pembuatannya, kurang estetik dan juga tidak mungkin dicekatkan kembali apabila terjadi fraktur.
6,17
2.1.2.2 Non logam
Bahan non logam diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan ada atau tidaknya perubahan kimia dalam proses pembentukannya. Bahan ini terbagi menjadi dua
yaitu:
2,6,17
2.1.2.2.1 Thermoplastic
Thermoplastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia saat proses pembentukannya sehingga hasil akhirnya akan sama dengan material aslinya
kecuali bentuknya. Bahan ini dapat dilunakkan dan dibentuk berulang kali menjadi bentuk lain dengan cara pemanasan. Jenis bahan thermoplastik yang biasa digunakan
adalah seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon polikarbonat dan resin akrilik.
2,6,17
2.1.2.2.2 Thermohardening
Thermohardening adalah suatu bahan yang setelah proses pembentukannya mengalami perubahan kimia. Bahan thermohardening memiliki molekul berbentuk
silang yang tidak mengalami perubahan saat pemanasan dan tidak dapat dilunakkan dan dibentuk menjadi bentuk lain setelah dilakukan pemrosesan. Jenis bahan ini yang
sering dijadikan bahan basis gigitiruan adalah vulkanit, fenol, formaldehid dan resin akrilik.
2,6,17
Bahan resin polimetil metakrilat dikenalkan oleh Dr.Walter Wright pada tahun 1937.
6
Sejak itu resin menjadi bahan popular yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.
10
Resin merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel.
2
Resin polimetil metakrilat dipilih karena ekonomis, dan dapat diproses dengan mudah menggunakan teknik yang relatif sederhana. Bahan ini mampu
mewakilkan sifat dan karakteristik yang dibutuhkan untuk digunakan dalam rongga
Universitas Sumatera Utara
mulut. Kinerja ini berhubungan dengan karakteristik biologis, fisik, estetik dan penanganan.
1,4,10,19,21
Beberapa sifat resin akrilik secara umum adalah :
22
a. Penyusutan
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan kepadatan. Perubahan kepadatan menyebakan penyusutan polimerisasi sebesar 21 . Umumnya
perbandingan bubuk-cairan adalah sebesar 3 –3,5 :1 satuan volume atau 2,5 :1
satuan berat. Pada proporsi adonan akrilik ini akan terjadi penyusutan sebesar 7. Hal ini disebabkan karena resin akrilik selama ini menunjukkan penyusutan yang
terdistribusi merata disetiap permukaan basis sehingga tidak begitu mempengaruhi adaptasi basis mukosa.
22
b. Strength Kekuatan
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing, dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modulus elastisitas yang
relatif rendah yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1 mm.
22
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap
kekuatan dari resin akrilik.
22
Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigitiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai
gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigitiruan sedangkan gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya
terjadi terutama pada basis gigitiruan yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari sumber panas.
22
d. Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses molding, pendinginan, polimerisasi, absorbsi air dan temperatur tinggi.
22
Universitas Sumatera Utara
e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan karena adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul.
22
f. Fraktur
Gigitiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatique dan akhirnya menyebabkan
gigitiruan fraktur.
22
g. Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini disebabkan karena atom C,H,O yang terdapat dalam akrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray,
hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.
22
h. Reaksi alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak dengan resin akrilik yang berasal dari gigitiruan. Kebanyakan kasus yang dilaporkan adalah akibat dari
gigitiruan yang tidak bersih dan gigitiruan yang tidak sesuai kedudukanya dalam rongga mulut sehingga mengakibatkan trauma pada jaringan lunak mulut, tetapi
banyaknya residual monomer yang terdapat pada basis resin akrilik yang tidak mengalami polimerisasi secara sempurna akan mengakibatkan iritasi pada jaringan
mulut pasien.
22
i. Penyerapan air
Resin menyerap air secara perlahan dengan nilai equilibrium absorpsi 2 – 2,5
akan terjadi setelah 6 bulan atau lebih tergantung dari ketebalan basis. Peyerapan air ini akan menyebabkan perubahan dimensional, tetapi hal ini adalah tidak signifikan
dan biasanya bukan merupakan penyebab utama ketidak sesuaian gigitiruan.
22
Resin akrilik akan menjadi jenuh setelah dilakukan perendaman selama 17 hari dan tidak
akan menyerap air lagi.
22
j. Berat molekul
Universitas Sumatera Utara
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi yaitu 500.000
– 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi
dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi
mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.
22
k. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya gigitiruan. Ethanol
dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan gigitiruan.
22
Oleh karena itu resin akrilik harus memenuhi syarat penggunaan resin dalam kedokteran gigi:
15
a. Pertimbangan biologis yaitu tidak berbau, tidak berasa, tidak toksik dan tidak
mengiritasi jaringan mulut. b.
Sifat fisik memiliki kekuatan terhadap tekanan gigit atau pengunyahan, tekanan benturan, keausan, kestabilan dimensi.
c. Sifat estetis menunjukkan translusensi dan tidak berubah warna.
d. Tahan abrasi, mudah direparasi dan dibersihkan
e. Biokompabilitas dengan jaringan lunak mulut
f. Biaya ekonomis dan mudah dalam manipulasi
Resin akrilik yang dapat dijadikan sebagai bahan basis gigitiruan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
2,6,14
1. Resin akrilik swapolimerisasi yaitu sering disebut juga resin cold-curing, self-
curing, atau swapolimerisasi. Proses polimerisasi resin ini menggunakan aktivator kimia sehingga tidak memerlukan energi termal dan dapat dilakukan
pada temperatur ruangan. Komposisinya sama dengan resin akrilik polimerisasi
Universitas Sumatera Utara
panas kecuali pada komponen cairannya mengandung bahan aktivator seperti dimetil-paratoluidin.
2. Resin akrilik polimerisasi sinar yaitu resin yang diaktivasi menggunakan sinar
yang terlihat oleh mata. Bahan ini digambarkan sebagai suatu komposit yang memiliki matriks uretan dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer resin
akrilik berberat molekul tinggi. Butir-butir resin akrilik dimasukkan sebagai bahan pengisi organik. Sinar yang terlihat oleh mata adalah aktivator, sementara
hydroquinone bertindak sebagai inhibitor polimerisasi. 3.
Resin akrilik polimerisasi panas, yaitu resin yang memerlukan energi termal panas untuk berpolimerisasi dengan cara direndam dalam air atau menggunakan
oven gelombang mikro microwave.
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas