buku PENGEMBANGAN KAPASITAS APARATUR PEMERINT

DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (Studi Pada Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang) SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

SETYO NUGROHO NIM. 105030101111064

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2014

MOTTO

“jangan biarkan mereka (generasi dibawahmu) berdiri sendirian dengan ketidakpahaman akan arti hidup adalah perjuangan”

“Malulah pada hartamu & Tangguhlah dalam kesulitan agar

kau berjiwa besar” “terlatihlah untuk lapar agar kita tahu arti bersyukur” “bersyukur dan ikhlas, Yakin Usaha Sampai” - HMI

RINGKASAN

Setyo Nugroho 2014, Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah

Desa dalam Upaya Mewujudkan Good Governance (studi pada Balai Besar

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang). Ketua Pembimbing: Drs. Andi Fefta Wijaya, MDA, Ph.D, Anggota: Moh. Said, S.Sos, M.AP

Kebijakan pemerintah menetapkan arah pengelolaan pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan reformasi birokrasi, merupakan pilihan yang rasional (rational choice). Salah satu agenda besar menuju good governance dan reformasi birokrasi adalah peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat desa. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri memiliki tugas dan tanggungjawab dalam pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa melalui pelatihan. Hal tersebut sebagaimana Permendagri No.21 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyaraka dan Desa di Malang.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, dan menganalisa tentang peran Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam Pengembangan Kapasitas aparatur Pemerintah Desa dalam upaya mewujudkan good governance. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui metode analisis spradley. Maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah 1) peran Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa 2) implikasi kapasitas aparatur desa setelah mengikuti pelatihan dalam mendukung terwjudnya good governance 3) efektifitas pelatihan yang dilakukan BBPMD Malang.

Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa BBPMD Malang memiliki peran penting dalam pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa. Dalam upaya mewujudkan aparatur desa yang mampu melaksanakan pemerintahan yang baik sesuai prinsip-prinsip good governance, BBPMD Malang melakukan berbagai pelatihan yang didukung dengan perbaikan dan peningkatan modul pelatihan serta pemantapan materi melalui studi lapang.

Dengan semakin meningkatnya kualitas peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan di BBPMD Malang diharapkan aparatur pemerintah desa mampu untuk mewujudkan good governance di daerahnya masing-masing.

Berdasarkan hasil tersebut penulis berharap kedepannya Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang harus mampu untuk meningkatkan pelatihan yang dilakukan dari-tahun-tahun sebelumnya baik terkait dengan materi pelatihan, modul pelatihan maupun penyediaan fasilitaor yang berkualitas terlebih lagi dalam hal menyikapi Undang-Undang No. 6 tahun 2014 Tentang Desa yang baru disahkan tahun ini.

Kata Kunci : Good Governance, peningkatan kapasitas aparatur, Balai Besar PMD di Malang.

SUMMARY

Setyo Nugroho 2014, Capacity Building village government apparatus in the effort Provide Good Governance (study in Balai Besar Rural and Community Empowerment in Malang). Chief Adviser: Drs. Andi Fefta Wijaya, MDA, Ph.D, members: Moh. Said, S. Sos, M.AP

Government Policy to determine the direction governance toward good governance and reforming the bureaucracy governance, is rational choice (rational choice). One of the big agenda toward good governance and bureaucratic reform is the increase professionalism government apparatus, both in central level and at the village level In order to increase the professionalism. Center for Studies in Community

Empowerment and Village of Malang (BBPMD) that is under the auspices of the Ministry of the land have a duty and responsibility in capacity building apparatus village government through training. This was as Permendagri No. 21 of 2006 on Organization and Management Safety Balai Besar Empowerment conduct sweeping operations and Villages in Malang

This research aims to describe, and analyze about the role BBPMD Malang in Capacity Building village government apparatus in the effort provide Good Governance. In this research researchers using type or descriptive approach with qualitative analysis methods through spradley. So are the focus in this research is

1) the role Balai Besar Rural and Community Empowerment in Malang in capacity building apparatus village government apparatus capacity 2) implications village after participating in the training in supporting implementation good governance 3) effective training which will be done BBPMD Malang.

This research showed that BBPMD has played a key role in Malang capacity village government apparatus. In the effort realizing village apparatus that to be able to do good governance in accordance the principles of Good Governance, BBPMD Malang do various training which was supported by improving and the increase modult training and material through study public square. With the growing quality the participants in the training after taking part in the training in BBPMD Malang, village government apparatus is expected to be able to provide Good Governance in their respective regions.

Result was I hope in Center for Studies in Community Empowerment and Village (BBPMD) n Malang should be able to improve training that will be done from the previous year both associated with training materials, training modules as well as providing facilitator are high-quality, and especially in this deal with Law No. 6 in 2014 which was ratified this year.

Key words : Good Governance, capacity building apparatus, the porch of), in Malang.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Dalam Upaya Mewujudkan Good Governance (Studi Pada Balai Pelatihan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Bapak Drs. Andi Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan membantu selama proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Moh. Said, S.Sos, M.AP selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing serta memberikan masukan pada penulis selama proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Ir. Margono, M.Si selaku Kepala kantor Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa Malang, Bpk. Imam Taxwym SH, MSi selaku Kepala Bidang Pemberdayaan aparatur BBPMD Malang serta jajaran pegawai lainnya saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

6. Kedua orang tua saya yaitu Bapak Suyoto dan Ibu Sumilah yang tidak pernah bosan memberikan dukungan maupun Doa dengan segenap kasih sayang dan kesabarannya demi memperlancar proses penyelesaian skripsi.

7. Adikku Wahyu Setyaningrum dan Kakaku Teguh Handoyono yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakanda Ayunda KAHMI (Korps Alumni HMI) : kanda Imam Hanafi, bpk. Rozikin, bpk. Suharyono, kanda Suralim, kanda sidiq, kanda Imam S, kanda Said, kanda Rifky, kanda Rudi dan jajaran lainnya yang telah memotivasi serta memberikan bantuan banyak hal

9. Keluarga Besar HMI Cabang Malang Komisariat FIA UB : mas Dito, mas Husein, mas Barkah Prantama, Mas Ramon, mas Gara Purwa K, mas Hamdan, mas Galih cino-jowo, Mas Reza, Trio’2008 (mas Ricky, mas Diyan, mas Candra), duo ‘Kuncoro’, Nadi (Nanda-Gigih), mbk.Susi beserta 2009 lainny, Toriq H, Alih Aji Nugroho, M.Taufiq, Deny, Arga, Nazar Rusly, Teguh handoko, Mustanul Sania, Rofiqa Ega, Agung, Haris Arya, Sulistianto, Pus, Jaya, Zaka, Yanuar, Ilmi, Tita, Dwi, Gilang, Eko yuli, Yahya, Deca, Deo, Andika, Faris, Beny, Robert, Rizky, Fadil, punakawan (wiwid-dini-nur-levi-dayang), W.P Saka, Avis, Bunga B, Avi, Aya’, Linda, Ratna, Ridwan, Adit, cika,dan kader lainnya yang juga selalu memberi dukungan dan semangat agar segera menyelesaikan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 13 Agustus 2014

Penulis

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

41

1. Dimensions and Focus of Capacity Building

2 Contoh Matrik Kurikulum : Sub Pokok Bahasan Penyusunan

84 Produk Hukum Desa

96

3 Sasaran Rumpun Dan Bidang Pelatihan

4 Contoh Modul Draf Pengisian Administrasi Keuangan 107 Anggaran pendapatan Desa

5 Rincian Anggaran Pendapatan Desa. Desa Bumiaji Kec. 109 Bumiaji Kota Malang Tahun Anggaran 2010

6 Pokok Bahan Ajar Pelatihan 127

7 Evaluasi harian Oleh Penyelenggara 136

8 Penilaian Pemahaman Materi Oleh Peserta 137

9 Penilaian Peserta Sebelum dan Setelah Proses Pelatihan 137

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

53

1. Teknik Analisis Data Spradley

56

2. Kantor Balai PMD Malang

62

3. Stuktur organisasi BBPMD Malang

4 Suasana Pelatihan Pengembangan Kapasitas oleh BBPMD

86 Malang

94

5 Peserta Pelatihan Penyusunan RPJM Desa

6 Suasana Kelas 130

7 Bagan 7 : Tujuan kegiatan pelatihan BBPMD 142

8 Bagan 8: Peningkatan Kapasitas Pemerintah Desa oleh 155 BBPMD Malang

9 Bagan 9 : Efektifitas Program Pelatihan BBPMD Malang 165

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Jumlah Halaman

1. Surat Riset Fakultas Ilmu Administrasi UB

2. Surat Balasan Riset BBPMD Malang

3. Pedoman Wawancara

4. Modul pembulatan pelatihan (pelatihanPeningkatan

9 kapasitas Sekretaris Desa)

5. Brosur profil BBPMD Malang

6. Curriculum Vitae Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita nasional, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbicara tentang pembangunan nasional, memang semakin hari semakin menunjukkan kemajuan dari segi kuantitas proyek maupun program pembangunan, baik itu pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik. Berbagai macam proyek pembangunan dari Orde Lama, Orde Baru hingga masa Reformasi telah banyak dilakukan untuk terus mendorong kesejahteraan dan kemajuan bangsa kearah yang lebih baik. Dalam hal ini pembangunan nasional harus dimulai dari, oleh, dan untuk rakyat, serta dilaksanakan diberbagai aspek kehidupan bangsa yang meliputi politik, ekonomi, sosial budaya dan aspek pertahanan keamanan.

Pembangunan sendiri menurut Siagian (2009:4) yaitu, “rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara/bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Pembangunan nasional pada dasarnya sangat membutuhkan kesinergian antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dalam pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah harus saling menunjang, saling Pembangunan sendiri menurut Siagian (2009:4) yaitu, “rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara/bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Pembangunan nasional pada dasarnya sangat membutuhkan kesinergian antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dalam pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah harus saling menunjang, saling

Pelaksanaan pembangunan mengikutsertakan pegawai sebagai aktor terpenting sebagai pelaksana dalam menjalankan pembangunan dan sebagai penggerak laju pembangunan disegala bidang. Pegawai atau aparatur negara sangat dituntut untuk dapat mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata dan berkesinambungan baik materil maupun spiritual. Untuk mengarahkan pegawai dapat bekerja lebih efisien guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi, maka diperlukan perhatian khusus pada setiap lini aparatur pemerintah. Salah satu kunci keberhasilan suatu organsiasi dalam usaha pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh kemampuan serta keterampilan pegawainya, disamping kemampuan untuk menggerakkan dan mengarahkan pegawai oleh pimpinan organisasi.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai organisasi pelayan publik dituntut untuk mampu menciptakan sebuah aparatur pemerintah yang berkualitas. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan arah perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam hal ini Pemerintah Daerah memiliki kewenangan otonom untuk mengatur

penyelenggaraan pemerintahan secara mandiri. Otonomi daerah telah memberi kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mampu membuat berbagai kebijakan dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah. Kaitannya dengan otonomi daerah, dalam praktiknya adalah dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam setiap pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh birokrasi pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi pelayanan publik. Pemerintah daerah dalam prakteknya menyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik, harus pula diiringi dengan penerapan prinsip good governance (kepemerintahan atau tata pemerintahan yang baik).

Sebagaimana yang diungkapkan menurut Mindarti (2007 :182) tentang pengertian good governance yang mengandung dua makna, yaitu sebagai berikut :

“Pertama, mengandung makna tentang orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan negara. Berorientasikan pada nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai kemandirian, pembangunan berkelanjutan, keadilan sosial, demokratisasi dalam kehidupan bernegara seperti legitimasi, akuntabilitas, perlindungan HAM, otonomi, dan devolusi kekuasaan, pemberdayaan masyarakat sipil, dan sebagainya. Kedua mengandung makna tentang aspek-aspek fungsional pemerintahan yang efektif,dan efisien, atau pemerintahan yang berfungsi ideal, yaitu mampu berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya pencapaian tujuan nasional, hal ini akan sangat tergantung kepada sejauh mana pemerintahan mempunyai kompetensi serta sejauh mana struktur dan mekanisme politik dan administratif mampu berfungsi secara efektif dan efisien.”

Menanggapi pernyataan diatas, pemerintah daerah harus berupaya untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya aparatur disegala bidang karena peran Menanggapi pernyataan diatas, pemerintah daerah harus berupaya untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya aparatur disegala bidang karena peran

1.Profesionalitas, meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.

2.Akuntabilitas, meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan

dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat. 3.Transparansi, menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

4.Pelayanan prima, penyelenggaraan pelayanan publik yang mencakup prosedur yang baik, kejelasan tarif, kepastian waktu, kemudahan akses, kelengkapan sarana dan prasarana serta pelayanan yang ramah dan disiplin.

