Jual Beli Syariah A.

26

2.1.3 Jual Beli Syariah A.

Murabahah Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan margin . Dalam perbankan, Murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Menurut yusuf, 2005 : 93, murabahah sesuai dengan jenis dan pesanannya: Murabahah sesuai dengan jenisnya: 1. Murabahah tanpa pesanan, artinya ada yang beli dan tidak, bank syariah menyediakan barang. 2. Murabahah berdasarkan pesanan, artinya bank syariah baru melakukan transaksi jual beli apabila ada yang pesan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dikategorikan dalam: a Sifatnya mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan. b Sifatnya tidak mengikat, artinya walaupun nasabah telah melakukan pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli barang tersebut. Universitas Sumatera Utara 27 Sumber: Abdurahim, 2009 :185 Gambar 2.4 Alur Transaksi Murabahah dengan pesanan Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat itu, nasabah menegosiasikan harga barang, margin, jangka waktu pembayaran, dan besar angsuran per bulan. 2. Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan nasabah dalam membayar piutang murabahah. Apabila rencana pembelian barang tersebut disepakati oleh kedua belah pihak, maka dibuatlah akad murabahah. Isi akad murabahah setidaknya mencakup berbagai hal agar rukun murabahah dipenuhi dalam transaksi jual beli yang dilakukan. Bank Syariah Penjual Nasabah Pembeli 1. Negosiasi 5. Kirim Dokumen PEMASO K 4. Kirim Barang 3. Beli Barang 2. Akad Murabahah Universitas Sumatera Utara 28 3. Setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank selanjutnya melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan tetapi, pada murabahah tanpa pesanan, bank dapat langsung menyerahkan barang kepada nasabah karena telah memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah atas nama bank. Dokumen pembelian barang tersebut diserahkan oleh pemasok kepada bank. 4. Barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh pemasok kepada nasabah pembeli. 5. Setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati. B. Salam Salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima Abdurahim, 2009 : 62. Salam dapat dilakukan dengan secara langsung antara pembeli dan penjual, dan dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga secara paralel: pembeli – penjual – pemasok yang disebut sebagai salam paralel Wasilah, 2013 : 203. Universitas Sumatera Utara 29 Sumber: Abdurahim, 2009 : 236 Gambar 2.5 Alur Transaksi Salam dan Salam Paralel Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Negosiasi dalam persetujuan kesepakatan antara penjual dengan pembeli terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan. 2. Setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran terhadap barang yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat. 3. Pada transaksi salam , penjual mulai memproduksi atau menyelesaikan tahapan penanaman produk yang diinginkan pembeli. Setelah produk dihasilkan, pada saat atau sebelum Bank Syariah sebagai Penjual muslam illaihi pada salam 1 dan Pembeli al muslam pada Salam 2 Nasabah sebagai Pembeli al muslam 6. Kirim Dokumen PEMASO K 5. Kirim Barang 4. Bayar 3. Negosiasi dan Akad 2. Bayar 3. Negosiasi dan Akad Salam Universitas Sumatera Utara 30 tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi salam paralel, yang biasanya digunakan oleh penjual bank syariah yang tidak memproduksi sendiri produk salam , setelah menyepakati kontrak salam dan menerima dana dari nasabah salam , selanjutnya secara terpisah membuat akad salam dengan produsen produk salam . 4. Setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut, bank langsung melakukan pembayaran kepada petani. 5. Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan bank, petani mengirim produk salam kepada petani sesuai sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. 6. Bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada nasabah dari petani. C. Istishna’ Istishna’ adalah jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesanan pembeli mustashni’ dan penjual pembuat shani’ Fatwa DSN No: 06DSN-MUIIV. Shani ’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain Ishtisna’ paralel. Universitas Sumatera Utara 31 Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria: 1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati. 2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan customized , bukan produk massal. 