumen bahan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
i. Menyiapkan bahan, menganalisis, dan menyempurnakan modul pelatihan.
j. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pelatihan. k. Menganalisis dan memilih metode pelatihan serta membuat
laporan pelatihan. l. Melaksanakan dan membuat laporan hasil monitoring dan evaluasi pasca pelatihan. m.Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan triwulan, semesteran, dan tahunan.
n. Melakukan koordinasi antar Seksi di Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dan Bidang Pemberdayaan Aparatur. o. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan
Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan. p. Melaporkan dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas di lingkungan Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya.
tugas
bidang
2) Seksi pengembangan Ekonomi Masyarakat Mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, dan metode pelatihan, penyiapan
pemberdayaan lembaga kemasyarakatan di bidang kelembagaan dan sosial budaya serta monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan. Uraian Tugas Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
bahan
pelatihan
a. Merencanakan kegiatan Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya, sebagai bahan untuk meleksanakan kegiaan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
b. Melaksanakan dan membuat laporan hasil monitoring dan evaluasipasca pelatihan.
c. Memberi petunjuk kepada bawahan di lingkungan Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat dalam melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.
d. Membagitugas atau kegiatan pada para bawahan dilingkungan seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat dengan memberikan arahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya masing-masing.
e. Membimbing para bawahan dilingkungan Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat dan melaksanakan tugas agar sesuai dengan peraturandan ketentuan yang berlaku.
f. Memeriksa, mengoreksi dan mengontrol hasil kerja para bawahan dilingkungan Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat guna penyempurnaan lebih lanjut.
g. Menilai kinerja para bawahan dilingkungan Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk dipergunakan sebagai bahan peningkatan karier.
h. Membuat rencana kerja tahunan pengembang ekonomi masyarakat.
i. Menyiapkan bahan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
j. Menyiapkan bahan, menganalisis dan menyempurnakan modul pelatihan. k. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pelatihan. l. Menganalisis dan memilih metode pelatihan serta membuat
laporan pelatihan. m.Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan triwulan, semesteran dan tahunan. n. Melakukan pembinaan, arahan dan penilaian kinerja kepada staf secara lisan maupun tertulis di lingkungan Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat.
o. Melakukan koordinasi antar Seksi di Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dan Bidang Pemberdayaan Aparatur. p. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan.
5. Unit Pelayanan Kesehatan
Mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada karyawan/ti, peserta pelatihan dan masyarakat, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, melakukan koordinasi dengan bidang Mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada karyawan/ti, peserta pelatihan dan masyarakat, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, melakukan koordinasi dengan bidang
laporan dan mempertanggungjawabkan kepada Kepala Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Uraian Tugas Unit Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
1) Merencanakan sarana medis dan obat-obatan.
2) Memberikan pelayanan kesehatan baik kepada karyawan/keluarga maupun kepada peserta pelatihan.
3) Melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat.
4) Menyebarluaskan pelayanan kesehatan bermutu.
5) Meningkatkan derajat kesehatan karyawan/ti, peserta pelatihan dan masyarakat.
f. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yaitu melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat meliputi Kader Pembangunan, Perangkat Pemerintahan, anggota Badan Permusyawarakatan, Pengurus Lembaga Kemasyarakatandan para warga masyarakat desa/kelurahan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Adapun fungsinya antara lain:
1. Pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa/kelurahan.
2. Pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan.
3. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, administrasi umum, perpustakaan, perlengkapan dan rumah tangga.
B. Penyajian Data Fokus Penelitian
1. Upaya Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang
Berdasarkan tugas dan fungsi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sebagai upaya Unit Pelaksana Teknis Departemen Dalam Negeri sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2006 adalah mengembangkan program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dan desa melalui pengkajian, penyusunan, pengembangan dan sinergisitas kurikulum dan penyusunan modul pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa/Kelurahan serta monitoring evaluasi pasca pelatihan program pemberdayaan masyarakat. Salah satu program pelatihan aparatur desa yang telah dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang sebagai berikut :
Balai Besar PMD Malang di tahun 2013 tercatat 38 judul kegiatan pelatihan dalam 74 angkatan terbagi dalam 29 angkatan melatih kuranglebih 870 orang aparat pemerintah desa/kelurahan dan 43 angkatan melatih masyarakat kurang lebih 1.290 orang sehingga keseluruhan yang dilatih baik aparatur desa/kelurahan maupun masyarakat kurang lebih 2.160 orang peserta, serta melaksanakan 8 kegiatan non pelatihan. ( sumber : BBPMD Malang, 2013).
Dari hasil tersebut, BBPMD malang telah melakukan kegiatan pelatihan aparatur pemerintah desa sebanyak 38 kegiatan. Hal ini jelas sebagai lembaga pelatihan, BBPMD Malang dituntut untuk mampu memberikan pelatihan yang berkualitas dari tahun ke tahun. Tujuannya adalah mencetak aparatur desa yang berkualitas pula dalam menjalankan tugas dan fungsi sehari-hari.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang menangkap beberapa upaya strategis yang dilakukan guna meningkatkan kualitas aparatur desa binaan, yang meliputi :
a. Perbaikan dan peningkatan program pelatihan
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang supaya dapat memberikan pelatihan yang baik kepada masyarakat maupun aparatur pemerintah desa dituntut untuk senantiasa meningkatkan program pelatihan atau memperbaiki program pelatihan yang sudah ada agar pelatihan yang diberikan semakin baik dan berkualitas sehingga diharapkan pelatihan yang diberikan bisa memperoleh manfaat yang nyata.
Sehubung dengan hal tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Imam Taxwym, SH, MSi selaku Kabid Pemberdayaan Aparatur di ruang kerja beliau :
“.....Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selalu melakukan perbaikan dalam memberikan pelatihan bagi masyarakat maupun aparat pemerintah desa, setiap mengadakan pelatihan kami melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang kami berikan. Apakah pelatihan tersebut sudah mencapai tujuan dan sasaran dari niat pelatihan apa belum. Sehingga kedepannya pelatihan yang kami berikan bisa semakin baik, karena kami menyadari masih banyak “.....Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selalu melakukan perbaikan dalam memberikan pelatihan bagi masyarakat maupun aparat pemerintah desa, setiap mengadakan pelatihan kami melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang kami berikan. Apakah pelatihan tersebut sudah mencapai tujuan dan sasaran dari niat pelatihan apa belum. Sehingga kedepannya pelatihan yang kami berikan bisa semakin baik, karena kami menyadari masih banyak
Lebih lanjut Ibu Endang Hernanik, SH, M. AP selaku Kasi Perangkat Desa yang berada dibawah Bidang Pemberdayaan Aparatur mengungkapkan : “....disini Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Desa menggunaan
beberapa strategi agar dalam pelatihan yang dilakukan bisa mencapai sasaran yaitu diantaranya pemenuhan kebutuhan program pelatihan masyarakat dan Desa, Penguatan Lembaga Desa, Peningkatan Kapasitas fasilitator pelatihan, Penguatan Pembangunan partisipatif, Sinergi program dan kegiatan pelatihan agar dapat melihat hasil dari pelatihan yang kita lakukan. Dan ini kita lakukan secara kontinu setiap tahun, terlebih lagi wilayah kerja kita selalu sama tiap tahun, otomatis strategi yang digunakan harus terus dilakukan peningkatan....” (wawancara dilakukan pada 5 juni 2014 pukul 10.10-11.40 di balai Besar PMD Malang)
Berdasarkan pemaparan wawancara di atas dan pengamatan langsung dilapangan diketahui ada beberapa poin penting strategi yang dilakukan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang antara lain :
1) Pemenuhan kebutuhan program pelatihan masyarakat dan desa untuk mengetahui kebutuhan program pelatihan pihak Balai Besar PMD Malang melakukan dialog pada sesi refleksi pagi disetiap awal pelatihan dengan menggunakan metode belajar partisipatori andragogi atau lebih dikenal dengan metode belajar orang dewasa. Dengan begitu apa kesulitan yang ditemui peserta pelatihan didaerahnya bisa 1) Pemenuhan kebutuhan program pelatihan masyarakat dan desa untuk mengetahui kebutuhan program pelatihan pihak Balai Besar PMD Malang melakukan dialog pada sesi refleksi pagi disetiap awal pelatihan dengan menggunakan metode belajar partisipatori andragogi atau lebih dikenal dengan metode belajar orang dewasa. Dengan begitu apa kesulitan yang ditemui peserta pelatihan didaerahnya bisa
Tabel 2.
Contoh Matrik Kurikulum : Sub Pokok Bahasan Penyusunan Produk
Hukum Desa
WAKTU EVALUASI 1 2 3 4 5 6
Setelah pembahasan SPB ini diharapkan peserta dapat :
5 Jampel pengertian peraturan
penyajian SPB @ 45 desa, peraturan kepala
peraturan desa,
pendapat
menit = desa dan keputusan
peraturan kepala - Ceramah
(M.3.3.1)
- Lembar curah 225 menit kepala desa dengan
desa
dan - Tanya jawab
keputusan kepala - Kerja
2. menjelaskan azas - Azas
- Praktek
- Lembar bacaan
pembentukan dan
pembentukan dan
Peraturan
(M.3.3.3)
muatan peraturan desa
muatan peraturan
Desa
Lembar
dengan benar
desa
- Diskusi Pleno
penugasan kerja
3. menjelaskan tata - Tata
Naskah
kelompok
naskah rancangan
Peraturan
(M.3.3.4)
peraturan desa dengan
Desa,Peraturan
penyusunan peraturan
Kepala Desa
desa, peraturan kepala - Penetapan desa dan keputusan
peraturan desa
kepala desa dengan - Jenis-jenis benar
peraturan desa
2) Penguatan Lembaga Desa Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan guna mendukung kapasitas pemerintah desa pihak Balai Besar PMD Malang mengembangkan model pelatihan sistem ganda yang memadukan pembelajaran didalam kelas (indoor) dan praktek lapang (out door) pada lab site desa binaan yang telah ditunjuk Balai Besar PMD Malang. Hal ini sebagaimana yang dimuat dalam buletin “Mitra” yang merupakan majalah yang diterbitkan oleh Balai Besar PMD Malang menyebutkan bahwa :
“ Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Dalam Negeri yang memiliki tugas dibidang pelatihan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan dalam melaksanakan pelatihan menerapkan beberapa pembelajaran partisipatory andragogi salah satunya study lapangan. Studi lapangan sangatlah diperlukan bagi para peserta pelatihan untuk mendukung dan melengkapi proses belajar mengajar di kelas dan melihat terapan langsung di lapangan, kegiatan studi lapangan dilakukan setelah peserta memperoleh gambaran materi di kelas yang bertujuan meningkatkan pengalaman eserta studi lapangan terhadap implementasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam rangka meningkatkan tugas pokok dan fungsinya.” (buletin Mitra Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2013: 23)
Dengan meningkatnya kompetensi dan keterampilan peserta melalui pelatihan yang dilakukan baik di dalam kelas maupun melalui studi lapang yang dilakukan, tentuny akan bermanfaat bagi peserta sekembalinya mereka ke daerah masing-masing.
Gambar 4
Suasana pelatihan pengembangan kapasitas oleh BBPMD Malang
Sumber : dokumentasi BBPMD, 2014
3) Penguatan Pembangunan Partisipatif Dalam upaya menggali kesadaran inovasi, kreasi dan pemecahan masalah yang berorientasikan pada solusi pihak Balai Besar PMD Malang menerapkan paket pelatihan yang berbeda, yakni dengan sistem praktek dan justifikasi. Bagi peserta yang relatif baru memasuki profesinya (Kepala Desa ataupun sekretaris desa) akan lebih banyak diberi materi tentang praktek yang seharusnya dilakukan dilapangan dengan disertai simulasinya. Namun untuk peserta yang relatif lama pada profesinya, maka pelatihan yang dilakukan berupa justifikasi dan sharing pengalaman untuk menciptakan networking dengan peserta lain melalui metode diskusi pleno. Justifikasi dibutuhkan agar tidak ada kesalahan langkah, sehingga para peserta jika kembali ke daerah masing-masing memperoleh kemantapan dalam melakukan 3) Penguatan Pembangunan Partisipatif Dalam upaya menggali kesadaran inovasi, kreasi dan pemecahan masalah yang berorientasikan pada solusi pihak Balai Besar PMD Malang menerapkan paket pelatihan yang berbeda, yakni dengan sistem praktek dan justifikasi. Bagi peserta yang relatif baru memasuki profesinya (Kepala Desa ataupun sekretaris desa) akan lebih banyak diberi materi tentang praktek yang seharusnya dilakukan dilapangan dengan disertai simulasinya. Namun untuk peserta yang relatif lama pada profesinya, maka pelatihan yang dilakukan berupa justifikasi dan sharing pengalaman untuk menciptakan networking dengan peserta lain melalui metode diskusi pleno. Justifikasi dibutuhkan agar tidak ada kesalahan langkah, sehingga para peserta jika kembali ke daerah masing-masing memperoleh kemantapan dalam melakukan
“selama pelatihan yang dilakukan kami selaku fasilitator mengupayakan terwujudnya pelatihan yang partisipatif guna mendukung penguatan pelatihan yang kami lakukan. Penguatan partisipatif yang kami lakukan melalui curah pendapat pada saat pelatihan dilakukan, terlebih lagi apabila terdapat peserta pelatihan yang baru menjabat sebagai aparatur desa baru (misalnya kepala desa yang baru terpilih) maka kami melakukan pelatihan secara lebih dengan penguatan partisipatif melalui disediakannya fasilitator pendamping. Sementara bagi aparatur yang telah menjabat lama tinggal menyesuaikan” (wawancara dilakukan 25 juli 2014, pukul 09.00-10.30)
4) Peningkatan kapasitas fasilitator pelatihan. Fasilitator berperan dalam menentukan arah materi yang disampaikan juga semangat belajar pelatihan. Dalam hal ini, hasil pemahaman dan penguasaan materi peserta pelatihan dipengaruhi oleh kualitas fasilitaor pelatihan, sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Imam Taxwym sebagaimana berikut :
“dalam upaya mendukung dipahaminya materi yang disampaikan selama pelatihan, fasilitator yang kami sediakan juga harus memiliki kualitas sesuai dengan kapabilitas yang dimilikinya. Fasilitator yang ada di Balai Besar PMD Malang diwajibkan bersertifikasi, dan untuk mendukung ketersediaan beberapa pegawai kami kirim untuk mengikuti pelatihan di pusat (Kementerian Dalam Negeri), salah satu contohnya fasilitator dari staf bagian penyusunan program bapak Khumaidi, M.Ap yang mendapatkan sertifikasi trainer nasional dari Kementerian Dalam Negeri. selain itu kami juga bekerjasama dengan Perguruan Tinggi yang ada di Malang untuk melibatkan dosen-dosenya sebagai fasilitator selama pelatihan. Dosen pembimbing anda Bapak Andy Fefta juga pernah menjadi fasilitator disini” (wawancara dilakukan 25 juli 2014, pukul 09.00-10.30)
Berdasarkan hal diatas, menyadari akan pentingya peran fasilitator yang berkualitas pihak Balai Besar PMD Malang berupaya untuk meningkatkan kapasitas fasilitatornya dengan jalan mengirim secara rotasi beberapa fasilitatornya untuk mengikuti diklat pelatihan Trainer Of Trainer (TOT) yang diadakan oleh pemerintah pusat khususnya yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri. Selain itu pihak Balai Besar PMD Malang juga melibatkan beberapa dosen perguruan tinggi di Malang seperti dari Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Negeri Malang untuk bertindak sebagai fasilitator dengan tujuan memberikan tranfer knowledge bagi para fasilitator Balai Besar PMD dan bagi peserta pelatihan juga.
5) Sinergi program dan kegiatan pelatihan. Untuk mewujudkan sinergisitas pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang agar sesuai kebutuhan yang diinginkan maka pihak Balai melakukan koordinasi terlebih dahulu sebelum diadakannya pelatihan. Sinergisitas dilakukan memalui Temu Karya yang diadakan oleh pihak Balai dengan pemerintah daerah yang menjadi wilayah kerjanya serta melibatkan Kementerian Dalam Negeri selaku Pemerintah Pusat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Drs. Khumaidi M. AP bahwa :
“Temu Karya dilaksanakan dalam upaya melakukan koordinasi antara pihak Balai dengan Kementerian Dalam Negeri (Pemerintah Pusat) serta kepala Pemerintah daerah (Provinsi) atau yang mewakili untuk singkronisasi program kerja Balai baik pemenuhan, penyesuai kebutuhan pelatihan dan koordinasi sasaran peserta pelatihan. Hal ini dilakukan agar tercipta kesesuai “Temu Karya dilaksanakan dalam upaya melakukan koordinasi antara pihak Balai dengan Kementerian Dalam Negeri (Pemerintah Pusat) serta kepala Pemerintah daerah (Provinsi) atau yang mewakili untuk singkronisasi program kerja Balai baik pemenuhan, penyesuai kebutuhan pelatihan dan koordinasi sasaran peserta pelatihan. Hal ini dilakukan agar tercipta kesesuai
Dalam hal ini untuk mencukupi kebutuhan materi yang hendak disampaikan pihak Balai Besar PMD Malang melakukan pembagian dan pemetaan ranah materi secara berimbang antara pengetahuan (teori), keterampilan (pengetahuan yang dipraktekkan), materi tentang membangun motivasi (sikap), dan materi tentang pengembangan konsep diri bagi peserta. Hal ini dilakukan sebagai upaya menyiasati adanya perbedaan karakteristik sosial, budaya, kebiasaan yang dipercayai, persepsi daerah asal dan keadaan demografi daerah peserta. Perbedaan tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap penyerapan materi yang diberikan.