5.Demokrasi dan Partisipasi, mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung

6.Efisiensi dan Efektifitas, menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

7.Supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat, mewujudkan adanya penegakkan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dalam wujud pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab telah menjadikan Pemerintah Daerah sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta mempermudah dalam mewujudkan good governance. Berbagai Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dalam wujud pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab telah menjadikan Pemerintah Daerah sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta mempermudah dalam mewujudkan good governance. Berbagai

Pelaksanaan otonomi daerah telah dilaksanakan sampai pada tataran pemerintahan paling bawah yaitu Pemerintah Desa. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menjadi landasan kuat bagi Pemerintah Desa untuk mengatur desa dan masyarakatnya sesuai kepentingan masyarakat itu sendiri. Terlebih lagi dengan disahkannya Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa telah menjadi semangat terrsendiri bagi aparatur pemerintah desa dalam melaksanakan pembangunan desa. Kewenangan atau otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat dan utuh yang telah diberikan kepada desa untuk mengatur desanya secara mandiri. Pemerintah pusat berkewajiban dalam hal mendukung dan menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Prakteknya, Pemerintah Desa merupakan ujung tombak terdepan dalam upaya pemberian pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah Desa dalam menjalankan tugasnya dilapangan akan berhadapan langsung dengan masyarakat, tentunya dengan kompleksitas permasalahan dan kebutuhan yang muncul pada tataran bawah. Masyarakat desa pula yang akan merasakan imbas secara langsung apabila kinerja aparatur lembaga publik tidak optimal, terlebih lagi apabila kebijakan yang dilakukan oleh lembaga publik tidak sesuai dengan permsalahan dan kebutuhan yang ada pada masyarakat desa.

Rendahnya kualitas Perangkat Desa menjadi kendala tersendiri dalam Rendahnya kualitas Perangkat Desa menjadi kendala tersendiri dalam

Kualitas SDM di Indonesia tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat bawah, tetapi juga di lingkungan birokrasi pemerintahan mulai birokrasi pusat hingga birokrasi pemerintah desa. Rendahnya kualita SDM birokrasi pemerintahan telah memberikan dampak kepada kualitas kerja para birokrat yang rendah yang bermuara kepada kesengsaraan rakyat secara ekonomi, politik, sosial, keamanan, dan ketertiban karena tidak mendapatkan pelayanan terbaik dari aparat birokrasi. Rendahnya kualitas kerja birokrasi pemerintahan telah memberikan dampak secara langsung maupun tidaklangsung kepada tidak tercapainya tujuan dan sasaran organisasi pemerintahan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten hingga ke pemerintahan desa, inilah kualitas SDM sangat rendah.

Berdasarkan permasalahan di atas, peningkatan kualitas aparatur pemerintahan perlu mendapat perhatian serius guna memperlancar tercapainya tujuan organisasi. Adanya desentralisasi dan Otonomi daerah maka pemerintah daerah perlu mulai berbenah dalam hal peningkatan kualitas sumber daya aparaturnya secara mandiri, yaitu manusia yang menjadi obyeknya. Siagian (2009 :40) mengemukakan bahwa :

“Manusia merupakan unsur terpenting dalam setiap dan semua organisasi. Salah satu hal yang disorot oleh masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah adalah sumber daya manusia sebagai pelaksana dari instansi tersebut. Bagaimanapun sumber daya manusia merupakan faktor terpenting agar suatu organisasi dapat berjalan dengan baik sesuai tugas pokok dan fungsinya”.

Berkaitan dengan pemerintahan desa yang mana merupakan lembaga pelayan publik yang berhadapan langsung dengan masyarakat, maka upaya memberdayakan (empowering) aparatur Pemerintah Desa harus dilaksanakan secepatnya dan mendapat perhatian khusus. Sebagaimana disampaikan Widjaja (Widjaja, 2001: 42) berikut : “kualitas aparatur Pemerintah Desa selaku pengayom dan pelayan masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi”. Adanya perhatian khusus perihal peningkatan kapasitas aparatur Pemerintah Desa, diharapkan aparatur desa dapat membina dan memberdayakan masyarakat di daerah setempat. Lebih lanjut Rozaki, dkk (2005 :215) menyampaikan bahwa “lebih dari itu kemampuan individual aparatur Pemerintah Desa merupakan sesuatu yang sistematik dan manajerial, yang didalamnya mengandung proses interaksi antara pemerintah desa, lembaga-lembaga masyarakat dan warga.