3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Sumber: Abdurahim, 2009 : 257 Gambar 2.6 Alur Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel 4. Bayar Bank Syariah sebagai Penjual shan’i pada istishna’ 1 dan Pembeli mustashn pada istishna’ 2 Nasabah sebagai Pembeli mustashni’ 6. Kirim Dokumen pengirim PEMASO K Shani’ 3. Negosiasi, pesanan barang dan Akad Ishtisna‟ 9. Pelunasan pembayaran 1. Negosiasi, pesan barang dan akad istishna‟ 4. kirim tagihan penyelasian barang Buat Barang Universitas Sumatera Utara 32 Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi kesepakatan antara penjual dengan pembeli terkait transaksi istishna‟ yang dilaksanakan. 2. Pada transaksi istishna‟ setelah akad disepakati, penjual mulai membuat atau menyelesaikan tahapan pembuatan barang yang diinginkan pembeli. Setelah barang dihasilkan, pada saat atau sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi istishna‟ paralel yang biasanya digunakan oleh penjual bank syariah yang tidak membayar sendiri barang istishna‟, setelah meyepakati kontrak istishna‟ dan menerima dana dari nasabah istishna‟, selanjutnya secara terpisah membuat akad istishna‟ dengan produsen barang istishna‟. 3. Setelah menyepakati transaksi ishtisna‟ dalam jangka waktu tertentu, pemasok kemudian mulai melakukan pengerjaan barang yang dipesan. 4. Selama mengerjakan barang yang dipesan, pemasok melakukan tagihan kepada bank syariah senilai tingkat penyelesaian barang pesanan. 5. Bank syariah melakukan pembayaran kepada pembuat barang sebesar nilai yang ditagihkan. Universitas Sumatera Utara 33 6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli berdasarkan tingkat penyelesaian barang. 7. Pemasok menyerahkan barang kepada nasabah kembali. 8. Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank syariah. 9. Nasabah melunasi pembayaran barang istishna‟ sesuai dengan akad yang telah disepakati. 2.1.4. Non Performing Financing NPF Non Performing Financing NPF menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan bank akan bermasalah dalam tingkat pengembalian asetnya. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kapada pihak ketiga tidak termasuk kredit pada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet Amalia, 2005. Total Pembiayaan adalah keseluruhan pembiayaan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga yang berupa pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah . Pembiayaan berdasarkan kualitasnya, pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas Universitas Sumatera Utara 34 tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan. Berikut ini tabel yang menjelaskan indikator kualitas pembiayaan : Tabel 2.1 Indikator Kualitas Pembiayaan No Kualitas Pembiayaan Kriteria 1 Pembiayaan Lancar a. Pembayaran angsuran pokok danatau bagi hasil tepat waktu; dan b. Memiliki rekening yang aktif 2 Perhatian Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bagi hasil yang belum melampui Sembilan puluh hari: atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap e. kontrak yang diperjanjikan; atau f. Didukung oleh pinjaman baru 3 Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bagi hasil; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari; atau e. Terdapat indikasi masala keuangan yang dihadapi debitur; atau f. Dokumentasi pinjaman yang lemah 4 Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bagi hasil; atau b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari d. Terdapat kapitalisasi bunga e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan. 5 Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bagi hasil; atau b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar,jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar Sumber : Rivai dan Veithzal, 2008 Universitas Sumatera Utara 35 2.1.5 Return On Assets ROA Return On Asset ROA adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Rasio profitabilitas ini sekaligus menggambarkan efisiensi kinerja bank yang bersangkutan. Return On Asset ROA sangat penting, karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset produktif yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak Ketiga DPK. Semakin besar Return On Asset ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. ROA menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aset yang tersedia untuk mendapatkan net income . Semakin tinggi return semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin besar Kuncoro, 2002 : 551 . Suatu bank dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sehat apabila: 1. Rasio tingkat pengembalian atau Return On Asset ROA mencapai sekurang-kurangnya 1,2. 2. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi 93,5. Universitas Sumatera Utara 36

2.2. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 44 97

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 65 103

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 11

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 13

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 1 3

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 8