6. Monev pasca pelatihan dan pembinaan pelatihan. Guna mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan akhir dari pelatihan maka evaluasi menyeluruh mutlak dilakukan baik dari materi, fasilitator maupun panitia pelatihan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Imam Taxwym, SH, MSi yang menyatakan bahwa :
“untuk mengetahui ketercapaian dalam pelatihan, selalu diadakan monitoring dan evaluasi pelatihan yang meliputi 1) Pre test (sebelum pelatihan) 2) Post test (setelah pelatihan pelatihan). Hal ini dilakukan untuk mengukur hasil pelatihan antara sebelum dan sesudah pelatihan apakah dipahami atau tidanya materi yang disampaikan” (wawancara dilakukan pada 25 juli 2014 pukul 10.10-11.40 di Balai Besar PMD Malang)
Sementara itu bapak Drs. Khumaidi M.AP menambahkan terkait evaluasi dan monitoring yang dilakukan yaitu : “selain evaluasi peserta pelatihan, selama pelatihan juga ada
evaluasi reaksi atau reflesi dan harian yang mana lebih pada peserta memberi evaluasi terkait kekurangan panitia selama menyelenggarakan pelatihan”
(wawancara dilakukan pada 5 juni 2014 pukul 10.10-11.40 di Balai Besar PMD Malang)
Dalam hal ini Balai Besar PMD Malang menggunakan beberapa jenis evaluasi yaitu pre test dan post test untuk membandingkan tingkat pemahaman peserta pelatihan, pre test dilakukan saat pertama kali peserta datang, sedangkan post test dilakukan saat akhir rangkaian kegiatan pelatihan, sebagai instrumennya menggunakan angket pertanyaan yang diberikan kepada seluruh peserta pelatihan. Selain itu Balai Besar PMD malang juga melakukan evaluasi reaksi atau refleksi dan evaluasi harian untuk mengetahui umpan balik peserta. Umpan balik dari refleksi ini bentuk partisipasi dari peserta berupa masukan dalam hal ini materi pelatihan ataupun bentuk pelayanan yang dibutuhkan peserta pelatihan. Sedangkan evaluasi harian dilakukan untuk mendapatkan umpan balik terhadap pengaturan, perencanaan dan pemanfaatan waktu, manfaat materi, pemahaman fasilitator terhadap materi, tingkat interaksi dan partisipasi peserta, sarana dan prasarana belajar, metode dan media belajar yang digunakan.
Sedangkan tujuan pelatihan yang diberikan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang berdasarkan pengamatan langsung penelitian yaitu :
1) Meningkatkan kualitas berbagai jenis pelatihan yang dibutuhkan daerah dalam upaya penguatan otonomi daerah dan desa
2) Meningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggara Pemerintah Desa, penumbuhkembangkan ekonomi produktif masyarakat, dan peran serta masyarakat dalam mendukung berbagai program/kegiatan
3) Meningkatkan kualitaas pelayanan aparat sebagai fasilitasi untuk kebutuhan pemberdayaan masyarakat desa
4) Menyebarluaskan tenaga terdidik yang mampu memfasilitasi masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
5) Mengembangkan sinergisitas operasionalisasi kebijakan dalam
implementasi program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat
6) Sinkronisasi berbagai produk modul pelatihan
7) Menyebarluaskan metode pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui Temu Karya, Pencanangan Bulan Bakti Gotong Royong, dan lain-lain.
8) Menilai kebutuhan pengembangan program kegiatan pelatihan di daerah Suatu organisasi untuk mempertahankan keberlanjutan maupun untuk
meningkatkan kualitas organisasi, selain melaksanakan kegiatannya
berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan juga diperlukan adanya peninjauan ulang proses kegiatan yang berjalan sehingga bisa dilakukan perbaikan untuk bisa lebih baik. Begitu juga dengan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang untuk mewujudkan misi dari organisasi dalam melakukan pelatihan selalu melakukan pengkajian penyusunan, pengembangan, fasilitasi pelatihan maupun sinergis program, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Drs. Khumaidi, M.AP selaku staf bagian penyusunan program yang juga merangkap sebagai fasilitator Balai Besar PMD Malang sebagai berikut :
“.... Dalam hal peningkatan program pelatihan yang kami lakukan yaitu berupa tersedianya modul pelatihan yang berkualitas berdasarkan karakter lokal masyarakat dan selalu mengikuti perubahan dari instruksi kementerian dalam negeri, sedangkan dalam hal pengembangan dan sinergisitas program mengarah kepada keberlanjutan program dengan mengupayakan tersedianya tenaga terdidik dalam pengelolaan usaha produktif, menyediakan adanya tenaga administrasi desa yang terampil dibidang perencanaan pembangunan, memberikan masukan pola kerjasama terpadu antar komponen pemerintah desa, tersedianya informasi data yang dibutuhkan masyarakat dari masing-masing daerah asal peserta yang bisa digunakan untuk meningkatkankinerja alumni ataupun peserta pelatihan pada angkatan berikutnya, tersedianya data kebutuhan jenis-jenis pelatihan dari daerah yang menjadi wilayah kerja Balai Besar PMD Malang....” (wawancara dilakukan pada 5 juni 2014 pukul 10.10-11.40 di Balai Besar PMD Malang)
Berikut ini adalah perbaikan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam hal peningkatan program pelatihan yang dilakukan secara pentahapan sasaran tahunan yang meliputi :
1) Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan masyarakat yang meliputi pelatihan pendampingan kelompok masyarakat, peningkatan
kriteria lokasi lab site pemberdayaan masyarakat, perencanaan pembangunan gender, usaha ekonomi desa - simpan pinjam, manajemen pembangunan partisipatif, kader pemberdayaan masyarakat, penguatan lembaga kemasyarakatan desa dan badan usaha milik desa. Sedangkan dalam bidang pemberdayaan aparatur meliputi pelatihan pengelolaan desa dan alokasi dana desa, peningkatan kapasitas sekretaris desa, manajemen pemerintah desa dengan memaksimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki, dan informasi dan publikasi untuk memenuhi kebutuhan wilayah kerja Balai Besar PMD Malang sesuai dengan karakteristik daerah peserta pelatihan.
2) Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan teknis di bidang manajemen Pemerintah Desa, pengelolaan lab site, manajemen pembangunan partisipatif, wawasan keselarasan gender didukung oleh kurikulum yang relevan dan sumberdaya yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan aparat daerah sesuai kompetensi dan peningkatan produktifitas.
3) Meningkatkan kualitas modul berupa penyusunan modul pelatihan kelompok masyarakat dan pelatihan Badan Usaha Milik Desa. Dari berbagai pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memberikan pelatihan, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selalu melakukan perbaikan atau peningkatan program pelatihan. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selalu melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang diberikan dalam berbagai bidang serta senantiasa memperbaiki 3) Meningkatkan kualitas modul berupa penyusunan modul pelatihan kelompok masyarakat dan pelatihan Badan Usaha Milik Desa. Dari berbagai pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memberikan pelatihan, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selalu melakukan perbaikan atau peningkatan program pelatihan. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selalu melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang diberikan dalam berbagai bidang serta senantiasa memperbaiki
Gambar 5
Peserta pelatihan penyusunan RPJM Desa
Sumber : dokumentasi BBPMD, 2014
b. Obyek yang menjadi sasaran kegiatan
Ruang lingkup pelatihan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa disebutkan bahwa pelatihan ini terdiri atas kelompok rumpun pelatihan dan bidang pelatihan. Adapun jenis-jenis pelatihannya ditentukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang setelah melalui pengkajian kebutuhan pelatihan daerah. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mempunyai
wilayah kerja di kawasan timur indonesia yang meliputi 14 provinsi, yaitu : provinsi Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulteng, Sulut, Gorontalo, Sultra, Sulbar, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat. Obyek yang menjadi sasaran dari pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar pemberdayaan Masyarakat dan Desa malang yaitu kelompok masyarakat serta aparatur pemerintah desa sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri .Sehubung dengan hal tersebut, Bapak Drs. Khumaidi, M. AP selaku staf penyusunan program sekaligus fasilitator Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang menyatakan :
“....Dalam penyelenggarakan kegiatan tugas yang diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang secara peraturan melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat yang meliputi Kader Pembangunan, perangkat Pemerintah, Anggota Badan Perwakilan, Pengurus Lembaga Masyarakat dan para warga masyarakat Desa sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Sasaran kinerja diarahkan untuk meningkatkan kapasitas penguatan lembaga kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat dengan indikator sasaran berapa jumlah pelatihan dibidang pemberdayaan lembaga masyarakat desa sesuai standar. Tetapi selama ini yang menjadi sasaran hanya berfokus pada perangkat pemerintah desa dan kelompok masyarakat...” (wawancara dilakukan pada
6 Juni 2014 pukul 09.30- 10.30 di Ruang kerja beliau) Sebagaimana penyampaian diatas, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa Malang melaksanakan kegiatan pelatihan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri yang meliputi Kader Pembangunan, Perangkat Pemerintah, Anggota Badan Perwakilan, Pengurus Lembaga Masyarakat dan para warga masyarakat Desa. Untuk mecapai sasaran yang telah ditetapkan tersebut, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melaksanakannya melalui dan Desa Malang melaksanakan kegiatan pelatihan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri yang meliputi Kader Pembangunan, Perangkat Pemerintah, Anggota Badan Perwakilan, Pengurus Lembaga Masyarakat dan para warga masyarakat Desa. Untuk mecapai sasaran yang telah ditetapkan tersebut, Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melaksanakannya melalui
Tabel 3. Sasaran Rumpun dan Bidang Pelatihan
No. RUMPUN PELATIHAN BIDANG PELATIHAN
1 Pelatihan Pemerintahan Desa dan
a) Pengembangan Desa Kelurahan
b) Administrasi Pemerintah Desa
c) Badan Permusyawaratan Desa
d) Keuangan dan Aset Desa
Kapasitas Pemerintahan Desa
e) Pengembangan
a) Pemantapan data Profil Desa Pengembangan Partisipasi Masyarakat
b) Penguatan
Kelembagaan
Masyarakat
Manajemen Pembangunan Partisipatif
c) Pengembangan
d) Peningkatan peran masyarakat dalam penataan, pendayahgunaan ruang dan potensi ekonomi kawasan perdesaan
e) pengembangan Sumber Daya Manusia di Desa
3 Pelatihan Pemberdayaan Adat dan
a) Pemberdayaan Nilai Adat Istiadat Pengembangan Kehidupan Sosial Budaya
dan Budaya Nusantara Masyarakat
b) Pemberdayaan Perempuan dan Pengarusutamaan Gender b) Pemberdayaan Perempuan dan Pengarusutamaan Gender
d) Peningkatan Kesejahteraan Sosial
e) Pengembangan dan Perlindungan Tenaga Kerja
4 Pelatihan Usaha Ekonomi Masyarakat
a) Ussaha Ekonomi Masyarakat
b) Pasar Desa
c) Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin
d) Pengembangan Usaha Ekonomi Keluarga dan Kelompok
e) Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Pedesaan
Produksi dan Pemasaran Hasil Usaha Masyarakat
f) Pengembangan
g) Pengembangan Pertanian dan Pangan
Serta Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat
5 Pelatihan Pengelolaan Sumber Daya
Konservasi dan Alam, Sarana dan Prasarana Pedesaan
a) Fasilitasi
Rehabilitasi Lingkungan serta Teknologi Tepat Guna (TTG)
b) Fasilitasi Pemanfaatan Lahan dan Pesisir Perdesaan
c) Fasilitasi Prasarana dan Sarana Perdesaan
Serta Lingkunagn Pemukiman Masyarakat
d) Fasilitas Pemetaan Kebutuhan dan Pengkajian Teknologi Tepat Guna
e) Pemasyarakatan dan Kerjasama Teknologi Tepat Guna Sumber : Buku informasi Pelatihan BBPMD 2009
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi objek dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yaitu Pemerintah Desa yang tentunya terdiri dari beberapa bidang yang antara lain terdiri dari Pemberdayaan adat dan Pengembangan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat, Usaha Ekonomi Rakyat, Pengelolaan Sumber Daya Alam, Sarana dan Prasarana Perdesaan serta Teknologi Tepat Guna. Dalam Hal ini Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yang bertindak sebagai fasilitator instruksi ataupun perubahan informasi dari Kementerian Dalam Negeri yang diteruskan kepada Pemerintah Desa dan beberapa komponen masyarakat khususnya untuk wilayah Indonesia bagian Timur.
2. Implikasi Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Sesudah Mengikuti Pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang Dalam Mendukung Terwujudnya Good Governance.