Berkaitan dengan pentingnya upaya peningkatan kapasitas aparatur Pemerintah Desa sebagaimana diatas, pemerintah pusat memiliki peran penting dalam membuat kebijakan pengembangan kapasitas aparatur desa. Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya aparatur desa yaitu dengan dibentuknya badan-badan pusat pelatihan untuk mendukung terciptanya kualitas sumber daya aparatur yang lebih baik. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) merupakan lembaga Pemerintah Pusat di bawah naungan Kementrian Dalam Negeri yang bertugas dalam hal pendidikan dan pelatihan peningkatan aparatur desa. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai

Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang, pasal 1 ayat (1) menyatakan : Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang merupakan unit pelaksana teknis di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa yang di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, peningkatan kapasitas aparatur desa memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan di dalam buku pedoman Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang bahwa :

Pelaksanaan otonomi daerah saat ini diarahkan pada pembenahan sumber daya aparatur menuju penyelenggaraan pemerintahan yang efektif. Otonomi daerah yang di dalamnya adalah otonomi Desa, di mana Pemerintah Desa sebagai penggerak otonomi desa harus terdiri dari personil yang kreatif, tanggap teradap perubahan dan berdisiplin tinggi melalui penataan dan mengacu pada tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance). Sementara itu, dalam rangka penguatan kapasitas aparatur pemerintah desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya maka peningkatan kualitas sumber daya penyelenggara pemerintah desa merupakan syarat mutlak pencapaian tujuan pemerintahan yang kredibel dan akuntabel. Aparatur pemerintah desa, bukan hanya berfungsi sekedar pelaksana administratif belaka, namun lebih dari itu, selaku aparatur hendaknya mampu menjadi inovator perubahan dan pembangkit semangat peningkatan partisipasi masyarakat. ( Buku Panduan BBPMD Malang, 2009 : 10 dan 16)

Berdasarkan hal di atas, telah dijelaskan bahwa Balai Besar Pemberdayaan Masyarakan dan Desa di Malang memiliki peranan dalam hal peningkatan kualitas Aparatur Desa. Peningkatan kapasitas dilakukan dalam upaya mewujudkan terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Penjelasan Berdasarkan hal di atas, telah dijelaskan bahwa Balai Besar Pemberdayaan Masyarakan dan Desa di Malang memiliki peranan dalam hal peningkatan kualitas Aparatur Desa. Peningkatan kapasitas dilakukan dalam upaya mewujudkan terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Penjelasan

58 Tahun 2007 Tentang Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi di Lingkungan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang. Disahkannya Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa telah memberikan semangat tersendiri bagi Desa dalam hal mewujudkan percepatan pembangunan desa. Namun disisi lain, kesiapan Aparatur Pemerintah Desa untuk menyikapi diberlakukannya Undang-Undang Desa juga harus mendapat perhatian serius, sebagaimana disampaikan Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tarmizi A Karim dalam berita Kemendagri (Rabu, 12/03/2014) sebagai berikut, “Undang-undang Desa telah disahkan, maka Desa harus mempersiapkan diri dengan melakukan penguatan lembaga dan pelatihan terhadap kapasitas aparat desa”.

Balai Besar Pemberdayaan Masyarakan dan Desa di Malang memiliki tugas yang besar perihal pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa, terlebih lagi dengan cakupan wilayah kerja meliputi Indonesia bagian timur. Sebagaimana termuat dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2006 Bab III Tentang Wilayah Kerja BBPMD Malang pasal 20, meliputi : Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Gorontalo.

Dengan cakupan wilayah kerja BBPMD Malang yang luas, menjadikan lembaga teknis yang dibawah naungan Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Dalam Negeri ini untuk terus mampu menjalankan tugasnya perihal peningkatan kapasitas aparatur Desa. Salah satu langkah strategis yang dilakukan yaitu melalui pelatihan peningkatan aparatur desa, agar mampu dan profesional menjalankan perannya dalam mewujudkan penguatan pemerintahan Desa serta mampu mengaktualisasikan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance). Berdasarkan beberapa ulasan diatas maka penulis mengambil judul “Pengembangan Kapasitas Aparatur

Pemerintah Desa Dalam Upaya Mewujudkan Good Governance (Studi Pada Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah upaya Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam pengembangan kapasitas aparatur Pemerintah Desa ?

2. Bagaimana Implikasi kapasitas Aparatur Pemerintah Desa setelah mengikuti Pelatihan dalam upaya mewujudkan Good Governance ?

