ekonomi kerakyatan, beroperasi secara transparan, berfungsi sebagai pendorong penurunan investasi spekulatif, pendorong peningkatan efisiensi, mobilisasi dana
masyarakat serta menjadi uswatun hasanah bagi praktek usaha berlandaskan moral dan etika Islam.
2.2.1 Karakteristik Bank Syariah
Karakteristik bank Syariah dapat bersifat fleksibel, yang meliputi: 1.
Keadilan, melarang riba tetapi menggunakan bagi hasil. Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil
atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam, dan merupakan perbuatan yang diharamkan dalam agama islam.
2. Kemitraan, yaitu saling memberi manfaat. Posisi nasabah, investor, pengguna dana
dan bank berada dalam hubungan yang sejajar sebagai mitra usaha yang saling menguntungkandan bertanggung jawab di mana tidak ada salah satu pihak yang
merasa dirugikan. 3.
Universal, melarang transaksi yang bersifat tidak transparan gharar. Menghindari penggunaan sumber daya yang tidak efisien, dan terbuka seluas-luasnya bagi
masyarakat tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan ras.
2.2.2 Prinsip Operasional Bank Syariah
Berdasarkan surat keputusan direksi Bank Indonesia No.3234KEPDIR tanggal 19 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip Syariah. Dan prinsip-prinsip
tersebut ialah: 1. Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli Ba’i
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda Transfer Of Property. Tingkat keuntungan ditentukan didepan
dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai
berikut: a. Pembiayaan Murabahah
b. Pembiayaan Salam c. Pembiayaan Istisnah
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa Ijarah Transaksi Ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah
objek transaksi adalah jasa.Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah.
3. Prinsip Bagi Hasil Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai
berikut :
a. Pembiayaan Musyarakah
b. Pembiayaan Mudharabah
4. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut:
a. Hiwalah Alih Hutang-Piutang
b. Rahn Gadai
c. Qardh
d. Wakalah Perwakilan
e. Kafalah Garansi Bank
2.3 Resiko Pembiayaan