Aparatur negara merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan Kepemerintahan yang baik (good governance). Kepemerintahan yang baik (good governance)bukan hanya konsep yang perlu disosialisasikan, namun perlu diterapkan pada semua level pemerintah di manapun berada tidak terkecuali dalam Pemerintahan Desa. Pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan dan Masyarakat dan Desa di Malang dilakukan melalui berbagai pelatihan dalam upaya mendukung terwujudnya good governance. Berbagai pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang, baik pelatihan
Sekretaris Desa, Pelatihan Kelembagaan maupun pelatihan yang lainnya dilakukan dalam upaya membekali aparatur Pemerintah Desa agar mampu menjalankan kepemerintahan yang baik sesuai prinsip-prinsip good governance. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Imam Taxwym, SH, MSi selaku Kabid Pemberdayaan Aparatur Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengungkapkan bahwa :
“ ...Pelatihan sekretaris desa sebagai bagian dari prioritas Kementerian Dalam Negeri untuk meningkatkan kualitas sumberdaya aparat pemerintah
desa pada dasarnya bertujuan meletakkan kerangka kepemerintahan yang baik sesuai prinsip-prinsip Good Governance sebagai arah penyelenggaraan
dan Clean Governance.”(wawancara dilakukan pada 9 Juni 2014 pukul 09.30- 10.30 di Ruang kerja beliau)
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam mendukung terwujudnya prinsip-prinsip good governance yang mana prinsip tersebut menurut United Nation Development Program (UNDP) dalam Mindarti (2007 :184) meliputi : Partisipasi (Participation), Penegakan hukum (Rule of law), Transparansi (Transparency), Daya tanggap (Responsiveness), Profesionalisme (Consensus orientation), Kesetaraan (Equity), Efesiensi & Efektifitas (Efficiency and effectiveness), Akuntabilitas (Accountability), Wawasan kedepan (Strategy vision), dilakukan melalui materi-materi yang mana disampaikan saat pelatihan. Selain melalui materi selama pelatihan, juga disesuaikan dengan asas-asas pembangunan desa sesuai Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 yang mana memiliki kesesuai dengan prinsip-prinsip good governance. Asas-asas tersebut meiluputi : rekognisi; subsidiaritas, keberagaman, Kebersamaan, kegotongroyongan, Kekeluargaan, musyawarah,
Demokrasi, partisipasi, Kesetaraan dan pemberdayaan. Hal tersebut ditambahkan oleh Bapak Naswir Darmawansyah, SH, MSi selaku Kabid Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yang
mengungkapkan bahwa “... Dalam upaya memberikan pemahaman pelaksanaan kepemerintahan
yang baik sesuai prinsip-prinsip Good Governance kami selaku fasilitator memberikan pemahaman selama dilakukannya pelatihan yang dilakukan
7 (tujuh) hari. Sebagai contohnya untuk Pelatihan Peningkatan Kapasitas Sekretaris Desa dilakukan dengan materi antara lain ; Kebijakan Pemerintah dalam Pembinaan Sekretaris Desa sebagai Pegawai Negeri Sipil, Administrasi Desa, Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Desa, Penyusunan Produk Hukum Desa, Penatausahaan keuangan Desa, Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa, Sistem Aplikasi Pelayanan Publik dan Simulasi Rapat Paripurna tentang Perdes APBDes”(wawancara dilakukan pada 9 Juni 2014 pukul 09.30- 10.30 di Ruang kerja beliau)
Lebih lanjut wawancara dengan bapak Naswir Darmawan, SH, MSi selaku Kabid Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa malang mengutarakan bahwa :
“ berkaitan dengan mewujudkan aparatur yang partisipatif pelatihan yang dilakukan salh satunya yaitu Perencanaan Pembangunan Partisipasi. Yang mana aparatur pemerintah desa dibekali untuk mampu melibatkan masyarakat baik dalam penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan desa maupun penyusunan produk hukum desa. Sementara tranparansi dan akuntabilitas, aparatur desa dibekali dengan materi keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahanan desa baik dalam perencanaan desa, pertanggungjawaban keuangan desa dan lainnya melalui materi pelatihan yang mana dilakukan secara teoris, praktek langsung serta studi lapang.. Sementara itu dalam hal kesetaraan, Balai Besar PMD Malang melakukan pelatihan yang fokusnya melibatkan perempuan/wanita dalam pembangunan desa melalui jenis pelatihan “Pembangunan Masyarakat Berwawaskan Gender”. (wawancara dilakukan pada 9 Juni 2014 pukul 09.30- 10.30 di Ruang kerja beliau)
Dari pemaparan diatas, berbagai pelatihan yang dilakukan olehBalai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang berkaitan dengan prrinsip-prinsip Dari pemaparan diatas, berbagai pelatihan yang dilakukan olehBalai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang berkaitan dengan prrinsip-prinsip
Dalam melihat peningkatan kinerja dari alumnus peserta pelatihan maka peneliti melakukan koordinasi dengan pihak Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang untuk melakukan studi dokumentasi terhadap laporan penelitian yang dimiliki pihak Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Hal ini peneliti lakukan dengan tujuan untuk menentukan objek penelitian di desa mana peneliti akan melakukan penelitian terhadap perangkat desa yang pernah mengikuti pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang serta menentukan analisa pada beberapa pelatihan yang peneliti sesuaikan dengan fokus yang peneliti tntukan sebelumnya. Berdasarkan studi dokumentasi terhadap laporan pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, maka peneliti memilih situs penelitian di desa Purworejo, Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar dan di desa Bumiaji Kota Batu. Berdasarkan pemaparan pada metode penelitian, peneliti memfokuskan pada 3 hal pelatihan yaitu :
a. Tertib Administrasi Desa
Tertib Administrasi desa merupaka pelatihan yang dilakukan untuk mampu mendukung terwujudnya aparatur yang partisipatif, akuntabel dan transparan dalam penyelenggaraan pemerintahan nantinya. Guna akselerasi perkembangan desa menuju kemandirian desa, sangatlah diperlukan kapabilitas sekretaris desa yang mampu dan profesional sebagai administrator pemerintah desa untuk menciptakan tatanan penguatan Tertib Administrasi desa merupaka pelatihan yang dilakukan untuk mampu mendukung terwujudnya aparatur yang partisipatif, akuntabel dan transparan dalam penyelenggaraan pemerintahan nantinya. Guna akselerasi perkembangan desa menuju kemandirian desa, sangatlah diperlukan kapabilitas sekretaris desa yang mampu dan profesional sebagai administrator pemerintah desa untuk menciptakan tatanan penguatan
Bapak Naswir Darmawansyah, SH, Msi selaku Kabid Pemberdayaan Kelembagaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengungkapkan bahwa :
“.... Pelatihan yang kami berikan salah satunya untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Desa Binaan dalam hal tertib Adminitrasi Desa. Pelatihan yang kami berikan bertujuan untuk menambah pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan merubah sikap sekretaris desa dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara kredibel dan akuntabel. Pelatihan yang kami berikan agar aparatur pemerintah desa lebih memahami kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah desa, baik yang berprofesi sudah lama maupun angkatan baru dalam profesinya dalam upaya mewujudkan aparatur yang terbuka, partisipatif, bertanggungjawab serta profesional dalam menjalankan tugasnya.” (wawancara dilakukan pada 9 Juni 2014 pukul 09.30- 10.30 di Ruang kerja beliau)
Lebih lanjut wawancara dengan bapak Naswir Darmawan, SH, MSi selaku Kabid Pemberdayaan Kelembagaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang megutarakan bahwa :
“.... Kami Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa di Malang telah beberapa kali melakukan pelatihan kepada desa binaan dalam hal ini perangkat desa untuk lebih memahami dan mengerti tentang Tertib Administrasi Desa untuk kemudian bisa dipraktekkan pada kegiatan di pemerintah desa masing-masing. Tertib administrasi desa bertujuan supaya perangkat desa memahami cara pengisian buku administrasi desa meliputi : Buku Administrasi Penduduk, Buku Administrasi Umum, Buku Administrasi Keuangan, Buku Administrasi Pembangunan dan Buku Administrasi BPD, peserta mengali dari Aparatur Pemeritah Desa di lokasi studi lapang mengenai tata cara pengisian buku administrasi desa yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2006...” (wawancara dilakukan pada 9 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Berdasarkan pemaparan wawancara diatas dan pengamatan langsung dilapangan diketahui terdapat alur pengisian Administrasi Desa sebagai berikut :
1) Adanya proses kegiatan (rangkaian kegiatan) pemerintahan
2) Adanya pelaku atau pelaksana kegiatan (staf/apaat desa)
3) Adanya tujuan (pencapaian tujuan yang diinginkan)
4) Adanya kerjasama saling melengkapi data
5) Adanya penyajian data yang akurat, efisien dan akuntabel Sedangkan macam- macam Administrasi Desa yang diajarkan pada peserta pelatihan adalah sebagai berikut :
1) Administrasi Umum
2) Administrasi Penduduk
3) Administrasi Keuangan
4) Adminisstrasi Pembangunan
5) Administrasi lainnya Administrasi desa merupakan kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan-kegiatan pemerintahan desa pada Buku Administrasi Desa. Kegiatan pencatatan data dan informasi administrasi desa terdiri dari beberapa bagian diantaranya adalah :
1) Administrasi Umum berisikan kegiatan Pemerintah Desa Terdiri dari Buku Data : Kepustakaan Kepala Desa, Inventaris Desa, Aparat Desa, Tanah di Desa, Agenda Masuk dan Keluar, Ekspedisi.
2) Administrasi Penduduk, pada Buku Administrasi Desa terdiri dari Buku Data : Induk Penduduk Desa, Mutasi Penduduk Desa, Rekap Jumlah Penduduk Akhir Bulan, Penduduk sementara.
3) Administrasi Keuangan, berisi pengelolaan keuangan desa pada Buku Administrasi Keuangan Desa terdiri dari Buku Kas : Umum, Pembantu Perincian Objek Penerimaan, Pembantu Perincian Objek Pengeluaran, Kas Harian Pembantu, lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Administrasi Pembanguna, berisikan pembangunan yang akan, sedang dan telah dilakukan pada Buku Administrasi Desa terdiri dari Buku : rencana Pembangunan, Kegiatan Pembangunan, Inventaris Proyek, kader-kader Pembangunan
5) Administrasi lainnya, terdiri dari buku : Data pengurus dan Anggota Lembaga Kemasyarakatan, Register, Monografi Desa. Untuk melengkapi data tentang perubahan yang terjadi setelah dilakukan pelatihan, maka peneliti melakukan wawancara dengan Bpk Basuki, Selaku sekretaris Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, sekaligus sebagai peserta dari pelatihan peningkatan sekertaris desa yang diadakan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, Pada tanggal 2 Juni - 8 Juni 2014. Beliau menuturkan bahwa pelatihan 5) Administrasi lainnya, terdiri dari buku : Data pengurus dan Anggota Lembaga Kemasyarakatan, Register, Monografi Desa. Untuk melengkapi data tentang perubahan yang terjadi setelah dilakukan pelatihan, maka peneliti melakukan wawancara dengan Bpk Basuki, Selaku sekretaris Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, sekaligus sebagai peserta dari pelatihan peningkatan sekertaris desa yang diadakan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, Pada tanggal 2 Juni - 8 Juni 2014. Beliau menuturkan bahwa pelatihan
“.... Dalam kesehariannya sekdes tidak hanya membutuhkan keterampilan saja dalam hal pembuatan surat dan pengadministrasian maupun kearsipan saja tetapi juga dibutuhkan nilai kepemimpinan, keahlian berkoordinasi dan mengorganisasi hal kesekretariatan desa, nah itu semua yang saya dapat dari Balai Pelatihan di Balai PMD Malang, yang paling penting adalah kemampuan berkoordinasi, karena dalam pekerjaan sehari-hari, saya harus berkoordinasi dengan banyak orang untuk menyesuaikan, misalnya dalam administrasi desa, sesuai aturan, buku-buku administrasi desa, diselesaikan dan dikelola oleh para kepala urusan (Kaur), tetapi masih dalam kordinasi dan tanggungjawab saya. Selain itu saya juga mendapatkan wawancara tentang permasalahan kegiratan administrasi desa yang berkemmbang dan pemecahannya melalui interaksi dengan peserta dari daerah lainnya...” (wawancara dilakukan pada 10 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Penjelasan dari Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ternyata sejalan dengan pernyataan dari peserta pelatihan yang diungkapkan oleh Kepala Desa PurworejoKecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Bapak Agus :
“....Buku administrasi desa, sudah bisa terisi semua mas, dan dikelompokkan dalam 5 buku, yang mengelola adalah para Kaur (Kepala Urusan) sesuai bidangnya, jadi seusai mengikuti pelatihan dari Malang, di kantor di adakan semacam penjelasan ulang mengenai tata cara pengisiannya, kalau tentang buku administrasi desa dari dulu sudah dikerjakan semua dengan dibantu kepala urusan, hanya setelah pelatihan ada tambahan-tambahan atau perubahan sesuai dengan pelatihan peraturan terbaru...” (wawancara dilakukan pada 17 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Sementara itu kepala Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu Bapak Edi Suyanto yang juga alumnus peserta pelatihan menyampaikan bahwa :
“Pelatihan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sangat memberikan manfaat bagi kami, terlebih lagi terkait pemantapan tugas pokok dan fungsi saya selaku Kepala Desa. Selama mengikuti pelatihan administrasi desa, kita dibekali terkait macam-macam administrasi desa beserta teknis pembuatan/pengisian administrasi desa. Sebagai Desa binaan Balai Besar PMD Malang kita didampingi untuk terampil pengisian administrasi desa,contohnya terkait administrasi keuangan desa dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa sesuai aturan yang telah ada” (wawancara dilakukan tanggal 25 juli 2014 pukul 13.00 )
Sebagaimana hal diatas, materi pelatihan administrasi desa selama pelatihan peningkatan Kapasitas Sekretaris Desa telah mampu membantu aparatur desa agar terampil dalam pembuatan ataupun pengisian administrasi desa. Kasiyanto, SE selaku Sekretaris Desa Bumiaji menyampaikan bahwa :
“pelatihan Administrasi Desa sangat membantu terkait pengisian buku administrasi desa, selama pelatihan itu pula diajarkan simulasi untuk mengisi tata buku administrasi desa. Selain itu kami juga bisa mencari informasi terkait perkembangan terbaru dalam penyusunan administrasi keuangan terlebih dalam pengisian Anggaran Pendapatan Belanja Desa. Walaupun pengisian tersebut sudah menjadi rutinitas kerja kami, tetapi saya mengusahakan untuk terus terampil dalam penyusunan tersebut agar sesuai ketentuan hukumnya. Biar tidak dituduh yang tidak-tidak nantinya (korupsi) mas...” (wawancara dilakukan tanggal 25 juli 2014 pukul 13.00 )
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Bumiaji, peserta alumnus pelatihan telah melaksanakan pengisian buku Administrasi Desa sesuai aturan. Sebagaimana tabel berikut yang menggambarkan terisinya buku Administrasi Keuangan yang telah sesuai dengan modul materi yang diajarkan,
Tabel 4. Contoh Modul Draf Pengisian Administrasi Keuangan Anggaran Pendapatan Desa
Model C.1.
ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN PENDAPATAN DAN DAN BELANJA BELANJA DESA DESA DESA DESA …………………… …………………… KECAMATAN KECAMATAN …………………………… …………………………… . . TAHUN TAHUN ANGGARAN ANGGARAN … … .. ..
TAHUN KET. REKENING
1. PENDAPATAN 1.1 Pendapatan Asli Desa
1.1.1 Hasil Usaha Desa 8.840.000 1.1.1.1 PAM Desa
8.240.000 PAD 1.1.1.2 Polindes 12 bl x 50.000
600.000 PAD 1.1.2 Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
1.1.2.1 Tanah Kas Desa
15.000.000 1.1.2.2 Pasar Desa 1.1.2.3 Sewa Balai Desa 56 mgg x 178.125
20.000.000 Masyarakat 1.1.4 Hasil Gotong Royong
30.000.000 1.1.5 Pungutan Desa
1.1.5.1 Pungutan Administrasi Pernikahan 25 x
1.1.5.2 Pungutan Rekomendasi IMB 10 x
100.000 100.000 1.1.5.3 Pungutan/Retribusi Hotel/Losmen 20 x
1.1.5.4 Pungutan Rekomendasi Ijin Keramaian
1.2 Bagi Hasil Pajak
1.2.1 Upah Pungutan PBB
1.3 Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
1.3.1 ADD Kegiatan Pemerintahan
115.000.000 ADD 1.3.2 ADD Kegiatan Pemberdayaan
289.575.000 ADD 1.3.3 Bantuan Langsung LINMAS
1.4 Bantuan Keuangan
Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa lainnya
1.4.1 Bantuan Keuangan Pemerintah Kota Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat
85.800.000 Desa
Pindahan 1.5 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
1.5.1 Sumbangan RKL
3.960.000 1.5.2 Sumbangan Selamatan Desa
JUMLAH PENDAPATAN
Sumber : Modul Pelatihan Administrasi Desa (Database BBPMD)
Tabel 5. Rincian Anggaran Pendapatan Desa.
Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Malang Tahun Anggaran 2010
TAHUN KET REKENING
(Rp) 1 PENDAPATAN
(Rp)
1.1 Pendapatan asli desa 1.1.1 Hasil Usaha Desa
110,808,000.00 Tahun Lalu
1.1.1.1 Pos Sisa Lebih Perhitungan
1.1.2 Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
1.1.2.1 Tanah Kas Desa
268,207,000.00 1.1.2.2 Retribusi Pasar Wisata
1.1.3 Hasil Swadaya dan Partisipasi
Masyarakat 1.1.4 Hasil
Masyarakat 1.1.5 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah
1.1.5.1 Pungutan Administrasi Mutasi Tanah
1.1.5.2 Pungutan NTCR
300,000.00 1.1.5.3 HIPPAM dan Tabulin
6,600,000.00 1.1.5.4 Pungutan Iuran Sampah
34,551,000.00 1.1.5.5 Sewa Gedung Kantor Desa
1.2 Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah 1.2.1 ADD
1.2.2 Dana PNPM Mandiri
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa Lainnya: 1.3.1 Bantuan
Keuangan
Pemerintah Pusat 1.3.2 Bantuan
Keuangan
Pemerintah Provinsi
1.3.2.1 Bantuan Pengaspalan jalan 60,000,000.00
1.3.3 Bantuan
Keuangan
Pemerintah Kota
1.3.3.1 Dana tambahan Penghasilan
92,000,000.00 tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa 1.3.3.2 Bantuan Operasional LINMAS
25,000,000.00 1.3.3.3 Tunjangan RT / RW
49,500,000.00 1.3.3.4 Kesra Kota Batu
57,000,000.00 1.3.3.5 Bantuan Masjid dan Mushola
37,500,000.00 1.3.3.6 Dinas Pertanian
1.3.3.7 Dinas Pendidikan
1.3.3.8 Dinas SDAE
1.3.3.9 Dinas Pengairan dan Bina Marga
1.3.3.10 Dinas Pariwisata Program PNPM
60,000,000.00 Wisata 1.3.3.11 Dinas Cipta Karya
Sumber : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Bumiaji 2010 Dari pemaparan uraian di atas dapat diketahui bahwa kapasitas Pemerintah Desa binaan setelah memperoleh pelatihan menjadi mengerti tentang Tertib Administrasi Desa, bagian-bagian dari buku Administrasi Desa serta peserta pelatihan dari desa binaan mengetahui proses kegiatan pengisian Buku Administrasi Desa yang meliputi : Buku Administrasi Penduduk, Buku Adinistrasi Umum, Buku Administrasi Keuangan, Buku Administrasi Pembangunan dan Buku Administrasi BPD. Peserta menggali informasi dari Aparatur Pemerintah Desa di lokasi studi lapang mengenai tata cara pengisian buku administrasi desa yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006. Sehingga dapat dikatakan bahwa kapasitas peserta pelatihan dari desa binaan setelah mengikuti pelatihan mengalami tambahan peningkatan ketrampilan.
b. Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas
Nampaknya Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas ini sepele faktanya masih banyak terjaid kesalahan dalam hal mengirim surat dinas oleh pemerintah desa sehingga Balai Bear Pemberayaan Masyarakat dan Desa Malang menganggap perlu memberikan materi Tata Naskah dan pengelolaan Surat Dinas dalam pelatihan yang dilakukan kepala desa binaan. Surat dinas memiliki peranan penting untuk kordinasi ataupun komunikasi, surat dinas memuat sebuah informasi tertulis yang disampaikan secara tidak langsung. Sebagaimana hal tersebut, bapak Agus Ruslan SH, MM selaku Kepala Bidang penyusunan program Balai Besar PMD Malang memaparkan bahwa :
Konteks naskah dinas sebagai alat komunikasi kedinasan,akan mempermudah bentuk pelayanan yang efektif dan efisien. Disamping itu merupakan alat atau kontrol akuntabilitas pembinaan dan pengawasan manajemen pemerintahan menuju terwujudnya “good governance”. Tata naskah dinas sebagai ketentuan normatif yang mengatur sifat dan tata laku dimaksudkan sebagai pedoman dalam melakukan komunikasi kedinasan yang dilakukan secara tertulis (wawancara dilakukan pada 10 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Berikut adalah penjelasan dari Bapak Imam Takwym, SH, MSi, selaku Kabid Pemberdayaan Aparatur balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang mengenai kapasitas peserta pelatihan terhadap Tata Naskah Pengelolaan Surat Dinas ;
“... Selain untuk menambah pengetahuan peserta pelatihan tujuan dari pelatihan mengenai pengelolaan surat dinas yaitu agar peserta pelatihan bisa memahami tata naskah dan pengelolaan surat dinas. Sehingga Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang merasa perlu memberi materi tentang Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas dalam pelatihan perangkat desa yang diikuti oleh desa binaan. Dengan hal tersebut diharapkan nantinya perangkat desa bisa membuat surat dinas dengan baik. Disini peserta diberitahu mengenai semua komponen “... Selain untuk menambah pengetahuan peserta pelatihan tujuan dari pelatihan mengenai pengelolaan surat dinas yaitu agar peserta pelatihan bisa memahami tata naskah dan pengelolaan surat dinas. Sehingga Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang merasa perlu memberi materi tentang Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas dalam pelatihan perangkat desa yang diikuti oleh desa binaan. Dengan hal tersebut diharapkan nantinya perangkat desa bisa membuat surat dinas dengan baik. Disini peserta diberitahu mengenai semua komponen
Adapun materi mengenai Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas bisa dipaparkan sebagai berikut :
1) Kriteria Surat Dinas yang baik
a. surat sebaiknya ditulis dalam bentuk dan isi yang menarik serta disusun secara sistematis sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penyusunan surat.
b. Surat sebaiknya disusun secara sederhana dan tidak terlalu panjang karena surat yang panjang dan bertele-tele dapat menjemukan pembacanya.
c. Surat sebaiknya disusun secara jelas dan komunikatif agar dapat di pahami secara tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh penulis.
d. Surat sebagiknya mencerminkan siakp yang adab dan sopan
e. Surat sebaiknya bersih dan rapi
2) Bahasa Surat Dinas yang baik
a) Agar pesan atau informasi yang disampaikan mudah dipahami, surat hendaknya ditulis dengan menggunakan bahasa efektif, yaitu jelas, lugas, dan komunikatif agar dapat mengungkapkan a) Agar pesan atau informasi yang disampaikan mudah dipahami, surat hendaknya ditulis dengan menggunakan bahasa efektif, yaitu jelas, lugas, dan komunikatif agar dapat mengungkapkan
b) Bahasa surat dikatakan jelas jika isi atau informasi yang disampaikan mudah dipahami dan unsur-unsurnya pun dinyatakan secara tegas atau eksplisit.
c) Bahasa surat dikatakan lugas jika kata-kata yang digunakan langsung mengungkapkan pokok persoalan yang akan disampaikan, tidak berbunga-bunga atau berbasa-basi.
d) Bahasa surat dikatakan komunikatif jika mudah dipahami dan mampu menimbulkan pemahaman yang sama pada pikiran pembacanya.
3) Bagian-bagian dari surat Dinas serta fungsinya yaitu :;
a) fungsi dari kepala surat yaitu memberikan informasi kepada penerima surat mengenai nama, alamat, nomor telepon, faksimile, dan keterangan lain yang berkaitan dengan instansi pengirim surat. Di samping itu, kepala surat sekaligus berfungsi pula sebagai sarana untuk memperkenalkan atau mempromosikan instansi pengirim surat. Tanggal surat perlu dicantumkan pada setiap surat dinas. Fungsinya adalah untuk memberitahukan kepada penerima surat tentang waktu penulisan surat itu. Sedangkan nomor surat berfungsi untuk mengetahui jenis kegiatan yang berhubungan dengan surat, mempermudah pengarsipan, dan menemukannya kembali jika seawaktu-waktu a) fungsi dari kepala surat yaitu memberikan informasi kepada penerima surat mengenai nama, alamat, nomor telepon, faksimile, dan keterangan lain yang berkaitan dengan instansi pengirim surat. Di samping itu, kepala surat sekaligus berfungsi pula sebagai sarana untuk memperkenalkan atau mempromosikan instansi pengirim surat. Tanggal surat perlu dicantumkan pada setiap surat dinas. Fungsinya adalah untuk memberitahukan kepada penerima surat tentang waktu penulisan surat itu. Sedangkan nomor surat berfungsi untuk mengetahui jenis kegiatan yang berhubungan dengan surat, mempermudah pengarsipan, dan menemukannya kembali jika seawaktu-waktu
b) Lampiran digunakan untuk memberitahukan kepada penerimaan surat bahwa ada sesuatu yang disertakan bersama surat. Oleh karena itu, jika memang tidak ada sesuatu yang disertakan, kata lampiran tidak perlu dicantumkan. Alamat yang diruju berfungsi sebagai petunjuk langsung mengenai pihak yang harus menerima surat. Untuk itu, unsur- unsur alamat yang digunakan hendaknya ditulis lengkap, tidak disingkat. Salam pembuka selain merupakan tanda hormat penulis surat kepada penerima surat, juga merupakan salah satu penanda surat yang sopan dan beradab. Salam itu dapat di ibaratkan sebagai ketukan pinti auta ucapan salam ketika seseorang akan bertamu ke rumah orang lain. Pencantuman salam pembuka itu dianjurkan pada sebelah kiri sejajar dengan margin kiri. Paragaraf pembuka merupakan bagian pengantar yang berfungsi untuk mengantarkan pembaca pada permasalahan utama yang ditulis. Dengan demikian, fungsi utama paragraf pembuka adalah untuk menghubungkan pikiran pembaca dengan pokok masalah yang disampaikan.
c) Bagian surat berikutnya yaitu paragraf isi dapat dipandang sebagai bagian inti dari sebuah surat. Pada paragraf ini penulis mengungkapkan pokok persoalan yang ingin disampaikan. Pokok
persoalan itu diharapkan memperoleh tanggapan, jawaban, atau reaksi yang positif sesuai dengan harapan penulis surat. Sehubung dengan itu, paragraf isi hendaknya hanya mengungkapkan satu masalah. Oleh karena itu, jika ada dua masalah atau lebih, masing-masing hendaknya diungkapkan dalam paragraf yang berbeda. Selanjutnya paragraf penutup, merupakan bagian akhir dari sebuah surat. Paragraf ini berfungsi untuk menyatakan bahwa pembicara sudah selesai. Oleh, karena itu paragraf ini biasanya mengungkapkan harapan dan ucapan terima kasih.
d) Salam penutup dicantumkan di pojok kanan bawah, tepatnya di antara paragraf penutup dan tanda tangan pengirim surat. Salam ini dapat diibaratkan sebagai ucapan permisi atau pamitan setelah seseorang bertamu atau berkomunikasi dengan orang lain. Tanda tangan merupakan pelengkap surat dinas yang bersifat wajib karena sebuah surat belum dapat dianggap sah jika belum ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Untuk surat-surat dinas di Indonesia, tanda tangan penulis surat lazimnya juga dilengkapi dengan cap atau stempel instansinya sebagai penanda keresmian. Nama penanda tangan surat dinyatakan secara jelas di bawah tanda tangan, tepatnya sejajar di bawah salam penutup. Nama penanda tangan surat hanya huruf awal tiap unsur nama yang ditulis kapital, bukan kapital seluruhnya. Selain itu, nama d) Salam penutup dicantumkan di pojok kanan bawah, tepatnya di antara paragraf penutup dan tanda tangan pengirim surat. Salam ini dapat diibaratkan sebagai ucapan permisi atau pamitan setelah seseorang bertamu atau berkomunikasi dengan orang lain. Tanda tangan merupakan pelengkap surat dinas yang bersifat wajib karena sebuah surat belum dapat dianggap sah jika belum ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Untuk surat-surat dinas di Indonesia, tanda tangan penulis surat lazimnya juga dilengkapi dengan cap atau stempel instansinya sebagai penanda keresmian. Nama penanda tangan surat dinyatakan secara jelas di bawah tanda tangan, tepatnya sejajar di bawah salam penutup. Nama penanda tangan surat hanya huruf awal tiap unsur nama yang ditulis kapital, bukan kapital seluruhnya. Selain itu, nama
e) Tembusan berfungsi untuk memberitahukan kepada penerima surat bahwa surat yang sama juga dikirimkan kepada pihak lain yang dipandang perlu megetahui isi surat yang bersangkutan. Jika tidak ada pihak lain yang diberi tembusan, kata ‘tembusan’ tidak perlu dicantumkan. Dalam hubungan itu, jika pihak yang diberi tembusan lebih dari satu, pencantumannya disertai dengan nomor urut. Namun, jika pihak yang ditembusi hanya satu, nomor urut itu tidak perlu dicantumkan. Inisial adalah tanda atau kode pengenal yang berupa singkatan, yaitu singkatan nama pengonsep surat dan pengetik surat. Inisial ini bermanfaat untuk mengetahui nama pengonsep dan pengetik surat sehingga jika terjadi kekeliruan dalam surat itu pimpinan dengan mudah dapat mengecek dan mengembalikannya kepada yang bersangkutan untuk diperbaiki. Penempatan inisial biasanya di pojok kiri bawah, tepatnya di bawah tembusan (jika surat yang bersangkutan ada tembusannya)
Lebih lanjut berikut penjelasan Bapak Drs Khumaidi M, AP selaku Staf Penyusunan Program Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengenai kapasitas perangkat desa setelah mengikuti pelatihan Lebih lanjut berikut penjelasan Bapak Drs Khumaidi M, AP selaku Staf Penyusunan Program Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengenai kapasitas perangkat desa setelah mengikuti pelatihan
“.... Setelah pelatihan kami selalu melakukan evaluasi terhadap materi yang kami berikan pada saat pelatihan, dari test evaluasi tersebut kami harapkan akan diketahui pemahaman materi dari peserrta pelatihan. Dari hasil test tersebut diketahui kapasitas perangkat desa dalam hal Tata Naskah dan pengelolaan Surat Dinas sudah cukup baik. Peserta pelatihan mengerti dan memahami mulai dari cara menulis surat yang baik, bahasa dalam penulisan surat dinas yang baik serta memahami bagian dari surat dinas serta fungsi dari bagian-bagian surat. Dalam praktek yang dilakukan oleh peserta pelatihan diketahui, peserta pelatihan bisa menulis surat dinas dengan baik dan benar. Hal tersebut sudah sesuai dengan tujuan diadakannya pelatihan supaya peserta memahami dan mengerti Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas... “ (wawancara dilakukan pada 10 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Penyataan dari pihak Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang ternyata dibenarkan oleh Bapak Basuki selaku Sekdes Desa Purworejo, Kecamatan sanankulon Kabupaten Blitar :
“.... Perubahan setelah mengikuti pelatihan selain berdampak pada kinerja juga pada pribadi saya. Saya menjadi lebih tergerak untuk meningkatkan kinerja dan melakukan tugas dengan semaksiamal mungkin, terutama pada semua tuugas yang dibebankan kepada saya, karena selama ini banyak sekali penyelesaian tugas terbilang tidak mengikuti alur yang sebenarnya, maksudnya tugas yang dibebankan lebih berorientasikan hasil bukan proses jadi tiba-tiba langsung selesai, misalnya pada pembuatan perdes, APB-Des, pengisian Administrasi Desa, pembuatan surat dinas, dan penyusunan laporan. Dalam surat dinas juga setelah pelatihan sangat banyak perubahan terutama perbaikan dalam hal strukturnya, karena kalua di desa gini, kadang-kadang tidak sesuai dengan peraturan, pokoknya masyarakat, termasuk kami, (perangkat desa) dan daerah bisa memahami kami anggap urusan beres, namun seletah pelatihan sudah diubah sesuai dengan instruksi peraturan yang ada tetapi adakalanya masih saya sesuaikan juga dengan lapangan. Maklum mas diawal profesi saya tata cara tugas kerja saya hanya bersifat tanya jawab dengan pejabat sebelum saya ataupun teman perangkat desa yang lain....” (wawancara dilakukan pada 19 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Dari pemaparan diatas diketahui bahwa peserta pelatihan telah mengalami peningkatan kapasitas dalam tata naskah dan pengelolaan surat dinas dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan diadakannya pelatihan kepada perangkat desa agar perangkat desa tidak melakukan kesalahan dalam membuat surat dinas yang ditujukan kepada instansi pemerintah. Materi yang diberikan sangat lengkap karena berisi tentang cara menulis surat dinas yang baik, mulai dari keadaan surat, bahasa dalam tulisan serta setiap bagian surat beserta isinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kapasitas perangkat desa dalam tata naskah dan pengelolaan surat dinas mengalami peningkatan dari sebelumnya dan materi pelatihan dalam tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas yang diberikan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dapat diterima dengan baik oleh peserta.
c. Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa
Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah desa merupakan salah satu materi dari pelatihan yang diberikan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan maka kapasitas Pemerintah Desa binaan dalam hal Laporan Pertanggungjawaban Desa bisa baik. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang memasukkan materi tentang Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa ke dalam pelatihan yang di ikuti oleh Desa Binaan agar nantinya diharapkan perangkat desa bisa membuat laporan pertanggungjawaban pemerintah desa dengan baik dan benar sesuai dengan aturan yang ada. Tujuan pelaporan Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah desa merupakan salah satu materi dari pelatihan yang diberikan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan maka kapasitas Pemerintah Desa binaan dalam hal Laporan Pertanggungjawaban Desa bisa baik. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang memasukkan materi tentang Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa ke dalam pelatihan yang di ikuti oleh Desa Binaan agar nantinya diharapkan perangkat desa bisa membuat laporan pertanggungjawaban pemerintah desa dengan baik dan benar sesuai dengan aturan yang ada. Tujuan pelaporan
Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh bapak Imam Taxwym selaku Kabid Pemberdayaan Aparatur Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang berikut :
“berkaitan dengan
pelatihan Laporan Pertanggungjawaban Desa sangat mendukung aparat desa dalam meningkatkan kapasitasnya untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik sesuai prinsip good governance yang diantaranya transparansi untuk disampaikan kepada umum terlebih masyarakat desa, profesionalitas dan akuntabel, serta kepatuhan hukum sebagaimana kepala desa berkewajiban membuat dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban sesuai aturan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa maupun aturan hukum lainnya” (wawancara dilakukan pada 9 Juni 2014 pukul 09.00-11.00 diruang kerja beliau)
good
governance,
Berkaitan dengan kewajiban Kepala Desa untuk menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahannya, diatur lebih mendalam melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa sebagaimana berikut :
“Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya, kepala Desa wajib :
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran kepada bupati/walikota;
b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada bupati/walikota;
c. menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan c. menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
Kasi Perangkat Desa Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengenai kapasitas peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan tentang Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa Mengungkapkan :
“..... Kami memberikan materi tentang Laporan Peranggungjawaban Pemerintah Desa kepada peserta karena kami anggap hal tersebut perlu dan sangat penting bagi perangkat desa yang mengikuti pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang. Tujuan dari diberikan materi tersebut dalam pelatihan pada desa Binaan yaitu agar perangkat desa binaan bisa terampil membuat Laporan Pertanggungjawaban sangatlah penting bagi pemerintah desa dalam menjalankan pemerintahan, setiap akhir tahun aparat desa diwajibkan memberikan laporan pertanggungjawaban atas kegiatan serta keuangan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Selain itu aparat desa juga bisa tahu rambu-rambu maupun batasan dalam bidang kinerjanya...” (wawancara dilakukan pada 5 juni 2014 di ruang kerja beliau)
Berdasarkan modul pelatihan yang disusun Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, materi yang diberikan dalam pelatihan untuk meningkatkan kapasitas perangkat desa dalam hal Laporan Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pemerintah Desa yaitu meliputi :
1) Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) Akhir Tahun Anggaran. Akhir Tahun Anggaran adalah laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada Bupati sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi, meliputi laporan semua kegiatan desa 1) Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) Akhir Tahun Anggaran. Akhir Tahun Anggaran adalah laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada Bupati sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi, meliputi laporan semua kegiatan desa
2) Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) Akhir Masa Jabatan Kepala Desa. Akhir masa Jabatan adalah proses kegiatan pelaporan Kepala Desa kepada Bupati melalui camat sebelum berakhirnya masa jabatan, meliputi laporan penyelenggaraan pemerintahan desa selama 6 (enam) tahun.
3) Laporan keterangan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran Kepala Desa (LKPJ). Akhir Tahun Anggaran adalah proses kegiatan pelaporan Kepala-Desa kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi, meliputi keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
4) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa (LKPJ) Akhir MAsa Jabatan adalah proses kegiatan pelaporan Kepala Desa kepada BPD sebelum berakhirnya masa jabatan, meliputi laporan penyelenggaraan pemerintah desa.
5) Penginformasian Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (informan LPPD) kepada masyarakat. Adaladalah proses kegiatan pelaporan kepala Desa kepada rakyat tentang pelaksanaan 5) Penginformasian Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (informan LPPD) kepada masyarakat. Adaladalah proses kegiatan pelaporan kepala Desa kepada rakyat tentang pelaksanaan
6) Laporan Keuangan BPD adalah Laporan administrasi keuangan BPD setiap Tahun yang disampaikan kepada Kepala Desa selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa.
Sedangkan untuk ruang lingkup pelaporan bisa dipaparkan sebagai berikut :
1) Urusan pemerintah berdasarkan hak asal usul Desa
2) Urusan pemerintahan yang diserahkan Kabupaten;
3) Tugas pembantuan
oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepad desa Lebih lanjut penjelasan dari Bapak Khumaidi, M. Ap selaku staf
4) Urusan pemerintahan
lainnya
yang
penyusunan program sekaligus fasilitator Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengenai Laporan Kapasitas Desa Binaan terhadap Laporan Pertanggungjawaban setelah mengikuti pelatihan :
“.... Peserta pelatihan saat melakukan pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mendapat pengalaman langsung terhadap bentuk dan sistematika penyusunan serta mekanisme laporan akhir tahun anggaran maupun akhir masa jabatan kepala desa kepada Bupati melalui Camat, laporan keterangan pertanggungjawaban Kepada BPD dan informasi pertanggungjawaban kepada masyarakat sehingga nantinya setelah pelatihan peserta bisa terampil dan sesuai aturan kementerian dalam negeri ketika membuat laporan pertanggungjawaban pemerintahan.“ (wawancara dilakukan pada 6 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan alumnus peatihan ntuk mengetahui kapasitas perangkat desa setelah mengikuti pelatihan. Pelatihan tersebut sangat bermanfaat terutama dalam hal penambahan ilmu pengetahuan secara teori dan praktis yang berkaitan dengan tugas-tugasnya dalam pemerintahan Desa sebagai seorang Sekdes, hal tersebut tercermin dalam pernyataan Bapak Basuki selaku Sekdes Purworejo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar mengenai tugas-tugasnya :
“... Dalam pelatihan yang diberikan kemarin, seketika itu saya menyadari kekurangan prosedural yang saya lakukan dan juga saya menjadi lebih mapan dalam bekerja, karena menjadi paham mengenai batasan tugas saya dan saya juga bisa memahamkan kepada kepala urusan maupun rekan kerja lainnya mengenai tupoksi karena aturan yang selama ini turun ke desa bisa lebih jelas ketika dipraktekkan dan dijelaskan waktu pelatihan. Dalam pengerjaan laporan desa, sementara itu untuk laporan akhir tahun anggaran belum terlaksana, yang sudah dikerjakan adalah laporan akhir masa jabatan kepala desa dan dalam laporan semua perangkat desa bekerjasama untuk membantu menyusunnya, sesuai dengan bidang dan tugasnya masing-masing...” (wawancara dilakukan pada 19 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Lebih lanjut, Bapak Basuki selaku Sekdes Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar mengungkapkan : “.... Untuk pengerjan LPPD akhir masa jabatan kepala desa sudah
dilakukan dan dilaporkan sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan materi yang diberikan selama pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, tapi untuk LPPD akhir tahun anggaran belum bisa kami laksanakan. Hal ini terjadi karena kami mengikuti arus instruksi pemerintah kabupaten. Tapi menurut kabar terbaru bulan ini, Laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran untuk Kabupaten Blitar masih baru akan dilakukan mulai dari tahun ini, tahun-tahun sebelumnya belum terlaksana karena Pemkab sendiri merasa pemerintah daerah belum memintanya...” (wawancara dilakukan pada 19 Juni 2014 pukul 11.30-12.30 diruang kerja beliau)
Sementara itu Kepala Desa Bumiaji Kota Batu yang juga alumnus peserta pelatihan dan merupakan Desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang menyampaikan bahwa :
“pelatihan yang dilakukan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang telah mempermudah kami selaku Desa Binaan Balai, laporan pertanggungjawaban yang menjadi kewajiban saya selaku Kepala Desa untuk kemudian disampaikan ke pihak yang berwenang menjadi lebih mudah untuk dikerjakan karena sebelum-sebelumnya telah mendapat pembekalan melalui simulasi selama pelatihan di Balai. Simulasi yang dilakukan selama pelatihan mencakup mulai awal penyusunan, cakupan isi yang harus ada dalam laporan, sampai dengan mekanisme pelaporan diajarkan secara mendalam sampai pada teknis-teknisnya, walaupun sudah seringkali membuat laporan pertanggungjawaban, hal tersebut semakin menambah keteranpilan kami selaku aparatur desa dalam menjalankan tupoksi. Laporan penyelenggaraan pemerintah desa saya buat bersama dengan aparat desa sebagai bentuk pertanggungjawaban yang telah diamanatkan serta menjadi bahan evaluasi ketercapaian selama menjalankan pemerintahan”
Lebih lanjut, dengan dilaksanakannya pelatihan Laporan Pertanggungjawaban Desa tersebut akan mampu mendukung terwujudnya keterbukaan informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui informasi terkait penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Kasiyanto, SE selaku Sekretaris Desa Bumiaji berikut :
“materi pelatihan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Desa bukan hanya telah membantu kami untuk terampil dalam Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, tetapi juga telah mendukung dalam menganalisa ketercapaian hasil penyelenggaraan pemerintahan Desa yang telah kami lakukan. Apabila ada pihak yang ingin menanyakan informasi terkait penyelenggaraan pemerintahan Desa ataupun informasi lainnya, kami tinggal membuka buku laporan pertanggungjawaban pemerintah Desa karena disitu informasi telah disusun secara sistematis sebagaimana yang diajarkan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang”
Dari berbagai penjelasan pemaparan diatas dapat diketahui bahwaa kapasitas aparatur pemerintah desa setelah mengikuti pelatihan semakin baik. Hal tersebut dapat kita lihat dari materi yang diberikan oleh Bali Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yang sangat lengkap mencakup berbagai Laporan Pertanggungjawaban yang diberikan oleh pemerintah Desa antara lain : Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa Akhir Tahun Anggaran, laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa Akhir Masa Jabatan Kepala Desa, laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran Kepala Desa (LKPJ), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa (LKPJ), Penginformasian Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Informasi LPPD), Laporan Keuangan BPD. Selain itu peserta mendapatkan pengalaman langsung terhadap bentuk dan sistematika penyusunan serta mekanisme laporan akhir tahun anggaran maupun akhir masa jabatan kepala desa kepada Bupati melalui Camat, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD dan informasi pertanggungjawaban kepada masyarakat.
3. Efektifitas Pelatihan Aparatur oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang
Setelah melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator dari Kementerian Dalam Negeri, peran Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang tidak hanya berhenti pada kegiatan pelatihan saja, tapi juga mengetahui derajat keberhasilan kegiatan pelatihan yang dilakukan kepada peserta pelatihan.
Sehingga untuk rencana kinerja selanjutnya bisa ditingkatkan program yang sudah baik dan diperbaiki untuk program yang kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang menitik beratkan dua fokus kajian, yang meliputi :
a. Ketercapaian program pelatihan
Untuk dapat mengetahui tingkat ketercapaian program pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang maka bisa diukur dari efektivitas program yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Efektivitas program dilihat dari pelatihan yang diberikan, durasi waktu, materi serta metode dalam memberikan pelatihan. Pencapaian tujuan dari diadakannya pelatihan juga dapat dilihat dari evaluasi terhadap pelatihan yang diberikan. Efektifitas juga dapat dilihat dari desa binaan yang mendapat pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Apabila ada perubahan kearah lebih baik pada desa binaan yang mengikuti pelatihan sudah barang tentu efektifitas program pelatihan bisa dikatakan sudah baik namun apabila sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan tidak ada perubahan yang signifikan maka dapat dikatakan bahwa efektifitas program pelatihan masih belum baik dan perlu dilakukan perbaikan efektifitas program pelatihan.
Sehubung dengan hal tersebut, berikut adalah penjelasan dari Bapak Khumaidi, M. AP selaku staf penyusunan program sekaligus fasilitator Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengenai efektifitas Sehubung dengan hal tersebut, berikut adalah penjelasan dari Bapak Khumaidi, M. AP selaku staf penyusunan program sekaligus fasilitator Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengenai efektifitas
“...Untuk memberikan program pelatihan yang efektif Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang telah menyusun materi yang terbagi dalam 6 Pokok Bahasan dan 18 Sub Pokok Bahasan dengan alokasi waktu 50 jampel dan masing-masing jam pelajaran berdurasi selama 45 menit. Kami berusaha memberikan materi yang berkualitas serta yang dibutuhkan oleh desa binaan dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Sehingga kami berharap materi yang kami berikan bisa berguna bagi desa binaan yang mengikuti pelatihan...” (wawancara dilakukan pada 10 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Adapun materi yang menjadi Pokok Bahasan yang terdiri dari 6 pokok Bahasan serta 18 Sub Pokok Bahasan yaitu :
Tabel 6. Pokok Bahan Ajar Pelatihan
JAMPEL PB 1
PB/SPB
MATERI
DINAMIKA KELOMPOK
SPB 1.1 Perkenalan dan Pengorganisasian Peserta
1 SPB 1.2 Tujuan Pelatihan dan Ungkapan Harapan Peserta
PB II KEBIJAKAN PEMERINTAH
Kebijakan Pemerintah dalam Menyelenggarakan Pemerintah
SPB 2.1
2 Desa
SPB 2.2 Pembinaan Pegawai Negeri Sipil
PB III PENGUATAN KAPASITAS SEKRETARIS DESA
SPB 3.1 Administrasi Desa
3 SPB 3.2 Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas
3 SPB 3.3 Penyusunan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
5 SPB 3.4 Laporan Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa
PB IV KEUANGAN DESA
SPB 4.1 Perencanaan Keuangan Desa
SPB 4.2 Simulasi APBDes
4 SPB 4.3 Penatausahaan keuangan Desa
5 SPB 4.4 Pertanggungjawaban Keuangan Desa
PB V STUDI LAPANG
SPB 5.1 Persiapan Studi Lapang
1 SPB 5.2 Pelaksanaan Studi Lapang
8 SPB 5.3 Refleksi Hasil Studi Lapang
PEMBULATAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
PB VI PELATIHAN
SPB 6.1 Pembulatan Pelatihan
1 SPB 6.2 Rencana Tindak Lanjut Pelatihan
1 Pembukaan dan Penutupan Pelatihan
50 JUMLAH 6 POKOK BAHASAN 18 SUB POKOK BAHASAN JAMPEL
Sumber : Modul Pelatihan BBPMD Malang, 2013. Lebih lanjut Bapak Imam Taxwym selaku Kabid Pemberdayaan Aparatur sekaligus fasilitator Balai Besa Pemberdayaan Masyrakat dan Desa Malang mengungkapkan :
“.... Untuk menjaga efektifitas program pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, kami dalam melakukan pelatihan selalu menggunakan proses yang baik dengan menjalankan pelatihan sesuai dengan modul yang telah disusun. Salah satunya menggunakan metode pembelajaran partisipatori andragogi untuk menumbuhkasn partisipasi peserta selama proses pelatihan, selain itu proses belajar mengajar dilakukan dengan mengembangkan model sistem pelatihan ganda yaitu di kelas (indoor) dan praktek lapang (out door) untuk lebih memaksimalkan hasil proses pelatihan gagar tujuan dari pelatihan dapat tercapai dengan baik. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam memberikan pelatihan juga menggunakan metode yang gampang dan mudah dimengerti bagi peserta pelatihan, hal tersebut agar tujuan dari diadakannya pelatihan dapat dicapai dengan baik. Selain kedua hal tersebut Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang juga menggunakan media “.... Untuk menjaga efektifitas program pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, kami dalam melakukan pelatihan selalu menggunakan proses yang baik dengan menjalankan pelatihan sesuai dengan modul yang telah disusun. Salah satunya menggunakan metode pembelajaran partisipatori andragogi untuk menumbuhkasn partisipasi peserta selama proses pelatihan, selain itu proses belajar mengajar dilakukan dengan mengembangkan model sistem pelatihan ganda yaitu di kelas (indoor) dan praktek lapang (out door) untuk lebih memaksimalkan hasil proses pelatihan gagar tujuan dari pelatihan dapat tercapai dengan baik. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam memberikan pelatihan juga menggunakan metode yang gampang dan mudah dimengerti bagi peserta pelatihan, hal tersebut agar tujuan dari diadakannya pelatihan dapat dicapai dengan baik. Selain kedua hal tersebut Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang juga menggunakan media
Proses, Metode dan media pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yaitu :
1) Proses pelatihan. Proses belajar mengajar dalam pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang menggunakan pendekatan partisipatori andragogi, di mana peserta diperlakukan sebagai orang dewasa yang sudah mempunyai bekal pengetahuan berharga dalam pelatihan ini. Pelatih pada pelatihan ini tidak bertindak sebagai guru, melainkan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga pelatihan ini berjalan secara partisipatif antara pelatih dengan peserta. Untuk mendukung dan melengkapi proses belajar mengajar di kelas dan melihat terapan langsung di lapang , maka perlu didukung dengan studi lapang yang dilakukan setelah peserta memperoleh gambaran materi di kelas. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Agus Ruslan, SH, MM selaku Kasubag Penyusunan Program Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang berikut :
“dengan peserta pelatihan yang merupakan aparat pemerintah desa bisa dikatakan pesertanya adalah orang dewasa. Maka proses yang kami lakukan menggunakan metode partisipatori andragogi yang mana kami mengupayakan keterlibatan atau lebih ke partisipasi peserta untuk lebih aktif selama pelatihan. Hal ini kami lakukan karena peserta mudah memahami materi serta interaksi dua arah “dengan peserta pelatihan yang merupakan aparat pemerintah desa bisa dikatakan pesertanya adalah orang dewasa. Maka proses yang kami lakukan menggunakan metode partisipatori andragogi yang mana kami mengupayakan keterlibatan atau lebih ke partisipasi peserta untuk lebih aktif selama pelatihan. Hal ini kami lakukan karena peserta mudah memahami materi serta interaksi dua arah
Gambar 6 Suasana Kelas
Sumber : dokumentasi Balai Besar PMD Malang
2) Metode Pelatihan. Guna mencapai tujuan yang diharapkan, metode yang digunakan dalam pelatihan meliputi : curah pendapat, ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, diskusi pleno, kerja perorangan, kerja kelompok, simulasi, observasi dan studi lapang. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel.2, yang menunjukkan beberapa metode tersebut dalam matrik pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa Malang. Lebih lanjut, Bapak Drs Khumaidi M, AP selaku staf penyusunan program pelatihan menjelaskan bahwa :
“untuk mendukung partisipasi peserta selama pelatihan metode pelatihan partisipatori andragogi kami lakukan dengan penerapan metode curah pendapat, ceramah, tanya jawab, simulasi, observasi, kerja individu maupun kelompok serta diskusi grup/pleno. Hal itu dilakukan untuk memperlancar proses pelatihan agar lebih dinamis serta peserta mampu menerap materi yang disampaikan maupun mengungkapkan permasalahan yang dihadapi selama menjalankan tugas sebagai aparatur desa yang nantinya mendapat solusi baik dari fasilitator maupun dari peserta lain”. Pada intinya interaksi ke semua arah selama pelatihan menjadi hal yang penting,,,,” (wawancara dilakukan pada 10 Juni 2014 di ruang kerja beliau)
3) Media Pelatihan Adapun untuk mendukung pencapaian penyajian materi, media yang digunaan meliputi : lembar bacaan, lembar tugas, LCD, infocus, flipchart, white board dan alat tulis. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Naswir Darmawan selaku Kabid Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan yang juga selaku fasilitator Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa malang berikut :
“media pelatihan tentunya memiliki peranan penting dalam pendukung proses pelatihan, untuk itu kami memaksimalkan sarana prasarana yang ada di kantor ini. Baik LCD, white board, flipchart, infocus dan alat tulis lainya kami sediakan di tiap ruang kelas maupun aula dengan jumlah yang cukup memadai terlebih kami juga memiliki koperasi. Selain itu selama pelatihan peserta maupun fasilitator juga disediakan lembar bacaan yang nantinya menjadi bahan referensi selama pelatihan” (wawancara dilakukan pada 10 Juni 2014 di ruang kerja beliau)
Sedangkan efektifitas program pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang salah satunya bisa dilihat dari pelatihan studi lapang yang diikuti desa binaan. Dari kegiatan studi Sedangkan efektifitas program pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang salah satunya bisa dilihat dari pelatihan studi lapang yang diikuti desa binaan. Dari kegiatan studi
1.Sharing pengalaman terapan mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta Alokasi Dana Desa, mulai dari proses Rencana Kerja Anggaran Desa, pelaksanaan, penatausahaan keuangan desa, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan. Dari hasil evaluasi yang dilakukan melalui pengamatan, terjadi interaksi yang dinamis antara peserta pelatihan dengan narasumber yang terkait dalam pengisian APBDes maupun laporan pertanggungjawaban ADD
2.Pada proses kegiatan pengisian Buku Administrasi Desa yang meliputi : Buku Administrasi Penduduk, Buku Administrasi Umum, Buku Administrasi Keuangan, Buku Administrasi Pembangunan dan Buku Administrasi BPD, peserta menggali informasi dari aparatur Pemerintah Desa di lokasi studi lapang mengenai tata cara pengisian buku administrasi desa yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2006
3.Dalam proses penyusunan peraturan desa peserta pelatihan melakukan observasi fact finding dengan Kepala Desa dan BPD di lokasi studi lapang, mulai dari menjaring aspirasi kebutuhan masyarakat, pembentukan tim penyusun, rancangan peraturan desa, penyusunan substansi materi dan mekanisme persetujuan serta penetapannya dalam forum rapat paripurna BPD.
4.Peserta mendapat pengalaman langsung terhadap bentuk dan sistematika penyusunan serta mekanisme laporan akhir tahun anggaran maupun akhir masa jabatan kepala desa kepada Bupati Malang melalui camat, laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD dan informasi pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ketercapaian program pelatihan yang dilakukan oleh Blai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari materi yang diberikan, proses, metode pelatihan serta hasil studi lapang salah satu desa binaan yang mengikuti pelatihan. Kegiatan pelatihan telah terlaksana sesuai dengan modul pelatihan dan rencana kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Secara keseluruhan penyelenggaraan pelatihan berjalan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Adapun substansi dan kualitas penyajian materi selama proses belajar mengajar menggunakan pendekatan partisipatori andragogi mampu menghidupkan tingkat partisipasi peserta. Meningkatnya kemampuan, keterampilan dan sikap peserta terhadap seluruh pokok bahasan dan sub pokok bahasan sesuai hasil evaluasi yang dilakukan oleh panitia penyelenggara.
b. Keluaran (output) yang telah dihasilkan
Efektifitas pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dilihat dari keluaran (output) yang telah Efektifitas pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dilihat dari keluaran (output) yang telah
Sehubung dengan keluaran (output) yang telah dihasilkan dari pelatihan yang dialkukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang Bapak Imam Taxwym, SH. MSi selaku Kabid Pemberdayaan Aparatur Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mengungkapkan :
“... Untuk melihat keluaran (output) yang telah dihasilkan dari pelatihan kami biasanya melakukan evaluasi, sehingga kami mengetahui seberapa besar peserta pelatihan memahami dan mengerti materi yang kami berikan dalam pelatihan. Kami melakukan empat macam evaluasi yaitu evaluasi reaksi atau refleksi, evaluasi harian, pre test dan post test,... “(wawancara dilakukan pada 10 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau)
Hasil dari evaluasi terhadap efektifitas keluaran (output) yang telah dihasilkan dari pelatihan dapat dilihat sebagaimana contoh pelatihan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa di Malang ialah pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Tojo Una-una dari Provinsi Sulawesi Tengah Bersamaan dengan pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai tanggal 1 sampai dengan 8 Juni 2014 Bertempat di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Hasil dari evaluasi terhadap efektifitas keluaran (output) yang telah dihasilkan dari pelatihan dapat dilihat sebagaimana contoh pelatihan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa di Malang ialah pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Tojo Una-una dari Provinsi Sulawesi Tengah Bersamaan dengan pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai tanggal 1 sampai dengan 8 Juni 2014 Bertempat di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat
1) Evaluasi Reaksi/Refleksi yaitu evaluasi yang dilakukan dipagi hari sebelum sesi dimulai untuk memperoleh gambaran atau informasi/umpan balik dari peserta dalam proses pelatihan sebagai berikut :
a) Kegiatan pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang telah dikelola secara baik, namun demikian jadwal yang tersusun khususnya untuk studi lapang perlu ditambah waktunya ;
b) Waktu yang tersedia pada masing-masing sub pokok bahasan terhadap materi yang berorientasikan pada ranah ketrampilan perlu penambahan waktu ;
c) Kegiatan PBB yang merupakan ekstra kulikuler sangat bermanfaat bagi peserta dalam meningkatkan disiplin walaupun pelatihan dirasakan berat;
d) Pelayanan panitia penyelenggara melalui senam pagi sangat membantu kebugaran peserta dan instruktur senam yang simpatik dan cantik menambah semangat dan motivasi peserta untuk selalu mengikuti senam pagi
e) Pelayanan kesehatan baik menyangkut poli umum dan poli gigi, manfaat sangat dirasakan oleh peserta, namun pembiayaannya dapat ditanggung oleh panitia penyelenggara.
2) Evaluasi harian ini dilakukan untuk mendapatkan umpan balik terhadap pengaturan, perencanaan dan pemanfaatan waktu, manfaat materi, pemahaman peserta terhadap materi, sarana dan prasarana belajar, metode dan media belajar yang digunakan. Berdasarkan tabel. 7 di bawah, peserta menyatakan bahwa kegiatan pelatihan harian yang dilakukan BBPMD Malang dapat memberi manfaat kepada peserta. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas penilaian yang berada dalam kriteria memuaskan dan sangat memuaskan. Peserta dari Tojo Una-Una Sulsel memberikan penilaian paling tinggi 50,19 % untuk sangat memuaskan. Sedangkan peserta dari Alaor NTT memberikan penilaian memuaskan 44,69%.
Tabel. 7
Evaluasi Harian Oleh Penyelenggara
No Sekretaris
Evaluasi Harian Oleh Penyelenggara Kabupaten
Desa
Sangat
Memuaskan Cukup
Memuaskan
Memuaskan
1 Tojo Una-Una 50,19 %
13,47% Sulsel
27,04% (sumber : BBPMD Malang, 2014)
2 Alor NTT
Sedangkan berdasarkan tabel. 8 dibawah ini, tingkat pemahaman peserta terhadap materi pelatihan dari hasil evaluasi harian peserta diketahui Tojo Una-una Sulsel memberi mayoritas penilaian sangat baik 52,2%, Alor NTT memberi nilai pemahaman materi baik dengan 46,67%.
Penilaian ini mengartikan bahwa peserta dapat memahami materi pelatihan yang diberikan oleh BBPMD Malang dengan baik.
Tabel. 8
Penilaian Pemahaman Materi Oleh Peserta
No Sekretaris Desa Penilaian Pemahaman Materi Oleh Peserta Kabupaten
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
1 Tojo Una-Una 52,22%
13,33% Sulsel
34,44%
15,66% (sumber : BBPMD Malang, 2014)
2 Alor NTT
37,77%
46,67%
3) Pre Test merupakan penilaian tingkat pemahaman terhadap kompetensi peserta dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebelum proses pelatihan dimulai. Dari hasil pre test sebagaimana tabel.9 dibawah ini menunjukkan hasil nilai pemahaman awal desa Tojo Una-Una “Cukup”, dengan capaian nilai rata-rata “57,83”. Sedangkan Desa Alor NTT mendapatkan hal yang sama yaitu dengan hasil “Cukup”, tetapi dengan nilai rata-rata yang 59.
Tabel 9 Penilaian Peserta Sebelum Dan Setelah Proses Pelatihan
No Sekretaris Desa Penilaian Peserta Sebelum dan Setelah Proses Pelatihan Kabupaten
Pre Test
Keterangan Post Test keterangan
1 Tojo Una-Una 57,83
75 Baik Sulsel
cukup
Cukup (sumber : BBPMD Malang, 2014)
2 Alor NTT
59 Cukup
63,5
4) Post test merupakan penilaian tingkat pemahaman terhadap kompetensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya setelah proses pelatihan di kelas maupun studi lapang selesai dilakukan. Dari hasil post test sebagaimana tabel 9 diatas, menunjukkan nilai “Baik” dengan nilai rata-rata “75”. Sedangkan peserta dari Alor NTT mendapat nilai post test 63,5 dengan kategori cukup. Penilaian tersebut memberikan arti bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sudah dapat berjalan cukup baik dikarenakan terjadi peningkatan hasil setelah diadakan pelatihan. Sedangkan keluaran (output) yang telah dihasilkan terhadap desa binaan
selama diselenggarakannya pelatihan tersebut yaitu :
1) Dipahaminya kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah desa;
2) Dipahaminya pengaturan pembinaan Pegawai Negeri Sipil;
3) Terampil mengisi buku aministrasi desa;
4) Dipahaminya tata naskah dan pengelolaan surat dinas;
5) Terampil dalam penyusunan peraturan desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa;
6) Terampil melakukan simulasi Rapat Paripurna BPD dalam menyusun Rancangan peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
7) Dipahaminya perencanaan keuangan desa;
8) Terampil melakukan penatausahaan keuangan desa;
9) Terampil menyusun pertanggungjawaban keuangan desa;
10) Terampil membuat laporan pertanggungjawaban pemerintahan desa;
11) Diketahuinya kekuatan dan kelemahan penyeenggaraan pemerintahan desa di lokasi studi lapang;
12) Adanya rencana tindak lanjut pelatihan. Dari berbagai pemaparan diatas dapat diketahui bahwa keluaran (output) yang telah dihasilkan dari pelatihan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari evaluasi dari pelatihan yang diberikan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa peserta pelatihan telah memahami dan mengerti dengan baik materi yang diberikan oleh panitia Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa peserta pelatihan telah memahami dan mengerti dengan baik materi yang diberikan oleh panitia Balai Besar Pemeberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Selain itu keluaran (output) yang telah dihasilkan dilihat dari desa binaan yang mengikuti pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang diketahui bahwa tujuan dari pelatihan sudah dapat dicapai.
C. Pembahasan
1. Upaya Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang
Apabila menilik dari perkembangan arah pembangunan bangsa Indonesia, sebenarnya mengalami beberapa pergeseran tentang paradigma pembangunan. Misalnya, pembangunan dimasa dahulu hanya sebatas diartikan sebagai suatu proses perubahan menuju kondisi yang lebih baik. Sehingga pada efek selanjutnya pembangunan berubah menjadi ideologi bagi proses perubahan sosial itu sendiri. Pembangunan sebagai ideologi yang kemudian disebut developmentalism inilah yang sangat dominan dan menjadi mainstream di indonesia. Dan pendekatan ini pulalah yang dipakai dalam melakukan pembangunan desa di Indonesia kala itu. Kita ketahui, sejak kemerdekaan jumlah penduduk indonesia yang tinggal di pedesaan lebih besar dari pada yang tinggal di perkotaan. Namun seiring berjalannya waktu, desa semakin banyak ditinggalkan. Orang desa memilih pergi ke kota untuk mencari penghidupan. Terjadi urbanisasi besar-besaran. Sawah berubah menjadi pabrik, lapangan golf, atau perumahan.
Bila disadari sebenarnya kondisi pembangunan yang terjadi tersebut merupakan dampak dari ketidaksesuaian antara program pembangunan yang dilaksanakan dengan kondisi dari potensi yang ada. Padahal pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang berkelanjutan dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Seharusnya pembangunan dilakukan dengan memaksimalkan potensi dan Bila disadari sebenarnya kondisi pembangunan yang terjadi tersebut merupakan dampak dari ketidaksesuaian antara program pembangunan yang dilaksanakan dengan kondisi dari potensi yang ada. Padahal pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang berkelanjutan dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Seharusnya pembangunan dilakukan dengan memaksimalkan potensi dan
Untuk itu saat ini pemerintah berusaha merubah metode pembangunan yang berkelanjutan dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik dengan memaksimalkan potensi dan sumberdaya yang ada di sekelilingnya, seperti sumber daya alam, manusia, dan teknologi untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam berbagai aspek, baik dalam aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya melalui Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Dalam menjalankan fungsi kerjanya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa yang berada dibawah dan bertanggungjawab pada Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang meliputi perbaikan/peningkatan program pelatihan, dan obyek yang menjadi sasaran kegiatan. Dari strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas program pelatihan bagi aparatur desa agar semakin hari semakin baik sesuai dengan harapan dari pemerintah dan masyarakat. Tujuan dari diadakannya pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparatur desa agar bisa menjalankan pemereintahan desa semakin baik.
Gambar Bagan 7 : Tujuan kegiatan pelatihan BBPMD
Kinerja penyelenggara pemerintah desa belum optimal
Sumber Daya Aparatur Pemerintah Desa masih rendah
peningkatan kapasitas Strategi peningkatan kualitas kelembagaan pemerintah desa
aparatur pemerintah desa
Efektifitas kegiatan pelatihan yang dilakukan
Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur
Mengoptimalkan kinerja penyelenggaraan pemerintah desa Sumber : data BBPMD Malang diolah (2014)
Berdasarkan gambar diatas, kegiatan pelatihan yang dialkukan Balai Besar PMD Malang bermula dari rendahnya kualitas aparatur pemerintah desa dalam menjalankan tugas dan fungsi pemerintah desa. Balai Besar PMD Malang melakukan upaya pelatihan dengan melakukan strategi peningkatan kualitas aparatur pemerintah desa dan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah desa. Tidak hanya itu, Balai Besar PMD Malang melakukan evaluasi terhadap Berdasarkan gambar diatas, kegiatan pelatihan yang dialkukan Balai Besar PMD Malang bermula dari rendahnya kualitas aparatur pemerintah desa dalam menjalankan tugas dan fungsi pemerintah desa. Balai Besar PMD Malang melakukan upaya pelatihan dengan melakukan strategi peningkatan kualitas aparatur pemerintah desa dan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah desa. Tidak hanya itu, Balai Besar PMD Malang melakukan evaluasi terhadap
a. Perbaikan atau peningkatan program pelatihan
Terkait dengan tugas pokok dan fungsi BBPMD malang sebagaimana termuat dalam Kemendagri nomor 130 tahun 2003 tentang organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, prioritas kegiatan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat, dan pelatihan Aparatur Pemerintah Desa Malang harus senantiasa melakukan perbaikan atau peningkatan program pelatihan untuk meningkatkan perubahan dinamika kultur budaya yang berkembang pada masing- masing daerah anggota pelatihan.
Perbaikan atau peningkatan program pelatihan merupakan strategi yang dilakukan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam upaya mendukung terwujudnya pengembangan kualitas aparatur desa yang lebih baik. Upaya yang dilakukan yaitu membenahi apa yang menjadi faktor internal maupun eksternal dalam pelaksanaan pengembangan kapasitas Sumberdaya Manusia melalui pelatihan. Notoatmodjo (1991: 11-13) menyampaikan pelaksanaan pengembangan Sumber daya Manusia akan mempertimbangkan “ faktor internal yang mencakup : Misi dan tujuan organisasi, strategi pencapaian tujuan, sifat dan jenis kegiatan, sarana dan prasarana serta faktor ekstenal yang meliputi : kebijakan pemerintah, sosio Perbaikan atau peningkatan program pelatihan merupakan strategi yang dilakukan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam upaya mendukung terwujudnya pengembangan kualitas aparatur desa yang lebih baik. Upaya yang dilakukan yaitu membenahi apa yang menjadi faktor internal maupun eksternal dalam pelaksanaan pengembangan kapasitas Sumberdaya Manusia melalui pelatihan. Notoatmodjo (1991: 11-13) menyampaikan pelaksanaan pengembangan Sumber daya Manusia akan mempertimbangkan “ faktor internal yang mencakup : Misi dan tujuan organisasi, strategi pencapaian tujuan, sifat dan jenis kegiatan, sarana dan prasarana serta faktor ekstenal yang meliputi : kebijakan pemerintah, sosio
Faktor ekternal sebagaimana yang disampiakan oleh Notoatmodjo memiliki peran dalam upaya perbaikan atau peningkatan program pelatihan yang dilakukan Balai Besat PMD Malang, terlebih lagi berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa yang baru disahkan tentunya menuntut terjadinya perubahan dalm hal pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang. Sebagaimana hasil penyajian data sebelumnya, bahwa peningkatan atau perbaikan pelatihan dilakukan sebagai upaya singkronisasi terdahap apa yang menjadi kebutuhan aparatur desa saat ini agar sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam undang-undang desa terbaru. Selain itu pemenuhan kebutuhan peserta pelatihan
yang berada diwilayah Balai Besar PMD Malang yang cakupan kerja meliputi 14 provinsi tentunya memiliki karekteristik peserta sosio-cultur yang berbeda, sehingga perbaikan serta singkronisasi kebutuhan perlu dilakukan dengan stategi-strategi yang tepat dalam upaya mendukung terwujudnya kualitas pelatihan yang baik.
Gary Hamel dan C.K Prahalad dalam Husein Umar (2002 :31), mendefinisikan stategi sebagai berikut : Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ‘apa yang dapat terjadi’, bukan dimulai dari ‘apa yang terjadi’. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selalu melakukan perbaikan atau peningkatna program pelatihan yaitu berupaya tersedianya modul pelatihan yang berkualitas berdasarkan karakter lokal masyarakat, mengupayakan tersedianyan tenaga terdidik dalam pengelolaan usaha produktif, menyediakan adanya, tenaga fasilitator desa yang terampil dibidang perencanaan pembangunan, menyediakan adanya pola kerja-sama terpadu antar komponen terkait dan terciptanya mekanisme kerja progam dan kegiatan, tersedianya informasi data pelatihan yang dibutuhkan masyarakat dan kinerja alumni peserta pelatihan di daerah, adanya data kebutuhan jenis-jenis pelatihan dari daerah. Sehingga strategi yang dilakukan oleh BBPMD Malang dapat dikatakan suatu strategi yang bersifat incremental (senantisa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para peserta dimasa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ‘apa yang dapat terjadi’, bukan dimulai dari ‘apa yang terjadi’. Hal ini diperlukan agar pelatihan yang diberikan oleh
Balai Besar PMD semakin hari akan semakin baik serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh pemerintah untuk dapat meningkatkan pembangunan di desa melalui pengembangan aparatur desa yang berkualitas.
b. Obyek yang menjadi sasaran
Selanjutnya upaya pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang dilihat dari obyek yang menjadi sasaran kegiatan. Upaya pengembangan kapasitas diarahkan untuk mampu mendukung terlaksananya pemerintahan desa yanng baik sesuai prinsip-prinsip good governance dan mencakup dimensi pengembangan kapasitas. Dimensi capacity building menurut (Grindle,1997:9) meliputi Human resource development (pengembangan sumber daya manusia), Organizational strengthening (penguatan organisasi) and Institutional reform (reformasi institusion/birokrasi). Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi obyek sasaran yairu kader pembangunan, perangkat Pemerintah, Anggota Badan Perwakilan, Pengurus Lembaga Masyarakat dan para warga Masyarakat Desa, sudah sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh direktur Jenderal pemberdayaan Masyarakat dan Desa, sedangkan tujuan dari pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang yaitu untuk meningkatkan kapasitas penguatan lembaga kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat dengan indikator sasaran berupa jumlah pelatihan di bidang pemberdayaan masyarakat lembaga masyarakat desa.
Pelatihan pemerintah desa meliputi pengembangan kapasitas pemerintah
desa, pengembangan desa, administrasi pemerintahan desa, badan permusyawaratan desa, keuangan dan aset desa. Pelatihan kelembagaan dan pengembangan partisipasi masyarakat meliputi Pengembangan Sumber Daya di Desa, Pemantapan data profil Desa, Penguatan Kelembagaan Masyarakat, Pengembangan Manajemen Pembangunan Partisipatif, Peningkatan Peran Masyarakat dalam Penataan Pendayahgunaan ruang dan Potensi Ekonomi Kawasan Perdesaan. Sasaran pelatihan tersebut diarahkan dalam upaya mewujudkan pemerintaha desa yang baik sesuai prinsip-prinsip good governance.
2. Implikasi Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Sesudah Mengikuti Pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang Dalam Mendukung Terwujudnya Good Governance.
Aparatur negara merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan Kepemerintahan yang baik (good governance). Kepemerintahan yang baik (good governance) bukan hanya konsep yang perlu disosialisasikan, namun perlu diterapkan pada semua level pemerintah di manapun berada. Penerapan konsep good governanceuntuk kasus pemerintah di Indonesia diamanatkan dalam Ketetapan MPR RI No. IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Kemudian pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Beberapa poin penting yang terkait dengan implementasi Aparatur negara merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan Kepemerintahan yang baik (good governance). Kepemerintahan yang baik (good governance) bukan hanya konsep yang perlu disosialisasikan, namun perlu diterapkan pada semua level pemerintah di manapun berada. Penerapan konsep good governanceuntuk kasus pemerintah di Indonesia diamanatkan dalam Ketetapan MPR RI No. IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Kemudian pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Beberapa poin penting yang terkait dengan implementasi
Untuk itu diharapkan adanya penyelenggaraan kepemerintahan yang baik tingkat kompetensi aparatur seperti misalnya dengan memiliki pegangan seperti antara lain: Insentif dan responsif terhadap peluang dan tantangan baru yang timbul, mempunyai wawasan yang luas dan jauh kedepan, tanggap terhadap peluang dan potensi yang dapat dikembangkan. Diharapkan
sumberdaya aparatur yang ada, dalam hal ini adalah pegawai negeri untuk bagaimana memberikan pelayanan dan kinerja yang betanggung jawab agar dapat mencerminkan tata pemerintahan yang baik,. Dalam hal ini pegawai tidak hanya menunggu apa kemudian langkah yang diambil oleh pemerintah untuk memperbaiki kinerjanya tersebut namun bagaimana para pegawai tersebut nantinya dapat mengambil peluang tersendiri untuk bagaimana memciptakan sebuah terobosan-terobosan yang dapat memperbaiki kualitasnya atau kinerjanya dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Setelah diadakan pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang terdapat adanya peningkatan kapasitas pemerintah desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang sebagai salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Dalam Negeri di bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa, merupakan garda terdepan Kementerian Dalam Negeri dalam “Memberdayakan Masyarakat dan Memandirikan Desa”, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggungjawab kepada Menteri Dalam Negeri.
a. Tertib Administrasi
Dalam pasal 202 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengamanahkan bahwa Sekretaris Desa diisi oleh Pegawai negeri Sipil yang memenuhi persyaratan sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil. Kondisi lemahnya performance disiplin kerja sekretaris desa untuk membantu kepala desa dalam tugas koordinasi di bidang pengelolaan keuangan desa berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala desa, persoalan administrasi perkantoran, rancangan peraturan desa, tugas berkenaan dengan penyusunan rencana kerja pemerintah desa, belum sepenuhnya mewujudkan etos kerja yang baik. Konsekuensi terhadap kebijakan tersebut akan menuntut kredibilitas dan kapabilitas tugas dan fungsi sekretaris desa untuk mampu meningkatkan kapasitas serta memotivasi perubahan disiplin kerja sekretaris desa ke arah yang lebih baik. Sekretaris desa selaku administrator dalam penyelenggaraan pemerintah desa dituntut untuk mampu membantu kepala desa, tidak saja tugas-tugas dibidang pemerintahan, akan tetapi juga pembangunan dan kemasyarakatan. Salah satu langkah strategis yang harus dilakukan yaitu melalui pelatihan peningkatan kapasitas sekretaris desa agar mampu dan profesional menjalankan perannya dalam mewujudkan penguatan pemerintahan desa dalam mengaktualisasikan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance).
Kapasitas Pemerintahan Desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sesudah mengikuti pelatihan diharapkan ada peningkatan sehingga penyelenggaraan pemerintah desa bisa dilakukan dengan baik dan mandiri sesuai dengan peratuan yang ada. Dari penyajian data telah diketahui bahwa setelah mengikuti pelatihan terjadi peningkatan kapasitas perangkat desa untuk menyelenggarakan pemerintahan desa yang baik dan mandiri sesuai dengan peraturan yang ada. Pelatihan yang diberikan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang bertujuan untuk menambahkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan merubah sikap sekretaris desa dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara kredibel dan akuntabel. Selanjutnya menurut Beratha (1992:37) mengemukakan bahwa tugas pemerintah desa termasuk dalam menjalankan administrasi adalah Tugas bidang pemerintahan, Tugas bidang pelayanan kepada masyarakat, Tugas bidang ketatausahaan
Setelah mengikuti pelatihan, perangkat desa lebih memahami dan mengerti tentang Tertib Administrasi Desa untuk kemudian bisa dipraktekan pada kegiatan di pemerintah desa masing-masing. Tertib administrasi desa merupakan kegiatan ketatausahaan yang bertujuan supaya perangkat desa memahami cara pengisian buku Administraasi Desa meliputi : Buku Administrasi Penduduk, Buku Administrasi umum, Buku Administrasi keuangan, Buku Administrasi Pembangunan dan Buku Administrasi BPD. Sebagaimana hasil wawancara dan penyajian data diketahui bahwa pelatihan yang dilakukan pada desa binaan yaitu desa Purworejo Kecamatan
SananKulon Kabupaten Blitar dan Desa Bumiaji Kota Batu telah membantu sekretaris desa untuk lebih terampil dalam melaksanakan tugas kepemerintahan terlebih dalam hal membuat laporan periodik (pertanggungjawaban) penyelenggaraan pemerintah desa yang mengenai keadaan dan perubahan penduduk, keamanan serta sosial ekonomi. Selain itu pelayanan masyarakat juga lebih tertib dimana pemberian bermacam-macam izin, seperti izin tempat tinggal, izin meninggalkan desa, izin usaha dan izin pendirian bangunan dapan tercatat lebih efektif dan detail melalui terlaksananya buku Administrasi Umum.
Dalam hal ini Brown (2001;25) mendefinisikan capacity building sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-citakan sehingga merujuk dari teori tersebut dapat diaktakan telah ada peningkatan kapasitas perangkat desa dalam hal Tertib Administrasi. Hal tersebut sudah sejalan dengan diadakannya pelatihan terhadap desa binaan untuk dapat meningkatkan kapasitas perangkat desa supaya dapat menjalankan pemerintahan desa secara baik dan mandiri sesuai dengan peraturan yang ada.
b. Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas
Setelah mendapat pelatihan dari Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, perangkat desa diharapkan mempunyai peningkatan kapasitas dalam Tata Naskah Pengelolaan Surat Dinas. Hal ini tentunya
diperlukan oleh pemerintah desa karena pemerintah desa juga sering mengirim surat resmi atau surat dinas ke instansi pemerintah maupun ke organisasi swasta. Untuk itu aparatur pemerintah desa dituntut bisa membuat surat dinas yang baik dan benar supaya tidak terjadi kesalahan atau bahkan ditolak oleh instansi yang menerima surat dari pemerintah desa. Dalam pelatihan yang diberikan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang perangkat desa binaan mendapat materi kriteria Surat Dinas yang baik, Bahasa Surat Dinas yang baik, Bagian-Bagian dari sruat Dinas serta fungsinya.
Setiap strategi pengembangan kapasitas manusia atau manjemen sumber daya manusia pasti memiliki tujuan (goal) yang sekaligus dijadikan sebagai tolok ukur suatu kegiatan dapat dikatakan telah berjalan dengan baik atau sebaliknya. Untuk mengetahui peningkatan kapasitas dalam sebuah kegiatan menurut Morison (2001:42) melihat capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam
oragnisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada. Berdasarkan teori tersebut diketahui bahwa kapasitas Pemerintah Desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang sesudah mengikuti pelatihan di Balai Besar pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malah sudah terjadi peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa dalam hal Tata Naskah dan pengelolaan Surat Dinas. Hal
individu,
kelompok-kelompok, kelompok-kelompok,
c. Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa
Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 Tentang Desa, kewajiban kepala Desa dijelaskan dalam Pasal 15 ayat (1) yaitu dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban : melaksanakan dan mempertanggungjawabkan Pengelolaan keuangan desa. Kapasitas Pemerintah Desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sesudah mengikuti pelatihan dalam hal laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa sudah cukup baik. Garlick dalam McGinty (2003) menyebutkan lima elemen utama dalam pengembangan kapasitas, salah satunya adalah membanguun pengetahuan, meliputi peningkatan ketrampilan, mewadahi penelitian dan pengembangan, dan bantuan belajar. Dalam pelatihan yang diadakan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa malang, perangkat desa binaan mendapat materi tentang Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran (LPPD), Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Masa Jabatan Kepala Desa (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Tahun
Anggaran kepala Desa (LKPJ), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa jabatan Kepala Desa (LKPJ), Penginformasian Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (informasi LPPD), Laporan Keuangan BPD.
Berdasarkan Peraturan Peerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Desa, Kewajiban
melakukan laporan pertanaggungjawaban atas keuangan desa serta kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Berdasarkan penyajian data diketahui dalam pelatihan materi yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan dari perangkat desa dalam hal membuat laporan pertanggungjawaban pemerintah desa. Selain itu perangkat desa yang mengikuti pelatihan Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa di Malang mendapatkan pengalaman langsung terhadap bentuk dan sistematika penyusunan serta mekanisme laporan akhir tahun anggaran maupun akhir masa jabatan kepala desa kepada Bupati melalui Camat, Llaporan keterangan pertanggungjawaban kepada masyarakat sehingga nantinya setelah pelatihan perangkat desa bisa terampil membuat laporan pertanggungjawaban pemerintahan desa.
kepala
desa
adalah
untuk
Gambar Bagan 8. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa oleh BBPMD Malang
Kapasitas Aparatur
Kapasitas pemerintah Pemerintah desa rendah
peningkatan Kapasitas aparatur
Aparatur Pemerintah desa
desa meningkat
Tertib Administrasi Desa Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa
Sumber : data BBPMD Malang diolah (2014) Balai besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang melakukan peningkatan kapasitas pemerintah desa karena sampai saat ini masih lemahnya kelembagaan pemerintah desa. Guna meningkatkan kelembagaan yang baik, BBPMD melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut dengan melakukan berbagai pelatihan yang menunjang peninngkatan kapasitas kelembagaan maupun aparatur desa, berikut beberapa pelatihan yang dilakukan tersebut : 1) Tertib Administrasi Desa, 2) Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas dan 3) Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa
Selama pelatihan terrtib administrasi desa telah dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang melakukan pelatihan kepada perangkat desa untuk lebih memahami dan mengerti tentang Tertib Administrasi Desa untuk kemudian bisa dipraktekkan pada kegiatan di pemerintah desa Selama pelatihan terrtib administrasi desa telah dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang melakukan pelatihan kepada perangkat desa untuk lebih memahami dan mengerti tentang Tertib Administrasi Desa untuk kemudian bisa dipraktekkan pada kegiatan di pemerintah desa
1) Adanya proses kegiatan (rangkaian kegiatan) Pemerintahan
2) Adanya pelaku atau pelaksana kegiatan (staf/apatar desa)
3) Adanya tujuan (pencapaian tujuan yang diinginkan)
4) Adanya kerjasama saling melengkapi data
5) Adanya penyajian data yang akurat, efisien dan akuntabel Perwujudan pelatihan tertib administrasi desa yang telah sesuai prosedur, serta mampu mendukung pelaksanaan tugas aparatur pemerintah desa. Sebagaimana Beratha (1992:37) mengemukakan bahwa tugas pemerintah desa termasuk dalam menjalankan administrasi adalah : a)Tugas bidang pemerintahan;
b. Tugas bidang pelayanan kepada masyarakat; c. Tugas bidang ketatausahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dan penyajian data diketahui bahwa pelaksanaan pelatihan administrasi desa mampu membantu aparatur desa dalam pelaksanaan tugas pokok fungsinya sebagai aparatur pemerintah. Sebagaimana di desa Purworejo Kabupaten Blitar yang merupakan desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yang terbantu dalam kemampuan berkoordinasi dalam melaksanakan administrasi desa sesuai ranah dan tanggungjawab tiap-tiap aparatur yang ada. Sementara itu pada desa Bumiaji Kota Batu yang juga desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mampu menyelesaikan berbagi buku administrasi desa untuk mendukung terlaksananya ketatausahaan yang lebih akurat, akuntabel dan efisien. Serta diketahui telah terlaksananya administrasi keuangan dalam pengisian Berdasarkan hasil wawancara dan penyajian data diketahui bahwa pelaksanaan pelatihan administrasi desa mampu membantu aparatur desa dalam pelaksanaan tugas pokok fungsinya sebagai aparatur pemerintah. Sebagaimana di desa Purworejo Kabupaten Blitar yang merupakan desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yang terbantu dalam kemampuan berkoordinasi dalam melaksanakan administrasi desa sesuai ranah dan tanggungjawab tiap-tiap aparatur yang ada. Sementara itu pada desa Bumiaji Kota Batu yang juga desa binaan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang mampu menyelesaikan berbagi buku administrasi desa untuk mendukung terlaksananya ketatausahaan yang lebih akurat, akuntabel dan efisien. Serta diketahui telah terlaksananya administrasi keuangan dalam pengisian
Sedangkan pelatihan tata naskah dan pengelolaan surat dinas ditujukan agar pengetahuan peseta pelatihan meningkat, khususnya dalam pengelolaan surat dinas, dengan mengacu pada kriteria tata naskah dan pengelolaan surat dinas yang baik yaitu meliputi 1) kriteria surat dinas yang baik, 2) bahasa surat dinas yang baik dan 3) bagian-bagian surat dinas serta fungsinya, maka tujuan pelatihan ini telah tercapai. Berdasarkar hasil wawancara diketahu bahwa pelatihan tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas yang dilakukan oleh BBPMD Malang agar peserta pelatihan bisa menulis surat dinas dengan baik dan benar. Sebgaimana disampaikan Bapak Basuki selaku sekdes Desa Purworejo, Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar yang mengungkapkan : “.... Perubahan setelah mengikuti pelatihan sealain berdampak pada kinerja juga pada pribadi saya. Saya menjadi lebih tergerak untuk meningkatkan kinerja dan melakukan tugas dengan semaksimal mungkin” (wawancara dilakukan pada 19 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau).
Dari hasil pemaparan diatas diketahui bahwa peserta pelatihan telah mengalami peningkatan kapasitas dalam Tata Naskah dan Pengelolaaan Surat Dinas dengan baik sesuai tujuan yang ditetapkan semula dan pelatihan yang dilakukan merupakan upaya yang dilakukan Balai Besar PMD Malang untuk mendukung pelaksanaan tugas aparatur dalam hal pengelolaan ketatausahaan Dari hasil pemaparan diatas diketahui bahwa peserta pelatihan telah mengalami peningkatan kapasitas dalam Tata Naskah dan Pengelolaaan Surat Dinas dengan baik sesuai tujuan yang ditetapkan semula dan pelatihan yang dilakukan merupakan upaya yang dilakukan Balai Besar PMD Malang untuk mendukung pelaksanaan tugas aparatur dalam hal pengelolaan ketatausahaan
Pelatihan laporan pertanggungjawaban pemerintah desa yang dilakukan oleh BBPMD Malang pada perangkat desa tujukan agar perangkat desa binaan bisa teramapil membuat laporan pertanggungjawaban pemerintah desa. Serta menciptakan aparatur desa yang transparan, akuntabel, profesional serta taat aturan Hal ini karena Laporan Pertanggungjawaban merupakan pertanggungjawaban kinerja bagi pemerintah desa di setiap akhir tahun pemerintahannya serta diatur dalan undang-undang. Materi yang diberikan dalam pelatihan Lpaoran Perrtanggungjawaban yang dilakukan oleh pemerinntah desa yaitu :
1) Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) Akhir Tahun Anggaran
2) Laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) akhir masa jabatan Kepala Desa.
3) Laporan keterangna Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran Kepala Desa (LKPJ)
4) Laporan Keterangn Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa (LKPJ)
5) Penginformasian Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (informasi LPPD) kepada masyarakat
6) Laporan keuangan BPD adalah laporan addministrasi keterangan BPD setiap tahun
Berdasar hasil penelitian, pelatihan ini telah memberi dampak bagi aparatur desa dalam meningkatkan kinerjannya, khususnya di bidang pembuatan laporan pertanggungjawaban pemerintah desa. Menguatkan hal ini yakni salah satu peserta dari Kabupaten Blitar, Bpk Basuki selaku sekdes Desa Purworejo, Kecamatan SananKulon, Kabupaten Blitar mengungkapkan bahwa “... Dalam pelatihan yang diberikan saya menyadari kekurangan prosedural yang saya lakukan. Saya menjadil lebih mapan dalam bekerja, karena menjadi paham mengenai batasan tugas termasuk tupoksinya” (wawancara dilakukan pada 19 Juni 2014 pukul 10.00-11.30 diruang kerja beliau). Sementara berdasarkan wawancara lainnya, diketahui bahwa Kepala desa BumiAji Bapak Edi Suyanto merasa terbantu dengan adanya pelatihan tersebut serta lebih mampu untuk mewujudkan pemerintahan yang transparan melalui terlaksananya laporan pertanggungjawab penyelenggaraan pemerintah desa secara lebih detail, dan akuntabel.
Ketiga hal yang dilakukan BBPMD Malang yaitu pelatihan 1) Tertib Administrasi Desa, 2) Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas dan 3) Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa guna penguatan kapasitas pemerintahan desa telah berjalan dengan baik. Ini memungkinkan akan meningkatkan kualias kelembagaan pemerintah desa yang bermula dari meningkatnya kualitas aparatur desa di 3 (tiga) bidang tersebut. Bartle (2007) menguatkan bahwa salah satu elemen pembentuk kapasits organisasi ialah dimilikinya skill atau keterampilan dan keahlian pada sumber daya manusia di dalamnya. Dalam hal ini yang dimaksud skill ialah peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa di tiga
pelatihan yang dimaksud tersebut. Ditinjau dari peningkatan kapasitas kelembagaan versi (mendagri, 2002), peningkatan keahlian aparatur pemerintah desa di 3 (tiga) hal tersebut juga telah memenuhi salah satu kriteria yang ditetapkan yaitu kriterria tingkat individu. Dalam kriteria ini dinyatakan bahwa peningkatan kapasitas tingkat individu yaitu “tingkat keterampilan, kualifikasi, pengetahuan/wawasan, sikap (attitude), etika dan motivasi individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi”. Ini menunjukkan bahwa pelatihan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa yang dialkukan oleh BBPMD telah tercapai dengan ditandai dengan peningkatan keterampilan, penguatan, dan semangat peserta dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.
Tujuan dari peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa melalui pelatihan tiga hal tersebut ialah agar tujuan organisasi pemerintahan desa dapat tercapai. Serta mampu terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance). Beradasar ulasan diatas, ketiga pelatihan yang dilakukan oleh BBPMD Malang untuk meningkatkan kapasitas aparatur desa sudah tercapai sesuai rencana semula. Peningkatan kemampuan aparatur pemerrintah desa dalam menjalankan tugas dan fungsi kelembagaan desa akan diikuti oleh pencapaian tujuan organisasi, yaitu pengoptimalan kinerja aparatur pemerintah desa guna mendukung fungsi pemerintahan desa.
3. Efektifitas Pelatihan Aparatur yang dilakukan oleh BBPMD Malang
a. Ketercapaian Program Pelatihan
Untuk meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pemerintah desa dengan indikator tujuan berupa jumlah pelatihan penyelenggaraan pemerintahan desa serta jumlah penyusunan modul pelatihan penyeenggaraan pemerintahan desa. Pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemebrdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dapat diukur dari efektifitas Program Pelatihan yang diberikan apakah sudah dapat meningkatkan kualitas aparatur desa dengan menggunakan indikator sasaran berupa jumlah pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa yang sesuai standard.
Menurut Georgopoulus dan Tannenbaum dalam Steers (1996: 50) yang meninjau efektifitas dari sudut pencapaian tujuan menyatakan bahwa rumusan keberhasilan organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanismenya mempertahankan diri dan mengejar sasarannya. Dengan kata lain, penilaian efektifitas harus berkaitan dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang sebelum melakukan pelatihan telah menyusun strategi yang baik dalam pelatihan kemudian pelaksanaan strategi tersebut serta Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang selalu melakukan evaluasi saat melakukan pelatihan dan sesudah melakukan pelatihan.
Dari penyajian data diketahui bahwa efektifitas Program Pelatihan sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari formulasi strategi; Imlementasi strategi; Evaluasi strategi. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang telah menyusun materi yang terbagi dalam 6 Pokok bahasab dan 18 Sub Pokok Bahasan dengan alokasi waktu 50 jampel dan masing-masing jam pelajaran berdurasi selama 45 menit. Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa Malang, dalam melakukan pelatihan selalu menggunakan proses yang baik agar tujuan dari pelatihan dapat tercapai dengan baik. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam memberikan pelatihan juga menggunakan metode yang mudah dan mudah dimengerti bagi peserta pelatihan, hal tersebut agar tujuan dari diadakannya pelatihan dapat dicapai dengan baik. Selain kedua hal tersebut Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang juga menggunakan media pelatihan yang baik melalui optimalisasi pemanfaatan sarana prasarana yang dimiliki baik itu LCD, bahan materi, ketersediaan bus untuk studi lapang maupun lainnya dilakukan dengan lancar dan sukses. Adapun substansi dan kualitas penyajian materi selama proses belajar mengajar menggunakan pendekatan partisipatori anragogi yang mampu menghidupkan tingkat partisipasi peserta, meningkatnya kemampuan, keterampilan dan sikap peserta terhadap seluruh pokok bahasan dan sub pokok bahasan sesuai hasil evaluasi yang dilakukan oleh panitia penyelenggara.
b. Keluaran (output yang telah dihasilkan) Dalam setiap pelaksanaan kegiatan, faktor efektifitas selalu mendasari usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal itu karena efektifitas merupakan alat pengukur tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan kegiatannya dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Menurut Steers (1986 :26) efektifitas dapat dinilai dari pencapaian sasaran di dalam tujuan organisasi. Sasaran organisasi dapat diklarifikasikan berdasarkan : Sasaran sosial (sosil goals), yang merupakan hubungan masyarakat pada umumnya. Jenis sasaran ini berurusan dengan organisasi kelas besar pada umumnya; sasaran sistem (system goals), yang merupakan keadaan atau cara berfungsinya organisasi pada umumnya; sasaran keluaran (output) yang merupakan hasil dari keluaran setelah kegiatan dilaksanakan.
Efektifitas pelatihan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang selain dilihat dari efektifitas Program Pelatihan, juag bisa dilihat dari keberhasilan pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pembedayaan Masyarakat dan Desa Malang dengan mengukur keluaran (output) yang telah dihasilkan. Dari penyajian data diketahui bahwa keluaran pelatihan terhadap Sekretaris Desa Kabupaten Tojo Una-una Provinsi Sulawese Tengah dan Sekretaris Desa Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur telah terlaksana sesuai rencana kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Secara keseluruhan penyelenggaraan pelatihan berjalan dengan baik dan sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan. Adapun substansi dan kualitas penyajian materi selama proses belajar mengajar menggunakan pendekatan partisipatori andragogi yang mampu menghidupkan tingkat partisipasi peserta. Pemahaman materi, keterampilan dan sikap peserrta terhadap seluruh pokok bahasan dan sub pokok bahasan mendapat hasil nilai baik, hal ini terlihat dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh panitia penyelenggara pada pre test dan post test yang diketahui peserta Tojo Una-Una dari nilai rata-rata awal 57, 83 dan nilai rata-ratasetelah mengikuti pelatihan (posr test) menjadi 75 dengan kategori baik . Sementara dari desa Alor NTT pre test dengan nilai rata-rata 59 kemudian menjadi 63,5 dengan predikat cukup. Dari kedua hasil penilaian tersebut memberikan arti bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sudah mampu mendukung terwujudnya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.
Efektifitas program pelatihan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang merupakan penilaian apakah kegiatan yang telah dialakukan lembaga tersebut sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah direncanakan semula. Banyak ukuran yang dilakukan dalam menilai suatu kegiatan itu efektif atau tidak. Efektivitas program dapat dilihat dari tepat atau tidaknya sasaran dari program itu sendiri. Steers (1986:26) menekankan tolok ukur efektitas dalam tujuan organisasi sebagai berikut :
1) sasaran sosial (sosial goals), merupakan hubungan masyarakat pada umumnya. Jenis sasaran ini berurusan dengan organisasi kelas besar 1) sasaran sosial (sosial goals), merupakan hubungan masyarakat pada umumnya. Jenis sasaran ini berurusan dengan organisasi kelas besar
2) Sasaran sistem (system goals), merupakan keadaan atau cara berfungsinya organisasi pada umumnya.
3) Sasaran keluaran (output) merupakan hasil dari keluaran setelah kegiatan dilaksanakan. BPMD Malang telah melakukan ukuran efektifitas kegiatan pelatihan sesuai indikator diatas melalui fokus 2 (dua) sasaran utama dalam yaitu 1) ketepatan proses pelatihan yang mencakup a) program pelatihan, b) metode pelatihan, c) media pelatihan dan 2) output dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
Gambar Bagan 9
Efektifitas Program Pelatihan Oleh BBPMD Malang.
Kegiatan
Tujuan organisasi pelatihan
Ketetapan
BBPMD tercapai BBPMD
Tujuan organisasi peserta
Output
tercapai
dimana peserta berasal tercapai
Sumber : Data BBPMD Malang diolah (2014)
Terkait indikator sasaran sosial (sosial goals), BBPMD Malang melakukan sasaran sosial melalui ketepatan sasaran program pelatihan. Sasaran program pelatihan yang dilakukan yaitu BBPMD Malang melakukan partisipatori andragogi, di mana peserta diperlakukan sebagai orang dewas yang sudah Terkait indikator sasaran sosial (sosial goals), BBPMD Malang melakukan sasaran sosial melalui ketepatan sasaran program pelatihan. Sasaran program pelatihan yang dilakukan yaitu BBPMD Malang melakukan partisipatori andragogi, di mana peserta diperlakukan sebagai orang dewas yang sudah
Dalam mencapai efektvitas pelatihan yang dilakukan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, ketepatan proses pelatihan baik dalam hal penggunaan metode dan media pelatihan menjadi hal yang penting. Metode dan media pelatihan merupakan sasaran sistem yang dilakukan untuk mendukung dalam tercapainya target pelatihan yang dilaksanakan melalui optimalisasi sumberdaya yang dimiliki BBPMD Malang. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Steers (1986:27) tentang evektivitas melalui sasaran sistem; sasaran ini menekankan bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup organisasi, maka yang harus diperhatikan adalah sumberdaya manusianya, mempertahankan diri secara internal dengan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungannya. Jadi pendekatan ini berfokus kepada cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
Mengenai ketepatan metode pelatihan yang dilakukan BBPMD Malang dapat dikatakan baik, melalui metode seperti curah pendapat; ceramah; tanya jawab; diskusi kelompok; diskusi pleno; kerja perorangan; kerja kelompok; simulasi; observasi; dan studi lapang; peserta dapat lebih memahami apa yang menjadi persoalan dalam menjalankan tugas sehari-hari disertai dengan problem solving-nya. Sedangkan ketepatan media pelatihan yang dilakukan BBPMD Malang melalui lembar bacaan ; lembar tugas; LCD/infocus; flipchart; white Mengenai ketepatan metode pelatihan yang dilakukan BBPMD Malang dapat dikatakan baik, melalui metode seperti curah pendapat; ceramah; tanya jawab; diskusi kelompok; diskusi pleno; kerja perorangan; kerja kelompok; simulasi; observasi; dan studi lapang; peserta dapat lebih memahami apa yang menjadi persoalan dalam menjalankan tugas sehari-hari disertai dengan problem solving-nya. Sedangkan ketepatan media pelatihan yang dilakukan BBPMD Malang melalui lembar bacaan ; lembar tugas; LCD/infocus; flipchart; white
Sementara itu, efektifitas kegiatan pelatihan dapat dilihat dari output kegiatan tersebut di lapangan. Sebagaimana yang dinyatakan Steers (1986) bahwa salah satu indikator efektivitas suatu kegiatan ialah sasaran keluaran (output) dari kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam meihat hasil keluaran (output) Balai Besar PMD Malang melakukan melalui evaluasi yang dilakukan selama pelatihan maupun sesudah pelatihan.. Bntuk evaluasi yang telah dilakukan oleh BBPMD Malang kepada peserta melalui pengisian “pertanyaan kuisioner”. Sebagaimana data yang disampaian dalam “data fokus” sebelumnya bahwa output program pelatihan BBPMD Malang telah dianggap tercapai. Sebagai contoh pelatihan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa di Malang ialah pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Tojo Una-una dari Provinsi Sulawesi Tengah Bersamaan dengan pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai tanggal 1 sampai dengan 8Juni 2014 Bertempat di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa jl. Raya Langsep Nomor 7 Malang :
a. Evaluasi reaksi/refleksi. Dalam evaluasi ini peserta mengatakan bahwa beberapa program yang telah dilakukan BPMD cukup bermanfaat bagi peserta dalam menunjang tugas mereka sehari-hari.
b. Evaluasi Harian. Dalam evaluasi ini peserta Desa Kabupaten Tojo Una-una Provinsi Sulawesi Tengah memberi nilai dengan : sangat memuaskan 50,19%, Memuaskan 36,34% dan Cukup Memuaskan 13,47%. Tingkat pemahaman peserta terhadap materi pelatihan dari hasil evaluasi harian manyatakan Sangat Baik 52,22%, Baik 34,44% dan Cukup Baik 13,33%. Sedangankan dari Alor NTT memberi nilai dengan : sangat memuaskan 28,27%, Memuaskan 44,69% dan Cukup Memuaskan 27,04%. Tingkat pemahaman peserta terhadap materi pelatihan dari hasil evaluasi harian manyatakan Sangat Baik 37,77%, Baik 46,67% dan Cukup Baik 15,66%.
c. Pre test. Dari hasil Pre terst Desa Kabupaten Tojo Una-una Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan nilai “cukup” dengan capaian nilai rata-rata ”57,83”. Sedangankan dari Alor NTT dengan capaian nilai rata-rata “59”.
d. Post test. Dari hasil post test Desa Kabupaten Tojo Una-una Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan nilai “Baik”, dengan capaian nilai rata-rata “75”. Sedangankan dari Alor NTT dengan capaian nilai rata-rata “63,5”.
Dalam indikator penilaian di atas, output yang dihasilkan semuanya berkategori baik dengan nilai di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa output yang diharapkan telah tercapai dengan melebihi nilai standar minimum.
Dari penjelasan efektifitas kegiatan pelatihan yang dicapai BBPMD Malang di atas, meminjam batasan kriteria efektifitas oleh Steers (1986 :26) efektifitas dapat dinilai dari pencapaian sasaran di dalam tujuan organisasi. Sasaran organisassi dapat diklarifikasikan berdasarkan : Sasaran sosial (sosil goals), yang merupakan hubungan masyarakat pada umumnya. Jenis sasaran ini berurusan dengan organisasi kelas besar pada umumnya; sasaran sistem (system goals), Mengacu pada kriteria Steers maka aparatur desa sebagai peserta pelatihan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan tugas sehari-hari. Ini tentu saja akan berakibat pada peningkatan produktivitas organinisasi. Tercapainya produktivitas organisasi akan berkolerasi dengan pencapaian tujuan organisasi tersebut, baik organisasi sebagai penyelenggara pelatihan yaitu BBPMD Malang maupun organisasi dimana peserta pelatihan berasal. Secara keseluruhan, efektifitas program pelatihan BBPMD Malang telah tercapai. Penyelenggaraan kegiatan oleh BBPMD Malang terhadap aparatur pemerintah desa dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Selama proses belajar mengajar menggunakan pendekatan partisipatori anragogi mampu menghidupkan tingkat partisipasi peserrta. Hasil ini akan berdampak pada output kegiatan itu sendiri yaitu peningkatan kecakapan dan skill para peserta guna menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari. Pencapaian output yang efektif selanjutnya akan mewujudkan tercapainya tujuan organisasi, dalam hal ini kinerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
BAB V PENUTUP