3. Bagaimana efektifitas pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang terhadap aparatur desa ?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Mendeskripsikan dan menganalisa upaya yang ditempuh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam peningkatan kapasitas aparatur Pemeritah Desa

b. Mengetahui dan mendeskripsikan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa binaan Setelah mengikuti pelatihan aparatur desa Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam mewujudkan good governance.

c. Mengetahui dan mendeskripsikan seberapa jauh efektifitas pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang terhadap aparatur desa binaan dalam cakupan wilayah kerjanya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Praktis

1) Bagi Pemerintah Memberikan informasi yang bermanfaat, yang dapat dijadikan acuan bagi pengambil keputusan, terutama dalam menangani pengembangan kapasitas aparatur desa dalam mewujudkan good governance.

2) Bagi Mahasiswa Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan menganalisis terhadap kenyataan yang ada mengenai pengembangan kapasitas aparatur desa dalam mewujudkan good governance.

b. Manfaat Akademis

1.Menambah kepustakaan dan dapat juga digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis. 2.Sebagai bahan acuan untuk mengkaji dan menganalisis tentang pengimplementasian kebijakan yang dikeluarkan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam pengembangan kapasitas aparatur desa dalam mewujudkan good governance.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan ini terdiri dari 5 bab yang merupakan rangkaian anatara bab yang satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika pembahasan ini dimulai dari Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil dan Pembahasan, Bab V Penutup.

Pada Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, yang menguraikan tentang perlunya peningkatan aparatur pemerintah desa, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, serta sistematika pembahasan.

Pada Bab II Tinjauan Pustaka, menjelaskan kerangka teori yang digunakan sebagai dasar analisis. Teori yang digunakan berkaitan dengan kapasitas Aparatur. Pada Bab III Metode Penelitian, menguraikan metode yang akan dipakai dalam penelitian, diantaranya jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi dan situs penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisa data yang menggunakan model spradley.

Pada Bab IV Hasil dan Pembahasan, menyajikan data-data dari hasil penelitian terkait dengan kajian pengembangan kapasitas aparatur desa antara lain, gambaran umum lokasi penelitian, dan data fokus penelitian, kemudian data-data dari hasil penelitian terrsebut dianalisa dan diintrepetasikan.

Pada Bab V Penutup, menguraikan tentang kesimpulan yang telah dibahas dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis dari masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi

1. Pengertian Administrasi

Administrasi merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan yang digerakkan dalam mencapai tujuan dengan cara memanfaatkan secara bersama orang dan material melalui kordinasi dan kerjasama. Administrasi meliputi seluruh upaya penyelenggaraan pemerintahan yaitu manajemen pemerintahan yang terdiri dari perencanaan, dan kepemimpinan dengan mekanisme kerja dan dukungan sumber daya manusia serta dukungan administrasi atau tata laksananya.

Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno Handayaningrat mengatakan“Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, keti-mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan” (1988:2). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang mliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan.

Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie mengatakan “Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie mengatakan “Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

2. Pengertian Administrasi Publik

Administrasi publik menurut Chandler dan Plano sebagaimana dikutip oleh Keban, 2008:3) adalah proses dimana sumberdaya dan personel publik diorganisir dan dikordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik. Kedua pengarang tersebut juga menjelaskan bahwa administrasi publik merupakan seni dan ilmu (art and science) yang ditujukan untuk mengatur public affairs dan melaksanakan berbagai tugas yang telah ditetapkan. Kemudian Land dan Rosenbloom sebagaimana dikutip oleh (Kasim, 1993:20) menyatakan administrasi publik harus dilaksanakan dengan melihat kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Administrasi publik diharapkan tanggap dan bekerja secara efektif dan efisien terhadap kebutuhan masyarakat. Pendekatan ini disebut pendekatan populis yang menginginkan administrasi publik agar lebih disesuaikan oleh kebutuhan masyarakat yang memerlukan pelayanan.

Administrasi publik dikenal juga dengan istilah administrasi negara yakni salah satu aspek dari kegiatan pemerintahan (Kasim,1993:21). Menurut Gordon sebagaimana dikutip oleh (Kasim, 1993:22) administrasi publik adalah seluruh Administrasi publik dikenal juga dengan istilah administrasi negara yakni salah satu aspek dari kegiatan pemerintahan (Kasim,1993:21). Menurut Gordon sebagaimana dikutip oleh (Kasim, 1993:22) administrasi publik adalah seluruh

Administrasi publik sendiri memiliki keterikatan terhadap pemerintahan, atau sering kali disebut bahwa administrasi sebagai pemerintahan. Berikut ini dikemukakan oleh beberapa pengertian administrasi sebagai pemerintahan yaitu : administrasi adalah gabungan yang dibawah jabatan pemerintahan melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah (tugas pemerintah) yang ditugaskan kepada badan-badan pengadilan, badan legislatif (pusat), dan badan-badan pemerintahan dari persekutuan-persekutuan hukum yang lebih rendah dari pada Negara (Utrecht dalam Syamsiar, 2006:12).

Disisi lain, Administrasi negara sebagai aparatur dari negara yang dikepalai dan digerakkan oleh pemerintah guna menyelenggarakan Undang-undang,

kebijaksanaan-kebijaksanaan, dan kehendak-kehendak pemerintahan (Prajudi Atmosudirjo dalam Sjamsiar Sjamsuddin, 2006:12). Sedangkan menurut Pfiffner dan Presthus dalam Pasolong (2007:7), mendefinisikan administrasi publik adalah :

a. Meliputi implementasi kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik.

b.Koordinasi usaha-usaha perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijakan pemerintahan, hal ini meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah.

dengan pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik-teknik yang tak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha dan sejumlah orang.

c. Suatu proses

yang

bersangkutan

Sementara itu, Waldo dalam Pasolong (2007:8) mendefinisikan administrasi publik adalah “Manajemen dan Organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah”. Sedangkan Henry dalam Pasolong (2007:8) mendefinisikan administrasi publik adalah :

“suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan praktik, dengan tujuan mempromosikan pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang diperintah, dan juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Administrasi publik berusaha melembagakan praktik-praktik manajemen agar sesuai dengan nilai evektivitas, efisiensi, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat”.

Beberapa definisi administrasi publik diatas dapat dipahami bahwa administrasi publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan publik secara efektif dan efisien. Dengan mengemukakan beberapa pendapat dari para ahli diatas jelas bahwa betapa sulitnya merumuskan definisi yang singkat tentang administrasi publik. Di negara-negara maju, administrasi publik memiliki banyak kegiatan-kegiatan pemerintahan atau negara, misalnya administrasi pembangunan, administrasi kepegawaian Negara, administrasi keuangan Negara, administrasi perpajakan, dan lain-lain.

Dalam konteks pemerintahan, istilah administrasi publik merupakan istilah yang sering digunakan. Ruang lingkup yang luas mencakup ilmu sosial dan serta ilmu sosial lainnya yang memiliki objek materialnya Negara yaitu : ilmu pemerintahan, ilmu politik, hukum tata Negara, dan ilmu Negara itu sendiri merupakan studi mengenai bagaimana bermacam-macam badan pemerintahan diorganisasikan, diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, digerakkan, dan dipimpin. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa administrasi publik atau juga yang dikenal dengan administrasi negara adalah segala upaya yang dilakukan oleh aparatur negara dalam memberikan pelayanan pada masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan publik melalui proses kebijakan dan manajemen publik. Dengan begitu tampak jelas bahwa tujuan dari administrasi publik yaitu pelayanan publik dengan menggunakan instrument kebijakan publik.

B. Pemerintah Desa

1. Pemerintah Desa

Pemerintah desa merupakan sebuah tataran pemerintahan yang berada dalam tataran paling bawah, dengan aktivitas pemerintahan dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah lokal (local governance). Desa menurut H.A.W. Widjaja (2003: 3) dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa, “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”. Sementara itu, dalam

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1:1, dijelaskakan bahwa : “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pemerintah desa merupakan sebuah pemerintahan dalam lingkup paling bawah (local governance), dimana aparatur pemerintah desa memiliki kewenangan otonom untuk mengatur desa secara mandiri. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1:2 bahwa “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Otonomi desa telah memberikan kewenangan bagi desa untuk melakukan pembangunan desa secara mandiri. Desa memiliki kewenanggan sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal

18 bahwa, “Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.” Selanjutnya dalam melaksanakan Pemerintahan Desa, kepala desa menjadi penyelenggara Pemerintahan Desa. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 ayat

3 menyebutkan bahwa “Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Desa”. Kepala Desa sebagai penyelenggara Pemerintahan Desa memiliki beberapa tugas yang harus dilaksanakan, dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 26 ayat 1 dijelaskan bahwa “Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa”. Dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala desa, Kepala desa memiliki kewenangan, hak dan kewajibannya, yang mana telah termuat di Undang-Undang No. 6 Tahun 2014. Berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa memiliki wewenang sebagai berikut :

a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. menetapkan Peraturan Desa;

e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. membina kehidupan masyarakat Desa;

g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta engintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa; j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; l. memanfaatkan teknologi tepat guna; m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif; n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya wewenang yang dimiliki oleh kepala desa sebagaimana diatas, diharapkan Pemerintah Desa mampu untuk mewujudkan good local Dengan adanya wewenang yang dimiliki oleh kepala desa sebagaimana diatas, diharapkan Pemerintah Desa mampu untuk mewujudkan good local

26 ayat 4 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu :

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;

e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;

g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa;

h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;

i. mengelola Keuangan dan Aset Desa; j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa; k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa; l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa; m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa; n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa; o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup; dan p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Penjelasan diatas menyebutkan bahwa tugas dari kepala desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang dimaksud dari urusan pemerintahan yaitu antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai Penjelasan diatas menyebutkan bahwa tugas dari kepala desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang dimaksud dari urusan pemerintahan yaitu antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai

Atas pelaksanaan tugas tersebut, kepala desa berkewajiban memberikan pertanggungjawaban berupa pembuatan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa yang ditujukan kepada Bupati/Walikota, dan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta menginformasikan seluruh laporan penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. Di dalam laporan tersebut berisi laporan dari semua kegiatan desa berdasarkan kewenangan desa yang ada, serta tugas-tugas dan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Laporan pertanggungjawaban atas tugas kepala desa ini dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan suatu akuntabilitas dalam suatu pemerintahan desa serta sebagai upaya dalam perwujudan transparansi pemerintah terhadap masyarakat.

Pemerintahan Desa dalam membuat suatu kebijakan strategis desa dilaksanakan secara demokratis melalui Badan Permusyawaratan Desa. Hal tersebut termuat dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 4 bahwa, “Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan

ditetapkan secara demokratis”. Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dititikberatkan pada proses penyelenggaraan Pemerintah Desa yang responsif. Sehingga diharapkan terjadinya penyelenggaraan pemerintah yang mengedepankan pemerintah yang aspiratif dan bertanggungjawab demi kemajuan, kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kinerja BPD diwujudkan dengan adanya pembentukan tata tertib BPD, pembuatan Perdes bersama dengan Pemerintah Desa, pengangkatan dan pemberhentian kepala desa. Hal tersebut sesuai dengan fungsi BPD sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 pasal 55 yang meliputi : (1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; (2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan (3) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Disisi lain untuk mewujudkan fungsi Badan Permusyawaratan Desa tersebut, dalam ketentuan pasal 61 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa memiliki hak sebagaimana berikut:

a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa;

b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan

c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Berdasarkan uraian diatas, Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa merupakan aparatur Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat desa sebagai wujud otonom yang dimiliki oleh desa. Kemudian untuk menjamin Berdasarkan uraian diatas, Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa merupakan aparatur Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat desa sebagai wujud otonom yang dimiliki oleh desa. Kemudian untuk menjamin

2. Otonomi Desa

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal I, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu menyusun kebijakan perekonomiannya sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Dari pengertian tersebut mengenai otonomi daerah yaitu : daerah memiliki kewenangan untuk membuat kebijakannya sendiri tanpa intervensi dari pihak luar dan daerah memiliki kewenangan untuk memilih dan menentukan pimpinannya, karena daerah berhak memiliki aparatur sendiri yang terpisah dari aparatur pemerintah pusat serta daerah memiliki sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan pendapatan yang cukup memadai bagi daerah yang memiliki kewenangan penuh mengelola keuanggannya untuk membiayai kegiatan rumah tangganya sendiri.

Widjaja (2003: 165) menyatakan bahwa otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah.

Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan disahkannya Undang-undang Nomor 6 tentang Desa telah memberikan landasan kuat bagi desa dalam mewujudkan “development community” dimana desa tidak lagi sebagai level administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan adanya kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan politik.

Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah provinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah provinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi

a. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi oleh pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat desa kepada “kemurahan hati” pemerintah dapat semakin berkurang.

b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti sediakala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan.